Peran Dan Fungsi Kepemimpinan
Apa itu Kepemimpinan?
Dalam istilah umum khususnya di manajemen, kepemimpinan itu sering disebut dengan istilah Leader Ada beberapa definisi dari kepemimpinan antara lain:
1. Getting things done yaitu mencapai hasil melalui orang lain
2. Menggerakkan orang lain untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan
3. Kepemimpinan itu adalah pengaruh, tidak lebih dan tidak kurang
4. Kepemimpinan adalah satu kata yaitu Influence artinya mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi
Kesimpulan : Kepemimpinan itu adalah tentang bagaimana mempengaruhi orang lain, bawahan atau pengikut agar mau mencapai tujuan yang diinginkan sang pemimpin.
- Peran Kepemimpinan
Pemimpin dalam sebuah organisasi memiliki peranan penting dalam mengarahkan dan mempengaruhi para bawahannya. Tanpa adanya orang yang mengatur dan mengarahkan suatu organisasi niscaya organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya sesuai dengan visi dan misinya. Oleh sebab itu, diperlukan figur seorang pemimpin untuk dapat mengelola dan mengatur organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pentingnya kepemimpinan dalam organisasi dengan pendekatan literatur. Jenis penelitian ini ialah penelitian dengan pendekatan studi literatur dimana dilakukan dengan menemukan referensi teori yang sesuai dengan kasus yang diperoleh. Pemimpin merupakan seorang yang positif dan penuh percaya diri yang memiliki visi, misi dan nilai etika yang tinggi, dengan kemampuan menyampaikan gagasan dan mampu dalam rangka mendorong dan berhubungan baik dengan orang lain. Kepemimpinan akan menjadi faktor penentu keberhasilan dalam suatu organisasi. Hal ini dikarenakan kepemimpinan menjadi titik pusat adanya perubahan signifikan dalam organisasi, kepemimpinan menjadi kepribadian yang memiliki dampak dan kepemimpinan merupakan seni dalam menciptakan kesesuaian dan kestabilan organisasi.
- Fungsi Kepemimpinan
1. Menyusun Strategi yang Tepat.
Salah satu fungsi kepemimpinan yang paling penting dan utama adalah menyusun strategi yang tepat. Kepemimpinan yang baik akan membantu grup atau anggota tim dalam menyusun tujuan-tujuan apa saja yang menjadi prioritas penting. Strategi juga berperan penting dalam menyusun langkah-langkah apa saja yang harus kita ambil agar bisa lebih mudah meraih tujuan kepemimpinan yang diinginkan.
2. Merancang Taktik.
Kepemimpinan sangat identik dengan peluang dan risiko. Nah, disinilah fungsi kepemimpinan memainkan perannya. Salah satu fungsi kepemimpinan akan memudahkan kita untuk merancang taktik yang tepat dalam meraih peluang baru dan mengendalikan risiko yang datang.
3. Penyelesaian Masalah (Problem Solving).
Setiap kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan memang tidak akan pernah terlepas dari masalah, masalah dan masalah. Masalah datang untuk dihadapi dan diselesaikan, bukan untuk dihindari. Nah inilah salah satu fungsi kepemimpinan yaitu, menyelesaikan permasalahan dengan solusi yang cepat dan tepat.
4. Pengambilan Keputusan yang Tepat.
Fungsi kepemimpinan keempat adalah membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Seringkali, keputusan yang diambil secara konsensus malah mengarahkan kita pada keputusan yang tidak optimal dan kurang bijak. Dalam hal ini, peran kepemimpinan benar-benar harus bekerja dengan sangat baik, sehingga kepemimpinan berfungsi untuk bersikap adil antara otoritas dan akuntabilitas keputusan. Jika kita berhasil melakukannya, maka kita akan mendapatkan peluang yang lebih besar untuk meraih keputusan yang bijak, optimal dan rasional.
5. Melakukan Pengorganisasian dengan Teratur.
Selain itu, kepemimpinan juga berfungsi untuk melakukan pengorganisasian secara teratur. Maksudnya, kepemimpinan berupaya untuk mengatur sumber daya manusia (SDM) agar mampu menyelesaikan tugas-tugas kerjanya dengan hasil yang baik. Pengorganisasian mengatur bagaimana anggota tim harus menggunakan waktu dengan seefisien mungkin dengan menghasilkan karya atau hasil kerja yang lebih banyak. Dengan menerapkan pengorganisasian yang baik, maka semua hal akan menjadi sangat teratur.
6. Manajemen yang Baik.
Fungsi kepemimpinan keenam ini hampir sama dengan fungsi kepemimpinan sebelumnya yaitu, pengorganisasian yang teratur. Namun, fungsi kepemimpinan yang keenam ini lebih mengarah pada manajemen yang baik. Dalam manajemen, prinsip kepemimpinan harus mengarahkan dan mengendalikan para anggota timnya ke arah yang benar. Maksudnya, seorang pemimpin harus tahu kemana arah yang benar untuk para anggotanya agar bisa mengejar tujuan bersama. Jika seorang pemimpin tidak bisa menjalankan sistem manajemennya dengan baik, maka bisa dikatakan bahwa kepemimpinannya tidak menerapkan fungsinya dengan baik.
7. Manajemen yang Baik dengan Para Pemangku Kepentingan (Stakeholder).
Kepemimpinan berfungsi untuk menghubungkan kita dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya. Sehingga ketika kita melaksanakan peran kepemimpinan, kita bisa meminta input atau pengaruh dari pihak-pihak eksternal yang memiliki pengaruh besar pada kepemimpinan kita. Misalnya, memiliki hubungan manajemen yang baik dengan para mitra bisnis.
8. Membangun Relasi yang Luas.
Fungsi kepemimpinan lain adalah membantu para pemimpin dalam membangun relasi yang kuat, memperluas network, membina hubungan yang baik, serta menghubungkan satu grup dengan grup lainnya.
9. Memberikan Pengaruh & Motivasi yang Kuat.
Kepemimpinan berfungsi untuk memberikan pengaruh kepada para anggota timnya, serta menularkan motivasi yang kuat kepada mereka, sehingga anggota tim selalu bersemangat dan berambisi dalam mengejar cita-cita bersama. Pengaruh dan motivasi yang kuat dapat diterapkan ke dalam strategi penjualan, taktik dan strategi yang dapat mengajak seluruh lapisan anggota untuk bergerak maju ke arah yang sama dengan memiliki komitmen dan energi yang tinggi.
10. Manajemen Waktu yang Baik.
Fungsi kepemimpinan yang kesepuluh akan memudahkan kita dalam memanfaatkan waktu dengan sebijak mungkin. Kepemimpinan berperan untuk mengarahkan kita pada tugas-tugas yang menjadi prioritas, sehingga kita bisa menyelesaikan tugas-tugas penting tersebut dengan tepat waktu. Dalam hal ini, fungsi kepemimpinan dapat membantu kita dalam meningkatkan produktivitas.
11. Membantu Mengembangkan Orang Lain
Kepemimpinan berfungsi untuk membantu para pemimpin dalam mengembangkan wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan para anggota timnya. Selain itu, pemimpin juga dapat membentuk karakter anggota timnya menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Misalnya, mungkin pada sebelumnya, karyawan bekerja dengan sangat lama dan tidak dapat menentukan tugas mana yang harus diprioritaskan. Namun setelah pemimpin menjalankan fungsinya dengan baik, karyawan tersebut bekerja dengan lebih cepat tanpa melewati tenggat waktu dan selalu mengutamakan tugas-tugas penting yang harus didahulukan.
12. Beradaptasi dengan Perubahan yang Ada.
Salah satu fungsi kepemimpinan lainnya adalah siap dalam menerima perubahan yang ada. Kepemimpinan yang baik berfungsi untuk beradaptasi dalam perubahan secara cepat, sehingga para pemimpin dapat memberdayakan para agen perubahan dengan sangat baik.
13. Memimpin dengan Memberi Contoh yang Baik.
Para pemimpin adalah orang-orang terdepan yang akan diikuti oleh para pengikutnya, sehingga salah satu fungsi kepemimpinan adalah bertindak sebagai contoh yang baik bagi para anggota timnya, terutama dengan menginspirasi mereka menjadi seorang yang beretos kerja tinggi, rajin, berkomitmen dan tangguh.
14. Membentuk dan Menerapkan Budaya yang Positif.
Fungsi kepemimpinan lainnya adalah membentuk dan menerapkan budaya organisasi atau perusahaan yang positif kepada para anggota tim atau karyawan, sehingga setiap orang menganut budaya dan pemikiran yang tepat dan positif. Dalam kepemimpinan, fungsi seperti ini sangatlah diperlukan untuk membangun norma-norma produktif, harapan, dan makna kehidupan yang dijunjung bersama.
15. Membentuk Ketangguhan.
Terakhir, kepemimpinan berfungsi untuk memimpin para anggota tim atau karyawan dengan bersikap tangguh dalam menghadapi segala tekanan, masalah dan kegagalan yang hadir dalam kehidupan. Hal ini bertujuan agar semua motivasi, fokus dan semangat yang kita miliki tidak mudah hilang begitu saja.
Sumber:
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12708/Mengenal-Kepemimpinan-dan-Model-Kepemimpinan.html
https://www.studilmu.com/blogs/details/pengertian-fungsi-kepemimpinan-dan-15-fungsi-kepemimpinan
Antropometri
Pengertian AntropometriAntropometri merupakan salah satu cabang ilmu ergonomi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia yang dapat digunakan untuk merancang fasilitas yang ergonomis. Menurut (Wignjosoebroto, 2000) Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani,yaitu kata anthropos (man) yang artinya manusia dan kata metreinn (tomeasure) yang artinya ukuran, sehingga antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Menurut(Nurmianto dalam Prasetyo 2011) bahwa antropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia dalam hal ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara luas dapat digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan atau desain produk maupun sistem kerja yang akan digunakan manusia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat pada produk yang dirancang serta manusia yang akan menggunakan produk tersebut sehingga perancang suatu produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Contoh-contoh dari aplikasi data antropometri misalnya: pakaian, kursi, botol, helm, dan sebagainya.
Cara pengukuran AntropometriMenurut (Panero, 2003) berdasarkan cara pengukurannya, antropometri terbagi atas dua macam, yaitu:
a. Antropometri StatisAntropometri statis adalah pengukuran data yang mencakup pengukuran atas bagian – bagian tubuh seperti dimensi kepala, batang tubuh, dan anggota badan lainnya pada posisi standar (tegak sempurna). Pengukuran antropometri statis biasanya digunakan untuk mendesain barang – barang yang digunakan manusia seperti meja, kursi, dan pakaian.
b. Antropometri DinamisAntropometri dinamis yaitu pengukuran yang dilakukan pada posisi tubuh sedang bekerja atau melakukan aktivitas. Dimensi yang diukur pada antropometri dinamis diambil secara linier (lurus) dan saat pemakai melakukan aktivitasnya seperti ketinggian orang saat sedang berjalan.
Filosofi Kepemimpinan (Hastabrata)
Hastabrata
Hastabrata adalah sebuah ajaran perilaku yang dimiliki oleh seorang pemimpin.Ada delapan ajaran perilaku yang berlandaskan hukum-hukum alam, yang dinamakan Wahyu Makutha Rama.Istilah ini diambil dari buku Ramayana karya Yasadipura I yang hidup pada akhir abad ke-18 (1729-1803 M) di keraton Surakarta.Hasta (delapan) sedangkan Brata (laku), watak atau sifat utama yang diambil dari sifat alam.Secara terminologis berarti delapan langkah yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengemban misi kepemimpinannya.Langkah-langkah tersebut mencontoh delapan watak dari benda-benda di alam yakni bumi, matahari, bulan, bintang, api, angin, laut, dan air.
1. Pindha Jaladri
Seorang pemimpin harus mempunyai keluasan hati dan pandangan, dapat menampun semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan pengertian terhadap rakyatnya. Menempatkan semua orang pada derajat yang sama dan martabat yang sama sehingga dapat berlaku adil dan bijaksana.
2. Pindha Candra
Seorang pemimpin harus berlaku seperti bulan, yang terang dan sejuk, mampu merawat hati rakyatnya dengan sikap keseharian yang tegas dan keputusanya tidak menimbulkan konflik. Mampu memberikan dorongan motivasi membangkitkan semangat rakyatnya, dalam suka maupun duka.
3. Pindha Kartika
Seorang pemimpin harus bisa menjadi bintang, yang memancarkan sinar terang, dan mempunyai tempat yang tetap di langit, hingga dapat menjadi pedoman arah dan hendaknya menjadi teladan. Tidak ragu menjalakan keputusan-keputusan yang telah disepakati, tidak mudah terpengaruh oleh pihak-pihak yang menyesatkan.
4. Pindha Surya
Seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti matahari, seperti sinar kehidupan yang dibutuhkan oleh seluruh jagat, energi dari seorang pemimpin harus memberi petunjuk dan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi rakyatnya.
5. Pindha Arga
Seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti gunung, yang teguh dan kokoh, memiliki keteguhan, kekuatan fisik, dan psikis, serta tidak mudah menyerah untuk membela kebenaran maupun membela rakyatnya.
6. Pindha Dahana
Seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti api, energi seorang pemimpin diharapkan mampu menghangatkan hati dan membakar semangat rakyatnya untuk berbuat kebaikan dan memerangi kejahatan.
7. Pindha Bayu
Seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti Angin, pemimpin harus mampu berpergian dan hadir dimana saja, tak mengenal tempat dan waktu. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu berbaur di semua lapisan masyarakat dan bersikap adil, tidak diskriminatif atau membeda-bedakan antar ras, golongan dan agama.
8. Pindha Buwana
Seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti bumi, seorang pemimpin harus berusaha untuk selalu siap dan mampu menjadi sumber kebutuhan hidup bagi siapapun mengerti apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya, dan memberikan bantuan kepada siapa saja tanpa pilih kasih.
Sumber:
https:///iptek/pr-16734583/mengenal-hastabrata-sifat-kepemimpinan-menurut-etika-masyarakat-jawa
Filosofi Dan Konsep Dasar Kepemimpinan
Filosofi Kepemimpinan
Filosofi kepemimpinan berada di bawah filsafat karena berurusan dengan pengetahuan, kepercayaan, konsep, sikap, dan nilai, sebagian besar dalam cara pemimpin seharusnya memperlakukan orang lain, seperti pengikut dan rekan kerja mereka. Jadi, sementara teori, model, atau konsep kepemimpinan mungkin memiliki fakta ilmiah yang valid yang melandasinya, sebuah teori sering kali memperdebatkan nilai yang harus diberikan pemimpin kepada pekerja atau pengikutnya.
Konsep Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan diartikan sebagai proses pengaruh sosial yang memaksimalkan upaya orang lain untuk pencapaian tujuan. Pengertian ini memiliki konsep dasar sebagai berikut:
• Kepemimpinan berasal dari pengaruh sosial, bukan otoritas atau kekuasaan.
• Kepemimpinan membutuhkan orang lain, dan itu menyiratkan bahwa mereka tidak perlu menjadi "laporan langsung".
• Tidak disebutkan ciri-ciri kepribadian, atribut, atau bahkan gelar; ada banyak gaya, banyak jalan, menuju kepemimpinan yang efektif.
• Ini mencakup tujuan, bukan pengaruh tanpa hasil yang diinginkan.
Sejarah Dan Perkembangan Ergonomi Hingga Saat Ini
Sejarah Ergonomi
A. Masa Purba
Pada zaman dahulu, manusia masih hidup dalam lingkungan alam yang masih sangat asli di mana kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan dan kreatifitas tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, perkakas atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu.
Selanjutnya, perubahan waktu walaupun terjadi secara perlahan, namun telah merubah gaya hidup manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya dengan berbagai macam tantangan dan tuntutan. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu dengan bentuk dan fungsi spesifik seperti misalnya batu diruncingkan menjadi pisau.
Perubahan pada alat-alat sederhana ini menunjukan bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk selalu mencari cara guna memudahkan kehidupannya. Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun, hal itu berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan saja.
B. Masa Revolusi Industri
Sebetulnya, disiplin ilmu ergonomi mulai dicetuskan secara formal pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya, telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting pada dekade sebelumnya yang berkaitan dengan perkembangan ergonomi dapat secara sederhana diilustrasikan pada penjelasan di bawah.
Thackrah (Inggris, 1831) adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman dan dirasakan oleh para pekerja. Thackrah mengamati postur tubuh pekerja pada saat pekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan yang menjadi perhatiannya. Pada saat itu, ia mengamati seorang pejahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi serta meja yang kurang sesuai secara antropometris, serta pencahayaan yang tidak baik, sehingga mengakibatkan membungkuknya bada sehingga mengakibatkan keluhan pada pinggang dan terjadi iritasi pada indra penglihatan pekerja tersebut.
Perkembangan selanjutnya, Gilbreth (Amerika, 1911) mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam hal analisis gerakan. Motion study yang diterbitkan pada tahun 1911 menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur secara turun-naik sesuai dengan dimensi antropometri penggunanya (adjustable).
Badan penelitian untuk kelelahan industri (Industrial Fatigue Research Board, Inggris, 1918) didirikan sebagai upaya penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada perang dunia pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output kerja meningkat setiap harinya dengan pengurangan jam kerja per-harinya.
Pada perkembangan berikutnya, Elton Mayo Et.al (Amerika, 1933) seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu perusahaan kelistrikan Amerika. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variable fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator pada unit perakitan kelistrikan tersebut.
C. Sejarah Ergonomi Masa Perang Dunia
Sebetulnya, di Amerika Serikat, disipilin ilmu ergonomi atau dikenal sebagai human factors, secara umum dianggap berasal selama Perang Dunia II (Wickens & Hollands, 2000), meskipun kemajuan yang memberikan kontribusi untuk pembetukannya dapat ditelusuri pada pergantian abad 20. Sebelum perang dunia II, fokusnya adalah bagaimana merancang manusia agar sesuai dengan mesin yang digunakannya melalui trial and error (designing the human to fit the machine), bukannya merancang mesin agar sesuai dengan manusia. Hal ini dapat ditemukan dalam karya Frederick Taylor (1989) tentang seleksi, pelatihan, jadwal kerja-istirahat, dan studi gerakan&waktu pada pekerja industri
Banyak kemajuan ergonomi yang berasal dari kebutuhan militer. Dengan dimulainya perang dunia 1, konflik pertama untuk menggunakan pesawat yang baru diciptakan dalam pertempuran, timbul kebutuhan untuk metode yang tepat dalam memilih dan melatih pilot berkualitas. Hal ini mendorong pengembangan psikologi penerbangan dan dimulainya penelitian tentang aeromedical. Meskipun kemajuan telah dibuat waktu itu, Meister (1999) menyatakan bahwa dorongan atau motivasi mengembangkan disiplin ilmu ergonomi tidak dapat terpenuhi, karena kurangnya “krisis teknologi dan personil seperti yang terjadi pada Perang Dunia II”.
Pecahnya Perang Dunia II dan adanya tuntutan kebutuhan pada saat itu maka terbentuk suatu katalis untuk mengembangkan disiplin ilmu ergonomi. Pertama, kebutuhan untuk memobilisasi dan mempekerjakan banyak pria dan wanita membuatnya tidak praktis lagi untuk memilih secara individu pada pekerjaan tertentu. Dengan demikian, fokus beralih kepada bagaimana merancang kemampuan manusia dan meminimalkan konsekuensi negatif dari keterbatasan mereka. Kedua, Perang Dunia II telah menjadi saksi di mana kemajuan teknologi akhirnya memaksa kemampuan manusia untuk beradaptasi dan mengimbangi desai yang tidak tepat.
Hal ini paling jelas terlihat pada sebuah kecelakaan pesawat dengan pilot yang sebenarnya sangat terlatih, tetapi terdapat masalah pada alat konfigurasi dan display instrument pesawat yang tidak ergonomis (Fitts & Jones, 1947). Eksperimental psikolog tetap dilakukan untuk mempelajari masalah ini dengan mengadaptasi teknik-teknik laboratorium. Maka, disiplin ilmu ergonomi mulai dilahirkan bahkan manusia yang terlibat di dalamnyapun mungkin tidak menyadarinya pada saat itu (Meister, 1999).
Pada pertengahan tahun 1960-an, disiplin ilmu ergonomi terus tumbuh dan berkembang di berbagai belahan dunia. Lebih dari itu, disiplin keilmuan ergonomi diperluan ke bidang-bidang lain, termasuk perangkat keras komputer (1960-an), perangkat lunak komputer (tahun 1970-an), pembangkit listrik tenaga nuklir dan sistem persenjataan (1980-an), makroergonomik, internet & otomatisasi (1990-an), dan teknologi adaptif (2000-an). Bidang ergonomik yang baru pun bermunculan seperti neuro-ergonomics dan nano-ergonomics. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang-bidang seperti bioteknologi dan nanoteknologi adalah suatu hal yang menarik untuk diikuti dan dipelajari tentang apa yang baru ditemukan tersebut akankah mengharuskan untuk menerapkan ergonomi sebagai solusi terbaik.
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong