ARSIP BULANAN : September 2022

Antropometri

13 September 2022 10:04:39 Dibaca : 409

 Antropometri berasal dari kata antropos yang artinya manusia dan metri yang berarti ukuran. Jadi antropometri diartikan sebagai suatu ilmu yang secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya.

Jika ditelusuri lebih dalam, antropometri merupakan sebuah cabang ilmu yang sangat membantu dalam bidang kesehatan maupun kehidupan sehari-hari. Dalam bidang kesehatan, yang jelas antropometri akan memberikan pengukuran kondisi fisik manusia secara detail yang mana hal tersebut akan dianalisan kondisi fisiknya berdasarkan pengukuran yang telah ada. Selanjutnya, untuk kehidupan sehari-hari, antropometri akan memberikan data fisik manusia secara lengkap dan hal itu dapat digunakan sebagai persyaratan untuk berbagai macam keperluan.

Menurut ilmu antropometri, objek yang akan dilakukan pengukuran yakni meliputi bagian luar tubuh manusia yang dapat dilihat secara kasat mata. Bagian tubuh tersebut misalkan saja tangan, kepala, kaki, leher, dan masih banyak lagi lainnya yang penting untuk dilakukan pengukuran.

SEJARAH ANTROPOMETRI

   Berawal dari kajian ilmu antropologi yang mempelajari manusia termasuk dari bagian luar dan dalam. Secara spesifik terdapat cabang antropologi yang mempelajari tentang ukuran dan proporsi tubuh manusia yang bisa disebut dengan antropologi fisik. Dari kajian ilmu antropologi fisik dapat memberikan sumbangsih terbesar dari itu sehingga timbullah kajian ilmu baru yang lebih mempelajari pengukuran tubuh manusia yang bisa kita kenal dengan antropometri. Seorang ahli statistik dari bangsa Belgia bernama Adolphe Quetelet merupakan orang yang memperkenalkan kajian ilmu antropometri dengan pengaplikasian dalam bentuk konsep statistik pada data antropologi (Kroemer et al., 1994) dalam Buku Antropometri dan Aplikasinya. Pada masa Adolphe data antropometri belum banyak digunakan terutama dalam kajian antropometri. Ketika abad ke-19 merupakan awal era antropometri modern berlangsung, hal tersebut penggunaan antropometri bagi keperluan perancangan oleh industri-industri. Pada akhir abad 19 dalam disiplin ilmu digunakan secara luas. Antropometri digunakan dalam berbagai hal perancangan fasilitas kerja, merancang alat sesuai dengan proporsi tubuh, stasiun kerja, dan fasilitas kerja. Data-data antropometri digunakan sebagai dasar bagi para ergonom untuk merancang berbagai macam kebutuhan sesuai dengan dimensi tubuh dan diharapkan dapat mempermudah kemampuan individu dalam bekerja. Harapan dari data antropometri dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja.

JENIS-JENIS ANTROPOMETRI

ANTROPOMETRI STATIS

 Antropometri statis akan berkaitan dengan dimensi tubuh manusia. Dalam melakukan pengukuran antropometri jenis ini, tubuh manusia yang diukur harus dalam kondisi diam. Oleh karena itulah, antropometri ini disebut dengan antropometri statis.Dalam antropometri statis, dimensi tubuh manusia yang diukur dalam posisi tetap yakni meliputi beberapa hal antara lain ukuran kepala, panjang lengan, berat badan, dan masih banyak lagi lainnya. Pengukuran antropometri statis ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

  • Pekerjaan
  • Usia
  • Jenis kelamin
  • Suku bangsa dari mana manusia tersebut berasal

ANTROPOMETRI DINAMIS

 Jenis lainnya dari antropometri statis yakni antropometri dinamis. Antropometri ini memungkinkan manusia yang sedang melakukan pengukuran dimensi tubuh untuk bergerak. Hal ini dilakukan dengan cara memperhatikan ciri dan kondisi fisik seseorang saat posisi bergerak. Dalam antropometri jenis ini, terdapat 3 bentuk pengukuran yang berbeda yakni meliputi:

  • Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat melakukan pekerjaan.
  • Pengukuran tingkat keterampilan seseorang untuk mengetahui cara kerja atau aktivitas pekerjaannya.
  • Pengukuran variabilitas kerja yang mana hal tersebut akan didasarkan pada segala aktivitas yang dilakukan seseorang.

FAKTOR YANG MENYEBABKAN VARIASI DATA ANTROPOMETRI

1.Umur

 Faktor pertama yang digunakan adalah umur. Dalam setiap pengukuran seseorang, harus diketahui umur seseorang tersebut. Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya, setiap usia memiliki dimensi tubuh yang berbeda. Dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan berkembangnya umur sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Sedangkan akan terjadi penyusutan ketika berusia 50 tahun keatas. Terutama manusia mengalami 5 fase pertumbuhan :

  • Balita
  • Anak
  • Remaja
  • Dewasa
  • Lansia

2. Jenis Kelamin

 Selain menggunakan umur sebagai variasi data, jenis kelamin juga menentukan variasi yang lain. Pada dasarnya, dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya lebih besar dibandingkan dengan wanita. Kecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti lingkaran dada dan pinggul. Perbedaan dimensi antara perempuan dan laki-laki ini bisa dikatakan cukup signifikan, sehingga penting melakukan pengelompokan pengukuran melalui jenis kelamin.

3. Suku/Ras

 Ketiga, faktor suku dan ras. Setiap suku bangsa ataupun etnis akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan lainnya. Misalkan, suku Jawa dan Papua, memiliki perbedaan mencolok pada ukuran tubuh mereka. Di mana orang jawa cenderung memiliki badan yang pendek, dan orang papua memiliki tubuh lebih besar dan tinggi. Atau misalkan, orang Indonesia dan orang Eropa memiliki badan yang berbeda.Misalkan dari tinggi tubuh, orang Barat memiliki postur tubuh lebih tinggi dan besar daripada orang Asia. Hal ini kemudian menentukan bagaimana hasil data yang diperlukan.

4. Postur dan Posisi Tubuh

 Ukuran tubuh akan berbeda dipengaruhi oleh posisi tubuh pada saat akan melakukan aktivitas tertentu yaitu structural dan functional body dimensions. Posisi standar tubuh pada saat melakukan gerakan-gerakan dinamis dimana gerakan tersebut harus dijadikan dasar pertimbangan pada saat data antropometri disesuaikan.

 

REFERENSI

https://bukausaha.com/pengertian-antropometri/

https://soloabadi.com/mengenal-pengukuran-antropometri-dalam-berbagai-bidang-ilmu/

https://soloabadi.com/faktor-faktor-yang-menyebabkan-variasi-data-antropometri/

Sejarah Dan Perkembangan Ergonomi

04 September 2022 17:54:28 Dibaca : 1548

SEJARAH ERGONOMI

 Pada zaman dahulu, manusia masih hidup dalam lingkungan alam yang masih sangat asli di mana kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan dan kreatifitas tangannya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, perkakas atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu.

 Selanjutnya, perubahan waktu walaupun terjadi secara perlahan, namun telah merubah gaya hidup manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya dengan berbagai macam tantangan dan tuntutan. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu dengan bentuk dan fungsi spesifik seperti misalnya batu diruncingkan menjadi pisau.

 Perubahan pada alat-alat sederhana ini menunjukan bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk selalu mencari cara guna memudahkan kehidupannya. Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun, hal itu berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan saja.

PERKEMBANGAN ERGONOMI

 Perkembangan ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.

 Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.

 Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia. Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric (Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini memberikan konsep baru tentang motivasi ditempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin. 

 Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang.

 Setelah perang dunia kedua, maka para ahli menjadi terbuka bahwa untuk merancang suatu sistem kerja harus bisa menginterasikan elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut. Manusia yang merupakan satu komponen kerja, perlu mendapat tenaga perhatian khusus, karena sifatnya kompleks. Ergonomi merupakan ilmu tersendiri yang mempelajari dari karakteristik dan tingkah laku manusia