Perjalanan belajar saya dalam mata kuliah Pengendalian dan Penjaminan Mutu merupakan pengalaman berharga. Bapak dosen membuat suasana kuliah menjadi menarik, sehingga mahasiswa tidak merasa bosan. Saat mulai mengerjakan proyek, kami diminta menganalisis kasus nyata dengan menerapkan alat pengendalian kualitas, salah satunya adalah Six Sigma. Kelompok kami menggunakan metode Six Sigma DMAIC agar permasalahan di sebuah UMKM yang kami teliti dapat terstruktur. Kami dapat mengidentifikasi masalah, menganalisis sebab-akibat, lalu melakukan perbaikan dan pengendalian untuk ke depannya.

Selain pengalaman menarik di dalam dan luar kelas, saya juga mendapat pengalaman saat diwawancarai mengenai proyek kami. Awalnya saya merasa takut dan gugup, tetapi saya berusaha belajar untuk menghadapinya. Mengelola perasaan saat diwawancarai bukan hal mudah bagi saya. Sebelum diwawancarai, saya mempersiapkan diri sebaik mungkin seperti memahami kembali dari isi laporan proyek kami, dan berlatih menjawab dengan tenang dan percaya diri bersama teman saya. 

Dari mata kuliah ini, saya tidak hanya mendapat ilmu baru tentang pengendalian dan penjaminan mutu, tetapi juga pengalaman untuk terus berlatih menghadapi rintangan yang mungkin sulit untuk saya hadapi, serta membangun kepercayaan diri.

Terima kasih kepada bapak dosen pengampu dan teman-teman yang telah membantu saya dalam proyek mata kuliah ini.

Nama  : Laudza Difa Kamilah Bokings

NIM     : 561422011

Kelas   : A

Prodi   : S1 Teknik Industri

Tugas  : Mata Kuliah Pengendalian dan Penjaminan Mutu

 

Sejarah perkembangan manajemen mencakup berbagai teori, pendekatan, dan praktik yang telah berkembang seiring waktu. Perkembangan ini diarahkan oleh upaya untuk memahami dan mengelola organisasi dengan lebih efektif, mengoptimalkan sumber daya, dan mencapai tujuan organisasi. Seiring dengan perubahan sosial, teknologi, dan lingkungan bisnis, konsep dan pendekatan manajemen terus berevolusi untuk menghadapi tantangan dan peluang yang muncul. Dari pendekatan awal yang berfokus pada efisiensi operasional hingga pendekatan yang lebih holistik yang mengintegrasikan dimensi manusia, sistem, dan nilai-nilai, perkembangan manajemen mencerminkan upaya tak henti-hentinya untuk meningkatkan kinerja organisasi dan mencapai kesuksesan jangka panjang.

  • Generasi 1: Manajemen Ilmiah

Generasi pertama manajemen fokus pada pendekatan ilmiah dalam mengelola organisasi. Pendekatan ini dipopulerkan oleh Frederick Taylor pada awal abad ke-20. Manajemen ilmiah bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional dengan mengoptimalkan proses kerja. Melalui analisis pekerjaan, standar kerja, dan penggunaan metode ilmiah, manajemen ilmiah membantu mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan serta memperbaiki metode kerja yang kurang efisien. Hal ini berdampak positif pada efisiensi dan produktivitas organisasi dengan mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi kerja.

  • Generasi 2: Teori Klasik

Generasi kedua manajemen, yang muncul pada tahun 1920-an, dikenal sebagai teori klasik manajemen. Pendekatan ini dipimpin oleh Henri Fayol dan Max Weber. Teori klasik menekankan struktur organisasi, pembagian kerja, koordinasi, dan hierarki. Dengan menerapkan prinsip-prinsip organisasi yang terstruktur, organisasi dapat mencapai efisiensi dalam tugas dan tanggung jawab yang jelas. Koordinasi yang baik dan hierarki yang terdefinisi dengan baik juga membantu mengurangi kesalahan dan konflik yang dapat mengganggu efisiensi. Selain itu, pembagian kerja yang efektif memungkinkan spesialisasi dan peningkatan produktivitas dalam setiap area kerja.

  • Generasi 3: Teori Hubungan Manusia

Generasi ketiga manajemen, yang muncul pada tahun 1930-an, menggeser fokus dari tugas dan struktur ke faktor manusia dalam organisasi. Pendekatan ini dipimpin oleh Elton Mayo dan rekannya dalam eksperimen Hawthorne. Dengan menciptakan iklim organisasi yang kondusif, termasuk komunikasi yang efektif, motivasi, dan memenuhi kebutuhan sosial pekerja, manajemen dapat meningkatkan kepuasan dan keterlibatan karyawan. Karyawan yang puas dan termotivasi cenderung lebih berdedikasi, berkolaborasi, dan berkontribusi secara produktif, yang pada gilirannya meningkatkan efisiensi dan produktivitas organisasi.

  • Generasi 4: Pendekatan Sistem

Generasi keempat manajemen, yang muncul pada tahun 1950-an. Pendekatan sistem merupakan hasil dari kontribusi banyak teori dan konsep dari berbagai ahli manajemen seperti Ludwig von Bertalanffy, W. Edwards Deming, Peter Senge, dan James G. March, di antara lain. Mereka berkontribusi dalam memahami organisasi sebagai sistem yang kompleks dan saling terkait. Dalam sistem yang efisien, interaksi antara bagian-bagian organisasi harus diatur dengan baik. Integrasi fungsi dan subsistem organisasi membantu mengurangi redundansi, meningkatkan koordinasi, dan meminimalkan hambatan yang menghambat efisiensi. Selain itu, pemahaman tentang dampak lingkungan eksternal memungkinkan organisasi untuk menyesuaikan praktik dan strategi mereka, yang berkontribusi pada efisiensi dan produktivitas yang lebih baik.

  • Generasi 5: Manajemen Berbasis Nilai

Generasi kelima manajemen, yang muncul pada tahun 1990-an. Banyak ahli manajemen, pemimpin bisnis, dan akademisi telah berkontribusi dalam mempromosikan pendekatan ini, termasuk Jim Collins, Simon Sinek, dan John Mackey. Generasi kelima manajemen menekankan pentingnya nilai-nilai dan tujuan organisasi yang lebih luas. Dengan memfokuskan pada integritas, etika, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan, manajemen berbasis nilai menciptakan budaya organisasi yang mendukung karyawan dan masyarakat secara keseluruhan. Karyawan yang merasa terhubung dengan nilai-nilai organisasi dan tujuan yang lebih tinggi cenderung lebih termotivasi dan berdedikasi, yang berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan efisiensi organisasi.

Secara keseluruhan, perkembangan dari generasi 1 hingga 5 dalam manajemen telah berdampak pada efisiensi dan produktivitas organisasi dengan mengoptimalkan proses kerja, meningkatkan spesialisasi, menciptakan iklim organisasi yang kondusif, meningkatkan koordinasi dan integrasi, serta menghubungkan nilai-nilai organisasi dengan karyawan.

A. PROYEKSI AKSONOMETRI

Aksonometri adalah sebuh sebutan umum untuk pandangan yang dihasilkan oleh garis-garis proyeksi suatu benda. Dalam penggambaran ini garis-garis pemroyeksi ditarik tegak lurus terhadap bidang proyeksi. Aksonometri merupakan salah satu modifikasi penggambaran satu bentuk yang berskala. Gambar aksonometri berguna untuk dapat lebih menjelaskan bentuk suatu bangunan, baik itu bentuk bangunan seutuhnya, potongan bangunan yang memperlihatkan struktur atau interiornya, detai bagian bangunan atau sampai menunjukkan skema utilitas suatu bangunan. Proyeksi Aksonometri adalah proyeksi menggambar benda dengan ketentuan sudut proyeksi dan skala pemendekan yang telah ditetapkan meliputi proyeksi isometri, dimetri dan trimetri. Ada tiga bentuk gambar aksonometri adalah isometri, dimetri dan trimetri.

1. Proyeksi Isometri

merupakan proyeksi aksonometri dimana pandangan yang dipilih dari objek diletakkan sedemikian rupa terhadap bidang proyeksi dimana masing – masing bidang membentuk sudut 30 derajat dan skala yang digunakan pada setiap bidang adalah sama atau Sudut antara sumbu satu terhadap sumbu lainya 120 derajat.

2. Proyeksi Dimetri

merupakan bagian dari proyeksi aksonometri. Proyeksi Dimetri artinya skala pemendekan untuk kedua sumbu adalah sama, sedangkan sudut proyeksi boleh sama atau berbeda. Aturan yang mendasar adalah terdapat skala pemendekan yang sama terhadap dua sumbu atau dua sudut. Jadi untuk proyeksi Isometri bias dikatakan proyeksi dimetri karena telah memenuhi syarat terdapat skala pemendekan yang sama untuk dua sumbu dan dua sudut proyeksi yang sana

3. Proyeksi Trimetri

 Adalah proyeksi dengan skala pendekatan tiga sisi dan tiga sudut tidak sama. Aturan yang mendasar adalah terdapat skala pemendekan yang boleh sama / tidak sama terhadap ketiga sumbu atau dua sudut. Jadi bias dikatakan proyeksi dimetri karena telah memenuhi syarat terdapat skala pemendekan yang sama untuk dua sumbu dan dua sudut proyeksi yang sama, dan juga bias dikatakan Proyeksi Trimetri

 

B. PROYEKSI MIRING / OBLIQUE

Proyeksi miring adalah proyeksi gambar dimana garis pada proyeksitidak tegak lurus terhadap bidang proyeksi namun membentuk sudut miring. Permukaan depan objek pada gambar ditempatkan dengan bidang kerja proyeksi sehingga bentuk permukaan depan objek tergambar seperti sebenarnya. Apabila panjang objek pada proyeksi sama dengan panjang sebenarnya maka disebut proyeksi miring cavalier, sedangkan untuk panjang objek pada proyeksi yang diperpendek disebut dengan proyeksi miring cabinet. Gambar pada proyeksi miring memiliki basis sumbu 0,45 derajat dan 90 derajat. Rasio sumbu X, Y, dan Z dalam proyeksi miring adalah 1: ½: 1. Bedanya ialah sudut di antara sumbu X dan garis horizontal ialah 0 derajat, dan sudut di antara sumbu X dan garis horizontal ialah 45 derajat.

 

C. PROYEKSI PERSPEKTIF

Proyeksi Perspektif adalah penggambaran pengubahan objek tiga dimensi menjadi objek dua dimensi, di mana setiap garis proyeksi menggambarkan lokasi yang jauh dan ukuran objek. Dalam tampilan perspektif, proyeksi diatur menurut panjang,lebar,dan kedalaman. Proyeksi ini dibuat karena kesalahan mata manusia saat memproyeksikan gambar. Gambar atau objek yang berukuran lebih besar perlu divisualisasikan ke dalam bentuk yang lebih kecil agar terlihat seperti gambar aslinya.

Macam-macam proyeksi perspektif:

1.       Perspektif dengan satu titik hilang ( one point perspective )

Digunakan untuk menggambar objek yang terletak relatif dekat dengan mata. Karena letak objek yang cukup dekat, akibatnya mata memiliki sudut pandang yang sempit, sehingga garis-garis batas benda akan menuju satu titik lenyap, kecuali bila sejajar dengan horizon dan tegak lurus terhadapnya. Konstruksi perspektif satu titik hilang didasari oleh kenyataan bahwa garis vertical digambarkan secara vertical, garis horizontal digambarkan secara horizontal, dan hanya garis-garis yang menunjukkan kedalaman perspektif yang bertemu pada satu titik hilang (kecuali garis-garis melintang yang memiliki sudut selain 0 derajat dan 90 derajat terhadap garis normal). Metode  ini menggambarkan sebuah objek dengan satu titik pedoman yang menghubungkan dengan bidang gambar, di mana hanya satu titik hilang semua garis perspektif tersebut akan tertuju, serta satu titik ukur yang berpela pula sebagai titik diagonal.

2.       Perspektif dengan dua titik hilang ( two point perspective )

Digunakan untuk menggambarkan benda-benda yang letaknya relative jauh dan letaknya tidak sejajar (serong) terhadap mata pengamat. Karena posisi pengamat jauh dengan objek maka sudut pandang mata melebar, akibatnya garis-garis batas benda akan menuju titik lenyap sebelah kiri dan kanan. Sistem ini memberikan kesempatan untuk menggambarkan sudut terdekat atau terjauh dari sebuah objek atau ruangan. Dalam perspektif dua titik hilang, sudut ruangan atau tepi sebuah objek digambar terlebih dahulu dan dapat digambarkan secara horizontal dan vertical, untuk kemudian ditarik garis dari titik hilang. Perspektif dua titik hilang sangat sulit untuk digambar secara terukur. Bagaimanapun, perspektif dua titik hilang menampilkan gambar yang terlihat lebih alami dengan sedikit distorsi disbanding dengan perspektif lainnya.

3.       Perspektif dengan tiga titik hilang ( three point perspective )

Digunakan untuk menggambar arsitektur bangunan yang serba tinggi. Perspektif tiga titik hilang sangat tidak biasa digunakan pada presentasi desain interior. Secara umum, perspektif tiga titik hilang terbentuk dari dua titik hilang yang terletak di garis cakrawala dan satu titik hilang tambahan yang terletak di atas atau di bawah garis cakrawala, segaris lurus secara vertical dengan titik diagonal, sehingga bila ditarik garis berurutan dari ketiga titik hilang tersebut akan membentuk segitiga sama sisi, yaitu segitiga yang memiliki sudut yang sama, yaitu 60 derajat. Penggunaan metode tiga titik hilang dapat menyebabkan distorsi yang berlebihan karena hampir semua garis tertuju pada titik hilang. Ini berarti dalam menggambarkan perspektif tiga titik hilang membutuhkan kemampuan visualisasi yang sangat baik, walaupun begitu, masih dapat diukur dengan menggunakan titik diagonal yang berjumlah tiga buah yang terletak di antara ketiga titik hilang. Hasil yang ditampilkan perspektif tiga titik biasa disebut ‘penglihatan mata burung’ bila titik hilang berada di bawah garis cakrawala, dan ‘penglihatan mata semut’ atau ‘penglihatan mata kodok’ bila titik hilang berada di atas garis cakrawala.

 

D. ILUSTRASI INDUSTRI

Ilustrasi sebagai seni aplikasi adalah sebuah bidang yang tidak berdiri sendiri, selalu terkait dengan industri lain yang membutuhkannya. Ketika ia mencoba untuk berdiri sendiri, ia akan masuk ke ranah seni rupa murni (fine art). Dan seni rupa murni memiliki dunianya sendiri, dengan distribusi dan pasar yang berlangsung di dalam galeri-galeri seni. Hal ini sepertinya agak kurang disadari oleh para pelakunya sendiri. Dalam konteks ini, pada dasarnya ada dua garis besar tipe artis. Pertama, artis yang sangat lihai dalam merespon sebuah project brief sebagai titik mulai dan mencari solusi visual yang tak terduga. Inilah yang sering disebut sebagai ilustrator. Kedua, artis yang cenderung merasa kebebasannya terkekang jika diberikan brief dan merasa lebih nyaman untuk bisa memulai sebuah karya dari titik mulai mana pun yang ia pilih sendiri. Mereka ini biasanya disebut sebagai seniman murni (fine artist). Berkarya untuk seni itu sendiri (for the sake of art) dan bukan untuk hal lain.

TUGAS GAMBAR TEKNIK MATERI POTONGAN DAN PROYEKSI

05 October 2022 15:39:47 Dibaca : 2147

NAMA : LAUDZA DIFA KAMILAH BOKINGS

NIM : 561422011

PRODI : S1 TEKNIK INDUSTRI

KELAS : A

 

1. PROYEKSI

Proyeksi adalah gambar dari benda nyata atau khayalan, yang dikemas/digambarkan dengan garis-garis pandangan pengamat terhadap suatu bidang datar/ bidang gambar tersebut. Proyeksi juga berfungsi untuk menampilkan wujud benda ke dalam bentuk gambar yang diinginkan. Proyeksi ini sendiri dapat dikelompokkan/diklasifikasi menjadi 2 yaitu proyeksi piktorial dan proyeksi ortogonal.

A. Proyeksi Piktorial

Proyeksi piktorial adalah cara menampilkan gambar suatu benda yang mendekati bentuk dan ukuran sebenarnya secara tiga dimensi, dengan satu arah pandangan/tunggal.

1. Proyeksi Aksonometri.

Proyeksi aksonometri merupakan salah satu jenis proyeksi piktorial. Proyeksi ini merupakan proyeksi gambar dimana bidang-bidang atau tepi benda dimiringkan terhadap bidang proyeksi, maka tiga muka dari benda tersebut akan terlihat serentak dan memberikan gambaran bentuk benda seperti sebenarnya.

2. Proyeksi Isometri.

Proyeksi isometri ialah proyeksi yang menampilkan perbandingan pada setiap sumbu yang sama seperti ukuran benda. Dan sumbu isometri memiliki jarak sudut 120° pada setiap sumbunya. Dan besar sudut sumbu x dan y terhadap Garis mendatar adalah 30°.

3. Proyeksi Dimetri.

Proyeksi dimetri merupakan penyempurnaan dari gambar dengan proyeksi isometri, memiliki perbedaan sudut sumbu x dan y terhadap garis mendatar. Memiliki dua skala perpendekan pada dua rusuk dan dan dua sudut yang berpotongan pada satu titik.

4. Proyeksi Trimetri.

Proyeksi trimetri merupakan proyeksi yang berpatokan kepada besarnya sudut antara sumbu-sumbu (x,y,z) dan panjang garis sumbu-sumbu tersebut.

5. Proyeksi Miring (Oblique).

Proyeksi miring merupakan proyeksi gambar dimana garis-garis proyeksi tidak tegak lurus bidang proyeksi, tetapi membentuk sudut sembarang (miring). Permukaan depan dari benda pada proyeksi ditempatkan dengan bidang kerja proyeksi sehingga bentuk permukaan depan tergambar seperti sebenarnya. Jika kedalaman benda sama dengan panjang sebenarnya disebut proyeksi miring cavalier, sedangkan untuk panjang kedalaman yang diperpendek disebut dengan proyeksi miring cabinet.

6. Proyeksi Perspektif.

Proyeksi perspektif merupakan proyeksi piktorial yang terbaik kesan visualnya, tetapi cara penggambarannya sangat sulit dan rumit, apalagi untuk menggambar bagian-bagian yang rumit dan kecil. Pada proyeksi perspektif garis-garis pandangan (garis proyeksi) di pusatkan pada satu atau beberapa titik. Titik tersebut dianggap sebagai mata pengamat. Bayangan yang terbentuk pada bidang proyeksi disebut dengan gambar perspektif.

B. Proyeksi Ortogonal

Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya memiliki sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Proyektor adalah garis-garis yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi. Pada proyeksi ortogonal mencakup proyeksi eropa dan proyeksi amerika

1. Proyeksi Eropa

Proyeksi Eropa merupakan jenis proyeksi ortogonal, disebut juga proyeksi sudut pertama atau proyeksi kwadran I. Proyeksi Eropa merupakan proyeksi yang letaknya terbalik dengan arah pandangnya. Trus apa sih maksudnya? Maksud dari peletakannya terbalik dengan arah pandangannya yaitu, pada pelatakan bidang ,jadi bidang gambar, pandangan terhadap benda dari atas ,diletakan pada bagian bawah. bidang gambar benda yang dari arah depan. Sedangkan untuk bidang gambar yang diambil dari arah pandang samping kiri terhadap benda ,diletakan dibagian atas tetap disamping kanan ,dari bidang gambar benda yang dari arah depan. Silahkan cermati gambar.

Intinya pada proyeksi Eropa ini :

1. Pandangan terhadap benda dari Atas diletakan di Bawah.

2. Pandangan terhadap benda dari Depan diletakan di Atas.

3. Pandangan terhadap benda dari arah Kiri diletakan di Kanan.

2. Proyeksi Amerika

Proyeksi Amerika disebut juga proyeksi proyeksi kwadran III atau proyeksi sudut ketiga, perbedaan istilah bergantung dari pemahaman setiap orang. Proyeksi Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama dengan arah pandangannya.

Ini artinya pada proyeksi Amerika ini :

1.      Pandangan terhadap benda dari Atas diletakan di Atas.

2.      Pandangan terhadap benda dari Depan diletakan di Bawah.

3.      Pandangan terhadap benda dari Kanan diletakan di Kanan

 

2. POTONGAN

Potongan (Irisan) pada gambar teknik adalah sebuah metode penyajian gambar dengan cara memotong sebuah obyek bertujuan untuk melihat area atau bentuk benda yang terletak dibagian dalam,tertutupi oleh bentuk kulit luar.

Berikut ini merupakan Jenis-jenis potongan:

1. Potongan Meloncat

Potongan meloncat pada gambar teknik adalah sebuah metode pemotongan (irisan) yang bertujuan untuk menyatukan dua obyek yang terpotong dan menampilkanya hanya satu potongan saja,cara ini sangat efektif untuk menyederhanakan gambar dan penghematan waktu,potongan-potongan dalam beberapa bidang sejajar dapat disatukan. 

 2.Potongan Menyudut

Potongan menyudut adalah sebuah metode menampilkan potongan (irisan) pada sebuah obyek yang memerlukan dua penjelasan sekaligus walaupun obyek atau bagian tersebut berlawanan arah sumbu koordinatnya,dengan catatan satu bidang potong merupakan potongan utama, sedangkan bidang potongan yang lain menyudut dengan bidang pertama, proyeksi pada bidang terakhir ini, diselesaikan menurut aturan-aturan yang berlaku, diputar dengan berhimpit pada bidang proyeksi pertama.

 3. Potongan bidang berdampingan

Potongan bidang berdampingan adalah sebuah metode membuat potongan (irisan) terhadap obyek yang memiliki titik sumbu yang sama meskipun arah koordinatnya berbeda atau berubah-ubah.

 4. Potongan Separuh

Potongan separuh atau sebagian sering juga dikenal dengan istilah half section adalah sebuah metode potongan (irisan) hanya untuk mengetahui atau melihat sebagian obyek saja,ini sering terjadi pada obyek-obyek berbentuk simetrik sehingga sebagian menjadi gambar potongan dan setengahnya lagi sebagai pandangan.

 5. Potongan putar

Potongan putar adalah metode pemotongan (irisan) sebuah obyek secara penuh tetapi pada saat penyajianya diputar dan ditempatkan pada area lain,agar tidak terjadi salah persepsi dalam membacanya. Benda-benda tertentu seperti ruji roda, engkol, poly, gear rantai, dan sebagainya adalah beberapa obyek yang paling sering mengalami proses potongan putar.

6. Potongan PenuhPotongan penuh atau full section adalah sebuah metode pemotongan pada sebuah obyek secara menyeluruh, artinya potongan penuh terjadi ketika benda pemotong melalu bidang potongan seutuhnya.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong