ARSIP BULANAN : November 2013

POSYANDU

08 November 2013 15:33:28 Dibaca : 1186

PELAYANAN KESEHATAN
POS PELAYANAN TERPADU ( POSYANDU )

Posyandu merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan masyarakat dan merupakan bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi. Berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana (Posyandu) ini merupakan peningkatan dari tanggung jawab Puskesmas pada tahun 1984. (Soekidjo, 2007).
Selama ini kebanyakan masyarakat awam memahami bahwa kegiatan di Posyandu cuma kegiatan penimbangan balita saja, ternyata banyak kegiatan pelayanan yang bisa di dapatkan lewat Posandu. Pelayanan yang diberikan di Posyandu bersifat terpadu. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di Posyandu tersebut masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. (Depkes RI, 1990)
Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaannya dilakukan secara koordinatif dan intergratif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di Posyandu sesuai dengan situasi/ kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat.
Ada pertanyaan besar yang harus kita kaji bersama, bagaimana pelayanan Posyandu terhadap masyarakat sehingga bisa menciptakan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, utamanya bayi baru lahir, bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan Pasangan Usia Subur (PUS).
Jika di tinjau dari definisi Posyandu itu sendiri, ada beberapa tujuan di selenggarakannya Posyandu. Diantaranya yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Disamping itu Posyandu bertujuan untuk meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB), serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta aktif meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu bayi, balita, dan keluarga, serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita. (Depkes RI,2006)
Dengan adanya Posyandu dapat mendukung perilaku, keadaan gizi, dan kesehatan keluarga, sehingga keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau pertumbuhannya, memberikan ASI eksklusif, dan memberikan makanan pendamping ASI. Dalam pelayanan Posyandu, para kader memberikan 1 kapsul vitamin A warna biru pada bayi 6-11 bulan, dan warna merah pada anak 12-59 bulan/6 bulan. Memberikan imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali, dan campak 1 kali pada bayi 0-11 bulan. (Kemenkes RI, 2011)
Posyandu juga dapat mendukung perilaku hidup bersih dan sehat sehingga timbulnya kesadaran keluarga untuk buang air kecil /besar menggunakan jamban, memanfaatkan air bersih untuk kehidupan sehari-hari, tidak merokok dalam rumah, mencuci tangan pakai sabun, membebaskan rumah dari jentik nyamuk, jika bersalin ditolong oleh bidan, serta makan buah dan sayur setiap hari.
Diadakannya Posyandu juga dapat mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga keluarga tidak menderita diare, ISPA, DBD, malaria, hepatitis, TBC, polio, difteri, batuk rejan, tetanus, dan campak.
Posyandu juga mendukung pelayanan Keluarga Berencana (KB), mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan untuk memotivasi kelompok dasa wisma sehingga keluarga mengusahakan budidaya tanaman, sayuran, buah, ikan, dan ternak, serta mampu menyusun menu makanan bergizi sesuai ketersediaan pangan lokal dengan pemanfaatan pekarangan rumah.
Pada persiapan pelaksanaan Posyandu (H-1), kader menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat, mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu dan mempersiapkan sarana Posyandu berupa KMS/buku KIA, alat timbang, (dacin, sarung, pita LILA), obat gizi, (kapsul vitamin A, tablet tambah darah, dan oralit), alat bantu penyuluhan, buku pencatatan, dan pelaporan. Melakukan pembagian tugas antar kader sesuai dengan kegiatan yang dilakukan di Posyandu seperti pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, dan pelayanan yang dilakukan oleh kader, kader harus berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya. Sebelum pelaksanaan kegiatan di Posyandu, kader harus berkoordinasi terkait dengan sasaran, tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya, dan rencana kegiatan berikutnya. Serta kader membuat PMT penyuluhan dengan bahan makanan yang diperoleh dari daerah setempat, beraneka ragam, dan bergizi.
Pelayanan Posyandu dilaksanakan oleh kader Posyandu itu sendiri. Pelayanan Posyandu di kenal dengan nama “sistem 5 meja”, dimana kegiatan di masing-masing meja mempunyai pelayanan khusus. Sistem 5 meja bukan berarti bahwa Posyandu harus memiliki 5 buah meja untuk pelaksanaannya, tetapi pelayanan Posyandu mencakup 5 pokok kegiatan. (Kemenkes RI, 2011)
Pelayanan pada meja 1 yaitu pendaftaran balita, ibu hamil, dan Pasangan Usia Subur (PUS) yang dilayani oleh kader kesehatan. Balita di daftar dalam pencatatan balita kemudian memeriksa KMS/buku KIA yang sesuai dengan jenis kelamin. Untuk pendaftaran ibu hamil, di daftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil, kemudian melakukan penimbangan pada meja 2, begitu pula dengan pendaftaran PUS didaftar dalam formulir catatan dan namanya ditulis kemudian dilanjutkan ke tempat penyuluhan dengan penapisan status TT oleh petugas kesehatan
Pelayanan pada meja 2 yaitu penimbangan bayi, balita, dan ibu hamil. Setelah itu dilanjutkan ke meja 3 pencatatan dan hasil penimbangan dari meja 2 di dalam KMS.
Pada meja 4 di lakukan penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ibu hamil. Penyuluhan merupakan penyampaian informasi dari sumber informasi kepada seseorang atau kelompok orang mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan suatu program. Di posyandu, penyuluhan diberikan biasanya berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan penyuluhan diberikan melalui diskusi kelompok terarah, simulasi, demonstrasi, dll.
Meja 5 pemberian imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi memerlukan, dan periksa hami, yang dilayani oleh kader kesehatan. Bila ada kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk ke Puskesmas.
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil yaitu penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, harus dilakukan penyuluhan tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB, dan gizi. Memberikan penyuluhan tentang perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan pola makan ibu hamil, peragaan perawatan bayi baru lahir, serta senam ibu hamil.
Petugas Posyandu juga memberikan penyuluhan kesehatan KB, ASI, dan gizi ibu nifas, perawatan, kebersihan jalan lahir, pemberian vitamin A dan tablet besi, perawatan payudara, senam ibu nifas.
Pelayanan KB di Posyandu adalah pemberian kondom dan pil ulangan, melakukan suntikan KB, dan konseling KB. Tak hanya itu, pelayanan gizi di Posyandu juga di berikan dengan menimbang berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A, dan pemberian sirup Fe. Khusus ibu hamil dan ibu nifas di tambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah gondok endemik.
Pencegahan penyakit diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan, pemberian larutan gula garam, serta membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ).
Materi yang diberikan untuk penyuluhan kesehatan balita yaitu penyuluhan pemanfaatan dan pemberian ASI ekslusif. Umunya bnyak ibu yang beranggapan kalau anaknya kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. System pencernaan pada bayi yang diberikan MP-ASI sebelum waktunya harus bekerja lebih keras untuk mengolah dan memecah makanan.
Memberikan penyuluhan tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) juga dilakukan oleh kader Posyandu. MP-ASI adalah makanan atau minumn yang mengandung gizi diberikan kepada bayi atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.. Memberikan penyuluhan tentang penyakit yang sering di derita balita serta Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). penyakit yang sering di jumpai pada anak-anak dan balita antara lain demam, diare, batuk, pilek, dan muntah. Selain itu, anak-anak juga rentan cedera, misalnya terjatuh. Oleh karena itu, obat-obatan yang wajib di sediakan di rumah untuk keadaan darurat biasanya obat-obat untuk mengatasi penyakit atau gangguan-gangguan tersebut. Serta memberikan penyuluhan tentang stimulus tumbuh kembang. (Sulistyorini, Cahyo. 2010)
Imunisasi juga merupakan salah satu program utama pelayanan Posyandu, yang berarti memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus, batuk rejan, campak, polio, dan TBC.
Pada bayi di berikan imunisasi lengkap yaitu imuniasi BCG 1, DPT 3x, poli 3x, dan campak 1x. Pada anak sekolah dasar diberikan imunisasi DT, dan TT, serta pada ibu hamil dan Pasangan Usia Subur (PUS) diberikan imunisasi TT 2x.
Pelayanan Posyandu juga melibatkan kegiatan di luar hari buka Posyandu (H+), yaitu dengan melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari H, gizi kurang, dan gizi buruk rawat jalan. Menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan Posyandu termasuk penggalangan dana. Memfasilitasi masyarakat untuk memanfaatkaan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga, sertaa membantu dalam pendataan, penyuluhan, dan peragaan keterampilan dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat.
Salah satu bentuk pelayanan Posyandu terhadap masyarakat adalah dengan melakukan pemantauan. Pemantauan harus dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program, supervisior, dan petugas vaksinasi. Tujuan pemantauan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja, mengetahui permasalahan yang ada, hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki program, serta pengamatan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Pemantauan juga dilakukan untuk memantau apakah vaksin yang diberikan sudah cukup atau tidak, pengecekan lemari es setiap hari dan mencatat temperaturnya, membandingkan hasil imunisasi dengan sasaran yang telah ditentukan, memeriksa aman dan sterilnya peralatan yang dilakukan untuk penyuntikan. (Notoatmodjo, 2007)
Pelayanan Posyandu juga meliputi pembiayaan. Kader Posyandu harus mengumpulkan dana untuk pembiayaan operasional Posyandu, biaya penyediaan PMT, pengganti biaya perjalanan dokter, modal usaha KUB, serta bantuan untuk biaya rujukan. Pengelolaan dana dilakukan oleh petugas Posyandu. Dana yang harus dikumpulkan oleh petugas kesehatan itu berasal ari iuran pengunjung Posyandu, iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat, sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok masyarakat, serta dari dana sosial keagamaan, misalnya zakat dan infaq.
Pelayanan Posyandu dapat dilihat dari jenis Posyandu itu sendiri. Posyandu Pratama (warna merah), atau Posyandu tingkat pertama adalah Posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan, dan kader aktifnya terbatas. Posyandu Madya (warna kuning), adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali/tahun dengan jumlah rata-rata kader 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.
Posyandu Purnama ( warna hijau ), adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali/tahun, rata-rata kader 5 orang atau lebih dan cakupan program uatamnya lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan sudah ada dana sehat yang masih sederhana. Sedangkan Posyandu Mandiri (warna biru), adalah Posyandu yang telah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali/tahun dengan jumlah kader 5 orang atau lebih dimana cakupan kegiatan utamanya lebih dari 50% dan dapat melaksanakan sumber dana dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat.
Pelayanan Posyandu juga diberikan melalui kegiatan tambahan diantaranya Bina Keluarga Balita (BKB), Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA), penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD), Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD), Penyediaan air bersih dan Penyehatan Pemukiman (PAB-PLP), Pos Malaria Desa (PMD), Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), dan Tabungan Masyarakat (Tabumas).
Posyandu tidak hanya mencakup bayi baru lahir, bayi, balita, ibu menyusui, ibu nifas dan PUS, tetapi juga melaksanakan Posyandu Lanjut Usia (Lansia). Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan pelayanannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, peningkatan olahraga, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agam, dan pengolahan dana sehat.
Posyandu lansia memiliki 5 program pokok yaitu kesejahteraan sosial dan jaminan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penghidupan dan kehidupan para lanjut usia dengan memelihara dan meningkatkan taraf kesejahteraan sosial mereka serta melembagakan taraf kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk memelihara, memberi perlindungan, dan meningkatkan taraf kesejahteraan para lanjut usia.
Berbagai pelayanan di berikan kepada para lansia untuk mensejahterakan hidup mereka, dengan melakukan penyuluhan dan bimbingan usaha kesejahteraan sosial, menyediakan bantuan sosial bagi lansia terlantar, pengembangan sistem jaminan sosial hari tua, pengembangan sistem asuransi tenaga kerja lansia, perlindungan kesejahteraan tenaga kerja lansia dari penganiayaan dan perlakuan salah, serta peningkatan pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lansia yang bebasis masyarakat.
Program kedua yaitu peningkatan sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan para lansia dengan menanamkan pola hidup sehat. Program pokok kesehatan bagi lansia di prioritaskan pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan taanpa mengabaikan upaya pengobatan dan upaya penyembuhan. Pelayanan kesehatan bagi para lansia yang tergolong miskin dan tidak mampu di upayakan untuk dapat diberikan secara subsidi melalui prosedur yang berlaku.
Program ketiga yaitu penguatan dukungan keluarga dan masyarakat yang bertujuan untuk menggalakkan, membina, dan meningkatkan peran keluarga untuk semakin membudayakan dan melembagakan kegiatan sehari-hari anggota keluarga dalam memberikan pelayanan pembinaan kualitas, dan peningkatan kesejahteraan kepada anggota keluarganya yang berusia lanjut. Disamping itu juga memelihara, memperkuat dan memasyarakatkan nilai-nilai budaya bangsa yang menghormati, menghargai, dan memberikan pperhatian terhadap para lansia dalam kehidupan sehari-hari.
Program ke empat, yaitu peningkatan kualitas hidup lansia yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilannya, baik untuk berkarya lebih lanjut atau pun untuk pengembangan hobi mereka melalui lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan formal maupun nonformal. Memberikan kesempatan dengan memberdayakan para lansia yang potensial dan produktif untuk berkarya sesuai dengan kemampuan, pengetahuan, dan pengalamannya, serta meningkatkan dan memantapkan iman dan ketakwaan para lansia sesuai agamanya dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga memandu pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Program ke lima, yaitu peningkatan sarana dan fasilitas khusus bagi lansia yang bertujuan untuk mewujudkan apa yang dikehendaki oleh UUD dan sebagai pernyataan rasa hormat dan penghargaan kepada para lansia dengan memberikan kemudahan khusus bagi para lansia untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari maupun dalam melaksanakan kerja dan melakukan perjalanan.
Strategi dan program pokok untuk meningkatkan kesejahteraan lansia ini dimaksudkan agar para lansia di masa depan dapat hidup dengan sehat, produktif, mandiri, dan sejahtera lahir batin. Implementasi dari strategi dan program tersebut sangat diperlukan. Dengan demikian, ketergantungan lansia pada penduduk usia produktif dapat diminimalkan.
Mengingat fisik lansia yang lemah sehingga mereka tidak dapat leluasa menggunakan berbagai sarana dan prasarana maka upaya pemantapa kesehatan lainnya adalah penyediaan sarana dan fasilitas khusus bagi lansia. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan lansia melakukan aktivitas-aktivitasnya dan sebagai bentuk penghormatan kepada generasi tua yang telah banyak berkorban ketika masih muda. Upaya itu antara lain, menyediakan sarana dan fasilitas khusus bagi lansia yang di prioritaskan dan disesuaikan dengan kebutuhan lansia, penyediaan sarana dan fasilitas khusus bagi lansia dengan melibatkan peran serta masyarakat dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).
Semua pelayanan yang dilaksanakan oleh Posyandu harusnya mendapatkan respon yang positif dari semua lapisan masyarakat. Apakah kita hanya akan tinggal diam melihatan banyaknya kematian bayi, ibu dan anak, para lansia? Melihat cukup banyak pelayanan yang ada di Posyandu, maka peran sert masyarakat melalui kerja sama terpadu dengan kader kesehatan dan petugas Puskesmas, sangat menentukan keberhasilan kesinambungan kegiatan di Posyandu. Segera kita mendukung program-program pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Lakukan perubahan mulai dari hal yang paling kecil.

Daftar Pustaka

Anonim. 2013. 5 Meja Posyandu. http://kebidananfull.blogspot.com/2013/04/5-meja-posyandu.html (diakses pada tanggal 29 Oktober 2013)

BkkbN. 2012. Pembinaan Posyandu Melalui Program Kependudukan dan KB. Jakarta : BkkbN

Departemen Kesehatan .1990. Posyandu Kesehatan . www.rajawana.com/artikel/kesehatan/436-posyandu.html. diakses pada tanggal 29 Oktober 2013.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Diah. 2012. Posyandu dan KMS. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/bab-i-pendahuluan-latar-belakang.html (diakses pada tanggal 29 Oktober 2013)

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Kader Posyandu. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan RI. 2012. Ayo ke Posyandu Setiap Bulan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Muninjaya, A.A.Gde, 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Sulistyorini, Cahyo Ismawati., Pebriyanti, Sandra., Proverawati, Atikah. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika

ESSAI

PELAYANAN KESEHATAN
POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU)

OLEH

MAIMUN ABDULLAH
NIM 811413026
KELAS I B

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2013

 

RESPIRASI SELULER

08 November 2013 15:01:32 Dibaca : 6874


terbagi atas

melalui fermentasi

tahapan

melibatkan

tahapan tahapan 
RESPIRASI

Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan energy begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggirespirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobic pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen akan menghasilkan energy karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel.
A. Respirasi Aerob
Respirasi adalah proses reduksi, oksidasi, dan dekomposisi, baik menggunakan oksigen maupun tidak dari senyawa organik kompleks menjadi senyawa lebih sederhana dan dalam proses tersebut dibebaskan sejumlah energi. Tenaga yang dibebaskan dalam respirasi berasal dari tenaga potensial kimia yang berupa ikatan kimia. Respirasi yang memerlukan oksigen disebut respirasi aerob.
Berdasarkan jalur reaksinya, respirasi aerob dibedakan menjadi dua yaitu respirasi aerob melalui jalur daur krebs dan jalur oksidasi langsung atau jalur pentosa fosfat.
1. Respirasi melalui jalur Siklus Krebs
Respirasi melalu jalur siklus krebs memiliki 4 tahap yaitu glikolisis, pembentukan Asetil Co-A, daur krebs, dan sistem transpor elektron.
a. Glikolisis
Glikolisis merupakan reaksi tahap pertama secara aerob yang berlangsung dalam mitokondria dan hasil akhirnya berupa senyawa asam piruvat. Selain menghasilkan 2 molekul asam piruvat, dalam glikolisis juga dihasilkan 2 molekul NADH2, dan 2 ATP jika tumbuhan dalam keadaan normal atau 3 ATP jika tumbuhan sedang aktif tumbuh. Glikolisis terbagi atas 2 fase dan 10 tahapan, yaitu :

1) Fase 1 meliputi tahap reaksi enzim yang memerlukan ATP, yaitu tahap reaksi dari glukosa sampai dengan pembentukan fruktosa 6-fosfat. Fase 1 ini dimulai dari tahap 1 sampai tahap 5.
a) Tahap 1 Fosforilasi Glukosa
- Reaksi : Glukosa + ATP  glukosa 6 fosfat + ADP + H+
- Reaksi yang irreversibel (tidak dapat balik)
- Dikatalisis oleh heksokinase : transfer gugus fosfat pada molekul heksosa.
b) Tahap 2 Pengubahan glukosa 6-fosfat menjadi fruktosa 6-fosfat
- Reaksi : glukosa 6-fosfat  fruktosa 6 fosfat
- Reaksi yang reversibel (berjalan dua arah/ dapat dibalik)
- Dikatalisis oleh fosfoglukoimerase : perubahan isomer dari aldosa (glukosa 6-fosfat) ke ketosa (fruktosa 6-fosfat)
c) Tahap 3 Fosforilasi fruktosa 6-fosfat menjadi fruktosa 1,6 difosfat
- Reaksi : fruktosa 6 fosfat + ATP  fruktosa 1,6 difosfat + ADP + H+
- Dikatalisis oleh fosfofruktokinase (enzim pengatur utama pada glikolisis)
- Reaksi berlangsung irreversibel
d) Tahap 4 Penguraian fruktosa 1,6 difosfat
- Reaksi : fruktosa 1,6 bifosfat  dihydroxyacetone fosfat + gliseraldehid 3-fosfat
- Reaksi reversibel
- Dikatalisis oleh fruktosa 1,6 bifosfat aldolase (aldolase fruktosa difosfat)
e) Tahap 5 Interkonversi Triosa Fosfat
- Reaksi : dihydroxyacetone fosfat  gliseraldehid 3 fosfat
- Dikatalisis oleh Triose Fosfat Isomer
- Reaksi reversibel
2) Fase 2 meliputi tahap reaksi yang menghasilkan energi (ATP dan NADH) yaitu dari gliseraldehid 3-fosfat sampai dengan piruvat (dari tahap 6-sampai tahap 10).
a) Tahap 6 Pembentukan senyawa berenergi tinggi ke I
- Reaksi : gliseraldehid 3 fosfat + Pi + NAD+  1,3 bifosfogliserat + NADH + H+
- Dikatalisis oleh hidroginase gliseraldehida fosfat
- Reaksi yang reversibel
b) Tahap 7 Fosforilasi tingkat substrat ke I
- Reaksi : 1,3 bifosfogliserat + ADP  3 fosfogliserat + ATP
- Dikatalis oleh enzim kinase fosfogliserat untuk ADP menjadi ATP dan 3 fosfogliserat
- Reaksi yang reversibel
c) Tahap 8 Pengubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat
- Reaksi : 3-fosfogliserta  2-fosfogliserat
- Reaksi yang reversibe
- Dikatalisis oleh enzim fosfogliserat mutase
d) Tahap 9 Pembentukan senyawa berenergi tinggi ke II
- Reaksi : 2-fosfogliserat  fosfoenolpiruvat +H2O
- Dikatalis oleh enolasi menghasilkan fosfoenolpiruvat
e) Tahap 10 Fosforilasi tingkat substrat ke II
- Reaksi : fosfoenolpiruvat + ADP + H+  piruvat + ATP
b. Dekarbosilasi Oksidatif

Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi senyawa baru yang beratom C 2 buah, yaitu Asetil Co-A. Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (di singkat DO) sering disebut juga sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus krebs. Reaksi DO ini berlangsung di intermembran mitokondria
Proses dekarboksilasi yang berlangsung di membran luar mitokondria merupakan fase antara siklus krebs sehingga DO sering dimasukkan dalam siklus krebs.
Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil Co-A, merupakan tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur krebs).
Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan 3 macam enzim, yaitu piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil dehidrogenase dan 5 macam koenzim yaitu tiaminpirofosfat, asam lipoat, Co-A, flavin adenin dinukleutida, dan nikotiamid adenin dinukleotida yang berlangsung dalam 5 tahap reaksi.

1) Tahap 1
Pada tahap reaksi ini akan dikatalisis oleh enzim piruvat dehidrogenase dan menggunakan tiamin pirofosfat sebagai koenzimnya.
2) Tahap 2
Pada tahap ini α-hidroksietil dehidrogenase menjadi asetil yang kemudian dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat menjadi bentuk reduksinya, sulfhidril.
3) Tahap 3
Pada tahap ini, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, ke gugus tiol (sulfhidril pada Co-A). Kemudian asetil Co-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase.
4) Tahap 4
Pada tahap ini gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).
5) Tahap 5
Akhirnya pada tahap terakhir FADH+ (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD+ (nikotinamid adenin dinukleotida) menjadi FAD, sedangkan NAD+ berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD+) akan digunakan dalam siklus krebs.
Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan pembentukan CO2 melalui reaksi redoks dengan O2 sebagai penerima elektronnya.
Pada tahapan ini, asam piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol di ubah menjadi asetil Co-A (2 atom C) di dalam mitokondria. Hasil akhir dari tahapan ini adalah asetil Co-A, CO2, dan 2NADH.
c. Siklus Krebs
Siklus Krebs adalah proses utama ke dua dalam reaksi pernafasan sel. Siklus Krebs ditemukan oleh Hans Krebs (1900-1981). Siklus krebs terjadi di matriks mitokondria. Daur krebs menghasilkan senyawa antara yang berfungsi sebagai penyedia kerangka karbon untuk sintesis senyawa lain. Selain sebagai penyedia kerangka karbon, daur krebs juga menghasilkan 3NADH2, 1FADH2, dan 1 ATP untuk setiap satu asam piruvat.
Senyawa NADH dan FADH2, selanjutnya akan dioksidasi dalam sistem traspor elektron untuk menghasilkan ATP. Oksidasi 1 NADH menghasilkan 3 ATP, sedangkan oksidasi 1 FADH2, menghasilkan 2 ATP. Berbeda dengan glikolisis, pembentukan ATP pada daur krebs terjadi melalui reaksi fosforilasi oksidatif.
Adapun tahapan-tahapan dalam Siklus Krebs adalah :

1) Kondensasi
Kondensasi merupakan reaksi penggabungan molekul asteil Co-A dengan oksaloasetat membentuk asam sitrat. Enzim yang bekerja dalam reaksi ini adalah enzim asam sitrat sintenase.
2) Isomerase sitrat
Tahapan ini di bantu oleh enzim acotinase, yang menghasilkan isositrat.
3) Produksi CO2
Dengan bantuan NADH, enzim isositrat dehidrogenase akan mengubah isositrat menjadi α-ketoglutara. Suatu molekul CO2 dibebaskan setiap satu reaksi.
4) Dekarboksilasi Oksidatif ke dua
Tahapan reaksi ini mengubah α-ketoglutara menjadi suksinil Co-A. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim α-ketoglutara dehidrogenase.
5) Fosforilasi tingkat substrat
Respirasi seluler menghasilkan ATP dari tahapan ini. Reaksi pembentukan ATP inilah yang dinamakan dengan fosforilasi, karena satu gugus fosfat akan ditambahkan ke ADP menjadi ATP. Pada awalnya, suksinil Co-A akan di ubah menjadi suksinat, dengan mengubah GDP + Pi menjadi GTP. GTP tersebut akan digunakan untuk membentuk ATP.
6) Dehidrogenasi
Suksinat yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan di dehidrogenasi menjadi fumarat dengan bantuan enzim suksinat dehidrogenase.
7) Hidrasi dan regenerasi oksaloasetat
Dua tahapan ini merupakan akhir dari tahapan Siklus Krebs. Hidrasi merupakan penambahan atom hidrogen pada ikatan ganda karbon (C=C) yang ada pada fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat dehidrogenase mengubah malat menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat yang dihasilkan berfungsi untuk menangkap asetil Co-A, sehingga Siklus Krebs akan terus berlangsung.
Hasil dari Siklus Krebs adalah ATP, FADH2, NADH dan CO2. Siklus akan menghasilkan 2 molekul CO2 yang dilepaskan. Jumlah molekul NADH yang dihasilkan adalah 6 molekul, sedangkan FADH ada 2 molekul.
ATP yang diproduksi secara langsung sebanyak 2 molekul, yang merupakan hasil dari fosforilasi tingkat substrat. FADH2 dan NADH adalah molekul yang digunakan dalam tahapan transpor elektron. Setiap molekul NADH akan dioksidasi lewat trasnpor elektron sehingga menghasilkan 3 ATP permolekul, sedangkan satu molekul FADH2 menghasilkan 2 molekul ATP.
d. Transport Elektron

Pada sistem transport elektron berlangsung pengepakan energi dari glukosa menjadi ATP. Reaksi ini terjadi di dalam mitokondria (krista mitokondria), hidrogen dari siklus Krebs yang tergabung dalam FADH2 dan NADH diubah menjadi elektron dan proton.
Pada sistem transpor elektron ini, oksigen adalah akseptor elektron yang terakhir setelah menerima elektron, O2 akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Pada sistem ini dihasilkan 34 ATP.
Pada transpor elektron terjadi peromabakan NADH2 dan FADH2 menjadi ATP, dengan 1 NADH dirombak menjadi 3 ATP, dan 1 FADH dirombak menjadi 2 ATP. STE menghasilkan 12 molekul H2O, 34 molekul ATP yang diperoleh dari perombakan 2NADH2 dari glikolisis (2x3 ATP = 6 ATP), 2NADH2 dari dekarboksilasi oksidasi (2x3 ATP = 6 ATP), 6NADH2 dari Siklus Krebs (6x3 ATP = 18ATP), dan 2FADH2 dari Siklus Krebs (2x2 ATP = 4ATP). Sehingga total ATP yang terbentuk pada proses respirasi adalah 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka total bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
2. Respirasi Aerob Melalui Oksidasi Langsung atau Jalur
Pentosa Fosfat (Hexose Monofosfat = HMS), daur ini diawali dengan proses fosforilasi glukosa dengan fosfor yang berasal dari ATP sehingga terbentuk glukosa 6-fosfat. Selanjutnya, glukosa 6-fosfat dioksidasi dengan NADP terbentuk 6-fosfoglukonat. Tahap selanjutnya 6-fosfoglukonat di dekarboksilasi dan oksidasi dengan NADP sehingga terbentuk ribulosa 5-fosfat. Ribulosa 5 fosfat melanjutkan siklus sehingga terbentuk kembali glukosa 6-fosfat.

Pada daur HMS, setiap keluar 1 CO2, akan dihasilkan NADPH2. Selanjutnya NADPH2 dioksidasi dalam sistem transport elektron . pada daur ini di hasilkan senyawa antara berupa gula, sedangkan pada Siklus Krebs berupa asam organik. Pada daur HMS dihasilkan gula ribosa 6-fosfat (gula beratom C=5) yang merupakan gula penting untuk membentuk nukleotida. Nukleotida merupakan senyawa yang sangat penting karena berperan antara lain sebagai penyusun ATP dan DNA.
B. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob terjadi bila tidak ada oksigen.Respirasi aerob terjadi di sitoplasma dengan menghasilkan 2 ATP. Dalam respirasi anaerob oksigen berperan sebagai penerima elektron terakhir. Bila peran oksigen di gantikan oleh zat lain, terjadilah respirasi anaerob. Organela-organela dan reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses respirasi aerob sama dengan respirasi anaerob. Adapun zat lain yang dapat menggantikan peran oksigen antara lain NO3 dan SO4. Pada organisme tingkat tinggi apabila tidak tersedia oksigen, dapat mengubah energi potensial kimia menjadi energi kinetik melalui proses fermentasi.
1. Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbon dioksida. Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan tape, roti atau minuman keras.
C6H12O6  2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
2. Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hewan atau manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja terlalu berat.
Didalam sel otot, asam laktat dapat menyebabkan gejala kram dan kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat menyebabkan otot letih dan nyeri, namun secara perlahan di angkut oleh darah ke hati untuk diubah menjadi piruvat. Glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat melalui glikolisis, membentuk 2 ATP dan 2 NADH.
3. Fermentasi Asam Cuka
Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5x lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob.

 

Laporan Praktikum Genetika Mendel

08 November 2013 14:57:13 Dibaca : 53723

LAPORAN PRAKTIKUM VII

A. Judul Kegiatan Praktikum
Genetika Medel
B. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi istilah gen, lokus, fenotif, dominan, dan resesif.
2. Menyusun persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid)
C. Dasar Teori
Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya disebut ilmu genetika (berasal dari bahasa Latin, yaitu Genos = asal usul). Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada makhluk hidup sebenarnya sudah lama berkembang hanya belum dipelajari secara sistematis, penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel. (Team Teaching UNG, 2013).
Orang yang pertama-tama yang mengadakan percobaan perkawinan silang ialah Gregor Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan dia dikenal sebagai pencipta atau Bapak Genetika. (Suryo, 2008). Beliau melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis ( Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukannya selam bertahun-tahun tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat yang kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan.
Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaannya karena tanaman ini hidupnya tidak lama (merupakan tanaman setahun), mudah tumbuh dan mudah disilangkan. Tanaman ercis memiliki bunga sempurna, yang berarti pada bunga ini terdapat benang sari (alat kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung beberapa generasi terus-menerus akan menghasilkan galur murni, yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat keturunan yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman ini memiliki tujuh sifat dengan perbedaan yang mencolok, yaitu batang tinggi lawan kerdil, buah polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan putih, bunganya terletak aksial (sepanjang batang) lawannya terminal (pada ujung batang), biji yang masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna kulit biji abu-abu lawan putih. (Suryo, 2008)
Pada waktu Mendel hidup belum diketahui tentang bentuk dan susunan sifat keturunan. Mendel menyebut bahan keturunan itu faktor penentu. Tetapi kini faktor penentu itu lebih dikenal dengan istilah gen (Inggris: gene; Jerman: Gen; Belanda: geen; Perancis:gene). Dengan ditemukannya kromosom, (yaitu benda-benda halus berbentuk batang lurus atau bengkok di dalam sel), maka Wilhelm Roux (1883) berpendapat bahwa kromosom adalah pembawa faktor keturunan. Kemudian diketahui bahwa gen diwariskan dari orang tua kepada keturunannya lewat gamet. (Suryo, 2008).
Diwaktu Mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan yang berbatang kerdil, maka semua tanaman keturunan pertama seragam berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat demikian disebut sifat dominan, dan sifat yang dikalahkan disebut sifat resesif. Menurut Crowder (1993), dominan adalah hasil gen fungsional, menutup penampilan dari alel mutan, dan resesif adalah alel dari gen yang tidak menghasilkan hasil yang berfungsi, hasil yang defisien atau hasil yang jumlahnya sedikit. Sedangkan sifat keturunan yang dapat diamati/ lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotip, dan sifat dasar yang tidak nampak dan tetap (tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotip (Suryo, 2008). Menurut Crowder (1993) genotip adalah susunan genetik, atau jumlah total, atau semua gen dalam suatu individu, sedangkan fenotip merupakan kenampakan luar dari suatu individu, merupakan kombinasi antara genotip dan keadaan lingkungan.
Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan disebut alel. Menurut Crowder (1993) alel adalah salah satu bentuk mutasi yang mungkin terjadi dari suatu gen tertentu. Mislanya T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang kerdil. Maka T dan t merupakan alel, tapi andaikan R adalah gen yang menentukan warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel. ( Suryo, 2008)
Homozigot ialah individu yang genotipnya terdiri dari alel yang sama (misalnya TT , tt), sedangkan heterozigot adalah individu yang genotipnya teridiri dari pasangan alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan resesif (tt). (Suryo, 2008)
Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda dinamakan hibrid. Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu individu, dapat dibedakan bahwa monohibrid merupakan suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa), dihibrid ialah suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb), sedangkan trihibrid ialah suatu hibrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc). (Suryo, 2008)
Menurut Crowder (1993), yang dimaksud dengan homosigot adalah keadaan dimana ada dua alel berbeda pada gen yang sama, individunya disebut heterosigot, sedangkan heterosigot adalah keadaan dimana ada dua alel berbeda pada gen yang sama, individunya disebut heterosigot.
Dalam percobaan Mendel, dikenal beberapa macam perkawinan yaitu perkawinan respirok, back cross, dan tets cross. Perkawinan respirok (perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan. Perkawinan backcross atau perkawinan balik merupakan perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau jantan. Sedangkan perkawinan testcross atau uji silang merupakan perkawinan antara individu H1 (dihibrid) dengan individu yang dobel resesif. (Suryo, 2008)
1. Hukum Mendel
Pewarisan sifat pada persilangan dua individu dapat diterangkan dengan hukum Mendel I dan II.
a) Hukum Mendel I ( Hukum Segregasi )
Hukum mendel I menjelaskan tentang persilangan monohibrid. Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau sifat beda.
Hukum mendel I disebut dengan hukum segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004)
Alel memisah (segregasi) satu dari yang lain selama pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagian dasar segregasi satu pasang alel terletak pada lokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada anafase I dari meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda. (Crowder, 1993)
Hukum Mendel I berlaku pada gametosis F1. F1 memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Ytim, 1996)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominan (menang), sedangkan sifat yang tidak muncul di sebut sifat resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominan homozigot diberi simbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sedangkan sifat resesif di beri simbol dengan huruf kecil dari sifat dominan tadi. Simbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasangan. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)

Percobaan mendel pada persilangan monohibrid :
P tt x TT
kerdil tinggi
G1 t x T
F1 Tt
tinggi
F1 x F1 Tt x Tt
tinggi tinggi
F2
T t
T TT
Tinggi Tt
tinggi
T Tt
Tinggi Tt
kerdil
G2 = 1 : 2 : 1
F2 = tinggi : kerdil
b) Hukum Mendel II ( Hukum Pemilihan Bebas )
Dalam praktek dua individu dapat mempunyai sifat beda lebih dari satu, misalnya beda warna dan beda bentuk sehingga hasil persilangannya (F1) dinamakan dihibrid. Contohnya dapat diikuti pada hasil percobaan Mendel dengan tanaman ercis. Pada bijinya terdapat dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji.. kedua sifat ini ditentukan oleh gen-gen yang berbeda yaitu :
B = gen untuk biji bulat
b = gen untuk biji keriput
K = gen untuk biji kuning
k = gen untuk biji hijau
P BBKK x bbkk
Bulat-kuning keriput-hijau

F1 BbKk
Bulat-kuning
G2 = bulat kuning : bulat hijau : kuning keriput : hijau keriput
F2 = 9 : 3 : 3 :1
BK Bk bK bk
BK BBKK
bulat kuning
1 BBKk
bulat kuning
2 BbKK
Bulat kuning
3 BbKk
bulat kuning
4
Bk BBKk
bulat kuning
5 BBkk
bulat
hijau
6 BbKk
bulat kuning
7 Bbkk
bulat
hijau
8
bK BbKk
bulat kuning
9 BBKk
bulat kuning
10 bbKK
bulat kuning
11 bbKk
keriput kuning
12
Bk BbKk
Bulat kuning
13 Bbkk
bulat
hijau
14 bbKk
keriput kuning
15 Bbkk
keriput hijau
16

Berdasarkan data hasil percobaannya Mendel menyusun hukumnya ke II. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda yaitu bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes” atau pengelompokkan gen secara bebas. Hukum ini berlaku untuk pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke kutub ketika meiosis.
2. Penyimpangan Hukum Mendel
Penyimpangan semu hukum Mendel adalah perbandingan fenotif dari persilangan monohibrid yang seolah-olah tidak mengikuti pola 3:1 atau tidak mengikuti pola 9 : 3 : 3 : 1. Pola tersebut dapat berupa 9 : 3 : (3+1), (9+3) : 3 : 1, atau 9 : (3+3+1). Hal ini disebabkan interaksi antar gen yang dapat menyebabkan perbandingan fenotip yang menyimpang dari hukum Mendel. Bentuk interaksi antar gen yang menyebabkan penyimpangan semu hukum Mendel berupa kriptomeri, gen komplementer, atavisme, epistasis dan hipostasis, dan polimeri.
a) Kriptomeri
Fenomena kriptomeri pertama kali ditemukan oleh Correns pada saat menyilangkan bunga Linaria maroccana galur murni, warna merah dengan galur murni berwarna putih. Pada F1 didapatkan bunga berwarna ungu. Kemudian bunga F1 itu di silangkan sesamanya dan menghasilkan bunga berwarna ungu, merah, dan putih dengan perbandingan 9 : 3 : 4.
b) Gen Komplementer
Fenomena ini di sampaikan pertama kali oleh W. Bateson dan R.C Punnet. Komplementer merupakan interaksi gen yang saling melengkapi jika salah satu gen tidak ada maka sifat yang muncul tidak sempurna. Hasil yang di dapatkan adalah perbandingan fenotif F2 9 : 7.
c) Atavisme
Fenomena ini disampaikan oleh W. Bateson dan R.C Punnet. Atavisme atau interaksi beberapa gen terdapat pada bentuk jengger ayam yaitu walnut, rose, pea, dan bilah.
d) Epistasis dan Hipostasis
Aktivitas saling mempengaruhi antar gen dominan diperhatikan oleh peristiwa epistasis dan hipostasis. Sebuah maupun sepasang gen yang menutupi (mengalahkan) ekspresi gen yang lain yang bukan alelnya dinamakan gen yang epistasis, sedangkan gen yang dikalahkan dinamakan hipostasis.
e) Polimeri
Polimeri merupakan persitiwa munculnya suatu sifat pada hasil persilangan heterozigot karena adanya pengaruh gen-gen lain. Hal ini disebabkan terdapat dua atau lebih gen yang menempati lokus berbeda, tetapi memiliki sifat yang sama. Perbandingan fenotif F2 pada polimeri adalah 15 : 1.
D. Alat dan Bahan
1. Wadah 2 buah

2. Kancing genetika (model gen) warna merah sebanyak 20 buah

3. Kancing genetika (model gen) warna biru sebanyak 20 buah

E. Cara Kerja
1. Menyediakan model gen masing-masing 20 buah, kemudian menandai wadah yang satu dengan huruf A dan lainnya dengan huruf B.

2. Memasukkan ke dalam wadah A dan B, masing-masing 10 buah model gen kemudian di kocok-kocok selama 2 menit sampai kedua model gen tercampur.

3. Mengambil secara serentak model gen dari wadah sampai 100x.

4. Mengamati model gen yang terambil, kemudian mencatat kode susunan gen itu ke dalam tabel hasil pengamatan.

5. Mengulangi percobaan sampai 100x dengan menggunakan kancing genetika (model gen) dihibrid.

F. Hasil Praktikum
1. Hasil praktikum persilangan monohibrid dengan 100x pengambilan
P1.................Merah x Biru
MM x mm
G1................. M x m
F1...............................Mm (dominan merah)
P2....................F1 x F2
Mm x Mm
Genotif Fenotif Jumlah
MM Bunga Merah 34
Mm Bunga Merah 38
Mm Bunga Biru 28
Jumlah 100
G1............1 : 1 : 1
2 : 1
F1.............merah : biru
2. Hasil praktikum persilangan dihibrid dengan 100 kali pengambilan
P1 = HHBB x hhbb
G1 = HhBb
F1 = HhBb

Genotif Fenotif Jumlah
HHBB Hijau Bulat 10
HHBb Hijau Bulat 5
HhBB Hijau Bulat 4
HhBb Hijau Bulat 21
HHbb Hijau Lonjong 9
Hhbb Hijau Lonjong 13
hhBB Orange Bulat 6
hhBb Orange Bulat 18
Hhbb Orange Lonjong 14
Jumlah 100
F2 = Hijau Bulat : Hijau Lonjong : Orange Bulat : Orange Lonjong
G2 = 3 : 2 : 2 : 1
G. Pembahasan
Pada praktikum ke VII ini, kami mencoba melakukan persilangan monohibrid dan persilangan dihibrid dengan menggunakan kancing genetika (model gen).
1. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan dua individu dengan fokus pada dua sifat beda. Pada percobaan ini, kami melakukan persilangan monohibrid menggunakan kancing genetika (model gen) dengan menyilangkan bunga merah dan bunga biru dengan maksud untuk membuktikan hukum Mendel I.
Bunga warna merah (MM) bersifat dominan yang disimbolkan dengan kancing genetika warna merah, dan bunga wana biru (mm) bersifat resesif yang disimbolkan dengan kancing genetika warna biru.
Persilangan antara kancing merah (MM) dengan kancing biru (mm) diperoleh diperoleh F1 yang berwarna merah (Mm) karena kancing merah bersifat dominan. F1 disilangkan dengan sesamanya, diperoleh tiga macam fenotip yaitu merah-merah, merah-biru, dan biru-biru. Dengan genotip untuk merah (MM), merah-biru (Mm), dan biru-biru (mm). menurut hukum perbandingan Mendel, perbandingan fenotip untuk persilangan monohibrid adalah 3 : 1.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 100x diperoleh data yaitu untuk warna merah sebanyak 34x, warna merha-biru sebanyak 38x, dan untuk warna biru sebanyak 28x. sehingga diperoleh perbandingan 34 : 38 : 28 yang mendekati angka rasio 1 : 1 : 1 atau 2 : 1. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil percobaan Mendel dan merupakan penyimpangan hukum Mendel I. Penyimpangan tersebut hanyalah penyimpangan semu yang dikarenakan adanya pengaruh dominasi suatu sifat, pada hal ini adalah warna merah.
2. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan dua sifat beda. Pada persilangan dihibrid kami mencoba untuk menyilangkan dua sifat beda yaitu warna dan bentuk. Dimana warna adalah warna hijau dan orange, sedangkan bentuk adalah bulat dan lonjong.
Pada persilangan dihibrid kancing genetika berwarna hijau merupakan warna hijau, kancing genetika warna orange tetap warna orange, kancing genetika warna biru adalah bulat sedangkan kancing genetika warna ungu merupakan bentuk lonjong dengan maksud untuk membuktikan percobaan hukum Mendel II dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Pada percobaan ini dihasilkan fenotip setelah persilangan adalah hijau-bulat, hijau-lonjong, orange-bulat, dan orange-lonjong. Dengan perbandingan genotipnya adalah 40 : 22 : 24 : 14 atau 3 : 2 : 2 : 1. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan hukum Mendel II. Kemungkinan akan mendapatkan hasil yang sesuai jika melakukan percobaan beberapa kali.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa persilangan monohibrid merupakan persilangan satu sifat beda dengan hasil percobaan Mendel menghasilkan perbandingan 3 : 1, tetapi hasil yang kami dapatkan tidak sesuai dengan hukum Mendel I. Penyimpangan tersebut merupakan penyimpangan semu yang dikarenakan adanya pengaruh dominasi suatu sifat yaitu warna merah.
Hasil yang didapatkan pada persilangan dihibrid tidak sesuai dengan hukum Mendel II dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1, tetapi mengahasilkan perbandingan genotip 3 : 2 : 2 : 1. Akan tetapi dapat dihasilkan perbandingan sesuai dengan hukum Mendel II jika di lakukan percobaan beberapa kali.
I. Tugas
1. Jelaskan beberapa prinsip dasar hukum hereditas menurut Mendel !
2. Jika terjadi dominasi tak penuh, bagaimanakah perbandingan fenotif dan genotifnya ?
Jawaban :
1. Prinsip dasar hereditas Mendel :
a. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregas adalah mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Fenomena ini dapat diamati ppada persilangan monohibrid, yaitu persilangan dengan satu sifat beda.
b. Hukum Mendel II ( Independent Assortment of Genes )
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen/ sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen/sifat lain. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet pada persilangan dihibrid.
2. Perbandingan fenotip dan genotip pada dominasi tak penuh.
Jika sifat gen dominan tidak penuh maka fenotip tidak seperti salah satu fenotip induk galur murni, melainkan mempunyai sifat fenotip diantara kedua induknya. Demikian pula perbandingan fenotip F2nya tidak 3 : 1, melainkan 1 : 2 : 1 , dengan perbandingan genotip F2nya 1 : 2 : 1.

J. Daftar Pustaka

Crowder, L.V. 1993. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Goodenough, U. 1984. Genetika. Jakarta : Erlangga

Suryo. 2008. Genetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga

Team Teaching. 2013. Mata Kuliah Biologi. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo

Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung : Tarsito

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong