Belajar Berwirausaha 4 Tips Awal Memulai Bisnis Mahasiswa
Berwirausaha saat masih kuliah? Kenapa tidak? Banyak sekali sudah contoh banyaknya mahasiswa sukses karena mencoba memulai usahanya sembari kuliah. Baik dari usaha jual beli pulsa, sampai jual beli handphone. Dari menjajakan cemilan, sampai bisa buka restoran di pinggir jalan. Dari reseller kaos dari produk orang lain, sampai bisa punya distro sendiri. Banyak sebenarnya cara-cara untuk menjadikan wirausaha ini bagian dari kehidupan belajar bekerja untuk diri sendiri. Apalagi kegiatan perkualiahan tentu dengan jelas mempersiapkan mahasiswa untuk bisa mencari pekerjaan yang layak dengan dirinya setelah lulus kuliah. Dengan berwirausaha, berbisnis, maka mahasiswa belajar untuk bisa bekerja bagi dirinya sendiri dan mengajak orang lain juga menjadi produktif.
Di dalam artikel ini akan diberikan tips dan trik berwirausaha saat sekolah atau kuliah. Sehingga tidak mengganggu aktifitas kuliah itu sendiri. Tips dan trik ini masih dikupas dari kulitnya. Belum sampai pada masalah umum dalam berwirausaha. Namun tetap bisa dijadikan acuan bagi kamu mahasiswa yang ingin segera membuka usaha.
1. Jangan pikirkan tentang modal. Sebagian besar mahasiswa pasti memikirkan modal untuk bisa memulai usaha. Padahal modal bukanlah hal penting utama yang harus ada dalam memulai usaha. Memang benar ada sebagian usaha memerlukan modal, tapi bukan yang utama. Salah satunya meminjam dana. Jika orang tua tidak bisa meminjamkan dana, kamu bisa membuat proposal usaha. Ya, proposal usaha ini bisa kamu ajukan ke kompetisi lomba bussiness plan. Atau bisa mengajak beberapa teman kuliahmu untuk membangun bisnis bersama dengan panduan proposal bisnis tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan memulai usaha tanpa modal. Paling mudah adalah kamu bisa menjadi makelar dari produk orang lain. Tidak perlu biaya kan? Hanya usaha untuk menjualkan produk orang lain dan nantinya kamu bisa mendapatkan uang dari hasil penjualan produknya. Nah, jangan jadikan alasan ya modal sebagai penghambat memulai usaha.
2. Bingung buka usaha apa. Kebingungan buka usaha apa biasanya terjadi saat mahasiswa itu berpikir terlalu jauh bahwa bisnis yang akan digelutinya akan menghasilkan uang banyak dengan mudah dan cepat. Jika berpikir demikian, maka, memulai usaha akan sangat sulit. Mulailah dengan hal sederhana yang bisa kamu jual pada teman-teman kampusmu. Bisa jualan pulsa, jualan kaos, jualan stiker, pernak pernik meja belajar, atau hal apapun yang dianggap sepele untuk memulainya. Anggap saja itu sebagai batu loncat. Dimana usaha itu adalah awal kamu untuk bisa memulai usaha lain yang lebih besar. Karena dengan memulai yang mudah dulu, bisa mengerti bagaimana sistem wirausaha, bisnis itu bekerja. Setelah mapan sekitar 1 tahun memulai usaha, barulah mencari usaha lain yang lebih besar lagi dari segi modalnya, dari segi askpek keuntungannya, dari aspek rekrutment karyawan, karena belajar itu memang dari awal.
3. Jangan mudah bosan. Pengalaman terbaik wirausaha atau bisnis itu memang banyak. Salah satunya menjalani kebosanan. Bosan saat usaha atau pun saat mengalami kebuntuan ditengah jalan memang menyebalkan. Walaupun usaha itu dimulai dari hobby. Perlu visi ke depan sehingga belajar berwurausaha itu tidaklah sekedar iseng atau main-main. Sehingga perubahan perjalanan bisnis itu semakin terasa baik sedikit ataupun banyak. Jadi, catatlah visi wirausahamu itu untuk 3 bulan ke depan, 6 bulan kedepan, 1 tahun kedepan, 2 tahun kedepan. Bosan memang cenderung untuk menyerah. Bisa juga bosan setelah visi dan target dibentuk tapi meleset pada faktanya, jika visi itu meleset, karena adanya hambatan saat berbisnis, adalah hal wajar. Namun kelolalah rasa bosan itu agar tidak segera berhenti belajar berwirausaha.
4. Carilah tentor bisnismu. Mencari guru memang sulit. Apalagi untuk bisnis. Perlu diperhatikan memang guru dalam wirausahamu itu tidaklah tetap. Kadang seorang teman bisa menemanimu untuk memulainya, tapi tidak menjalankannya bersama. Kadang seorang yang baru kamu kenal dalam organisasi di kampus malah sudah menjadi ahli dan baru kamu ketahui sehingga bisa kamu minta untuk membimbingmu. Bahkan guru bisnis juga bisa datang dari saudara sepupu atau paman, pakde, om, dan lainnya. Pengalaman dari team lowkeruniv bahwa guru bisnis bisa dicari dari internet, dari forum-forum, bahkan organisasi internet yang berkumpul bersama atau kopdar. Carilah tentormu dalam bisnis atau wirausaha. Agar keyakinan bisa menjalankan bisnis itu lebih siap dan tidak mudah putus asa.
Tips diatas adalah tips umum yang tentu anda harus “take action” agar bisa terjadi dengan sangat mudah. Anda juga bisa mencari tips lainnya di website kami ini agar kehidupan belajar,kuliah anda tidak melulu soal akademis dan belajar. Tapi juga bisa berisi nilai kemandirian, mencari uang sendiri, dan menghargai diri agar lebih layak mendapatkan uang yang lebih banyak. Keep spirit! Tetap semangat ya.
10 Strategi Sukses Berwirausaha
KOMPAS.com - Ingin bisa berdikari dan memulai usaha sendiri? Harus diingat bahwa memulai usaha sendiri butuh kerja keras dan bisa jadi akan memerlukan waktu lama hingga akhirnya ada pemasukan. Perlu strategi yang jitu agar upaya wirausaha Anda tersebut berhasil, juga meminimalisir kegagalan. Berikut adalah strategi-strategi yang dikumpulkan oleh Renee Martin, penulis "The Risk Takers: 16 Women and Men Share Their Entrepreneurial Strategies for Success" dari para pengusaha-pengusaha wirausaha yang berhasil.
1. Mencari pasar khusus yang belum tergarap
Identifikasikan sebuah pangsa pasar khusus (niche market) yang kebutuhan utamanya belum terpenuhi oleh kompetitor. Bangun sebuah spesialisasi yang Anda tahu merupakan keunggulan dari perusahaan Anda. Ingatlah, bahwa bahkan sebuah perusahaan besar dan bertaraf internasional pun tak bisa memuaskan semua orang. Banyak pasar khusus yang seringkali tak tergarap karena dianggap terlalu kecil.
2. Peka terhadap tren terbaru berani memulai
Carilah kebutuhan dan keinginan terbaru dari para konsumen yang tumbuh dari perubahan tren di segi kultural, ekonomi, teknologi yang menjadi sinyal kesempatan pasar baru. Bertindaklah dengan cepat, jangan menunda terlalu lama.
3. Lakukan!
Berhenti membuat alasan-alasan. Waktu paling "sempurna" untuk meluncurkan bisnis takkan pernah bisa diprediksi secara tepat dan pasti. Jangan biarkan para bakal calon kompetitor mencuri start dari bisnis yang sebenarnya bisa Anda mulai terlebih dulu. Mulailah bergerak. Ciptakan gol-gol pendek dan deadline yang membawa Anda lebih dekat untuk membuka lahan bisnis baru.
4. Hindari kata-kata yang mematahkan semangat
Abaikan orang-orang yang berkata "Itu tak akan berhasil" atau "Tak akan bisa berhasil kalau kamu melakukannya dengan cara itu". Sesekali, menjauh dari anggapan yang menurunkan semangat dan aturan baku bisa membantu Anda untuk meraih kesuksesan. Perhatikan dan pelajari cara para pebisnis yang sukses di bidang mereka dengan pandangan yang kritis. Pelajari cara mereka bekerja dan program yang mereka lakukan. Ajukan pertanyaan-pertanyaan "bagaimana jika" di dalam pikiran Anda.
5. Eksplorasikan kelemahan kompetitor
Ambil pandangan kritis terhadap kompetisi Anda dari perspektif konsumen. Dengarkan baik-baik akan kebutuhan dan komplain dari konsumen prospektif saat melakukan telepon sales. Hal ini akan membantu mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan kompetitor. Carilah cara untuk menutup kekurangan dari servis dan produk Anda sendiri, lalu perbaiki hal tersebut.
6. Isi kekosongan
Pusatkan pandangan Anda di area yang lupa ditutupi oleh kompetitor Anda. Pelajari bagaimana mengantisipasi area baru yang bisa Anda isi dengan servis atau bisa memposisikan bisnis Anda lebih cepat dari kompetitor Anda.
7. Tenar dengan dana minim
Pikirkan cara bagaimana agar lebih dikenal dengan dana seminim mungkin. Jangan terlalu menutup diri, jadilah kreatif, beranikan diri untuk makin dikenal banyak orang (tapi untuk alasan yang baik). Tukar ide dengan orang-orang terdekat Anda.
8. Percaya kemampuan diri
Bangun dan belajar untuk menggunakan kekuatan intuisi Anda. Dengarkan hati Anda. Akan ada saat-saat Anda harus memilih bermain aman atau justru bermain nekat untuk menghadapi tantangan bisnis. Orang-orang sekitar Anda juga memberi masukan yang beragam, sehingga yang bisa Anda percayai hanyalah diri dan hati Anda.
9. Jangan biarkan kesulitan atau kegagalan mengalahkan Anda
Jangan biarkan batasan yang diciptakan oleh orang lain atau keadaan yang menjepit membuat Anda lemah. Banyak wirausahawan yang menutup usaha mereka karena tidak percaya pada diri sendiri. Sebagai wirausahawan, Anda akan menghadapi masa-masa penuh stres yang akan menguji kepercayaan Anda. Ingatlah, bahwa alat untuk mengusir kegundahan itu adalah kegigihan dan daya lenting. Percayalah pada konsep bisnis Anda dan komitmen diri untuk melihat bisnis ini sukses.
10. Jangan berhenti berinovasi
Secara kontinu, carilah cara-cara baru untuk memperkenalkan produk-produk baru dan servis untuk konsumen langganan Anda dan pasar baru yang Anda temui. Berpuas diri adalah hal yang bisa membahayakan perusahaan Anda. Sesuaikan bisnis Anda dengan tren pasar.
Masa Pubertas
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja dan pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.[1]
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual.[2] Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
Pubertas berasal dari kata bubescere artinya mendapatkan pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menampakkan perkembangan seksual.[3]
Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal.[4]
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas dapat kita simpulkan bahwa, masa pubertas adalah masa dimana anak mengalami perkembangan yang sangat cepat pada kematangan fisik, hormone seksualitas, dan perkembangan organ – organ seksual serta organ – organ reproduksi remaja.
B. Perkembangan – perkembangan pada Masa Puber
Perkembangan pada masa pubertas meliputi hal sebagai berikut, antara lain:
a. Perkembangan Fisik
Perubahan tubuh pada remaja melingkupi perubahan tinggi, berat, penyebaran lemak dan otot, sekresi kelenjar dan karakteristik seksual yang akan berlangsung terus hingga masuk ke masa dewasa. Pada masa pubertas biasanya cewek mengalami menstruasi (menarche) pertamanya dan cowok mengalami ejakulasi pertamanya.[1]
b. Perkembangan Emosi
Masa puber merupakan masa emosi yang bergejolak. Remaja sangat peka dan menunjukkan reaksi yang kuat pada berbagai peristiwa dan situasi sosial. Dan bila sedang meledak, emosinya sering tidak proporsional.Ciri emosi lain pada remaja; ambivalensi dalam perasaan. Acapkali mengalami perasaan yang saling bertentangan –sayang dan benci, perhatian tapi juga apatis pada berbagi orang/peristiwa. Ketidak stabilan perasaan ini seringkali menimbulkan kebingungan, frustasi dan kejengkelan dalam diri remaja, dan makin membuatnya meledakledak.
c. Perkembangan Sosial
Masa Puber adalah masa mencari jati diri untuk menghadapi kedewasaan kelak. Terlihat; secara bertahap melepaskan ketergantungannya pada orang tua, namun untuk mendapatkan rasa aman biasanya dengan cara membuat kelompok dengan teman sebaya.[2] Itu sebabnya pada masa remaja teman sebaya menjadi sangat penting dalam kehidupan anak. Kelompoklah yang memegang peranan apakah si remaja dapat diterima atau disisihkan.Dalam kelompok inilah mereka belajar bergaul dengan lawan jenis, dengan dukungan teman-teman sejenisnya. Baru pada tahapan-tahapan remaja berikutnya mereka mulai tertarik untuk bergaul dengan lawan jenis secara individual.
d. Perkembangan Intelektual
Pada masa pubertas telah mencapai perkembangan mental yang memungkinkan mereka untuk berpikir dengan cara berpikir orang dewasa. Mereka tidak lagi terikat pada hal-hal konkrit dan nyata semata. Mereka mulai mampu memahami relativitas; belum tentu; tergantung; seandainya…dan sebagainya..
e. Perkembangan Moral
Masa pubertas biasanya mulai sering mempertanyakan banyak hal tentang nilai-nilai dalam kehidupan, terutama saat orang dewasa dianggap tidak memberikan jawaban jujur. Pada dasarnya dalam usia ini, cenderung idealis dan memiliki perasaan keadilan tinggi dalam hubungannya antar manusia.
f. Perkembangan Biologis dan Psikologis
Adapun pada perkembangan Biologis dan Psikologis ini dibedakan menjadi 2 antara, antara lain:
1. Ciri-ciri seks primer
Perkembangan organ-organ seks wanita ditandai dengan adanya haid pertama atau “menarche” yang disertai dengan berbagai perasaan tidak enak bagi yang mengalaminya.
Haid (menstruasi) yang pertama kali dia alami pada usia 9 tahun. Jika dilihat dari usianya saat ia mengalami menstruasi, ia masih dalam masa kanak-kanak akhir. Cukup mengejutkan dirinya saat ia mengalami menstruasi pertama, karena usia dan sifatnya yang masih kekanak-kanakan.
Setelah menstruasi itu ia alami beberapa kali, ia mulai bisa dan mengerti bahwa dirinya telah tumbuh menjadi seorang remaja. Sedikit demi sedikit dan perlahan demi perlahan ia mulai bisa meninggalkan kebiasaan sifat kekanak-kanakannya.
2. Ciri-ciri seks sekunder
Gejala yang mulai ditunjukkan dari dirinya yaitu :
a) Pinggul yang membesar dan membulat
b) Dada yang semakin nampak menonjol
c) Tumbuhnya rambuh di daerah kelamin, ketiak, lengan dan kaki
d) Perubahan suara dari suara kanak-kanak menjadi lebih merdu (melodius)
e) Kelenjar keringat lebih aktif dan sering tumbuh jerawat
f) Kulit menjadi lebih besar dibanding kulit anak-anak.
C. Tugas Perkembangan Masa Pubertas
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996). Masa remaja ditandai dengan cirri – ciri sebagai berikut, antara lain:
- berkembangnya sikap dependen kepada orangtua ke arah independent
- minat seksualitas;
- kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral (Salzman dan Pikunas, 1976).[1]
Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja merupakan masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini.[2] Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan ‘siapa saya?’.[3] Dia mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya.
Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat.
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Menurut Hurlock (1991) tugas perkembangan pada masa remaja adalah sebagai berikut:
1) Berusaha mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Berusaha mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3) Berusaha mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4) Berusaha mencapai kemandirian emosional
5) Berusaha mencapai kemandirian ekonomi.
6) Berusaha mengembangkan konsep dan keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melukukan peran sebagai anggota masyarakat.
7) Berusaha memahami dan mengintemalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
8) Berusaha mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
9) Berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10) Berusaha memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.[4]
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat akan megakibatkan perubahan usia kematangan yang sah menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang mengganggu para remaja.
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini sangat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yakni fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif tingkat ini akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan ini, remaja memeriukan kemampuan kreatif. Kemampuan kreatif ini banyak diwamai oleh perkembangan kognitifhya
PERKEMBANGAN MANUSIA MENURUT ALIRAN ALIRAN
Rinny Soegiyoharto, Psikologi
Dalam pengalaman melakukan konseling selama belasan tahun, ada hal menarik yang saya dapati. Kenyataannya tidak cukup banyak orang mengenal diri sendiri dan orang lain sesuai dengan fase perkembangan psikologisnya.
Bukan sekadar sadar akan usia kronologis diri sendiri, namun juga memahami kematangan dan tugas-tugas yang berkenaan dengan fase perkembangan usia tersebut. Sama halnya dapat diterapkan dalam mengenal dan memahami orang lain. Begitu banyak orang lain di seputar kehidupan manusia; pasangan hidup, anak, orangtua, rekan, atasan, bawahan, dan sebagainya.
Berbicara tentang Psikologi Perkembangan, khususnya membahas fase perkembangan manusia, artinya kita menelusuri hasil penelitian longitudinal (panjang, lama dan tanpa henti) yang telah dilakukan banyak ahli. Perlu dicatat, penelitian-penelitian tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini. Selama manusia dan lingkungan hidupnya berkembang, selama itu pula selalu ada perubahan yang menandai perkembangan tersebut.
Perlu diingat, fase perkembangan merupakan pengelompokan ciri-ciri, analisis dan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang teruji secara signifikan. Artinya, keunikan pribadi yang sifatnya individual, seperti karakter, intelektual, kepribadian, harus digali dan dibahas secara individual pula. Tulisan ini tidak membahas hal-hal itu. Secara umum perkembangan manusia dibagi dalam enam fase, yakni: Prenatal, Bayi, Anak Usia Pra-sekolah, Anak Usia Sekolah, Remaja, dan Dewasa.
Prenatal
Perkembangan awal manusia dari proses konsepsi atau pembuahan hingga masa kelahiran. Umumnya ibu mengandung selama sembilan bulan sepuluh hari. Berbagai peristiwa dan kasus yang muncul pada masa ini ditengarai memiliki pengaruh cukup besar terhadap perkembangan janin. Sebagai contoh, seorang ibu yang mengalami depresi atau tekanan mental cukup berat saat mengandung berpengaruh terhadap kondisi emosi sang janin pada saat ia dilahirkan dan tumbuh kemudian. Penelitian-penelitian berkaitan dengan fase prenatal masih terus dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih tepat seberapa besar pengaruhnya secara langsung.
Bayi
Terhitung sejak usia nol tahun saat bayi dilahirkan, sampai ia memasuki usia 2 tahun. Pada fase ini bayi ber-respons secara refleks. Seperti halnya ketika kita mengatupkan kelopak mata saat ada benda mendekat. Eksplorasi bayi untuk mengenal dunia dan lingkungan sekitarnya adalah dengan alat indera dan aktivitas motorik. Satu alasan di atas pembaringan bayi diletakkan benda atau mainan yang berputar, misalnya. Cara ini dapat menjadi indikator bagi orangtua untuk mengetahui dengan cepat apakah fungsi indera penglihatan bayi cukup baik.
Bayi berkomunikasi dengan senyum dan tangisannya, yang memiliki arti khusus bagi setiap orangtua. Kelekatan orangtua dengan bayi merupakan faktor penting pada fase bayi. Dilakukan dengan banyak sentuhan, pelukan, dekapan, usapan, elusan, tepukan ringan, yang akan menciptakan perasaan aman dan nyaman pada bayi, hingga ia “lulus” untuk memasuki fase selanjutnya.
Anak Pra-Sekolah
Saat anak berusia 2 hingga 5 tahun. Disebut juga sebagai usia emas, sebab perlakuan orangtua dan orang dewasa lain di sekitarnya sangat menentukan proses perkembangan anak untuk fase-fase berikut. Pada usia ini anak sudah lebih matang secara fisik, emosi dan kognitif. Perkembangan otonomi cukup pesat yang ditandai dengan munculnya kemauan sendiri, tidak lagi melulu mengikuti kemauan orangtua. Juga tertampil kecenderungan yang seringkali membuat orangtua gusar, yakni negativisme. Hampir segala sesuatu yang diminta atau dikatakan orangtua dijawabnya dengan kata “tidak” atau gelengan yang bersifat menolak.
Anak senang menjelajah, mencari tahu berbagai hal yang ditemuinya atau mulai dipikirkannya, bahkan dikhayalkan. Karena pada fase ini anak mulai suka berfantasi, ia kadangkala “menemukan teman khayalan”. Saat perkembangan otonomi ini pulalah seorang anak mulai belajar mengenai perilaku-perilaku yang disetujui. Artinya, proses pembelajaran tentang yang baik dan buruk dimulai pada usia ini. Perkembangan berbahasanya pesat sehingga berbagai perilaku dapat dipahami melalui komunikasi. Hal wajib bagi orangtua adalah siap mendengarkan, memberi jawab dan membuka kesempatan anak berperan serta dalam berbagai aktivitas keluarga.
Anak Usia Sekolah
Saat memasuki usia 5/6 tahun hingga 12 tahun merupakan masa perkembangan intelektual. Keterampilan motorik terutama motorik halus seperti menulis, jauh lebih baik dari fase sebelumnya. Cara berpikir anak berkembang namun lebih besar berorientasi pada hal-hal konkret, kini dan di sini. Contohnya, pada usia ini cita-cita anak belum dapat ditampilkan dengan pasti, orientasi akan masa depan belum jelas.
Berdasarkan teori perkembangan Psikososial dari Erickson, pada fase ini penting dicermati proses pembentukan rasa percaya diri. Di sekolah anak memiliki pergaulan yang luas dan mulai muncul rasa bersaing antar teman sebaya. Apabila ia memiliki pengalaman berhasil atas karya atau prestasinya di bidang tertentu, maka muncul rasa percaya diri. Namun perasaan gagal akan membuat anak minder alias “nggak PeDe”. Maka orangtua perlu mendukung anak agar ia sering “merasa berhasil”.
Remaja
Secara umum masa remaja dilalui dalam kurun usia 11/12 tahun hingga 20/21 tahun. Fase ini dimulai saat seseorang memasuki pubertas. Gejala yang umumnya tertangkap yakni saat anak perempuan mengalami menstruasi dan anak lak-laki mimpi basah. Remaja adalah fase yang sulit dengan status interim atau peralihan. Fase anak-anak sudah lewat, namun fase dewasa belum tiba. Seringkali fase ini disebut juga fase pergolakan, fluktuasi terjadi sesering perubahan emosi remaja.
Selain perubahan-perubahan fisik, remaja juga mengalami perubahan pada banyak aspek lain. Apabila tadinya ia sepenuhnya bergantung pada orangtua, maka kini ia mulai mandiri. Namun kemandirian yang dimiliki belum penuh, misalnya secara finansial kebanyakan remaja masih tergantung pada orangtua. Kondisi ini membuatnya tak nyaman dan konflik.
Proses pencarian identitas diri berlangsung pada fase remaja. Konformitas terhadap teman sebaya cukup tinggi, sehingga ia cenderung mengikuti kata teman demi diterima oleh kelompok. Penerimaan lingkungan pergaulan sangat penting bagi remaja. Oleh sebab itu orangtua adalah teman dan konselor baginya, bukan lagi perawat atau pengasuh seperti pada fase anak. Komunikasi yang kurang baik antara orangtua dengan remaja dapat berakibat buruk, misalnya ia lebih senang bersama teman-teman di luar rumah dan dapat saja terjerumus pergaulan yang keliru.
Dewasa
Fase dewasa terdiri atas dewasa muda, yakni 21-40 tahun, dewasa madya, 40-64 tahun, dan lanjut usia, di atas 64 tahun. Setiap pembagian fase memiliki ciri-ciri khusus yang unik. Dewasa muda biasanya orang membuka pergaulan, mencari teman intim dan meniti karier. Kegagalan dalam berteman intim akan membuat orang dewasa muda ini mengisolasi diri selama beberapa waktu. Perasaan kosong dan tak bermakna juga muncul pada usia ini.
Memasuki dewasa madya orang mulai berminat membina generasi yang lebih muda. Kepedulian terhadap orang lain dan kelangsungan hidupnya adalah hal yang bermakna. Tanpa generasi muda hidup para dewasa madya dirasa tidak lengkap. Pada usia lanjut manusia hidup dari apa yang telah dibangunnya. Ia memahami sejarah hidupnya melibatkan generasi sebelumnya. Tak jarang muncul penyesalan tentang hal-hal yang tidak dilakukan pada usia muda. Ketidak-siapan menghadapi akhir kehidupan membuatnya takut akan kematian.
Memahami fase perkembangan manusia secara psikologis perlu dilengkapi dengan konsep berpikir bahwa setiap fase harus dilewati dengan baik dan tuntas. Stagnansi atau tidak selesainya tugas-tugas pada suatu fase cenderung mengembalikan orang pada fase tersebut meskipun ia sudah dewasa, bahkan lanjut usia. Tulisan ini hanya memaparkan sebagian kecil dari psikologi perkembangan manusia yang kompleks.
Perkembangan Menurut Konsep Aliran-Aliran Psikologi
- Dari lahir sampai dengan masa trotz pertama yang biasanya disebut masa kanak-kanak
- Dari masa trotz pertama sampai dengan trotz kedua, biasanya disebut masa keserasian bersekolah’
- Dari trotz kedua sampai dengan akhir remaja, biasanya disebut masa kematangan
- Masa perampokan/penggarongan dan masa perburuan, sampai kira-kira usia 8 tahun. Pada masa ini, anak-anak memperlihatkan kesukaan menangkap macam-macam binatang dan serangga, main panah-panahan dan ketapel-pelanting, membangun teratak, main selinap, megendap-ngendap, dan memburu kawan-kawannya.
- Masa Penggembalaan, 8-10 tahun. Pada usia ini anak suka sekali memelihara ternak dan binatang jinak. Misalnya memelihara kelinci, merpati, bajing, kucing, anjing, kambing, domba, ayam, dan lain-lain. Dengan penuh kasih sayang anak-anak menimang-nimang dan membelai binatang peliharaannya.
- Masa Pertanian, 11-12 tahun. Pada usia ini anak memperlihatkan kesukaan menanam macam-macam tetumbuhan dan kegiatan berkebun.
- Masa perdagangan, 13-14 tahun. Anak gemar sekali mengumpulkan macam-macam benda, serta bertukar/”jual-beli” perangko, uang receh, kartu pos bergambar, manik-manik, batu-batuan dan lain-lain.
- Memiliki kemampuan menerima diri sendiri, orang lain dan alam dunia ini tanpa perasaan malu atau bahkan suatu kebencian.
- Terdapat aktualisasi diri, dan kemampuan efesiensi dalam menerima realita yang ada.
- Memiliki kesanggupan untuk bebas dan berdiri sendiri.
- Memiliki rasa sosial yang mendalam, dan kesanggupan identifikasi.
- Memiliki banyak spontanitas dalam mengapresiasikan dunia dalam kebudayaannya.
- Memiliki kesegaran apresiasi yang terus menerus terhadap sesamanya dalam pengartian tidak kaku dan menoton, serta tidak bersikap stereotype.
- Ada ketabahan dan keuletan dalam menjalankan tugas-tugasnya.
- Ada keinginan untuk memiliki kebebasan dan otonomi diri.
- Cakrawala kehidupannya tidak terbatas.
- Cukup selektif dalam menjalin relasi-sosial.
- Ada kesadaran humor yang filsafi, tidak memiliki sikap bermusuhan terhadap orang lain.
- Memiliki keteguhan untuk berpegang pada tujuan akhir yang hendak dicapainya.
- Memilikin kretifitas.
- Di dalam struktur karakter, nilai-nilai dan sikapnya cukup demokratis.
Kategori
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong