Pidato Kenegaraan Presiden SBY (1)
Minggu, 18 Agustus 2013, 11:13:53 WIB
Pidato Kenegaraan Presiden SBY (1)
Prinsip Kehati-hatian Selamatkan Indonesia dari Krisis
Presiden SBY saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di hadapan DPR dan DPD, Jumat (16/8) lalu. (foto: abror/presidenri.go.id)
Pengantar Redaksi: Pidato Kenegaraan yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Jumat (16/8) lalu memuat banyak hal penting untuk diketahui bersama. Berikut kami turunkan kembali secara beruturut-turut empat isu penting tersebut, yakni tantangan ekonomi, masalah toleransi, Pemilu 2014, dan pentingnya mempertahankan NKRI.
Jakarta: Indonesia bukan saja berhasil mengatasi tantangan ekonomi dari dampak krisis global pada 1998 dan 2008-2009 lalu, melainkan juga tumbuh secara mengesankan. Dengan semangat yang sama, yakni kerja sama, kita yakin bisa mengatasi tantangan di depan.
Isu ekonomi ini merupakan isu penting pertama yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pidato Kenegaraan di hadapan sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8) lalu.
Sukses Indonesia bertahan dan bahkan tetap tumbuh mengesankan tersebut menjadi bahan pertanyaan negara lain dalam sejumlah forum internasional, seperti ASEAN dan APEC, maupun G20. Presiden SBY sering ditanya resep Indonesia menghadapi krisis ekonomi tersebut.
"Saya menjawab, pengelolaan ekonomi Indonesia selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian, dengan tetap menjaga ruang ekspansi yang terukur," kata Presiden SBY. Di banyak negara yang dilanda krisis keuangan dan ekonomi, sering kedua hal ini dipertentangkan, atau menjadi trade-off.
"Selain itu, saya juga sampaikan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia juga ditopang oleh semakin baiknya iklim dunia usaha, terjaganya stabilitas politik dan keamanan serta masifnya gerakan kewirausahaan," Presiden SBY menambahkan.
Prinsip kehati-hatian tersebut juga tercermin pada komitmen serta kemampuan kita menjaga kesehatan fiskal. Penerimaan negara terus ditingkatkan, belanja terkendali, serta defisit fiskal terhadap Produk Domestik Bruto terjaga di bawah 3 persen.
Pada kesempatan ini, Presiden SBY menyampaikan terima kasih kepada DPR dan masyarakat atas dukungan terhadap kebijakan penyesuaian beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) kemarin. Dengan begitu, kita mampu mengalokasikan anggaran lebih besar untuk program yang lebih bermanfaat bagi masyarakat banyak, utamanya mereka yang berpendapatan rendah.
Sejak 2004 lalu, pemerintah juga terus mendorong penguatan pasar domestik dan daya beli masyarakat melalui apa yang disebut Keep Buying Strategy. Strategi untuk tetap mempertahankan dan meningkatan keterjangkauan konsumsi baik dari sisi harga maupun pendapatan masyarakat.
Lalu, pada tahun 2011, pemerintah mengintroduksi Masterplan Percepatan dan Peningkatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur dan konektivitas.
"Semua resep itu, terbukti telah mampu menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan utama investasi dunia, dengan menyandang predikat investment-grade," Presiden menjelaskan.
Hal yang juga menggembirakan adalah arus investasi di luar Pulau Jawa terus meningkat. Ini akan menjamin ketersediaan lapangan kerja yang lebih merata, dan meningkatkan kesejahteraan yang lebih luas.
Strategi pembangunan ekonomi kita, ujar Presiden SBY, adalah tetap mengedepankan aspek keseimbangan dan keberlanjutan. Kebijakan ini dtempuh melalui empat strategi dasar, yaitu pertumbuhan, lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan pengelolaan lingkungan.
"Selama ini keempat hal tersebut dapat kita lakukan secara bersamaan. Program peningkatan kesejahteraan secara konsisten juga kita lakukan melalui program-program prorakyat," ujar Presiden SBY.
Saat ini, Indonesia merupakan negara berpendapatan menengah dengan tingkat kemiskinan yang secara bertahap berhasil kita turunkan. Penduduk miskin turun dari 16,66 persen pada 2004, menjadi 11,37 persen pada Maret 2013. Tingkat pengangguran terbuka juga turun dari 9,86 persen, pada 2004 menjadi 5,92 persen pada Februari 2013.
Meskipun masih terdapat banyak hal yang perlu terus kita perbaiki, berkurangnya penduduk miskin, dan menurunnya tingkat pengangguran di Indonesia, merupakan bukti penting keberhasilan pemangunan nasional yang kita lakukan bersama.
Berbagai kebijakan dan program kerja pemerintah terkait pengentasan kemiskinan juga dilakukan. Program-program itu dikemas ke dalam program prorakyat, seperti Bantuan Beras Miskin, Program Keluarga Harapan, Bantuan Operasional Sekolah, Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Siswa Miskin, dan Bantuan untuk Lanjut Usia dan Cacat.
Selain itu, masih ada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ada pula program Air Bersih, Perumahan Sangat Murah dan Murah, Penyediaan Transportasi Murah, serta bantuan untuk komunitas nelayan dan kaum miskin perkotaan.
"Pengalaman menunjukkan apapun situasi yang kita hadapi, dan terlebih ketika negara kita ikut terdampak dari krisis dunia, program-program prorakyat ini harus kita laksanakan dan bahkan kita tingkatkan," Presiden SBY menegaskan. (har)
Twitter: @websitepresiden