http://ikhwamuji.wordpress.com/
http://ikhwamuji.wordpress.com/
MASALAH ADALAH TEMAN HIDUP MANUSIA, MAKA SEDERHANAKANLAH
Kesederhanaan adalah suatu kondisi dimana kita mampu memprioritaskan sesuatu sesuai dengan proporsinya. Sederhana itu simple dan tidak rumit. Sederhana itu suatu kemudahan atau membuat sesuatu yang rumit menjadi hal mudah. Tentu sederhana itu mudah dipahami, mudah dikerjakan. Namun tetap masih memiliki nilai-nilai arti atau makna yang tinggi atau berbobot.
Menyederhanakan sesuatu itu bukan menggampangkan sesuatu. Begitu juga didalam kehidupan ini. Banyak sekali masalah yang datang dan menghampiri kita selama hidup didunia ini. Masalah yang datang pun beragam, ada masalah sepele sampai masalah yang bertubi-tubi dan rumit untuk diselesaikan. Terkadang masalah membuat orang kehilangan kendali, sebagian mereka tidak mampu mengendalikan emosi yang melanda dirinya. Maka sangat mungkin untuk terjadi depresi atau stress karena otak tertutup emosi negatif dan sehingga otak tidak mampu menerima rangsangan dari luar (permasalahan hidup). Sebagai hasilny, seseorang tidak dapat berfkir secara logis. Tentu ini akan sangat merugikan diri sendiri bahkan orang lain yang ada disekitarnya.
Dengan adanya realita seperti ini, pola pandang hidup dengan berbasis kesederhanaan inilah sangat diperlukan. Setiap manusia yang sedang dan akan menghadapi masalah harus mampu bersikap proporsional dalam menghadapi permasalahan hidupnya. Dalam artian mereka tidak terbelenggu oleh hal-hal negative yang mungkin akan mempengaruhi kejiwaan mereka. Proporsi manusia itu terbatas, mereka hanya mampu berfikir jernih dalam keadaan yang santai, dan rilek. Ketika seseorang menghadapi masalah yang berat dalam hidupnya, dia cenderung stress dan emosi akan bereaksi. Bisa dalam bentuk kemarahan, kesedihan, keputusasaan, kebingungan dll. Perasaan-perasaan seperti ini jika melambung maka akan merdeka sehingga menyelimuti jiwa seseorang maka. Dia tidak akan mampu berkonsentrasi dan berfikir rasional. Tentu saja hal ini menjadi factor penghambat dalam penyelesaian masalah. Untuk mendapatkan pemecahan masalah yang tepat, seseorang harus bersikap tenang dan santai.
Masalah bukanlah sesuatu hal yang dengan berdiam diri maka akan selesai dengan sendirinya. Masalah bukan pula sesuatu yang menakutkan, menjengkelkan atau mematikan. Karena pada dasarnya masalah itu ditimbulkan oleh diri sendiri. Masalah itu mudah atau rumit hanya sebuah anggapan saja. Wajar sekali manusia yang hidup itu memiliki berbagai macam anggapan, termasuk anggapan akan sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi. Anggapan ini biasanya muncul karena adanya ketidak seimbangan keinginan dan kenyataan yang harus dihadapi. Dan biasanya berujung pada sebuah anggapan negative yang bisa merusak pola pemikiran seseorang.
Masalah yang ada muncul biasanya dipicu karena adanya kejadian-kejadian yang telah berlalu dan masih terbawa sampai masa sekarang. Seringkali juga masalah muncul karena kejadian yang sedang dialami. Dengan dipengaruhi banyak factor, bisa factor internal sampai factor external yang ada dilingkungan sekitar, (rumah, tempat kerja, sekolah dll). Kejadian-kejadian yang terjadi pun sangat beragam. Bisa kejadian tak terduga, misalnya saja ketika seseorang mengalami kejadian menjengkelkan karena macet jadi terlambat masuk kerja dan mendapat ocehan dari bos nya. Contoh lainnya, misal ada seorang siswa yang dihukum guru karena tidak menyelesaiakan tugas rumah. Hal tersebut mungkin saja dan bahkan selalu saja terjadi kepada siapapun. Tentu hal ini menjadi masalah tersendiri. Hal-hal sepele pun bisa memicu masalah terjadi. Tidak jarang masalah besar terjadi karena munculnya masalah sepele yang tak terselesaikan atau salah penanganan.
Cara yang efektif dalam penanganan sebuah masalah yaitu dengan cara penyederhanaan masalah itu sendiri. Menyederhanakan masalah yang ada akan membantu menyelesaikan masalah dalam hidup. Masalah yang sedang dihadapi bisa disederhanakan dengan mengatur pola pikir dan gejolak emosi. Seperti yang dikatakan tadi, otak tidak akan mampu berfikir jernih jika emosi negatif masih mengantungi nya.
Pola pikir dan gejolak emosi adalah dua hal yang saling berhubungan. Seseorang yang memiliki pengaturan gejolak emosional yang baik dapat mengembangkan pola pikir yang baik juga, begitupun sebaliknya. Jika seseorang tidak mampu mengontrol gejolak emosi, maka jangankan merangkai pola pikir yang baik, berfikir jernih saja sulit.
Jadi untuk menyederhanakan permasalahan hidup, seseorang harus memanage terlebih dahulu keadaan emosinya, setelah itu baru berfikir logis dan rasional, lalu mulai menyusun pola pikir yang baik. Pola pikir yang baik itu berisi pikiran-pikiran positif, sehingga ketika seseorang mampu berfikir positif, maka dia akan melakukan hal-hal positif juga untuk hidupnya, terlebih dalam penanganan masalah kehidupan.
Sebagai contoh, dalam penyederhanaan masalah, ketika ada seseorang yang baru saja lulus sarjana muda, dia menemukan masalah yaitu kesulitan mencari kerja,. Beban yang ia emban (seperti omongan masyarakat, tuntutan orang tua untuk cepat-cepat mencari pekerjaan, dan kebutuhan diri, serta amanah yang berupa ijazah) membuat dia tambah pusing sepuluh keliling. Sehingga hal ini berpengaruh pada kejiwaan, atau emosi nya. Bisa saja jika dia salah bertindak dalam menghadapi masalahnya dia akan mengalami penderitaan. Masalah yang dia hadapi bagi sebagian orang adalah masalah yang rumit, karena memang mencari pekerjaan yang baik dan layak itu bukan hal mudah dan instan, banyak pertimbangan yang harus dilakukan untuk memilih pekerjaan yang cocok. Tetapi bagi sebagian orang yang lain beranggapan masalah yang dia hadapi gampang atau mudah, dia punya keahlian dari sekolah sarjana nya, dia bisa memanfaatkan kemampuan apa yang dia miliki, dengan melakukan hal bermanfaat, menciptakan pekerjaan sendiri atau lainnya, tanpa harus bersusah payah kesana-kemari mencari kerjaan yang layak. karena bagi sebagian orang ini pekerjaan layak adalah pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Dua pandangan ini menjadi gambaran betapa beranekaragam nya anggapan tentang sebuah masalah.
Menyederhanakan masalah maksudnya adalah memberikan perlakuan terhadap masalah itu sendiri. Membuat masalah itu bukan sesuatu yang memberatkan, dalam hal ini menganggap masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang pelik, atau rumit. Masalah yang terjadi adalah masalah yang simple, dan tidak harus menyebabkan stress berkepanjangan. Hal ini bukan berarti menyepelekan masalah yang ada. Akan tetapi mengontrol emosi terlebih dahulu, yaitu dalam menghadapi masalah harus dalam keadaan santai dan tenang, setelah itu bangunlah pola pikir yang baik yaitu berfikir masalah ini tidaklah rumit, dan pastilah bisa diatasi dengan mudah, dengan memikirkan opsi-opsi penanganan sesuai permasalahan, selanjutnya pengambilan tindakan.
Tentu saja dalam keadaan tenang, anggapan positif akan muncul dan menumbuhkan pola pikir yang baik juga. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk membantu seseorang menyelesaikan permasalahan dalam hidup, yaitu dengan menyederhanakannya.
Hatta Ingatkan Spekulan Tidak Permainkan Harga Kedelai
Hatta Ingatkan Spekulan Tidak Permainkan Harga Kedelai
Pekerja memproduksi makanan tempe dengan bahan baku kedelai dikawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin (26/8).
Pekerja memproduksi makanan tempe dengan bahan baku kedelai dikawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin (26/8). (sumber: Suara Pembaruan)
Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa mengingatkan para spekulan agar tidak mempermainkan stok dan harga kedelai di pasaran.
Tingginya harga kedelai berdampak pada penurunan produksi tempe dan tahu di berbagai daerah.
“Sekarang, stok kedelai ada 300.000 ton, ya keluarkan. Kalau tidak mau dikeluarkan harus dipaksa, karena ini menyangkut ekonomi kita. Kalau tidak mau keluarkan juga, bongkar gudangnya. Jalankan, rakyat butuh," ujar Hatta di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (29/8).
Hatta mengatakan, stok kedelai yang disimpan di berbagai gudang harus didistribusikan kepada para pedagang di berbagai daerah di Tanah Air. Pemerintah, lanjutnya, tidak akan segan-segan membongkar gudang milik spekulan jika ditemukan adanya penimbunan pasokan.
“Masa ada barang dikekepin. Ini kan untuk rakyat, untuk menjaga stabilitas ekonomi kita. Jangan main-main kalau situasi seperti ini, jangan kalau situasi sudah menguntungkan baru dikeluarkan. Jangan,” kata dia.
Hingga kini, harga kacang kedelai di sejumlah daerah masih tinggi. Di Pekalongan, Jawa Tengah, harga kacang kedelai mencapai Rp 9.100 per kilogram.
Melemahnya Rupiah Dinilai Untungkan Pengusaha
Melemahnya Rupiah Dinilai Untungkan Pengusaha
Ilustrasi nilai tukar dolar terhadap rupiah
Ilustrasi nilai tukar dolar terhadap rupiah (sumber: Antara)
Yogyakarta - Melemahnya nilai tukar rupiah saat ini dinilai menguntungkan pengusaha, karena akan semakin banyak jumlah nominal rupiah yang dikuasai mereka, kata ekonom Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Revrisond Baswir.
"Saat ini ada pelemahan peran negara, baik secara politis maupun ekonomi. Peran negara telah diambil alih pengusaha yang saat ini telah berkuasa pada banyak sektor publik," katanya di Yogyakarta, Kamis (29/8).
Menurut dia, berkuasanya pengusaha di berbagai sektor itu menyebabkan perbaikan ekonomi yang dilakukan Kementerian Keuangan (Kemkeu), Bank Indonesia (BI) maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak efektif.
"Para pengusaha yang berkuasa tersebut akan berusaha melindungi kepentingannya dan mengorbankan kepentingan negara yang lebih besar dalam melakukan perbaikan ekonomi," kata peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PSEK) UGM itu.
Ia mengatakan, di sisi lain paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah juga tidak sepadan dengan persoalan yang dihadapi, sehingga melemahnya rupiah diprediksikan masih akan berlangsung lama.
"Pelemahan rupiah terjadi bukan semata-mata karena persoalan internasional, tetapi juga domestik. Melihatnya jangan hanya digeser ke masalah internasional saja, tetapi juga perlu dilihat faktor domestiknya," katanya.
Menurut dia, selain melemahnya rupiah, terjadinya "triple deficit" yakni neraca perdagangan, neraca transaksi berjalan, dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga masih akan terjadi.
Defisit APBN semakin melebar meskipun pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi subsidi dan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu.
"Ujung-ujungnya terjadi pelemahan rupiah. Jadi, saya lihat belum ada obat mujarab untuk segera mengatasi persoalan tersebut," katanya.
Penulis: /ARD
Ilustrasi nilai tukar dolar terhadap rupiah
Ilustrasi nilai tukar dolar terhadap rupiah (sumber: Antara)
Yogyakarta - Melemahnya nilai tukar rupiah saat ini dinilai menguntungkan pengusaha, karena akan semakin banyak jumlah nominal rupiah yang dikuasai mereka, kata ekonom Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Revrisond Baswir.
"Saat ini ada pelemahan peran negara, baik secara politis maupun ekonomi. Peran negara telah diambil alih pengusaha yang saat ini telah berkuasa pada banyak sektor publik," katanya di Yogyakarta, Kamis (29/8).
Menurut dia, berkuasanya pengusaha di berbagai sektor itu menyebabkan perbaikan ekonomi yang dilakukan Kementerian Keuangan (Kemkeu), Bank Indonesia (BI) maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak efektif.
"Para pengusaha yang berkuasa tersebut akan berusaha melindungi kepentingannya dan mengorbankan kepentingan negara yang lebih besar dalam melakukan perbaikan ekonomi," kata peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PSEK) UGM itu.
Ia mengatakan, di sisi lain paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah juga tidak sepadan dengan persoalan yang dihadapi, sehingga melemahnya rupiah diprediksikan masih akan berlangsung lama.
"Pelemahan rupiah terjadi bukan semata-mata karena persoalan internasional, tetapi juga domestik. Melihatnya jangan hanya digeser ke masalah internasional saja, tetapi juga perlu dilihat faktor domestiknya," katanya.
Menurut dia, selain melemahnya rupiah, terjadinya "triple deficit" yakni neraca perdagangan, neraca transaksi berjalan, dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga masih akan terjadi.
Defisit APBN semakin melebar meskipun pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi subsidi dan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu.
"Ujung-ujungnya terjadi pelemahan rupiah. Jadi, saya lihat belum ada obat mujarab untuk segera mengatasi persoalan tersebut," katanya.
Penulis: /ARD
Muhamad Iman Usman, Pencetus Parlemen Muda yang Bersahaja
Muhamad Iman Usman, Pencetus Parlemen Muda yang Bersahaja
Iman Yusman, pencetus parlemen muda
Iman Yusman, pencetus parlemen muda (sumber: Beritasatu.com)
Jakarta - Hanya tinggal beberapa jam lagi sebelum lelaki muda kelahiran Padang 21 Desember 1991 itu berangkat ke Amerika Serikat (AS). Penulis masih sempat menemuinya di sela kesibukannya mengurusi beberapa hal sebelum memulai hidup baru sebagai mahasiswa S2 International Educational Development Universitas Columbia, AS.
Selasa (20/8) malam di Mal Pacific Place, Senayan, ia menyambut Beritasatu.com dengan ramah tanpa sedikit pun merasa terganggu oleh lelah.
Sebagian dari kita mungkin mengenal Muhamad Iman Usman sebagai mahasiswa Hubungan Internasional UI 2009 peraih Juara 1 Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional pada Juli 2012. Sebagian lagi mungkin lebih banyak mengenalnya sebagai salah seorang penggagas Indonesian Future Leaders, sebuah organisasi anak muda yang punya visi: Menjadikan generasi muda Indonesia generasi yang kompeten pada bidang yang ditekuninya, dapat membawa perubahan positif dan menjadi inspirasi bagi lingkungannya.
Semuanya benar dan semuanya menggambarkan sosok anak muda yang ideal untuk bangsa ini. Anak muda yang tidak cuma menuntut perubahan tapi juga berjuang untuk mewujudkannya. Sesuai wejangan legendaris Mahatma Gandhi, "Be the change you wish to see in the world."
Sebelum Rabu (21/8) terbang menuju AS, ia hadir untuk menjadi pembicara di acara yang digagasnya, Parlemen Muda. Sebuah wadah yang memberi kesempatan bagi anak muda untuk merasakan dunia parlementer dan menjadi jembatan bagi suara mereka kepada pengambil kebijakan.
Berikut petikan tanya jawab Beritasatu.com dengan Iman.
Apa yang mendasari seorang Iman untuk membuat Parlemen Muda ini?
Waktu awalnya bikin sih sebenarnya lebih ke melihat kok banyak anak muda yang apatis sama politik, makin sudah enggak ada harapan ke politik. Mereka jenuh sama berita-berita negatif di televisi dan pada akhirnya jadi enggak mau terlibat .
Di satu sisi ini juga menjadi platform buat anak muda untuk belajar menyampaikan aspirasi mereka terkait kebijakan-kebijakan yang ada juga terbatas. Jadi di satu sisi kami ingin mengedukasi, tapi di satu sisi juga gimana caranya ini jadi wadah buat menyambungkan suara anak muda ke para pengambil kebijakan.
Lalu, suara-suara mereka sudah tersambung?
Sebetulnya kami baru mulai tahun lalu. Mereka mendapatkan wadah untuk menyampaikan gagasan kepada pemerintah tapi memang responnya masih belum sesuai sama yang diharapkan. Lalu dari sisi kami juga masih perlu improvement dalam hal advokasinya sendiri. Jadi ada dua pihak yang perlu diperbaiki dan harapannya tahun ini hal itu bisa terwujud.
Dengan kepedulian Anda yang besar terhadap Indonesia, pernah tidak merasa dikecewakan oleh keadaan nyata bangsa ini?
Kecewa pasti ada, yang kecil-kecil. Teman-teman lain juga pernah. Ada kalanya saat kita berusaha keras pada satu hal tapi responnya tidak sesuai harapan, itu pasti ada rasa kecewa. Tapi tidak sampai membuat berhenti. Saya sadar kalau perubahan itu bukan sesuatu yang instan, butuh proses panjang dan makan waktu yang lama. Jadi ya memang harus sabar dan ada tahapan-tahapannya. Pada akhirnya itu menjadi semacam cambuk.
Pernahkah ada pada titik ketika Iman berhenti mengusahakan sesuatu?
Tidak, kalau yang dimaksud semangat melakukan perubahan. Sejauh ini sih saya enggak pernah merasa pernah berhenti, dalam artian semangat itu terus ada. Kalaupun bukan saya secara langsung yang ngerjain itu juga sudah terwakilkan oleh teman-teman yang lain. Tapi ada juga masa yang saya bilang terminasi suatu program.
Oh kami merasa tidak tercapai sasarannya dan perlu mencari jalan. Itu yang saya bilang berhenti. Maksudnya semangatnya sih enggak berhenti.
Nah, dari kapan semangat melakukan perubahan itu mulai ada dalam diri Anda?
Konkritnya sih waktu umur 10 tahun. Saat itu bikin perpustakaan dan mengajar anak-anak kelas 1-3 SD. Jadi dulu itu saya membagi ilmu yang saya punya. Apa yang diajarkan di sekolah, saya ajarkan ke mereka.
Di umur semuda itu Anda sudah melakukan hal semacam tadi, pengaruh lingkungan seperti apa yang didapatkan?
Kalau saya sih melihatnya lebih ke panggilan. Seperti saya sedang berpikir, "Baiklah, tak ada seorangpun yang melakukan hal ini. Kondisinya akan seperti itu terus. Saya punya kesempatan, saya punya kapasitas. Jadi ayo lakukan sesuatu yang bisa kulakukan." Lebih ke seperti itu sih, tapi dalam perkembangannya saya ketemu banyak orang, jadi yang seperti itu kemudian menjadi motivasi.
Lalu untuk orangtua, seberapa besar pengaruh mereka pada Anda?
Pengaruhnya besar tapi bukan dalam artian nyuruh ini itu, ngajarin ini itu. Lebih ke seperti memberikan kesempatan untuk bebas memilih apa yang terbaik untuk diri saya sendiri. Mereka tak pernah mengatur harus ini harus itu. Bagi saya itu pengaruhnya besar.
Kedua, mereka mengajarkan saya untuk percaya pada apa yang saya kerjakan. Karena kalau enggak percaya itu akan sangat susah langkah ke depannya.
Tentu ada orang yang tidak suka kepada Anda, apa yang mereka lakukan kepada Iman?
Yah pastinya ada. Macam-macam sih. Ada yang ngejelekin, bahkan di depan umum, ada yang memprovokasi. Tapi ya udah. It's a life. Di awal-awal memang agak berat, tapi makin dewasa jadi makin paham. Ya mungkin punya cara pandang yang beda, mungkin saya juga perlu bercermin. Awalnya memang mengganggu tapi lama-lama ya biasa saja. Karena saya tahu apa yang saya lakukan itu benar.
Saya juga lebih suka jika orang langsung komplain di depan, sehingga saya jadi tahu salah saya dimana dan bisa segera memperbaikinya.
Sekembalinya dari AS nanti, seperti apa Anda akan melihat diri sendiri? Akan jadi seperti apa untuk Indonesia?
Yah saya bukan tipe orang yang, "Ya gua akan jadi begini atau begitu." I'm a very flexible person. Dalam artian seperti oke saya punya rencana hidup, lalu membuatnya menjadi patokan yang harus selalu diikuti. Karena saya percaya nanti di sana (AS) saya akan belajar banyak hal dan pada akhirnya akan mengubah pandangan hidup, cara berpikir, apa yang saya mau, dan lain-lain. Tapi yang pasti akan tetap terlibat dalam hal kemasyarakatan. Whatever the job, whatever the position, yang pasti akan tetap dalam kegiatan sosial.
Sudah ada rencana akan melakukan apa di AS nanti?
Tentu sudah. Yang pasti akan tetap memonitor Parlemen Muda dan Indonesian Future Leaders. Lalu saya akan jadi US Representative untuk Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Nantinya saya akan mengurusi masalah pendanaan, komunikasi, program, dan advokasi YCAB di tingkat internasional di New York.
Jadi, apa concern terbesar Anda?
Pendidikan dan pemberdayaan anak muda. Karena buat saya education is life itself. Pendidikan itu bukan cuma untuk membuat orang jadi pintar, yang enggak bisa baca jadi bisa baca. Pendidikan itu enggak cuma di kelas doang. Dalam pendidikan itu orang belajar tentang kehidupan, siapa dirinya, apa yang dia tahu, apa yang harus dilakukan. Itu semua didapat lewat pendidikan. When you wanna change something, when you wanna change the state of a country, itu lewat pendidikan.
Jadi itu yang membuat saya sangat concern ke pendidikan. Ketika pendidikannya benar, orangnya akan benar, kalau pendidikannya salah maka orangnya akan salah.
Kembali ke masalah parlemen, berapa porsi ideal anak muda yang duduk di parlemen?
DPR maksudnya? Saya sih enggak bisa bilang angka. Karena saya enggak pernah mau melihat anak muda cuma dari umur atau segala macam. Saya melihatnya orang tua juga enggak apa-apa, asal mereka bisa menjadi suaranya anak muda. Yang jadi perhatian sekarang adalah banyak orang tua yang duduk di sana itu enggak bisa merepresentasikan apa yang dimaui anak muda.
Jadi bagi saya sebenarnya enggak masalah. Tapi ya pada akhirnya bagaimana mereka yang duduk di sana bisa peduli. Meskipun saya pro anak muda, tapi saya enggak mau yang selalu melihat kalau anak muda itu selalu bagus. Enggak ada jaminan. Justru yang diperlukan sekarang adalah sinergi antar generasi.
Dan saat nanti kembali ke Indonesia, apa yang akan Anda lalukan? Perubahan seperti apa yang akan diwujudkan?
Yah, we will see. Melanjutkan apa yang sudah dijalankan saja itu sudah menjadi pe-er. Jadi kita lihat nanti, maksudnya melihat nanti kebutuhan zaman seperti apa, kebutuhan negara seperti apa.