Sesudah Presiden Mursi Jatuh, Israel Menargetkan Menggulingkan Hamas
Sesudah Presiden Mursi Jatuh, Israel Menargetkan Menggulingkan Hamas
Jakarta (voa-islam.com) Sesudah Presiden Mesir Mohamad Mursi digulingkan oleh komplotan jahat, yang terdiri dari kekuatan sekuler dalam negeri Mesir, yang didukung militer, para pemimpin negara Arab petro dollar, Iran, Zionis-Israel, dan Amerika Serikat, maka target berikutnya menghancurkan pemerintahan Hamas di Gaza.
Tergulingnya Presiden Mohamad Mursi, nampaknya akan memiliki efek domino. Di mana kartu domino berada di tangan Zionis-Israel. Seperti dikatakan oleh Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, bahwa ada bukti-bukti, Zionis-Israel berada dibalik penggulingan Presiden Mursi.
Tahap sekarang, sesudah Zionis-Israel berhasil menggulingkan Presiden Mesir, maka tahap berikutnya yang akan dieleminir, yaitu Hamas. Bagaimana Zionis-Israel akan menggunakan tangan Mahmud Abbas, mengeliminir Hamas sebagai sebuah entitas politik dan militer di Gaza.
Zionis-Israel mengulur-ulur waktu perundingan, dan sembari terus melemahkan ancaman dari negara diselilingnya, terutama negara-negara garis depan (front line), seperti Mesir, maka tahap berikutnya, sesudah berhasil menggulingkan Mursi, berikutnya yang akan menjadi target Zionis adalah Hamas.
Hamas yang berada di Gaza yang wilayahnya hanya 45 kilometer persegi telah menjadi ancaman yang nyata bagi keamanan Zionis. Ancaman itu terus meningkat dari waktu ke waktu.
Karena itu, sejak tahun 2006, Zionis-Israel melakukan embargo, dan bahkan tahun 2011, Zionis-Israel melakukan agresi militer ke Gaza, yang bertujuan ingin mengeliminir secara total kekuatan militer Hamas. Namun usaha yang dilancarkan Zionis itu gagal.
Sekarang, para pejabat Otoritas Palestina, terutama Presiden Mahmud Abbas, sudah mengatakan, bahwa Hamas tidak akan diajak lagi dalam setiap proses perundingan dengan fihak Zionis-Israel, dan bahkan Abbas, mempertimbangkan Jalur Gaza menjadi kawasan pemberontak, dan "entitas jahat", tegas Abbas.
Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, yang dibelakangnya Zionis-Israel, bertujuan ingin menggunakan skenario "Abdul Fatah al-Sissi", khususnya ketika menghadapi Ikhwan di Mesir.
Otoritas Palestina ingin menghabisi Hamas dengan menggunakan kekuatan militer yang didukung Zionis-Israel dan Amerika Serikat, di mana Otoritas Palestina mendapatkan legitimasi tindakannya itu, karena Hamas sudah dicap sebagai "pemberontak" dan "entitas jahat" alias "teroris", yang harus diperangi.
Mahmud Abbas akan melakukan langkah lainnya yang lebih dramatis, di mana Abbas akan memotong bantuan bagi pemerintahan Hamas di Gaza, dan akan menghentikan sama sekali anggaran sekitar 55 persen yang dialokasikan kepada pemerintahan di Gaza.
Sudah puluhan ribu warga Palestina di Jalur Gaza kehilangan pendapatan, sejak 2006 Hamas telah diblokade oleh Zionis-Israel, dan sekarang Otoritas Palestina akan menghentikan bantuannya, yang sebenarnya menjadi hak rakyat Palestina yang tinggal di Gaza, dan itu merupakan bantuan internasional, bukan milik Otoritas Palestina.
Otoritas Palestina akan mengambil, "keputusan yang menyakitkan" yang direncanakan oleh pimpinan Mahmud Abbas, termasuk memotong bantuan keuangan ke Jalur Gaza, ujar pejabat Otoritas Palestina.
Krisis di Mesir lebih jauh telah meningkatkan ketegangan antara Fatah dan Hamas. Sementara Fatah mendukung penggulingan Presiden Mohamad Mursi, Hamas mengutuk keras tindakan itu sebagai sebuah kudeta militer.
Sesudah militer Mesir berhasil menggulingkan Presiden Mohamad Mursi, Gerakan al-Fatah atau Otoritas Palestina, berharap militer Mesir akan menghancurkan dan melakukan penggulingan terhadap pemerintahan Hamas di Gaza. Skenario Mesir yang berhasil mengulingkan Mursi, ini akan dipakai oleh Abbas menggulingkan Hamas dengan dukungan Mesir, Israel, dan Amerika
Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri menuduh Fatah melakukan "pemerasan politik" dan mencoba untuk mengajak "pihak luar" dalam kampanye melawan Gerakan Islam, Hamas.
"Kami menyerukan Fatah meninggalkan ilusi yang bertujuan mengusir Hamas dari kekuasaan," kata Abu Zuhri. Zuhri menuduh Fatah menghasut rakyat Mesir agar berperang melawan Hamas dan Palestina yang berasa di Jalur Gaza.
Wasfi Qabaha, seorang pejabat senior Hamas di Tepi Barat, menegaskan bahwa kepemimpinan Otoritas Palestina sedang mempertimbangkan, di mana Gaza sebagai "entitas jahat".
Wasfi mengatakan bahwa tujuan di balik langkah tersebut adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Hamas memberontak terhadap Palestina "legitimasi" pemerintah yang sah.
Pejabat Hamas lainnya mengatakan bahwa Otoritas Palestina berusaha memecah belah gerakan Hamas dan Mesir dengan harapan tentara Mesir akan campur tangan.
Emad al-Ifranji, seorang analis politik yang berafiliasi kepada Hamas, mengatakan bahwa tidak ada kekuatan di dunia yang akan mampu menyingkirkan Hamas dari kekuasaan.
Emad mengatakan tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa Mahmud Abbas mencari bantuan dari Israel untuk dapat mengontrol kembali Jalur Gaza.
Jadi Zionis-Israel dengan menggunakan Abbas akan menghabisi Hamas di Gaza. Karena Hamas menjadi ancaman bagi Zionis-Israel yang sangat membahayakan entitas Zionis yang sudah mengalami kerusakan dari dalam pemerintahannya. Wallahu'alam.
Mengenang Kembali Sayyid Qutb Ideolog Jamaah Ikhwanul Muslimin
Mengenang Kembali Sayyid Qutb Ideolog Jamaah Ikhwanul Muslimin
Jakarta (voa-islam.com) Sayyid Qutb lebih panjang namanya, dibandingkan dengan usianya. Ia akan terus dikenang, diingat, dan menjadi inspirasi Gerakan Islam di seluruh dunia, sepanjang sejarah. Tak akan pernah pupus.
Sosok manusia yang benar-benar mengamalkan makna dari : "Syahadatain", Asyhadu alla ilaha illaLlah, wa asyhadu anna Muhamadar Rasulullah, secara total. Karena itu, Sayyid Qutb memilih tiang gantungan, dibandingkan harus menerima tawaran jabatan dari Presiden Gamal Abdul Nasser, dan meminta maaf kepada penguasa yang zalim itu.
Sayyid Qutb memahami, komit (iltizam), dan istiqomah secara total terhadap "Syahadatain", sampai akhir hidupnya, ditiang gantungan. Tidak pernah bergeser sedikitpun. Ia memahami makna kepada siapa wala'nya harus diberikan, dan terhadap siapa harus bersikap bara'.
Maka, ketika Sayyid Qutb menuju tiang gantungan, wajahnya tetap menampakkan keteguhan, bukan kesedihan. Sampai pengawal yang mengantarkannya ke tiang gantungan, terkesan, kelak masuk menjadi anggota Ikhwan.
Peristiwa yang berlangsung empat puluh tujuh tahun yang lalu, seperti baru melihat peristiwa beberapa hari yang lalu, betapa heroiknya Sayyid Qutb menghadapi hari-hari terakhirnya. Tak merasakan kesedihan.
Tetapi, kehendaknya ingin segera bertemu dengan sang Kekasih Rabbul Alamin, tak lagi bisa dihalang-halangi, tak peduli dengan ancaman tiang gantungan oleh rezim Gamal Abdul Nasser.
Sayyid Qutb adalah seorang penulis, pendidik, penyair, pemikir, dan sekaligus menjadi ideolog Jamaah Ikhwanul Muslimin, sesudah kematian Hassan al- Banna, tahun l948. Sayyid Qutb menjadi pengarah dan pembimbing bagi generasi Ikhwan berikutnya dengan buku-bukunya yang sangat monumental. Seperti Ma'alam fi-l-Thariq dan Tafsir Fi Zillalil Qur'an.
Sayyid Qutb salah satu mata-air dan "inspirator " besar bagi kebangkitan Islam kontemporer. Bersama dengan Maulana Maududi, pendiri Jamaat - e -Islami, dan tokoh-tokoh lainnya, yang lahir di awal abad ke l9, dan terus memancarkan sinar bagi kebangkitan Islam.
Sayyiid Qutb memberi ruh baru bagi generasi Islam. Melalui kitabnya "Ma'alim fi -l- Thariq", bagaimana Qutb memberikan pendidikan dan motivasi yang sangat luar biasa kepada generasi Islam, agar mereka menjadi generasi Qu'rani, seperti generasi Salaf, para Shahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, yang benar-benar mereka hidup dibawah naungan dan bimbingan al-Qur'an, dan mereka, menurut Qutb, sebagai generasi yang sangat unik.
Karya awalnya, yaitu tentang Keadilan Sosial dalam Islam , yang ia tulis pada tahun 1949. Qutb yang mula-mula sebagai penganut faham sosialis, kemudian berkenalan dengan dakwah Ikhwan, dan berubah, mempelajari Islam, memahaminya, serta menyakininya, dan Qutb memperjuangkan dengan tulus (ikhlas), seluruh jiwa dan raganya secara total diserahkan kepada Rabbnya.
Tak ada kecintaan lagi terhadap makhluk atau apapun, kecuali terhadap Rabbnya, semata. Qutb belum menikah, sampai tiang gantungan, mengantarkan kepada kematiannya.
Quthb menghabiskan lebih setengah tahun, di Greeley , Colorado, Amerika, mempelajari kurikulum di Colorado State Teachers College, tahun l949, saat ia dikirim oleh Departemen Pendidikan Mesir, yang sekarang menjadi Universitas Northern Colorado.
Apa yang ia dilihat mendorongnya mengutuk Amerika yang sangat materialistik, tempat manusia menyembah materi bukan Tuhan, dan tak selayaknya Muslim harus bercita-cita menyembah kepada materi, dan makhluk sesamanya.Itu hanya akan membawa kepada kehancuran belaka, tuturnya.
Qutb meninggalkan Amerika, saat ia melihat bagaimana rakyat Amerika berpesta-pora, di mana kabar merebak tentang kematian pemimpin Jamaah Ikhwanul Muslimin, Hasan al-Banna, yang tewas ditembak mati oleh seorang opsir yang menjadi kaki tangan Raja Farouk, antek penjajah Inggris.
Lalu, Qutb ingin tahu, siapa sebenarnya Hasan al-Banna, yang mendapatkan perhatian masyarakat Amerika, saat peristiwa terbunuhnya pemimpin Jamaah Ikhwan, kemudian membuat rakyat Amerika eforia (bergembira). Sekembalinya ke Mesir dari Amerika, Qutb lebih banyak membaca tentang tulisan yang dimuat di surat kabar, majalah, dan berbagai cerita tentang Ikhwan, sampai kemudian Sayyid Qutb bergabung dengan Ikhwan.
Sayyid Qutb meenulis 24 buku, termasuk kritik novel, seni sastra , bekerja di bidang pendidikan, ia paling dikenal di dunia Muslim karyanya yang dia yakini memiliki pengaruh di dalam kehidupan sosial dan politik Islam , khususnya bukunya tentang Keadilan Sosial Dalam Islam, Ma'alim fi-l-Thariq, dan Fi Zillali Qur'an, yang ditulisnya saat berada dipenjara.
Sayyyid Qutb mengajarkan tauhid dalam Islam, yang menjadikan Allah Rabbul Alamin, sebagai satu-satunya Dzat, yang hanya berhak dicintai dan diibadahi. Rabbul Alamin hanya satu-satunya Dzat yang menjadi tujuan hidup manusia, dan tidak ada yang berhak ditaati, diibadahi, disembah, ditakuti, dan dimintai pertolongan, selain hanya Allah Rabbul Alamin.
Menurut Sayyid Qutb, bila manusia tidak menyembah dan mencintai Allah Azza Wa Jalla, pasti manusia akan menyembah kepada selain Allah, dan manusia akan mencintai selain Allah Azza Wa Jalla.
Tak selayaknya manusia yang diberikan akal dan kenikmatan yang sangat luar biasa oleh Sang Pencipta, kemudian berkhianat, dan menolak segala kehendak-Nya dan Syariah-Nya. Itulah menurut Sayyid yang akan menyebabkan manusia akan mendapatkan dirinya menjadi nista, dan tak lagi berguna, terutama bagi masa depannya.
Bila manusia masih ambigu (mendua) sikapnya dalam hidup, diantara iman dan kufr, maka selamanya manusia akan terus berada dalam kebimbangan dan kebinasaan. Karena, tidak dapat memilih, tentang sejatinya yang harus dipilihnya.
Tidak mungkin seorang Mukmin, memilih beriman kepada Allah Azza Wa Jalla, tetapi dalam waktu bersamaan masih bisa bercengkerama dan bersahabat dengan mereka-mereka yang memusuhi dan tidak mau patuh dan tunduk kepada Rabbnya.
Karena itu, Sayyyid Qutb, ketika sudah bergabung dengan Jamaah Ikhwan, dan memahami makna Islam dan Syahadatain, tak pernah lagi, mau bermanis-manis, dan berkompromi dengan segala bentuk kekufuran dan kemusyrikan, termasuk berkompromi dengan penguasa yang Mesir. Sikapnya begitu sangat tegas terhadap Jenderal Gamal Abdul Nasser, menolak meminta maaf, karena memang dia tidak bersalah.
Seorang kolonel menemuinya, dan menawarkan jabatan di dalam pemerintahan Gamal Abdul Nasser, dan ia diminta meminta maaf, maka Sayyid Qutb akan dibebaskan. Ia bisa menikmati kehidupan yang sangat layak, sebagaimana kehidupan manusia yang sudah tergadai imannya. Sejarah mencatat Sayyid Qutb memilih jalannya sendiri, dan memenuhi takdirnya di tiang gantungan dengan wajah tetap tersenyum, saat akan menemui Rabbnya.
"Telunjuk seorang mukmin yang selalu diangkat, saat shalat, sebagai bentuk pengakuannya terhadap ketauhidan Rabbul Alamin, tak hendak digunakan menulis atau menandatangani sesuatu yang dapat menyebabkan murka-Nya". tutur Sayyid Qutb. Maka, ia tak pernah mau menerima tawaran dari Gamal Abdul Nasser, sampai ajal datang. Sungguh indah kematiannya.
Sungguh kematian yang sangat indah, bagi seorang pejuang, dan pembela prinsip, dan keyakinan atas Keesaan Rabbnya, tanpa mengenal rasa cemas, takut, dan kawatir, dan Allah Rabbul pasti memenuhi atas janji-Nya. Sayyid Qutb menjadi anugerah yang tak terhingga bagi Muslim di seluruh dunia. Wallahu'alam.
Demokrasi Sistem Iblis, dan Tidak Akan Pernah Memberi Keadilan
Demokrasi Sistem Iblis, dan Tidak Akan Pernah Memberi Keadilan
Jakarta (voa-islam.com) Beberapa pekan terakhir ini, manusia yang masih memiliki hati nurani, disuguhi tontonan yang sangat menyakitkan. Menyakitkan bagi semua orang yang masih memiliki akal sehat.
Di mana dua orang Amerika, yaitu Sersan Robert Bales dan Sersan Hassan Nadal, di depan juri mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam hukum. Ini menunjukkan wajah asli demokrasi di Amerika. Di mana adanya bentuk ketidak adilan dan kesataraan secara nyata.
Dua orang Amerika, yaitu Sersan Robert Bales dan Sersan Hassan Nadal melakukan pembunuah, dan keduanya mengakui kejahatan mereka di depan juri (pengadilan) Amerika. Tetapi, pengadilan menyelamatkan salah satu dari mereka dari hukuman mati, dan hukuman mati ditimpakan kepada orang yang kedua.
Robert Bales seorang prajurit Amerika di Afghanistan telah membunuh 16 Muslim Afghan. Tetapi, pengadilan Amerika tidak menghukum mati Bales, dan hanya dengan hukuman seumur hidup.
Sementara, Hassan Nadal, anggota militer Amerika, membunuh tentara yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan Bales, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan. Jadi ada diskriminasi, ketidak adilan, dan tidak adanya kesataraan dalam hukum diantara keduanya yang sama melakukan pembunuhan.
Pengadilan Amerika memutuskan memberikan kesempatan hidup kepada Sersan Robert Bales. Padahal, Bales telah membunuh anak-anak kecil, perempuan dan orang tua, di tengah kegelapan malam, di mana mereka lelap tidur dalam rumah mereka .
Dilukiskan seakan Bales tidak mempunyai niat membunuh atau menyakiti siapa pun. Sementara itu, Hassan Nadal di vonis hukuman mati, karena dia seorang Muslim, tindakannya membunuh tentara di siang hari di dalam pangkalan militer, dinilai sebagai tindakan yang menyiksa, dan membunuh orang-orang tak berdosa, serta mereka memiliki kemampuan membela diri. Hassan Nadal juga dikaitkan dengan jaringan al-Qaidah.
Hassan Nadal semata membunuh para prajurit, tidak merusak tubuh mereka, dan meninggalkan mereka, serta tanpa ada tindakan yang berlebihan lainnya. Tetapi, Hassan Nadal divonis hukuman mati oleh juri Amerika.
Sebaliknya, Robert Bales yang sudah membunuhi anak-anak, perempuan dan orang tua, kemudian setelah membunuh mereka, mengumpulkan tubuh (mayat) mereka, ditempat yang berbeda ke dalam satu ruangan dan membakarnya, justeru dianggap sebagai tindakan yang layak, dan tetap dipertahankan hak hidupnya.
Keputusan pengadilan di Amerika benar-benar melawan akal sehat dan waras, bahwa orang yang terlibat dalam penumpahan darah terhadap anak-anak, perempuan, dan orang tua, yang tak berdosa, seharusnya dihukum mati. Robert Bales masih tidak puas dengan membunuh mereka saja, tetapi membakar mayat mereka setelah membantai mereka.
Faktanya, pengadilan Amerika melakukan keputusan sebaliknya, karena Hassan Nadal membunuh orang Amerika, sebaliknya Robert Bales membunuh warga Muslim Afghanistan!
Menurut aturan dan hukum yang bersandar kepada demokrasi Amerika, kehidupan bagi Amerika memiliki nilai yang mulia dan sangat dihargai. Sebaliknya kehidupan bagi orang lain, yang bukan orang Amerika,tidak memiliki arti dan nilai apa-apa.
Hassan Nadal mengatakan dalam pengakuannya bahwa dia membunuh tentara Amerika yang sudah menyiksa dan membunuh Muslim di Irak dan Afghanistan. Nadal melihat dengan mata kepalanya, bagiamana tentara Amerika membunuh begitu banyak Muslim Irak dan Afghanistan. Sebaliknya Robert Bales merasa lega tidak dijatuhi hukuman mati, karena dia hanya membunuh anak-anak kecil, perempuan dan orang tua, semata-mata hanya untuk kesenangan.
Hanya Islam yang melindungi hak-hak asasi semua manusia. Semua manusia, setiap ras, suku, kelompok, golongan dengan berbagai keyakinan, di dalam Islam memiliki hak yang sama (equality before by the law). Demokrasi Barat hanya untuk bangsa Barat. Sementara bagi bangsa non-Barat, berlaku standar yang tidak sama dengan yang berlaku di Barat.
Barat tidak memiliki perhatian terhadap anak-anak, perempuan, dan orangtua, dan dibiarkan dengan penuh ketidak adilan. Seperti yang sekarang sedang berlangsung di Barat, eksploiti terhadap anak-anak, perempuan, dan orangtua yang dibiarkan sendirian menjelang hari kematian mereka di apartemen atau panti jompo, menjelang kematian mereka.
Barat tidak memiliki perhatian ketika sebuah junta militer di Mesir dan Aljazair membantai ribuan rakyatnya dengan penuh kekejaman, dan Barat tidak memiliki kepedulian dan keberatan apapun. Kelompok Islam di Mesir, Ikhwanul Muslimin yang sudah ikut pemilu, menang, dan kemudian dihancurkan. Di Aljazair, kelompok Islam FIS, yang juga ikut pemilu, tahun l992, menang kemudian oleh militer dihancurkan.
Barat, khususnya Amerika Serikat mendukung penjajah dan perampok rakyat Palestina, secara parmanen yaitu Zionis-Israel. Satu-satunya penjajah di muka bumi, sampai sekarang yang mendapatkan perlindungan dengan permanen oleh Amerika hanyalah Zionis-Israel. Amerika Serikat harus bertanggung jawab, karena mendukung sebuah rezim yang terus menerus membunuhi rakyat Palestina secara keji.
Jadi, hakikatnya sistem kufur demokrasi itu sistem iblis, dan tidak akan pernah bisa memberikan keadilan, kedamaian, kebahagian, serta kesejahteraan. Demokrasi hanya cocok dipraktikan bagi rakyat di Barat, tetapi tidak di dunia Islam. Demokrasi hanyalah akan menghancurkan kehidupan Muslim selamanya.
Justru demokrasi menjadi alat penjajahan dan perbudakan oleh kaum kapitalis (kafi musyrik - yahudi/nasrani). Muslim harus melakukan gerakan pembebasan atas negeri mereka yang sekarang dijajah dan rakyat diperbudak oleh kafir musyrik. Seperti yang dipesankan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wassalam untuk memerangi kafir musyrik. Wallahu'alam.
Membandingkan Gerakan Jihad di Afghanistan Dengan Demokrasi Mesir
Membandingkan Gerakan Jihad di Afghanistan Dengan Demokrasi Mesir
Jakarta (voa-islam.com) Sheikh Hamid bin 'Atiq, mengatakan, "umat ini mundur setelah meninggalkan jihad. Umat ini menjadi terbelakang setelah menjauhhi jihad yang merupakan puncak kemuliaan Islam. Kemudian, umat ini patuh pada orang-orang kafir, lebih merasa nyaman dan tenteram bersanding dengan mereka serta mencari maslahat duniawi dengan melenyapkan agamanya. Dan akhirnya, mereka rugi di dunia dan akhirat",ucapnya.
Mungkin tak pernah bisa dinalar dan dilogikkan. Bagaimana Mukmin Afghanistan bisa mengalahkan dua super power sekaligus. Yaitu Unie Soviet dan Amerika Serikat.
Rusia merupakan raksasa di blok komunis yang memiliki kemampuan dan kekuatan militer yang sangat besar. Soviet memiliki kekuatan militer yang hanya bisa ditandangi oleh Amerika Serikat.
Soviet memiliki ratusan rudal balistik nuklir antar benua, berbagai macam jenis pesawat tempur mutakhir, ribuan tank baja, ratusan kapal selam, dan ratusan ribu pasukan darat yang dilengkapi berbagai pelaratan militer yang sangat canggih. Sulit membayangkan kemampuan militer Soviet sebagai adi daya (super power) yang menjadi pemimpin blok Komunis.
Soviet dengan kekuatan militer yang dimilikinya, kemudian Soviet melakukan invasi militer ke Afghanistan, tahun l979. Menguasai negeri yang sangat miskin, dan mayoritas penduduknya buta huruf, dan hanya mengenal Islam.
Mereka tidak memiliki peralatan militer yang canggih, dan hidup mereka sangat sederhana. Ketika mesin militer Soviet menderu, masuk ke Afghanistan, mereka tidak memiliki senjata apa-apa.
Satu-satunya yang mereka miliki hanyalah : "Islam dan Jihad". Dengan bekal Islam dan jihad itu, mereka berperang melawan raksasa Soviet, serta kemudian mereka bertawakal kepada Allah Rabbul Alamin.
Soviet meninggalkan Afghanistan, sesudah berperang selama 15 tahun lebih, dan menjelang akhir dekade l980, Soviet meninggalkan Afghanistan, dan mengalami kenbangkrutan dan kekalahan, selanjutnya diikuti bubarnya imperium komunis, Soviet.
Sungguh ini peristiwa benar-benar sangat luar biasa. Pasukan Soviet yang memiliki peralatan militer yang sangat besar dan modern, tetapi kalah dengan Mujahidin yang sangat sederhana.
Mujahidin mendapatkan berkah dari keimanan dan jihad yang mereka lakukan, bukan hanya dapat mengalahkan Soviet, tetapi mereka mendapatkan peninggalan senjata yang melimpah ruah, dan dapat digunakan membentengi diri mereka dari ancaman para kafir musyrik (yahudi dan nasrani).
Sekarang mereka akan memasuki sebuah episode yang kedua, di mana para Mujahidin Taliban akan segera mengalahkan Amerika Serikat dan Sekutunya. Amerika Serikat sekarang ini berusaha melakukan pendekatan dengan Taliban, agar dapat keluar dari Afghanistan dengan aman.
Amerika dan Sekutunya menggelar pasukannya di Afghanistan 150.000 personil. Tetapi, tak mampu bertahan dan mengalahkan Taliban. Di mana 80 persen wilayah Afghanistan tetap berada dibawah kontrol Taliban. Boneka Amerika, Hamid Karzai, mirip seorang walikota, yang hidup dengan pengawalan pasukan Amerika, dan hanya bisa berkeliling di kota Kabul.
Amerika melakukan invasi ke Afghanistan, menggulingkan Taliban tahun 2001, tak lama sesudah terjadinya pemboman Gedung WTC, 11 September 2001.
Sekarang Amerika sudah porak-poranda ekonominya, akibat perang di Afghanistan, yang dilancarkan oleh Presiden George W.Bush. Presiden Barack Obama hanya tinggal menunggu bulan, guna menarik pasukannya dari Afghanistan.
Tak sampai 15 tahun, Amerika sudah kocar-kacir menghadapi Mujahidin Taliban. Amerika boleh berbangga dapat menewaskan Usamah bin Laden. Tetapi, Amerika harus menelan kepahitan, karena tak dapat mengalahkan Taliban, dan memaksanya hengkang dari Afghanistan dengan rasa malu.
Presiden Barack Obama telah memutuskan menarik pasukan Amerika dari Afghanistan tahun 2014 ini. Tidak memperpanjang pendudukan pasukannya di negeri Taliban itu. Korban pasukan Amerika di Afghan sudah terlalu banyak. Dan perang di Afghanistan sudah menguras anggaran belanja Amerika yang mencapai triliunan dollar. Tanpa mendapatkan hasil apapun, kecuali kekalahan belaka.
Betapa jihad telah menjadikan Mukmin menjadi mullia. Memiliki izzah dan harga diri. Jihad telah memelihara kebersihan hati dan jasad Mukmin, tidak terkontaminasi dengan segala subhat, dan kebathilan. Karena mereka hanya semata mengharap ridha dari Rabbul Alamin. Dengan bekal bertawakal kepada Allah Azza Wa Jalla, para Mujahidin di Afghanistan dapat mengalahkan dua raksasa Soviet dan Amerika Serikat.
Namun, betapa pahitnya kita menyaksikan apa yang dialami oleh saudara kita seiman - Ikhwan di Mesir, yang masih berkutat dengan demokrasi dan pemilu, dan akhirnya dihancurkan oleh militer. Ribuan para pendukung dan anggota Ikhwan dibunuh secara keji oleh rezim militer. Tanpa dapat membalas kebiadaban para durjana yang dipimpin oleh Jendral Abdul Fattah al-Sissi.
Seharusnya Jamaah Ikhwan sudah mengubah pemikiran mereka, dan tidak berkutat dengan pemilu dan demokrasi semata. Karena faktanya para pengikut "iblis" yang terdiri kaum sekuler, liberal, nasionalis, koptik, dan militer, tidak akan pernah ridha dan membiarkan Mukmin, hidup dengan sistem Islam.
Usaha mengubah melalui jalan demokrasi itu, hanya akan menghabiskan umur dengan penuh sia-sia belaka. Ikhwan akan dibantai lagi oleh militer. Peristiwa pembantaian terhadap Ikhwan sudah berulangkali, bukan hanya di tahun 2013 ini saja.
Jamaah Ikhwan yang sudah berdiri sejak tahun 1928, tetapi sampai hari ini, tetap menjadi korban kebiadaban dan kekejian militer Mesir. Mengapa Ikhwan tidak mau mengubah uslub (cara) perjuangan mereka. Seperti yang diserukan oleh Ayman al-Zawahiri, agar Ikhwan meninggalkan demokrasi dan pemilu, dan memilih jalan jihad dalam menghadapi durjana militer Mesir?
Ayman al-Zawahiri, sebenarnya mula-mula juga anggota tandzim Ikhwan saat masih di Mesir. Kemudian, Ayman di penjara oleh rezim Mubarak, dan melihat Jamaah Ikhwan dianggap terlalu lembut menghadapi rezim militer di bawah Mubarak, selanjutnya Ayman keluar dari Ikhwan, saat masih dipenjara, dan mendirikan Jamaah Islamiyah. Sekarang Ayman menggantikan Usamah bin Laden, dan terus menggelorakan jihad melawan arogansi Amerika.
Ketika dipenjara tahun l956, sebelum dihukum gantung, Sayyid Qutb, sudah mengusulkan agar Ikhwan membentuk sayap militer, guna menjaga da'wah dari bencana musuh. Tetapi, sampai hari ini, Ikhwan yang sudah memiliki kader jutaan orang Mesir, masih tetap memilih dengan jalan demokrasi dan pemilu sebagai uslubnya. Kemudian, mengulangi sejarah yang kelam, yaitu dibantai oleh militer.
Satu-satunya Gerakan Ikhwan yang dapat mengambil pelajaran, dan kemudian mengubah uslub dan strategi perjuangan mereka, yaitu Hamas di Palestina.
Di mana Hamas merupakan cabang gerakan Ikhwan di Mesir itu, kemudian membangun kekuatan militer yang tangguh. Bukan hanya bisa mengahadapi al-Fatah yang sekuler yang menjadi kaki tangan Zionis dan Amerika, tetapi Hamas mampu menghadapi agresi militer Zionis-Israel selama sebulan, tahun 2009.
Hamas mendapatkan kemenangan dalam menghadapi agresi militer Zionis-Isreal, di mana Perdana Israel, Ehud Olmert, di tengah malam mengumumkan gencatan senjata. Hamas memenangkan peperangan melawan Zionis-Israel.
Hanya dengan jihad orang-orang Mukmin akan mendapatkan kemuliaan. Tidak dengan cara mengikuti demokrasi yang hanya akan menghancurkan barisan orang-orang Mukmin, dan mereka terperosok kedalam kehidupan subhat yang merusak.
Tinggalkan demokrasi dan pemilu. Lakukan persiapan dengan baik. Menghadapi kafir musyrik (yahudi dan nasrani), bukan dengan dialog dan menjadikan mereka sebagai teman atau pemimpin yang harus diikuti. Perintah Allah Rabbul Alamin memerangi mereka, sampai dimuka bumi ini tidak ada lagi fitnah dari kafir musyrik.
Mukmin di Afghanistan telah membuktikan dengan nyata dapat mengalahkan dua raksasa dunia, Soviet dan Amerika Serikat, dan mereka pergi selama-lamanya dari negeri mereka.
Orang-orang Mukmin Afghanistan, insya Allah akan dapat hidup berdaulat, merdeka, dan menikmati kebahagian dengan sistem Islam, dan mereka akan mendapatkan kebahagiaan bukan hanya di dunia, tetapi di akhirat. Allah Rabbul Alamin akan selalu menepati janji-Nya. Wallahu'alam.
Taliban Memberikan Tauladan Hakikat Dalam Persaudaraan
Taliban Memberikan Tauladan Hakikat Dalam Persaudaraan
Jakarta (voa-islam.com) Mukmin itu digambarkan sebagai "Kal jasadi wahid" (satu tubuh). Bila salah satu bagian tubuh sakit, maka seluruh bagian tubuh ikut merasakan sakitnya. Itulah hakikat Mukmin. Tidak pernah membiarkan bagian tubuh yang satu membiarkan bagian tubuh lainnya merasakan sakit.
Bagaimana kalau ada musuh mengoyak dan merusak bagian tubuh Mukmin? Bahkan, sekarang musuk bukan hanya mengoyak dan merusak tubuh Mukmin, tetapi musuh sudah menghancurkan dan meluluh-lantakkan tubuh Mukmin, mencabik-cabik, meyayat-yayat, dan merusak dengan berbagai jenis senjata, tanpa peduli dan sangat kejam.
Apabila Mukmin dengan Mukmin lainnya itu, diibaratkan "kal jasadi wahid" pernahkah merasakan penderitaan saudara-saudara Mukmin lainnya? Di mana sekarang ini di berbagai negara nasib Mukmin menghadapi penghancuran dengan menggunakan jenis-jenis senjata yang sangat mengerikan oleh kafir musryik (yahudi dan nasrani).
Belum lama ini kantor berita Turki Anadolu, memberitakan sudah lebih 350 jenazah pejuang Taliban yang gugur di Suriah dipulangkan ke Afghanistan, melalui Tukri. Berita Anadolu itu benar-benar menunjukkan sikap dan karakter pejuang Taliban yang menunjukkan jati dirinya sebagai Mukmin yang sejati. Di mana pejuang Taliban menunjukkan sikap "itsar" (mendahulukan) saudara Mukmin lainnya, dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Betapa mulianya sikap dan karakter yang dimiliki oleh para pejuang Taliban ini. Di mana mereka masih harus berjuang membebaskan negaranya yang sekarang masih diduduki oleh kafir musyrik (yahudi dan nasrani) yang dimotori Amerika Serikat dan Sekutunya, tetapi para pejuang Taliban, bergegas pergi ke Suriah, memenuhi panggilan jihad, dan bersatu dengan saudara-saudara Mukmin lainnya, bahu-membahu menghadapi kaki tangan kafir musyrik yaitu rezim Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad.
Para pejuang Taliban itu dengan ikhlas pergi berjihad membantu saudara Mukmin yang sekarang ini menghadapi ancaman yang luar biasa dari musuh-musuh kafir musyrik yang sudah melakukan kejahatan dan penindasan yang tidak dapat dimaafkan. Terakhir rezim Syiah Alawiyyin, Bashar al-Assad menggunakan senjata pemusnah massal (senjata kimia) membunuh secara massal rakyatnya yang sebagian mayoritas Mukmin dan Muslim Sunni.
Betapa sikap "itsar" para pejuang Taliban itu, memberikan gambaran karakter dasar seorang Mukmin, yang lebih mendahulukan saudaranya Mukmin, dibandingkan dengan dirinya sendiri. Maka, ketika mendengar seruan jihad, dan melihat kondisi saudaranya yang menghadapi malapetaka, mereka langsung menyambut dengan penuh semangat bergegas pergi ke Suriah, ikut berjihad melawan musuh-musuh Islam yang sangat kejam itu.
Para pejuang Taliban, betapapun Afghanistan masih berada dalam cengkeraman kafir musyrik, tetapi mereka terpanggil ikut berjihad dan berjuang menghadapi musuh-musuh yang ingin mengoyak-ngoyak tubuh Mukmin, dan bahkan ingin memangsanya. Sesungguhnya itulah sikap Mukmin sejati, tidak pernah membiarkan bagian tubuh lainnya sakit, dan musuh mengoyaknya. Mereka berdiri tegak membela dan ingin menyelamatkan tubuh saudara Mukmin yang sekarang sedang mengerang.
Berbahagialah mereka yang dengan penuh kesadaran dan keyakian, serta menunjukkan sikap "itsar" yang sangat luar biasa, ketika saudaranya se-iman sendang menderita. Mereka tidak membiarkan saudara Mukmin itu, terus-menerus sendirian merasakan penderitaan yang mereka alami. Berbahagialah kelak para Mukmin yang selalu memiliki sikap "itsar" terhadap saudara Mukmin lainnya.
Ini seperti digambarkan dalam sebuah kisah, di mana tiga orang shahabat, yang luka dalam peperangan, sementara seorang diantara mereka sedang memegang air, dan ingin mereguk air, tetapi ada saudara di sampingnya membutuhkan air, kemudian air itu diberikan kepada saudara yang disampingnya.
Tetapi, belum lagi saudaranya itu mereguk air, terdengar erangan saudaranyang yang ada disampingnya itu, juga mengerang dan ingin mendapatkan air, kemudian suadaranya yang terakhir itu memberikan air kepada saudaranya, sampai kemudian ketiganya menemui kesyahidannya. Itulah kisah tentang "itsar" dari shahabat. Wallahu'alam.