Pidato Kenegaraan Presiden SBY (2)

03 October 2013 15:25:50 Dibaca : 1182 Kategori : berita terbaru Muji

Minggu, 18 Agustus 2013, 11:30:01 WIB

Pidato Kenegaraan Presiden SBY (2)

Negara Menjamin Kelompok Minoritas

Jakarta: Kemajemukan adalah anugerah, sekaligus kewajiban bagi bangsa Indonesia untuk mengelolanya secara bijak. Untuk itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan agar semua orang turut memperjuangkan dan memberi perhatian yang penuh agar toleransi tumbuh subur dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.

"Pada kesempatan yang baik ini pula, saya ingin mengingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa negara menjamin sepenuhnya keberadaan individu atau kelompok minoritas," kata Presiden SBY dalam Pidato Kenegaraan di hadapan sidang bersama DPR dan DPD, Jumat (16/8) lalu.

Dalam landasan kebangsaan yang kita anut, lanjut SBY, kita tidak membeda-bedakan orang atau kelompok berdasarkan latar belakang agama, sosial dan budaya serta identitas lainnya. "Seluruh warga negara, apa pun latar belakang sosial dan budayanya, memiliki harkat dan kehormatan yang sama. Dalam perspektif berbangsa, tugas kita adalah merawat dan menjaga kemajemukan itu, seraya memperkuat persatuan nasional," Presiden mengingatkan.

Berdasarkan konstitusi, negara juga menjamin kebebasan beribadah bagi setiap warganya menurut agama dan kepercayaannya. Hendaknya semua orang menghormati aturan konstitusi itu. "Tidaklah dibenarkan bahwa seseorang atau sebuah kelompok memaksakan keyakinannya kepada mereka yang lain, apalagi disertai dengan ancaman, intimidasi, dan tindakan kekerasan," Presiden SBY menambahkan.

"Semangat untuk menghormati perbedaan juga perlu terus didorong untuk menumbuhkan kesediaan untuk saling bekerja sama dan saling percaya di antara kelompok-kelompok yang berbeda," Kepala Negara menegaskan.

Secara umum, hubungan antarkelompok dan golongan masih terjaga. Kendati harus diakui masih ada sejumlah insiden intoleransi dan konflik komunal, yang di antaranya bahkan disertai dengan kekerasan. Sebenarnya itu semua dapat dicegah apabila kita senantiasa mengedepankan dialog. Semua pemimpin dan tokoh, apakah pemerintahan, agama, sosial dan budaya, harus peduli dan mengambil tanggung jawab bersama.

"Kita tidak mungkin menghilangkan perbedaan, karena perbedaan itu sendiri merupakan ciri dari masyarakat majemuk. Yang perlu kita lakukan adalah mencegah perbedaan itu menjadi konflik yang berujung pada kekerasan," Presiden SBY menandaskan.

Menurut Presiden SBY, gelombang radikalisme dan ekstrimisme terjadi di banyak belahan dunia. Namun Indonesia harus tetap mampu mengelola kemajemukan.

"Kita bersyukur bahwa masyarakat internasional sangat menghargai kepeloporan serta kepemimpinan Indonesia dalam ikut memperjuangkan nilai-nilai toleransi serta kemajemukan, melalui dialog antarkeyakinan dan peradaban di tingkat dunia," ujar SBY.

Di tingkat internasional, Indonesia aktif melakukan diplomasi untuk ikut memperjuangkan toleransi dan kemajemukan. Secara bilateral, saat ini Indonesia memiliki berbagai forum dialog antarkeyakinan, tidak kurang dengan 22 negara. Sejak tahun 2004, Indonesia juga menjadi pemrakarsa berbagai forum dialog serupa, baik di kawasan Asia dan Pasifik, maupun antarkawasan dalam kerangka Asia Europe Meeting (Asem).

Di forum multilateral, Indonesia juga menjadi salah satu motor bagi terbentuknya 'Aliansi Peradaban' di PBB. Bahkan, tahun depan, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional tersebut yang melibatkan berbagai unsur penting masyarakat dunia. (har)

Twitter: @websitepresiden