Hierarkhi Unsur Metafisik Manusia
hierarkhi unsur metafisik manusia berturut-turut dari yang paling rendah (nafsu) ke yang paling tinggi (ruh). Nafsu adalah dorongan hewani yang agresif dan erotik yang bila tidak dikendalikan akan menjerumuskan manusia pada derajad yang serendah-rendahnya (Bastaman 1995:93). Dengan dorongan nafsu ini, dikendalikan atau tidak, manusia tetap lestari (survive) dan dapat mempertahankan eksistensinya secara biologis di atas bumi. Tanpa nafsu, manusia tidak akan eksis di dunia. Ini berarti bahwa nafsu harus tetap ada dalam diri manusia. Namun keberadaan nafsu ini harus tetap terkendali, agar eksistensi manusia berada pada posisi yang mulia.
Unsur metafisik kedua adalah akal. Akal adalah daya pikir atau potensi inteligensia (Bastaman 1995:93). Akal dapat memberikan penjelasan-penjelasan rasional atas simbol atau fenomena yang sedang dihadapi oleh manusia. Akal juga dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional bagi manusia dalam mengambil keputusan. Dengan akal ini pula manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai instrumen yang digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan eksistensi kehidupannya.
Kalbu, unsur metafisik yang ketiga, merupakan karunia Tuhan yang halus, indah, mengetahui segala sesuatu, dan bersifat ruhaniah serta ketuhanan (Bastaman 1995:93). Kalbu, secara spekulatif, dapat dikatakan sebagai lokus dari sifat ketuhanan. Dengan sifat ini, kalbu dapat memberikan cahaya Ilahi, yaitu cahaya kebenaran yang mampu memberikan petunjuk pada akal dan nafsu manusia kepada arah yang benar. Namun kalbu dapat tertutup oleh debu-debu sejarah dan sosial (yaitu, dosa-dosa) sehingga ia tidak mampu memancarkan sinar Ilahinya untuk memberikan petunjuk. Kalbu juga merupakan lokus dari perjanjian primordial manusia dengan Penciptanya, yaitu suatu pengakuan dari manusia tentang Tuhan Pencipta alam semesta (termasuk diri manusia itu sendiri). Konsekuensi dari perjanjian primordial ini adalah adanya potensi manusia untuk percaya kepada Tuhan pencipta alam semesta. Dengan potensi ini, sebetulnya tidak ada manusia yang atheis, karena manusia yang mengaku dirinya atheis sebetulnya telah menjadikan atheisme sebagai tuhan mereka. Jadi pada dasarnya mereka juga bertuhan.
Unsur metafisik keempat adalah ruh. Ruh adalah nyawa atau sumber hidup manusia atau sesuatu yang halus, indah, dan mengetahui segala sesuatu (Bastaman 1995:93). Ruh adalah “bagian” dari Tuhan. Oleh karena itu, ia dalam diri manusia bersifat fitrah (suci) dan “selalu mencari pengetahuan tentang Tuhan dan jalan ketuhanan sebagai bekal kembali lagi kepadaNya” (Bastaman 1995:78).