ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Edisi 2

15 April 2015 11:00:15 Dibaca : 89

(lanjutaan ...... )

6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SIMBOLIK MENURUT BLUMMER DAN GEORGE HERBERT MEAD

TEORI / KONSEP

HERBERT BLUMER

Mead merupakan pemikir terkemuka, menemukan istilah interaksionlisme simbolik, suatu ungkapan Mead sendiri tidak pernah menggunakan. Blumer mengacu pada label ini sebagai “ suatu sedikit banyaknya pembentukan kata baru liar yang di dalam suatu jalan tanpa persiapan. Ketiga konsep utama di dalam Teori Mead, menangkap di dalam jabatan pekerjaan terbaik yang dikenalnya, adalah masyarakat, diri, dan pikiran. Kategori ini adalah aspek yang berbeda menyangkut proses umum yang sama, sosial anda bertindak. Tindakan sosial adalah suatu sumbu konsep payung yang mana hampir semua psikologis lain dan proses sosial jatuh. Tindakan adalah suatu unit yang lengkap melakukan itu tidak bisa dianalisa ke dalam spesifik sub bagian. Suatu tindakan andangkin sederhana dan singkat, seperti ikatan suatu sepatu, atau andangkin saja merindukan dan mempersulit, seperti pemenuhan suatu rencana hidup. Tindakan berhubungan dengan satu sama lain dan dibangun ujung sepanjang umur hidup. Tindakan andalai dengan suatu dorongan hati; mereka melibatkan tugas dan persepsi maksud, latihan mental, dengan alternatif berat, dan penyempurnaan.

Dalam format paling dasarnya, suatu tindakan sosial melibatkan tiga satuan hubungan bagian: suatu awal mengisyaratkan dari seseorang, suatu tanggapan untuk isyarat itu oleh yang lain dan suatu hasil. Hasil menjadi maksud komunikator untuk tindakan. Maksud berada di dalam hubungan yang triadic dari semuanya.

Hubungan umur dapat meresap, memperluas dan menghubungkan sampai jaringan diperumit. Para aktor jauh diperhubungkan akhirnya di dalam jalan berbeda, tetapi kontroversi ke pemikiran populer, “ suatu jaringan atau suatu institusi tidak berfungsi secara otomatis oleh karena beberapa kebutuhan sistem atau dinamika bagian dalam: berfungsi sebab orang-orang pada poin-poin berbeda lakukan sesuatu yang, dan apa yang mereka lakukan adalah suatu hasil bagaimana mereka menggambarkan situasi di mana mereka disebut ke atas tindakan." Dengan ini gagasan untuk sosial bertindak dalam pikiran, kemudian, mari kita lihat lebih lekat di segi yang pertama dari analisa masyarakat Meadian.

Pertimbangkan sistem hukum di Amerika Serikat sebagai suatu contoh. Hukum tak lain hanya interaksi antar hakim, dewan juri, pengacara, para saksi, juru tulis, wartawan, dan orang yang lain menggunakan bahasa untuk saling berhubungan dengan satu dengan yang lain. Hukum tidak punya maksud terlepas dari penafsiran dari tindakan dilibatkan itu semua di dalamnya. kaleng Yang sama dikatakan untuk aliran / mahzab, gereja, pemerintah, industri, dan masyarakat lain.

Diri mempunyai dua segi, masing-masing melayani suatu fungsi penting. Menjadi bagian dari yang menuruti kata hati, tak tersusun, tidak diarahkan, tak dapat diramalkan anda.
Bagi Blumer, obyek terdiri dari tiga fisik yaitu tipe(barang), sosial ( orang-orang), dan abstrak ( gagasan). Orang-Orang menggambarkan obyek yang dengan cara yang berbeda, tergantung pada bagaimana mereka biarkan ke arah obyek itu. Suatu polisi boleh berarti satu hal kepada penduduk dari suatu bagian tertua suatu kota tempat tinggal minoritas dan kepada hal lain. habitat suatu wilayah hunian indah; interaksi yang berbeda di antara penduduk dua masyarakat yang berbeda ini akan menentukan maksud yang berbeda pula.

GEORGE HERBERT MEAD

George Herbert Mead pada umumnya dipandang sebagai pemula utama dari pergerakan, dan pekerjaan nya [yang] pasti membentuk inti dari Aliran Chicago. George Herbert Mead menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengajar di Universitas Chicago. Bukunya yang berjudul “Mind, Self, and Society” merupakan kumpulan bahan kuliah yang ia berikan di Universitas Chicago. Dalam buku tersebut, Mead mendiskusikan tentang mind, self, dan society.

1) Mind (akal budi)
Bagi Mead,akal budi bukanlah sebuah benda, akan tetapi merupakan suatu proses sosial. Secara kualitas, akal budi manusia jauh berbeda dengan binatang. Seumpama kita temui dua ekor kucing yang terlibat perkelahian. Dalam perkelahian tersebut, sebenarnya, kucing tersebut hanya melakukan tukar menukar isyarat tanpa bermaksud memberikan pesan. Tidak dapat ditemui adanya keterlibatan kegiatan mental di dalamnya. Kucing pertama tak pernah berfikir bahwa ketika kucing kedua mengeramkan giginya, itu merupakan sebuah pesan kemarahan yang tengah disampaikan oleh kucing kedua. Manusia pun juga melakukan aksi dan reaksi yang serupa. Bedanya dalam kegiatan aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau mental.

Kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan bahasa merupakan hal pembeda antara manusia dengan binatang. Bahasa memberikan kita kemampuan untuk menanggapi, bukan hanya simbol- simbol yang berbentuk gerak- gerik tubuh, melainkan juga simbol dalam bentuk kata- kata. Untuk melanggengkan suatu kehidupan sosial, maka para pelaku sosial harus menghayati simbol- simbol dengan arti yang sama. Simbol yang seragam menjadi pendukung utama dalam proses berpikir, beraksi dan berinteraksi dalam kehidupan masyarakat. Perbuatan bisa memiliki arti jika kita menggunakan akal budi untuk menempatkan diri kita dalam posisi orang lain, sehingga kita bisa menafsirkan arti dari suatu pikiran dengan tepat. Disinilah letak penting dari suatu arti bagi Mead (Bernard Raho, 2007: 101)

2) Self (diri)
Bagi Mead, kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri sebagaiman ia memberi jawaban terhadap orang lain, merupakan kondisi penting dalam rangka perkembangan akal budi itu sendiri. Self, sebagaimana juga mind, bukanlah suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang memiliki beberapa kemampuan. Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi. Dalam proses sosialsisasi ini terdapat tiga tahap.

a.Tahap bermain
Ketika berada pada tahap ini, seorang anak bermain dengan peran- peran dari orang- orang yang dianggap penting olehnya. Meski sekedar permainan, tahap ini menjadi penting bagi perkembangan anak karena melalui permainan ini anak akan belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain dalam status tertentu.

b.Tahap pertandingan
Pada tahap ini, seorang anak terlibat dalam suatu tingkat organisasi yang lebih tinggi. Para peserta dalam suatu pertandingan mampu menjalankan peran orang- orang yang berbeda secara serentak dan mengorganisirnya dalam satu keutuhan. Dalam tahap ini, anak dituntut untuk memperhitungkan peranan- peranan lain dalam kelompok ketika bertingkah laku.

c.Tahap generalized other
Dalam tahap ini, seorang anak akan mengarahkan tingkah lakunya berdasaran pada standar- standar umum atau harapan atau norma masyarakat. Dalam tahap terakhir ini, anak akan mendasarkan tindakannya berdasarkan norma- norma yang bersifat universal.

Dalam hubungannya dengan Self ini, Charles Horton Cooley mengembangkan satu konsep baru yang ia sebut dengan looking- glass self. Dengan looking- glass self ini, Cooley bermaksud mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melihat dirinya sebagaimana ia melihat obyek yang berada di luar dirinya. Hal ini berarti bahwa pertama, kita bisa membayangkan bagaimana kita tampil di hadapan orang lain; kedua, kita dapat membayangkan bagaimana penilaian orang lain terhadap penampilan kita; ketiga, kita dapat mengembangkan perasaan- perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita terhadap perasaan oran lain. (Bernard Raho, 2007: 105)

3) Society (masyarakat)
Konsep Mead tentang masyarakt tidak terlalu cemerlang. Ketika Mead berbicara tentang masyarakat dalam skala makro sebagaiman yang dipikirkan oleh Durkheim atau Marx, maka yang terlintas dalam benak Mead ialah bahwa masyarakat tak lebih daripada semacam organisasi sosial dimana akalbudi dan diri dapat tumbuh disitu. Mead menganggap masyarakat sebagai pola- pola tertentu dari interaksi. Sedangkan mengenai institusi sosial, ia beranggapan bahwa institusi sosial tidak lebih dari seperangkat respon atas kebutuhan masyarakat yang biasa.

PENDAPAT

Interaksionisme simbolik meliputi serangkaian prinsip metodologis yang memiliki perbedaan khas antara aliran Chicago dan aliran Iowa. Blumer berargumen bahwa metodologi yang khas untuk meneliti perilaku manusia merupakan metode yang biasa digeneralisasi. Sebaliknya, Manford Kuhn menekankan kesatuan metode ilmiah, semua medan ilmiah, termasuk sosiologi harus bertujuan pada generalisasi dan kesatuan hukum. Mereka tak bisa sepakat mengenai bagaimana suatu hal harus diteliti. Blumer cenderung menggunakan interspeksi simpatik yang bertujuan untuk dapat masuk ke dalam dunia cakrawala pelaku dan memandangnya sebagaimana sudut pandang si pelaku. Para sosiolog, menurutnya, harus menggunakan intuisinya untuk bisa mengambil sudut pandang para pelaku yang sedang mereka teliti, bahkan bila diperlukan, juga menggunakan kategori yang sesuai dengan apa yang ada di benak pelaku.
Sedangkan Kuhn lebih tertarik dengan fenomena empiris yang sama, namun dia mendorong para sosiolog untuk mengabaikan teknik- teknik tak ilmiah. Dan menggantinya dengan indikator- indokator yang tampak, seperti tingkah laku, untuk mengetahui apa yang sedang berlangsung dalam benak pelaku.

Dalam format paling dasarnya, suatu tindakan sosial melibatkan tiga satuan hubungan bagian: suatu awal mengisyaratkan dari seseorang, suatu tanggapan untuk isyarat itu oleh yang lain dan suatu hasil. Hasil menjadi maksud komunikator untuk tindakan. Maksud berada di dalam hubungan yang triadic dari semuanya.

Hubungan umur dapat meresap, memperluas dan menghubungkan sampai jaringan diperumit. Para aktor jauh diperhubungkan akhirnya di dalam jalan berbeda, tetapi kontroversi ke pemikiran populer, “ suatu jaringan atau suatu institusi tidak berfungsi secara otomatis oleh karena beberapa kebutuhan sistem atau dinamika bagian dalam: berfungsi sebab orang-orang pada poin-poin berbeda lakukan sesuatu yang, dan apa yang mereka lakukan adalah suatu hasil bagaimana mereka menggambarkan situasi di mana mereka disebut ke atas tindakan." Dengan ini gagasan untuk sosial bertindak dalam pikiran, kemudian, mari kita lihat lebih lekat di segi yang pertama dari analisa masyarakat Meadian.

Pertimbangkan sistem hukum di Amerika Serikat sebagai suatu contoh. Hukum tak lain hanya interaksi antar hakim, dewan juri, pengacara, para saksi, juru tulis, wartawan, dan orang yang lain menggunakan bahasa untuk saling berhubungan dengan satu dengan yang lain. Hukum tidak punya maksud terlepas dari penafsiran dari tindakan dilibatkan itu semua di dalamnya. kaleng Yang sama dikatakan untuk aliran / mahzab, gereja, pemerintah, industri, dan masyarakat lain.

Diri mempunyai dua segi, masing-masing melayani suatu fungsi penting. Menjadi bagian dari yang menuruti kata hati, tak tersusun, tidak diarahkan, tak dapat diramalkan anda.
Bagi Blumer, obyek terdiri dari tiga fisik yaitu tipe(barang), sosial ( orang-orang), dan abstrak ( gagasan). Orang-Orang menggambarkan obyek yang dengan cara yang berbeda, tergantung pada bagaimana mereka biarkan ke arah obyek itu. Suatu polisi boleh berarti satu hal kepada penduduk dari suatu bagian tertua suatu kota tempat tinggal minoritas dan kepada hal lain. habitat suatu wilayah hunian indah; interaksi yang berbeda di antara penduduk dua masyarakat yang berbeda ini akan menentukan maksud yang berbeda pula.

Orang hanya memiliki kemampuan untuk berpikir yang bersifat umum. Kemampuan ini harus dibentuk dalam proses interaksi sosial. Pandangan ini menghantarkan interaksionisme simbolik untuk memperhatikan satu bentuk khusus dari interaksi sosial, yakni sosialisasi. Kemampuan manusia untuk berpikir sudah dibentuk ketika sosialisasi pada masa anak- anak dan berkembang selama sosialisasi ketika manusia menjadi dewasa. Pandangan interaksionisme simbolik tentang proses sosialisasi sedikit berbeda dari pandangan teori- teori lainnya. Bagi teori lainnya, sosialisasi dilihat sebagai proses dimana individu mempelajari hal- hal yang ada di dalam masyarakat supaya mereka bisa bertahan hidup di dalam masyarakat. Tetapi bagi interaksionisme simbolik, sosialisasi adalah proses yang bersifat dinamis. Di dalam proses itu, manusia tak hanya menerima informasi melainkan ia menginterpretasi dan menyesuaikan informasi itu sesuai dengn kebutuhannya.

Tentu saja interaksionisme simbolik tidak hanya tertarik pada sosialisasi saja melainkan interaksi pada umumnya. Interaksi adalah suatu proses dimana kemampuan untuk berpikir dikembangkan diungkapkan. Segala macam interaksi menyaring kemampuan kita untuk berpikir. Lebih dari itu, berpikir mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam kebanyakan tinkah laku, seorang aktor harus memperhitungkan orang lain dan memutuskan bagaimana harus bertingkah laku supaya cocok dengan orang lain.

Pentingnya proses berpikir bagi interaksionisme simbolik nampak pada pandangan terhadap obyek. Blumer misalnya, membedakan obyek menjadi tiga macam seperti yang telah dibahas sebelmnya. Obyek- obyek tersebut tidak lebih dari benda yang berada di luar (outer) namun mereka memiliki arti penting ketika mereka didefinisikan oleh seorang aktor. Sebatang pohon mempunyai arti yang berbeda untuk seorang seniman, penyair, petani, tokoh agama, atau tukang kayu.

Individu- individu mempelajari arti dari obyek tersebut selama proses sosialisasi. Kebanyakan kita mempelajari arti yang serupa dari beberapa obyek, tetapi dalam hal tertentu kita bisa memberikan arti yang berbeda kepada obyek yang sama. Namun hal itu tidak berarti bahwa interaksionisme simbolik menyangkal atau tidak mengakui esensi dari obyek tersebut. Selembar kertas tetap menjadi selembar kertas dalam artian biasa. Yang membedakan arti dari selembar kertas tersebut adalah cara pandang yang berlainan dari orang yang memandangnya.

Pendukung teori ini mengikuti Mead dalam menekankan arti pentingnya interaksi sosial. Menurut mereka, arti tidak berasal dari proses kegiatan mental, tetapi dari proses interaksi. Pendapat seperti ini berasal dari pragmatisme Mead yang memusatkan perhatiannya pada aksi dan interaksi manusia dan bukannya pada kegiatan mental yang terisolir. Karena itu salah satu isi pokok untuk mereka ialah bukan bagaimana orang secara psikologis menciptakan arti- arti melainkan bagaimanamereka mempelajari arti- arti yang terdapat dalam masyarakat.

Dalam interaksi sosial, orang- orang belajar simbol dan arti. Mereka harus berpikir terlebih dahulu sebelum memberikan simbol tertentu. Simbol adalah obyek sosial yang digunakan untuk mewakili apa saja yang disepakati untuk diwakilinya. Misalnya, bendera merah putih disepakati sebagai simbol bangsa Indonesia. Obyek- obyek yang merupakan simbol selalu memiliki arti yang berbeda dari apa yang tampak di dalam obyek itu sendiri.

Sumber :

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

Stryker, Sheldon., (1980), Symbolic Interactionism: A Social Structural Version, Menlo

Kriyantono, Rachmat. (2012). Etika dan Filsafat Komunikasi. Malang: UB Press.

Riwayati. Hakikat Filsafat. (http://www.sodiycxacun.web.id/2010/02/hakikat-filsafat/, diakses 26Maret 2012)

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

Charon, Joel M, 2000, Symbolic Interactionism: An Introduction, an Interpretation. An

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2001.

Raksa, Aji. Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat. (http://ajiraksa.blogspot.com/, diakses 26 Maret 2012)

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi

http://alwyrachman.blogspot.com/

http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/17/mahluk-simbolik-229756.html

http://kuliahsosial.blogspot.com/2010/07/interaksionisme-simbolik.html

http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/interaksi-simbolik/

http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/06/homo-symbolicum

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong