ARSIP BULANAN : April 2015

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Edisi 2

15 April 2015 11:00:15 Dibaca : 88

(lanjutaan ...... )

6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SIMBOLIK MENURUT BLUMMER DAN GEORGE HERBERT MEAD

TEORI / KONSEP

HERBERT BLUMER

Mead merupakan pemikir terkemuka, menemukan istilah interaksionlisme simbolik, suatu ungkapan Mead sendiri tidak pernah menggunakan. Blumer mengacu pada label ini sebagai “ suatu sedikit banyaknya pembentukan kata baru liar yang di dalam suatu jalan tanpa persiapan. Ketiga konsep utama di dalam Teori Mead, menangkap di dalam jabatan pekerjaan terbaik yang dikenalnya, adalah masyarakat, diri, dan pikiran. Kategori ini adalah aspek yang berbeda menyangkut proses umum yang sama, sosial anda bertindak. Tindakan sosial adalah suatu sumbu konsep payung yang mana hampir semua psikologis lain dan proses sosial jatuh. Tindakan adalah suatu unit yang lengkap melakukan itu tidak bisa dianalisa ke dalam spesifik sub bagian. Suatu tindakan andangkin sederhana dan singkat, seperti ikatan suatu sepatu, atau andangkin saja merindukan dan mempersulit, seperti pemenuhan suatu rencana hidup. Tindakan berhubungan dengan satu sama lain dan dibangun ujung sepanjang umur hidup. Tindakan andalai dengan suatu dorongan hati; mereka melibatkan tugas dan persepsi maksud, latihan mental, dengan alternatif berat, dan penyempurnaan.

Dalam format paling dasarnya, suatu tindakan sosial melibatkan tiga satuan hubungan bagian: suatu awal mengisyaratkan dari seseorang, suatu tanggapan untuk isyarat itu oleh yang lain dan suatu hasil. Hasil menjadi maksud komunikator untuk tindakan. Maksud berada di dalam hubungan yang triadic dari semuanya.

Hubungan umur dapat meresap, memperluas dan menghubungkan sampai jaringan diperumit. Para aktor jauh diperhubungkan akhirnya di dalam jalan berbeda, tetapi kontroversi ke pemikiran populer, “ suatu jaringan atau suatu institusi tidak berfungsi secara otomatis oleh karena beberapa kebutuhan sistem atau dinamika bagian dalam: berfungsi sebab orang-orang pada poin-poin berbeda lakukan sesuatu yang, dan apa yang mereka lakukan adalah suatu hasil bagaimana mereka menggambarkan situasi di mana mereka disebut ke atas tindakan." Dengan ini gagasan untuk sosial bertindak dalam pikiran, kemudian, mari kita lihat lebih lekat di segi yang pertama dari analisa masyarakat Meadian.

Pertimbangkan sistem hukum di Amerika Serikat sebagai suatu contoh. Hukum tak lain hanya interaksi antar hakim, dewan juri, pengacara, para saksi, juru tulis, wartawan, dan orang yang lain menggunakan bahasa untuk saling berhubungan dengan satu dengan yang lain. Hukum tidak punya maksud terlepas dari penafsiran dari tindakan dilibatkan itu semua di dalamnya. kaleng Yang sama dikatakan untuk aliran / mahzab, gereja, pemerintah, industri, dan masyarakat lain.

Diri mempunyai dua segi, masing-masing melayani suatu fungsi penting. Menjadi bagian dari yang menuruti kata hati, tak tersusun, tidak diarahkan, tak dapat diramalkan anda.
Bagi Blumer, obyek terdiri dari tiga fisik yaitu tipe(barang), sosial ( orang-orang), dan abstrak ( gagasan). Orang-Orang menggambarkan obyek yang dengan cara yang berbeda, tergantung pada bagaimana mereka biarkan ke arah obyek itu. Suatu polisi boleh berarti satu hal kepada penduduk dari suatu bagian tertua suatu kota tempat tinggal minoritas dan kepada hal lain. habitat suatu wilayah hunian indah; interaksi yang berbeda di antara penduduk dua masyarakat yang berbeda ini akan menentukan maksud yang berbeda pula.

GEORGE HERBERT MEAD

George Herbert Mead pada umumnya dipandang sebagai pemula utama dari pergerakan, dan pekerjaan nya [yang] pasti membentuk inti dari Aliran Chicago. George Herbert Mead menghabiskan sebagian besar waktunya dengan mengajar di Universitas Chicago. Bukunya yang berjudul “Mind, Self, and Society” merupakan kumpulan bahan kuliah yang ia berikan di Universitas Chicago. Dalam buku tersebut, Mead mendiskusikan tentang mind, self, dan society.

1) Mind (akal budi)
Bagi Mead,akal budi bukanlah sebuah benda, akan tetapi merupakan suatu proses sosial. Secara kualitas, akal budi manusia jauh berbeda dengan binatang. Seumpama kita temui dua ekor kucing yang terlibat perkelahian. Dalam perkelahian tersebut, sebenarnya, kucing tersebut hanya melakukan tukar menukar isyarat tanpa bermaksud memberikan pesan. Tidak dapat ditemui adanya keterlibatan kegiatan mental di dalamnya. Kucing pertama tak pernah berfikir bahwa ketika kucing kedua mengeramkan giginya, itu merupakan sebuah pesan kemarahan yang tengah disampaikan oleh kucing kedua. Manusia pun juga melakukan aksi dan reaksi yang serupa. Bedanya dalam kegiatan aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau mental.

Kemampuan untuk menciptakan dan menggunakan bahasa merupakan hal pembeda antara manusia dengan binatang. Bahasa memberikan kita kemampuan untuk menanggapi, bukan hanya simbol- simbol yang berbentuk gerak- gerik tubuh, melainkan juga simbol dalam bentuk kata- kata. Untuk melanggengkan suatu kehidupan sosial, maka para pelaku sosial harus menghayati simbol- simbol dengan arti yang sama. Simbol yang seragam menjadi pendukung utama dalam proses berpikir, beraksi dan berinteraksi dalam kehidupan masyarakat. Perbuatan bisa memiliki arti jika kita menggunakan akal budi untuk menempatkan diri kita dalam posisi orang lain, sehingga kita bisa menafsirkan arti dari suatu pikiran dengan tepat. Disinilah letak penting dari suatu arti bagi Mead (Bernard Raho, 2007: 101)

2) Self (diri)
Bagi Mead, kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri sebagaiman ia memberi jawaban terhadap orang lain, merupakan kondisi penting dalam rangka perkembangan akal budi itu sendiri. Self, sebagaimana juga mind, bukanlah suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang memiliki beberapa kemampuan. Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi. Dalam proses sosialsisasi ini terdapat tiga tahap.

a.Tahap bermain
Ketika berada pada tahap ini, seorang anak bermain dengan peran- peran dari orang- orang yang dianggap penting olehnya. Meski sekedar permainan, tahap ini menjadi penting bagi perkembangan anak karena melalui permainan ini anak akan belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain dalam status tertentu.

b.Tahap pertandingan
Pada tahap ini, seorang anak terlibat dalam suatu tingkat organisasi yang lebih tinggi. Para peserta dalam suatu pertandingan mampu menjalankan peran orang- orang yang berbeda secara serentak dan mengorganisirnya dalam satu keutuhan. Dalam tahap ini, anak dituntut untuk memperhitungkan peranan- peranan lain dalam kelompok ketika bertingkah laku.

c.Tahap generalized other
Dalam tahap ini, seorang anak akan mengarahkan tingkah lakunya berdasaran pada standar- standar umum atau harapan atau norma masyarakat. Dalam tahap terakhir ini, anak akan mendasarkan tindakannya berdasarkan norma- norma yang bersifat universal.

Dalam hubungannya dengan Self ini, Charles Horton Cooley mengembangkan satu konsep baru yang ia sebut dengan looking- glass self. Dengan looking- glass self ini, Cooley bermaksud mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melihat dirinya sebagaimana ia melihat obyek yang berada di luar dirinya. Hal ini berarti bahwa pertama, kita bisa membayangkan bagaimana kita tampil di hadapan orang lain; kedua, kita dapat membayangkan bagaimana penilaian orang lain terhadap penampilan kita; ketiga, kita dapat mengembangkan perasaan- perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita terhadap perasaan oran lain. (Bernard Raho, 2007: 105)

3) Society (masyarakat)
Konsep Mead tentang masyarakt tidak terlalu cemerlang. Ketika Mead berbicara tentang masyarakat dalam skala makro sebagaiman yang dipikirkan oleh Durkheim atau Marx, maka yang terlintas dalam benak Mead ialah bahwa masyarakat tak lebih daripada semacam organisasi sosial dimana akalbudi dan diri dapat tumbuh disitu. Mead menganggap masyarakat sebagai pola- pola tertentu dari interaksi. Sedangkan mengenai institusi sosial, ia beranggapan bahwa institusi sosial tidak lebih dari seperangkat respon atas kebutuhan masyarakat yang biasa.

PENDAPAT

Interaksionisme simbolik meliputi serangkaian prinsip metodologis yang memiliki perbedaan khas antara aliran Chicago dan aliran Iowa. Blumer berargumen bahwa metodologi yang khas untuk meneliti perilaku manusia merupakan metode yang biasa digeneralisasi. Sebaliknya, Manford Kuhn menekankan kesatuan metode ilmiah, semua medan ilmiah, termasuk sosiologi harus bertujuan pada generalisasi dan kesatuan hukum. Mereka tak bisa sepakat mengenai bagaimana suatu hal harus diteliti. Blumer cenderung menggunakan interspeksi simpatik yang bertujuan untuk dapat masuk ke dalam dunia cakrawala pelaku dan memandangnya sebagaimana sudut pandang si pelaku. Para sosiolog, menurutnya, harus menggunakan intuisinya untuk bisa mengambil sudut pandang para pelaku yang sedang mereka teliti, bahkan bila diperlukan, juga menggunakan kategori yang sesuai dengan apa yang ada di benak pelaku.
Sedangkan Kuhn lebih tertarik dengan fenomena empiris yang sama, namun dia mendorong para sosiolog untuk mengabaikan teknik- teknik tak ilmiah. Dan menggantinya dengan indikator- indokator yang tampak, seperti tingkah laku, untuk mengetahui apa yang sedang berlangsung dalam benak pelaku.

Dalam format paling dasarnya, suatu tindakan sosial melibatkan tiga satuan hubungan bagian: suatu awal mengisyaratkan dari seseorang, suatu tanggapan untuk isyarat itu oleh yang lain dan suatu hasil. Hasil menjadi maksud komunikator untuk tindakan. Maksud berada di dalam hubungan yang triadic dari semuanya.

Hubungan umur dapat meresap, memperluas dan menghubungkan sampai jaringan diperumit. Para aktor jauh diperhubungkan akhirnya di dalam jalan berbeda, tetapi kontroversi ke pemikiran populer, “ suatu jaringan atau suatu institusi tidak berfungsi secara otomatis oleh karena beberapa kebutuhan sistem atau dinamika bagian dalam: berfungsi sebab orang-orang pada poin-poin berbeda lakukan sesuatu yang, dan apa yang mereka lakukan adalah suatu hasil bagaimana mereka menggambarkan situasi di mana mereka disebut ke atas tindakan." Dengan ini gagasan untuk sosial bertindak dalam pikiran, kemudian, mari kita lihat lebih lekat di segi yang pertama dari analisa masyarakat Meadian.

Pertimbangkan sistem hukum di Amerika Serikat sebagai suatu contoh. Hukum tak lain hanya interaksi antar hakim, dewan juri, pengacara, para saksi, juru tulis, wartawan, dan orang yang lain menggunakan bahasa untuk saling berhubungan dengan satu dengan yang lain. Hukum tidak punya maksud terlepas dari penafsiran dari tindakan dilibatkan itu semua di dalamnya. kaleng Yang sama dikatakan untuk aliran / mahzab, gereja, pemerintah, industri, dan masyarakat lain.

Diri mempunyai dua segi, masing-masing melayani suatu fungsi penting. Menjadi bagian dari yang menuruti kata hati, tak tersusun, tidak diarahkan, tak dapat diramalkan anda.
Bagi Blumer, obyek terdiri dari tiga fisik yaitu tipe(barang), sosial ( orang-orang), dan abstrak ( gagasan). Orang-Orang menggambarkan obyek yang dengan cara yang berbeda, tergantung pada bagaimana mereka biarkan ke arah obyek itu. Suatu polisi boleh berarti satu hal kepada penduduk dari suatu bagian tertua suatu kota tempat tinggal minoritas dan kepada hal lain. habitat suatu wilayah hunian indah; interaksi yang berbeda di antara penduduk dua masyarakat yang berbeda ini akan menentukan maksud yang berbeda pula.

Orang hanya memiliki kemampuan untuk berpikir yang bersifat umum. Kemampuan ini harus dibentuk dalam proses interaksi sosial. Pandangan ini menghantarkan interaksionisme simbolik untuk memperhatikan satu bentuk khusus dari interaksi sosial, yakni sosialisasi. Kemampuan manusia untuk berpikir sudah dibentuk ketika sosialisasi pada masa anak- anak dan berkembang selama sosialisasi ketika manusia menjadi dewasa. Pandangan interaksionisme simbolik tentang proses sosialisasi sedikit berbeda dari pandangan teori- teori lainnya. Bagi teori lainnya, sosialisasi dilihat sebagai proses dimana individu mempelajari hal- hal yang ada di dalam masyarakat supaya mereka bisa bertahan hidup di dalam masyarakat. Tetapi bagi interaksionisme simbolik, sosialisasi adalah proses yang bersifat dinamis. Di dalam proses itu, manusia tak hanya menerima informasi melainkan ia menginterpretasi dan menyesuaikan informasi itu sesuai dengn kebutuhannya.

Tentu saja interaksionisme simbolik tidak hanya tertarik pada sosialisasi saja melainkan interaksi pada umumnya. Interaksi adalah suatu proses dimana kemampuan untuk berpikir dikembangkan diungkapkan. Segala macam interaksi menyaring kemampuan kita untuk berpikir. Lebih dari itu, berpikir mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam kebanyakan tinkah laku, seorang aktor harus memperhitungkan orang lain dan memutuskan bagaimana harus bertingkah laku supaya cocok dengan orang lain.

Pentingnya proses berpikir bagi interaksionisme simbolik nampak pada pandangan terhadap obyek. Blumer misalnya, membedakan obyek menjadi tiga macam seperti yang telah dibahas sebelmnya. Obyek- obyek tersebut tidak lebih dari benda yang berada di luar (outer) namun mereka memiliki arti penting ketika mereka didefinisikan oleh seorang aktor. Sebatang pohon mempunyai arti yang berbeda untuk seorang seniman, penyair, petani, tokoh agama, atau tukang kayu.

Individu- individu mempelajari arti dari obyek tersebut selama proses sosialisasi. Kebanyakan kita mempelajari arti yang serupa dari beberapa obyek, tetapi dalam hal tertentu kita bisa memberikan arti yang berbeda kepada obyek yang sama. Namun hal itu tidak berarti bahwa interaksionisme simbolik menyangkal atau tidak mengakui esensi dari obyek tersebut. Selembar kertas tetap menjadi selembar kertas dalam artian biasa. Yang membedakan arti dari selembar kertas tersebut adalah cara pandang yang berlainan dari orang yang memandangnya.

Pendukung teori ini mengikuti Mead dalam menekankan arti pentingnya interaksi sosial. Menurut mereka, arti tidak berasal dari proses kegiatan mental, tetapi dari proses interaksi. Pendapat seperti ini berasal dari pragmatisme Mead yang memusatkan perhatiannya pada aksi dan interaksi manusia dan bukannya pada kegiatan mental yang terisolir. Karena itu salah satu isi pokok untuk mereka ialah bukan bagaimana orang secara psikologis menciptakan arti- arti melainkan bagaimanamereka mempelajari arti- arti yang terdapat dalam masyarakat.

Dalam interaksi sosial, orang- orang belajar simbol dan arti. Mereka harus berpikir terlebih dahulu sebelum memberikan simbol tertentu. Simbol adalah obyek sosial yang digunakan untuk mewakili apa saja yang disepakati untuk diwakilinya. Misalnya, bendera merah putih disepakati sebagai simbol bangsa Indonesia. Obyek- obyek yang merupakan simbol selalu memiliki arti yang berbeda dari apa yang tampak di dalam obyek itu sendiri.

Sumber :

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

Stryker, Sheldon., (1980), Symbolic Interactionism: A Social Structural Version, Menlo

Kriyantono, Rachmat. (2012). Etika dan Filsafat Komunikasi. Malang: UB Press.

Riwayati. Hakikat Filsafat. (http://www.sodiycxacun.web.id/2010/02/hakikat-filsafat/, diakses 26Maret 2012)

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

Charon, Joel M, 2000, Symbolic Interactionism: An Introduction, an Interpretation. An

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2001.

Raksa, Aji. Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat. (http://ajiraksa.blogspot.com/, diakses 26 Maret 2012)

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi

http://alwyrachman.blogspot.com/

http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/17/mahluk-simbolik-229756.html

http://kuliahsosial.blogspot.com/2010/07/interaksionisme-simbolik.html

http://sinaukomunikasi.wordpress.com/2011/08/20/interaksi-simbolik/

http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/06/homo-symbolicum

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Edisi 1

15 April 2015 10:49:12 Dibaca : 219

NAMA : JULITA NURDIN NAWAITU

NIM : 291414040

KELAS/JURUSAN : (A) ILMU KOMUNIKASI

MK : ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

1. PENGANTAR FILSAFAT

KONSEP / TEORI

      Filsafat / filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia (kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.
Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Sehinga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya, kemudian dari sini dikenal dengan istilah philosophy dalam bahasa inggris. Secara terminology istilah philosophia dan philosof (falsafah dan failasuf) itu sendiri baru menjadi popular dan lazim digunakan pada masa Socrates dan Plato (sekitar abad ke-5 SM).

Di dalam Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan sebagai berikut: “The creek word Sophia is ordinary translated as ‘wisdom’, and the compound philosophia, from wich philosophy derives, is translated as the ‘love of wisdom’.” Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu.

Berdasarkan kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau untuk menjadi bijak. Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi filsafat menurut para ahli sebagai berikut :

  • Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
  • Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
  • Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha- usaha untuk mencapainya.
  • Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
  • Sidi Gazalba, Filsafat adalah mencari kebenaran dari kebenaran dan untuk kebenaran tentang segala sesuatu yang dimaksudkan dengan berfikir radikal, sistematik, dan universal.
  • Johann Gotlich Fickte, Ilmu dari ilmu yakni ilmu umum yang jadi dasar segala ilmu, ilu membicarakan suatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
  • Immanuel Kant (1724M-1804M) yang sering dijuluki raksasa pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu:

Ø APAKAH YANG DAPAT KITA KETAHUI ? pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika.

Ø APAKAH YANG BOLEH KITA KERJAKAN ? pertanyaan ini dijawab oleh Etika.

Ø SAMPAI DI MANAKAH PENGHARAPAN KITA ? pertanyaan ini dijawab oleh Agama.

Ø APAKAH MANUSIA ITU ? pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.

Metode filsafat ada tiga metode berfikir yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat, yaitu: metode deduksi, induksi dan dialektika. Sistematika filsafat hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada telah banyak terkumpul dan disusun secara teratur dan sistematis dikenal dengan istilah sistematika filsafat atau struktur filsafat. Struktur filsafat berkisar pada tiga cabang filsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai.

PENDAPAT

“Filsafat” merupakan salah satu mata kuliah pertama dan mungkin pelajaran terbaru yang saya temui selama duduk dibangku pendidikan. Selepas Sekolah Menengah Kejuruan banyak hal-hal baru yang saya temukan di Universitas Negeri Gorontalo, yakni tepatnyapada Jurusan Ilmu Komunikasi yang saya duduki sekarang dan Insya’ Allah beberapa tahun kedepannya. Menemukan hal baru serta mempelajarinya secara mendalam tentu bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk ukuran anak SMK jurusan AKUNTANSI yang tugasnya menghitung uang yang tidak ada. Latar belakang masa lalu bukanlah permasalahan besar, jika kita memang memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang tinggi. Alhasil saat melihat jadwal perkuliahan yang dimulai dari semester 1 lalu yang bertuliskan mata kuliah “Pengantar Ilmu Filsafat” semakin membuat rasa keingintahuan saya menjadi-jadi. Sebab dibangku SMK kami tidak mempelajari tentang filsafat.

Sebagian orang mengatakan bahwa filsafat tidak dapat menjajikan orang itu banyak uang/materi, dan terkadang juga orang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu yang tidak berguna ataupun ilmu yang membawa kita pada aliran yang sesat, sebab dengan belajar tentang filsafat, pikiran orang itu akan semakin menjadi-jadi untuk mengetahui sesuatu kebenaran akan suatu peristiwa tersebut

Namun menurut saya filsafat ini bukan merupakan aliran sesat atau membawa seseorang ke jalan yang salah (tidak percaya pada sang pencipta). Filsafat ini bersifat spekulatif, disini dia berada ditengah-tengah, yakni meluruskan serta membela ilmu yang relatif (bisa salah dan benar). Lalu jika filsafat ini terdapat kesalahan didalamnya maka akan diluruskan oleh ilmu agama yang mutlak. Jadi kesalahan besar, jika ada orang diluar sana yang mengatakan bahwa belajar filsafat tidak berguna ataupun ilmu yang membawa kita pada aliran sesat”.
Saya menyimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran, mencari kebenaran dari setiap fenomena yang ada atau dari pertanyaan – pertanyaan yang masih ada dalam pemikiran, namum walaupun kita mencari jawabannya dengan logika yang tinggi tetapi hati kita tidak mempercayai apa yang kita cari, maka kita belum bisa dikatakan berfilsafat .

Filsafat adalah induk dari segala ilmu. ilmu berasal dari pemikiran manusia terhadap dunia dan alam semesta di mana kita tinggal. Ilmu tersebut kemudian berkembang dan mengalami spesialisasi masing-masing. Contohnya:
Eksakta: mat, fis , kim, bio, dll
Sosial: ekonomi, akuntansi, sejarah, dll
Teologi: agama, kitab suci, dll

Pendapat saya filsafat itu pencarian ilmu pengetahuan yang paling ngebosenin. Biasanya orang-orang pemikir saja yang bisa bertahan dengan bacaan seperti itu selama berjam-jam. Filsafat itu adalah ilmu untuk mencari atau memecahkan suatu permasalahan hasil dari pemikiran dan perenungan kita dibantu hati nurani sehingga seolah-olah kita menjadi subyek dari masalah itu sendiri, Namun kata-katanya sulit untuk dapat dimengerti.

Filsafat merupakan hasil dari perenungan, perenungan yang sangat dalam dari para filsuf, jadi out put dari filsafat merupakan suatu jawaban terhadap suatu masalah yang mungkin tidk bisa di pecahkan dengan logika...tidak seperti ilmu pasti, filsafat lebih mengutamakan pendekatan berdasar naluri, insting,pertanda dan kejadian alam, yang bagi ilmu pasti tidak bisa di uraikan dengan nalar dan akal sehat, keseimbangan yang unik antara yang pasti dan masuk akal dengan sesuatu di luar penalaran manusia biasa.

Filsafat hanya akan dirasakan oleh orang yang suka memikirkan kejadian2 dan fenomena2 alam disekitar diri dan lingkungannya, kemudian dia merumuskannya dalam bentuk keyakinan tapi sayangnya seorang ahli filsafat cendrung tidak mempunyai dalil2 yang diambil dari kitap2 agama mereka lebih tertarik mengembangkan pemikiran mereka sesuai dengan cara berfikir mereka sendiri dan kadang mereka terbentur dengan pendapat mereka sendiri. Karena itu banyak para ahli filsafat seperti kehilangan jati diri mereka sendiri, karena hanya terlalu percaya dengan kemampuan berfikir mereka sendiri,hingga tak jarang mereka menjadi arogan dan cendrung tak percaya Tuhan. Tak jarang karena pemikiran mereka yang terbatas tak mampu menerima dalil2 yang mereka ciptakan sendiri selalu berkembang hingga tak menemukan ujung pangkalnya intinya pencarian mereka pada kebenaran menemukan jalan buntu hingga akhirnya membuat mereka putus asa.

Metode Deduktif Adalah, suatu metode berpikir dimana kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan kemudian diterapkan kepada semua yang bersifat khusus. Contohnya sebagai berikut: Semua Mahasiswa UNG mengikuti Ujian Tengah Semester (prinsip umum). . Semua Jurusan Komunikasi adalah Mahasiswa UNG (peristiwa khusus) • Karena itu semua Jurusan    

Komunikasi adalah Mahasiswa UNG (kesimpulan). Metode Induksi Adalah suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari prinsip khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Contoh: • Julita adalah seorang Mahasiswa UNG (prinsip khusus) • Dia memakai jas Almamater merah marron (prinsip umum) • Semua Mahasiswa UNG memakai Jaz almamatermerah marron (kesimpulan).

Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan (norma-norma atau teori-teorinya) dan membicarakan pula tentang bagaimana cara mengatur pengetahuan yang benar dan berarti. Posisi terpenting dari pengetahuan telah membicarakan tentang apa sebenarnya hakikat pengetahuan itu, cara berpikir dan hukum berpikir agar mendapatkan hasil yang sebenar-benarnya.

Manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi, manusia tahu es dingin itu karena menyentuhnya, gula manis itu karena mencicipinya, dan manusia juga tau bahwa api itu panas karena menyentuhnya juga. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan dengan perantara panca indera. Kelemahan aliran ini cukup banyak , diantaranya: • Keterbatasan indra .

Setelah melalui pembelajaran-pembelajaran yang didapatkan selama ini, saya semakin memahami apa sebenarnya filsafat itu. Namun tak mudah kita untuk dapat memahami secara langsung tentang maksud filsafat tersebut, sebab sampai saya duduk dibangku perkuliahan semester 2 sekarang, belajar filsafat yang sekarang dan dulu itu ternyata mempunyai tingkat yang lebih menyusahkan lagi untuk dapat dimengerti. Kenapa ?? karena semester 2 ini kita belajar tentang kebenaran suatu benda dan lain sebagainya yang sulit untuk dapat dimengerti, sebab kebenaran tersebut belum pasti benar adanya, bedanya dengan semester 1 yang hanya mempelajari filsafat tentang kebenaran akan keagamaan yang sifatnya mutlak untuk dipahami.

Filsafat itu sangatlah susah untuk dipahami dan dijawab, sebab ketika ada pertanyaan yang diberikan kemudian kita berusaha untuk menjawab, namun seorang yang mengerti filsafat tersebut akan membalikan pertanyaan tentang suatu kata baru yang keluar dari mulut kita, dan jangan heran, itulah ilmu filsafat. Entah harus dengan cara yang bagaimana agar kita mendapatkan titik temu dari dsemua pertanyaan – pertanyaan yang masih terlntas dalam pikiran kita . . Namun tanpa henti – hentinya juga kita harus terus dapat memahami tentang sebuah usaha pemahaman. Kita tak boleh menyerah untuk mendapatkan sebuah pemahaman yang sebenarnya. Seperti yang sudah saya katakana diatas bahwa ketika kita mencari jawabannya dengan logika yang tinggi tetapi hati kita tidak mempercayai apa yang kita cari, maka kita belum bisa dikatakan berfilsafat .

2. FILSAFAT DAN ILMU KOMUNKASI

TEORI / KONSEP

Filsafat Komunikasi Suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis,kritis, dan holistik tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensinya (Onong U.Effendy). Ilmu komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain (Hoeta Soehoet).

Menurut Richard Lanigan, Filsafat komunikasi adalah upaya menjawab pertanyaan:
a) Apa yang aku ketahui ?
b) Bagaimana aku mengetahuinya ?
c) Apakah aku yakin ?
d) Apakah aku benar ?

Cabang-cabang Filsafat

1. Metafisika

Suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Dalam hubungannya teori dan proses komunikasi metafisika berkaitan dengan :
• Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita.
• Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab dan aturan Problema Pilihan.

2. Epistemologi

Merupakan suatu cara untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, dalam hal ini teori komunikasi disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Yakni berdasarkan :
• Kerangka Pemikiran yang logis
• Penjabaran Hipotesis
• Menguji Kebenaran Hipotesis

3. Aksiologi

Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi merupakan studi etika dan estetika mengenai bagaimana cara mengekspresikannya.
Hal ini penting bagi seorang komunikator dalam kaitannya dengan proses komunikasi ketika ia mengemas pikirannya sebagai isi pesan yang ingin disampaikannya dengan menggunakan bahasa atau lambang, terlebih dahulu melakukan pertimbangan nilai, apa yang perlu disampaikan dan apa yang tidak perlu disampaikan.

4. Logika

Logika teramat penting dalam komunikasi karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan harus merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir logis

Tahapan Penyelidikan Ilmu Komunikasi
Dalam pandangan Stephen Littlejohn, filsafat komunikasi merupakan metateori.
Meta berarti: Di luar pengertian dan pengalaman manusia.
Teori : seperangkat dalil / prinsip umum yang kait mengait (hipotesis yang di uji berulangkali ) mengenai aspek – aspek suatu realitas.

1. Tahap metateori

Tahap ini bersifat melakukan penyelidikan yang melebihi isi khusus dari teori tertentu. Penyelidikan di mulai dari bagaimana pengetahuan disusun:

  • Apa yang akan diamati
  • Bagaimana pengamatan dilakukan
  • Bentuk teori yang bagaimana yang diambil

2. Tahap Hipotetikal

Pada teori komunikasi terdapat gambaran realitas dan pembinaan kerangka kerja pengetahuan. Pertanyaan dalam tahap ini adalah bagaimana metode dan prosedur dalam mengkaji dugaan sementara

3. Tahap Deskriptif

Timbul pernyataan–pernyataan aktual mengenai kegiatan dan penemuan – penemuan terkait. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah menyangkut bagaimana teknik dalam melakukan pengujian hipotesis sebagai penilaian yang objektif .

  • Asumsi – asumsi Epistimologikal
  • Rasionalisme
  • Pengetahuan timbul dari kekuatan pikiran manusia.
  • Empirisme
  • Pengetahuan muncul dalam persepsi yang berarti melihat apa yang terjadi
  • Konstruktivisme
  • Pengetahuan diciptakan seseorang agar berfungsi bagi hidupnya
  • Konstruktivisme Sosial
  • Pengetahuan merupakan produk dari interaksi simbolik (kehidupan kelompok / budaya).

Komunikasi sebagai Sebuah Ilmu
Syarat-syarat Ilmu:
1. Suatu ilmu harus mempunyai objek kajian.

2. Objek kajiannya terdiri dari satu golongan masalah yang sama tabiatnya baik dilihat dari dalam maupun dari luar.

3. Keterangan mengenai objek kajian tersebut dapat disusun dalam rangkaian hubungan sebab akibat.

Objek kajian Ilmu Komunikasi adalah “usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain”.
Objek kajian ilmu komunikasi terdiri dari satu golongan masalah, yaitu bagaimana usaha manusia menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain, bukan usaha manusia mencari nafkah, bukan usaha manusia mencari keadilan, dan lain-lain.

Ilmu komunikasi jg mempunyai satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya baik dilihat dari dalam, yaitu:

1. Usaha manusia untuk menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain bukan usaha binatang, bukan usaha angin, bukan usaha pohon beringin, tetapi usaha manusia yang dapat menggunakan akal budinya, bukan usaha manusia yang tidak dapat menggunakan akal budinya.

2. Usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain bukan usaha manusia dalam menyampaikan isi pesannya kepada Tuhan.

PENDAPAT

Filsafat adalah akar ilmu sekaligus landasan ilmiah ilmu komunikasi karena filsafat merupakan induknya ilmu-ilmu yang ada di dunia . Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa ilmu komunikasi adalah ilmu yang belajar menyampaikan pesan dengan baik dari indivu, individu-kelompok, serta kelompok dan kelompok. Namun hubungan dengan filsafat adalah dalam filsafat tersebut, sesuatu informasi yang kita dapatkan belum pasti benar dan belum pasti juga salah, jadi ketika kita berkomunikasi yang berkaitan dengan kebenaran filsafat, itu akan menjadi sebuah pertanyaan besar kepada komunikator atau kamunikan, apakah isi pesan tersebut adalah fakta atau opini. "Pohon Komunikasi". Di sini, cabang utama filsafat, yaitu metafisika umum (ontologi) dan metafisika khusus (teologi, psikologi, antropologi, dan kosmologi), epistemologi, serta aksiologi memegang peranan penting untuk penjabaran dan penerapannya. Ditambah dengan kajian filsafat dari segi kefilsafatannya, seperti logika, etika, dan estetika.

Dalam Filsafat dan Komunikasi, kita juga harus mampu menajdi diri orang lain, harus mampu mempersamakan persepsi kita dengan orang lain, karena tidak mudah untuk dapat mempersamakan persepsi kita yang berbeda dengan orang lain, ketika seorang komunikator mengatakan A, maka kita harus mempersamakan dengan A juga, walaupun persepsi kita B. Namun tidak semudah itu juga harus dengan proses yang cepat untuk dapat pindah pikiran ke A. caranya terlebih dahulu kita harus memdukung perkataan si A, kemudian terakhir kita memberikan pilihan bahwa bagaimana dengan pendapat saya yang mengatakan si B ?? seperti itulah yang harus dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara satu dengan lainnya.

Oleh sebab itu dikatakan juga bahwa komunikasi itu mampu membenarkan yang salah . Namun sesuatu yang terasa sulit dipersamakan itu adalah ketika kita berbicara persoalan nilai. Nilai merupakan sesuatu yang memang benar ada dan terjadi, ketika kita mempunyai persepsi yang berbeda tentang persoalan nilai, itu bisa saja hanya akan menimbulkan pertentangan atau bahkan perkelahian antara orang-orang yang mempunyai perbedaan tentang persepsi dari segi nilai yang ada tersebut.

Selain persepsi terdapat juga perspektif, dimana sesorang hampir sama halnya dengan persepsi. Dalam perspektif ini adalah diukur dari sudut pandang orang lain. Tidak mudah kita dapat mengeluarkan pernyataan sebab pernyataan kita akan dinilai juga dari sudut pandang orang yang berbeda-beda, yang selanjutnya mereka akan menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, dimana pun dan kapan pun itu pasti memerlukan orang lain untuk berlangsungnya kehidupan. Komunikasi adalah alat untuk berinteraksi antara manusia satu dengan yang lainnya. Manusia dan komunikasi merupakan dua hal yang saling berhubungan, karena tanpa adanya komunikasi menusia tidak mungkin akan bisa berinteraksi dengan manusia lain, baik itu melalui komunikasi verbal maupun non verbal.

Dengan kata lain manusia dan komunikasi tak ubahnya seperti pasangan yang tidak bisa dipisahkan karena saling membutuhkan satu sama lain.
Dengan adanya komunikasi, manusia bisa leluasa menumpahkan apa yang ingin mereka lakukan. Misalnya menyelesaikan masalah-masalah antar pribadi dan antar kelompok.

Komunikasi merupakan penyambung manusia untuk melakukan semua kegiatannya baik itu kegiatan yang bersifat positif ataupun negative. Apa jadinya jika dalam hidup ini tidak ada komunkasi? Dan apa jadinya jika dalam hidup ini tidak ada manusia? Jika salah satu dari keduanya tidak ada mungkin kehidupan ini pun tidak akan pernah ada. Jadi hubungan komunikasi dan manusia sangat erat, tidak mungkin keduanya terpisahkan karena saling ketergantungan.

Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari aspek ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Sebelum kita meneliti tentang kebenaran sebenarnya tentang sesuatu yang membingungkan, tentunya sesuatu yang mebingungkan juga itu kita dapatkan dari adanya komunikasi. Contohnya, sekarang kita mengetahui bahwa yang kita kenakan dibadan itu adalah pakaian, namun apakah kita ketahui pakaian itu berasal darimana ?? Komunikasi hanya dapat belajar mengenal tentang sesuatu yang belum kita ketahui namanya, namun dengan berfilsafat kita akan dapat mengetahui lebih dalam lagi darimana asala usul pakaian tersebut ? Bagaimana cara membuatnya ? Kapan Pakaian itu dikenal oleh masyarakat ? Kenapa orang-orang menyebut barang tersebut dengan pakaian ?? Semua pertanyaan itu pasti akan keluar ketika kita belajar berfilsafat. Pertanyaan yang mudah namun sulit untuk dapat dijawab dengan kebenaran

Makanya Filsafat kaitannya dengan komunikasi ini adalah sangatlah berhubungan . Sebab sebelum kita memperdalam tentang kebenerannya, kita harus mengetahui informasi tentang sesuatu yang harus diselidiki tersebut, bagaimana caranya ? yaitu dengan cara berkomunikasi .
Filsafat komunikasi dapat juga disebut sebagai penjabaran dari filsafat ilmu melalui tiga hakikatnya sebagai landasan filosofisnya. Aspek-apsek komunikasi sebagai ilmu pengetahuan, seperti fenomena komunikasi manusia (sebagai suatu obyek), bagaimana mendapatkan pengetahuan tentang komunikasi manusia sebagai ilmu secara benar atau berdasarkan cara-cara tertentu, dan untuk apa komunikasi manusia sebagai ilmu pengetahuan digunakan, dan berbagai ragam pertanyaan filsafat ilmu lainnya tentang komunikasi manusia sebagai sebuah obyek adalah merupakan ruang lingkup dan lokus filsafat komunikasi.

Uraian sebagai penjabaran dapat dilihat dengan memulai pertanyaan: apa yang menjadi obyek telaah ilmu komunikasi? Pertanyaan ontologis ini tentu harus menjawab sejumlah pertanyaan yang merupakan pertanyaan-pertanyaan ontologis seperti wujud dari obyek itu. Katakanlah pesan antar manusia sebagai obyek telaah ilmu komunikasi, apa hakikat pesan-pesan itu, bagaimana wujud pesan-pesan itu. Secara epistemologis, dalam cara tertentu yang memenuhi unsur-unsur ilmiah, pesan-pesan antar menusia ini disusun hingga menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Lalu terakhir, apa-apa saja manfaat dan kegunaan ilmu komunikasi itu bagi kehidupan manusia. Untuk kesempan ini, kita hanya mencuplik sekilas pengertian tiga komonen itu: ontologi menyangkut hakikat obyek kajian ilmu dan teori-teorinya; epistemologi menyangkut prosedur dan metode mendapatkan pengetahuan; dan axiologi menyangkut nilai kegunaan suatu ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Ketiga komponen ini merupakan pijakan ilmu komunikasi sejak disiplin ini menjadi pengetahuan ilmiah.

Jadi, filsafat komunikasi memberikan petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana pengetahuan tentang pesan-pesan antar manusia itu dapat diwujudkan sebagai pengetahuan ilmiah. Sampai di sinilah batas kewenangan filsafat komunikasi. Selanjutnya, bagaimana komunikasi itu berkembang dan perkembangannya mengarah ke mana, itu menjadi tugas ilmu pengetahuan, alias tugas ilmu komunikasi itu sendiri.

Filsafat komunikasi sesungguhnya bukan hanya penjabaran belaka dari filsafat ilmu untuk melegitimasi eksistensi ilmu komunikasi sebagai disiplin ilmu tersendiri yang dapat dibedakan dari ilmu-ilmu lainnya. Fenomena komunikasi manusia merupakan sentra bagi ilmu-ilmu tentang prilaku manusia. Oleh karena itu, kajian filsafat tentang komunikasi manusia juga sekaligus menjadi petunjuk bagi ilmu-ilmu lain yang menelaah perilaku manusia.

Metode-metode dan model yang dikembangkan dalam ilmu komunikasi sebenarnya berasal dari sejumlah perspektif dan teori di luar khazanah disiplin komunikasi itu sendiri. Kita bisa melihat pendekatan struktural-fungsional dari sosiologi, teori sistem dan informasi dari matematika, perspektif mekanistis dari fisika, perspektif psikologis dari psikologi sosial, dan lain-lain. Itulah hasil-hasil dari pengembangan ilmu komunikasi dari komponen filsafat ilmu, yakni epistemologi.

3. KEBENARAN

TEORI / KONSEp

Teori-teori Kebenaran: Korespondensi, Koherensi, Pragmatik, Struktural Paradigmatik, dan PerformatiK.

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran) . Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan (Wilardo, 1985:238-239).

Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Thruth) memandang bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Contoh: “Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta”. Dua kesukaran utama yang didapatkan dari teori korespondensi adalah: Pertama, teori korespondensi memberikan gambaran yang menyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu pernyataan. Bahkan seseorang dapat menolak pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-masing. Kedua, teori korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.” Lalu bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun hal itu sulit untuk dilakukan. Ketiga, Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi. Di samping itu teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek/bidang nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai.

Teori Koherensi/Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of Truth) memandang bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar.
Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth) memandang bahwa “kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis”; dengan kata lain, “suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia”. Kata kunci teori ini adalah: kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequencies)

Teori Struktural Paradigmatik Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.

Teori Performatik Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.

Kelima macam teori kebenaran yang akan dibahas berikut ini adalah berbagai cara manusia memperoleh kebenaran yang sifatnya relatif atau nisbi. Kebenaran absolut atau kebenaran mutlak berasal dari Tuhan yang disampaikan kepada manusia melalui wahyu. Alam dan kehidupan merupakan sumber kebenaran yang tersirat dari tuhan untuk dipelajari dan diobservasi guna kebaikan umat manusia.

PENDAPAT

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.

Kebenaran agama yang ditangkap dengan seluruh kepribadian, terutama oleh budi nurani merupakan puncak kesadaran manusia. Hal ini bukan saja karena sumber kebnarna itu bersal dari Tuhan Yang Maha Esa supernatural melainkan juga karena yang menerima kebenaran ini adalah satu subyek dengna integritas kepribadian. Nilai kebenaran agama menduduki status tertinggi karena wujud kebenaran ini ditangkap oleh integritas kepribadian. Seluruh tingkat pengalaman, yakni pengalaman ilmiah, dan pengalaman filosofis terhimpun pada puncak kesadaran religius yang dimana di dalam kebenaran ini mengandung tujuan hidup manusia dan sangat berarti untuk dijalankan oleh manusia.

Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar. Misalnya saja diantara pernyataan “anakku mengacak-acak pekerjaanku” dan “anjingku mengacak-acak pekerjaanku” adalah sesuatu yang sulit untuk diputuskan mana yang merupakan kebenaran, jika hanya dipertimbangkan dari teori koherensi saja. Misalnya lagi, seseorang yang berkata, “ Sundel Bolong telah mengacak-acak pekerjaan saya!”, akan dianggap salah oleh saya karena tidak konsisten dengan kepercayaan saya. Sama halnya dalam mengecek apakah setiap pernyataan berhubungan dengan realitasnya, kita juga tidak akan mampu mengecek apakah ada koherensi diantara semua pernyataan yang benar.

Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah. Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar. Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebanaran ini :

Agama sebagai teori kebenaran, Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran. Kebenaran Religius adalah Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

Kata benar digunakan sebagai pernyataan dari sebuah pengakuan terhadap kebenaran (adanya sesuatu). Terlebih dahulu kita perlu menggunakan contoh terhadap ungkapan benar sebagai sebuah pengakuan yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak atau semua orang sepakat dengan realitas-realitas atau kenyataan bahwa ; tahi kucing busuk, di sungai ada batu, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, ayam jago berkokok dan api mengeluarkan panas.

Pengakuan terhadap hal-hal yang seperti itu atau pernyataan untuk hal tersebut adalah benar. Contoh lain adalah jeruk purut rasanya asam. Gula rasanya manis, kedua kenyataan itu diakui dan dinyatakan sebagai benar. Pada tanggal 24 Desember 2004 terjadi gempa dan sunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Yang memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia adalah Ir. Soekarno. Kedua pernyataan tersebut diakui dan dikatakan benar . Karena sungguh ada terjadi dan pernah terjadi sebagai sebuah realitas. Keberadaanya itu tidak dapat dinafikan atu dipungkiri. Realitasnya itu harus diakui, maka untuk pengakuan terhadapnya adalah dengan menggunakan kata benar

Banyak lagi dan tidak terhingga contoh yang bisa dimunculkan, tetapi contoh tersebut sudah memadai. Selajutnya penulis akan mengambil pengertian benar berdasarkan contoh yang telah diungkapkan tadi. Adapun pengertian benar yang dapat diambil adalah, bahwa kata benar sebagai sebuah konsep ditujukan utuk menyatakan ada-nya sesuatu yang tidak dapat dibantah atau dipunkiri ke – ada – nya itu.

Makanya hal-hal yang berkaitan dengan ada-nya sesuatu disebut dengan kebenaran. Kebenaran sebagai hal-hal yang berkaitan dengan apa yang ada, adanya sesuatu diwujudkan atau didukung oleh zat dari yang ada , sifat-sifat dari yang ada dan bentuk atau model dari yang ada. Jadi kebenaran itu adalah adanya sesuatau dengan segala atributnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan apa yang ada adalah apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi serta apa yang ada di antara langit dan bumi. Dengan kata lain apa yang ada sebagai isi alam raya ini dengan segala atributnya. Ada-nya sesuatu itu baik di langit ataupun di bumi dapat berupa benda fisik, berupa proses, kondisi atau situasi. Kontradiksinya adalah bathil artinya ungkapan untuk menyatakan apa yang tidak ada atau ditiadakan. Artinya kita harus menggunakan kata bathil untuk memberikan pernyataan dari sesbuah pengakuan terhadap sesuatu yang memang tidak ada atau ditiadakan. Tetapi kebanyakan kita ungkapan benar sering dikontradiksikan dengan kata salah atau keliru. Dalam hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua.

Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Teori Kebenaran Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan Positivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang kuat dan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran.

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan kenyataan. Maka kebenaran hanya ada di dalam pikiran dan hanya diperoleh dengan akal budi saja.

Jadi, kesimpulan saya, kebenaran sekalipun itu kebenaran objektif tak usah dan harus dipaksakan kepada orang lain, karena masing2 individu mempunyai patokan kebenarannya sendiri, sekalipun itu salah adanya karena mereka hidup bahagia dalam kesalahannya itu. Tidak ada hak kita untuk merenggut kebahagiaan daripadanya.

4. HAKIKAT FILSAFAT

TEORI / KONSEP

Pengertian Filsafat Ilmu

a. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang fil-safat ilmu sebagai berikut. ”That philosophic discipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines.” Filsafat ilmu, merurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsepkonsep, dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.

b. Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.

c. Jujun Suriasumantri (2005 : 33-34) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu sebagai berikut. Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangap manusia ? Kelompok pertanyaan kedua : Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? Dan seterusnya. Dan terakhir, kelompok pertanyaan ketiga : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Dan seterusnya. Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologis. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua merupakan tinjauan ilmu secara epistemologis. Dan pertanyaanpertanyaan kelompok ketiga sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis.

Karakteristik filsafat ilmu

Dari beberapa pendapat di atas dapat diidentifikasi karakteristik
filsafat ilmu sebagai berikut.

1) Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.

2) Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

Objek dan Material filsafat ilmu

Obyek filsafat ilmu dibedakan atas obyek material dan obyek formal. Yang dimaksudkan dengan obyek material filsafat ilmu (dan juga ilmu-ilmu lain) ialah sesuatu atau obyek yang diselidiki, dipelajari, dan diamati. Atau segala sesuatu yang ada, yang meliputi: ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Sedangkan obyek formal filsafat ilmu (dan ilmu-ilmu lain) ialah sudut pandang (angle) dalam penyelidikan atau pengamatan. Atau hakikat dari segala sesuatu yang ada.

Sebuah ilmu dibedakan dari ilmu lain karena obyek formalnya. Dengan perkataan lain, dari sudut obyek material, beberapa ilmu mempunyai kesamaan, tapi berdasarkan obyek formal, ilmu-ilmu itu berbeda. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan berikut ini.

1) Objek material filsafat ilmu adalah ilmu Obyek material Filsafat Ilmu ialah pengetahuan ilmiah (scientc knowledge) atau ilmu. Obyek material filsafat ilmu sama dengan obyek material beberapa ilmu lain seperti sejarah ilmu, psikologi ilmu, atau sosiologi ilmu. Semuanya mempelajari ilmu-ilmu. Misalnya, psikologi ilmu adalah cabang psikologi yang memberikan penjelasan tentang proses-proses psikologis yang menunjang ilmu. Hasil penelitian bidang ini dapat merumuskan pentingnya faktor psikologis pada kreativitas proses penyusunan hipotesis ilmiah. Demikian juga unsur psikologis dalam persepsi, khususnya persepsi pada observasi ilmiah.

2) Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Obyek formal Filsafat Ilmu ialah asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu. Dalam kaitan dengan ini, C.A. van Peursen menyebutkan adanya dua kecenderungan dalam filsafat ilmu, yakni tendensi metafisik dan metodologik. Pada tendensi metafisik, filsafat ilmu misalnya bertanya apakah ruang yang digunakan ilmu ukur itu merupakan suatu yang sungguh-sungguh ada sebagai ruang mutlak atau hanya skematisasi yang dipaksakan pada gejala-gejala oleh pengamatan manusia?

Filsafat ilmu juga mempertanyakan bagaimana peranan hukum sebab-akibat dalam realitas alam. Juga diselidiki misalnya: bagaimana sifat pengetahuan yang mendasari ilmu? Apakah gejala historis dapat ditampilkan dalam suatu ilmu berdasarkan alsan-alasan obyektif? Menyangkut tendensi metodologik, filsafat ilmu memusatkan perhatian pada data relevan dan konstruksi argumentasi sahih. Pertanyaan yang diajukan misalnya: apa itu verifikasi (tasdik) dan falsifikasi? Apa peran sebuah hipotesis? Adakah penalaran induktif dan deduktif ?

PENDAPAT

Apa sebenarnya definisi makna pengertian ‘hakikat’ dan apa sebenarnya konsep ‘ilmu hakikat (??????) baik filsafat sains apalagi agama (Ilahiah) tentu saja semua membicarakannya, apa sebab, sebab semua institusi itu memerlukan instrument - konsep untuk menerangkan sesuatu yang bersifat mendasar dan tetap - tak berubah serta menerangkan hal yang sebenarnya-sesungguhnya,sebagai lawanan dari sesuatu yang bersifat ‘permukaan,berubah ubah-relatif’ serta bukan hal yang sesungguhnya.

Menurut saya makna - pengertian ‘hakiki’ itu sebenarnya berasal dari pemahaman manusia akan adanya ‘hakikat’(hal yang sesungguhnya) dari segala suatu,dimana pengertian ‘hakiki’ itu diparalelkan dengan segala suatu yang bersifat mendasar-sesungguhnya-tetap dan tak berubah,sebagi contoh : ‘kebenaran hakiki’ artinya kebenaran yang bersifat mendasar-tetap-tak berubah sehingga juga diparalelkan dengan ‘kebenaran yang sebenarnya’ sebagai lawanan dari ada banyak nya ‘kebenaran palsu’ (dianggap benar padahal tidak),lawanan dari suatu yang tidak hakiki karena sifatnya yang temporer-berubah ubah dari waktu ke waktu serta berubah oleh berbagai situasi dan keadaan,’kebahagiaan hakiki’ artinya diparalelkan dengan kebahagiaan yang sebenarnya-sejati yang dilawankan dengan ‘kebahagiaan palsu-semu’,demikian pula dengan adanya berbagai bentuk kesejatian lain seperti ‘keindahan sejati’ - ‘cinta sejati’ dsb, adanya istilah ‘sejati’ itu menunjukkan adanya ‘yang tidak sejati-yang bukan sebenarnya, yang bukan sesungguhnya, yang bersifat permukaan, bersifat relatif dan temporer, nah ‘ilmu hakikat’ adalah jalan menuju kearah pemahaman terhadap ‘yang sejati-yang sesungguhnya-yang tetap-yang tak berubah’

Tuhan sebagai landasan dasar-asal muasal dari segala suatu yang ada dan terjadi, sedang dalam dunia filsafat penelusuran masalah ‘hakikat’ selalu berujung pada berbagai pertanyaan yang tidak bisa dijawab sendiri oleh manusia karena tentu saja pada dasarnya manusia tidak tahu hakikat dari segala suatu yang ada dan terjadi karena manusia bukan sang pencipta kehidupan,manusia hanya menangkap apa yang ada dan terjadi tentu saja sebatas yang manusia bisa menangkapnya tetapi manusia tidak tahu hakikatnya atau asal muasal terdalam nya sehingga hanya Tuhan yang bisa memberitahukannya secara langsung melalui pernyataanNya

Kelemahannya tentu terletak pada ketidak mampuan mengungkap rahasia yang abstrak-gaib dibalik yang lahiriah,padahal pengungkapan rahasia ilmu hakikat dalam dunia agama secara prinsipil sebenarnya untuk mengungkap rahasia adanya sesuatu yang bersifat abstrak-gaib-yang tak nampak mata dibalik segala suatu yang bersifat lahiriah-nampak mata,untuk mengungkap rahasia adanya sesuatu yang bersifat personal dari Ilahi dibalik segala suatu yang ada dan terjadi

Dengan kata lain, hakikat berbicara tentang yang gaib dibalik yang lahir atau tafsiran abstrak terhadap segala suatu yang ada dan terjadi khususnya yang tertangkap secara lahiriah oleh pengalaman dunia indera manusia

Filsafat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Sehingga keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan ini sangat diakui keberadaannya. Karena sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah pemikiran yang berdasarkan empiric yang dilakukan oleh para filosof sehingga menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan teori mereka masing-masing dalam kehidupan yang nyata.

Isi filsafat ditentukan oleh abyek apa yang dipikirkan. Obyek yang dipikirkan oleh filosof ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Obyek yang diselidiki oleh filosof ada obyek material, yaitu segala yang ada tadi tentang obyek material ini banyak yang sama dengan obyek materia sains Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.

Belajar filsafat dapat bermanfaat bagi kita sebagai mahasiswa antara lain, dapat mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah, Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta dan merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Serta membahas 3 hal penting yaitu: Tuhan (Teologi), Manusia (Humanologi), Alam (Kosmologi). Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.

Berdasarkan arti secara etimologis sebagaimana dijelaskan di atas kemudian para ahli berusaha merumuskan definisi filsafat. Ada yang menyatakan bahwa filsafat sebagai suatu usaha untuk berpikir secara radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir dengan mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Aktivitas tersebut diharapkan dapat menhghasilkan suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks
Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.

Biasanya, hanya ada sedikit orang yang mengajukan pertanyaan :

  • Adakah alam semesta ini suatu alam semesta dari pikiran atau hanya dari benda mati?
  • Dapatkah ia masih menganut suatu pandangan keagamaan mengenai manusia?
  • Adakah Tuhan itu?
  • Dari apa benda tersebut?
  • Apakah akal kita yang kini terpukau-pukau dan keheranan merupakan salah satu dari benda?
  • Saya hidup. Apa itu hidup?
  • Ada apa sesudah mati?
  • Apa itu benar dan apa itu salah?
  • Apakah pertanyaan ini bisa terjawab?
  • Apa yang mejadi batas sebuah pengetahuan?

Kita lihat bulan yang indah, mentari yang terbenam amat memukau, dan segala keindahan lain. Lalu, apakah tanpa mata keindahan ada? Apakah tanpa organ lain keindahan itu ada? Lalu, apa itu keindahan?

Apa pula pertanyaan itu?

Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang menjijikan, ngeri, mengapa begitu bodoh terlintas di dalam kepala kita. Tetapi, justru itulah masalah-masalah Filsafat. Karena itulah Filsafat ada. Filsafat ada karena manusia bertanya tentang hidup, Filsafat ada karena adanya masalah-masalah tersebut.
 

Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengelimi¬nasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak mung¬kin dapat menggapai kebenaran.

Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan mencari kejelasan itu adalah salah satu sifat dasar filsafat.

5. TEMA POKOK (MC, SIMBOL)

TEORI / KONSEP

Teori Interaksionisme Simbolik
1. Pengertian

a. Pengertian interaksi simbolik secara etimologi
Pengertian interaksi dalam kamus bahasa Indonesia adalah saling mempengaruhi , saling menarik, saling meminta dan memberi. Dalam bahasa inggris disebut interaction yang dalam kamus ilmiah berarti pengaruh timbal balik, saling mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan simbolik dalam kamus bahasa indonesia berarti perlambangan, dan dalam bahasa inggris disebut symbolic yang dalam kamus ilmiah berarti perlambangan, gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau pelambang.

b. Pengertian interaksi dan simbolik secara terminologi
Interaksionisme simbolik adalah salah satu model penelitian budaya yang berusaha mengungkap realitas perilaku manusia. Falsa¬fah dasar interaksionisme simbolik adalah fenomenologi. Interaksionisme simbolik (IS) adalah nama yang diberikan kepada salah satu teori tindakan yang paling terkenal. Melalui interaksionisme simboliklah pernyataan-pernyataan seperti “definisi situasi”, “realitas dimata pemiliknya”, dan “jika orang mendefinisikan situasi itu nyata, maka nyatalah situasi itu dalam konsekuensinya”, menjadi paling relevan. Meski agak berlebihan, nama IS itu jelas menunjukkan jenis-jenis aktifitas manusia yang unsur-unsurnya memandang penting untuk memusatkan perhatian dalam rangka memahami kehidupan sosial.

2. Kontruksi Teori Interaksionisme Simbolis

a. Sifat-sifat
Teori interaksionisme simbolik dikonstruksikan atas sejumlah ide-ide dasar. Ide dasar ini mengacu pada masalah-masalah kelompok manusia atau masyarakat, interaksi sosial, obyek, manusia sebagai pelaku, tindakan manusia dan interkoneksi dari saluran-saluran tindakan. Secara bersama-sama, ide-ide mendasar ini mepresentasikan cara dimana teori interaksonalisme simbolik ini memandang masyarakat mereka memberikan perangkat kerja pada ilmu sekaligus menganalisisnya. Secara singkat kita akan mempelajari kerangka-kerangka itu:

1. Sifat masyarakat

2. Sifat interaksi social

3. Ciri-ciri Obyek

4. Manusia sebagai makhluk bertindak

5. Sifat aksi manusia

6. Pertalian aksi

b. Orientasi Metodologis
Adalah benar bahwa seseorang akan dapat mendekati dunia sosial empiris dan menggali kedalamannya sejauh ia menghendaki. Proses itu membutuhkan riset yang cermat dan jujur, imajinatif dan kreatif, disiplin dan tekun, proses yang nalar dan kelenturan dalam pemikiran. Di samping itu, riset tersebut juga harus secara hati-hati mempertimbangkan penemuan orang lain.

Disini di butuhkan adanya kesediaan terus menerus untuk menguji dan menyusun kembali pandangan-pandangan orang atas bidang keilmuan tertentu. Meski bukan berarti jika tidak mengikutai prosedur yang baku, lantas disebut sebagai penelitian yang lentur. Menurut Blumer teori interaksionisme simbolis telah di dekati dengan dua pendekatan utama, yakni eksplorasi dan inspeksi. Berangkat dari kedua pendekatan di atas, beberapa implikasi metodologis para ahli teori interaksionisme simbolis terhadap kehidupan kelompok dan aksi sosial dapat kita lihat pada empat hal:

1) Individu, baik sendiri-sendiri maupun bersama, siap bertindak berdasarkan obyek-obyek yang ada dalam dunia mereka.

2) Kolektifitas manusia haruslah dalam bentuk sebuah proses dimana mereka membuat tanda-tanda satu sama lain, dan saling mengartikan tanda-tanda tersebut.

3) Tindakan-tindakan sosial secara sendiri-sendiri atau bersama, dibangun melalui sebuah proses dimana para pelaku memperhatikan, mengartikan dan memperhitungkan atau menilai situasi yang menghadang mereka.4) Tindakan-tindakan pertalian komplek yang ada dalam organisasi atau institusi tertentu dimana bagia struktur berada dalam kondisi saling ketergantungan merupakan sesuatu yang terus-menerus bergerak, dan bukanlah masalah yang statis.

c. Interaksionalisme Simbolik: Prinsip-prinsip Dasar
Tidak mudah menggolongkan pemikiran ke dalam teori dalam artian umum karena seperti dikatakan Paul Rock, pemikiran ini “sengaja dibangun secara samar” dan merupakan “resistensi terhadap sistemasisasi”. Ada beberapa perbedaan signifikan dalam interaksionalisme simbolik. Menurut Dauglas Goodman yang mengutip dari beberapa tokoh interaksionalisme simbolik Blumer, Meltzer, Rose, dan Snow telah mencoba menghitung jumlah prinsip dasar teori ini, yang meliputi :

Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpikir.
Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.
Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka yang khusus itu.
Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan khusus dan berinteraksi.

PENDAPAT

Sebuah interaksi sosial yang sering dijumpai dalam masyarakat dapat dilihat dengan menggunakan dua sudut pandang, yaitu fungsionalis dan simbolik. Interaksionisme simbolik sendiri merupakan studi tentang proses orang- orang menafsir dan memaknai obyek- obyek, kejadian, serta situasi yang membentuk kehidupan sosial mereka.

Paradigma humanistik merupakan sudut pandang utama dalam interaksionisme simbolik. Maksudnya ialah cara pandang interaksionisme simbolik akan melihat sebuah fenomena sosial dari sisi individu memaknai fenomena sosial tersebut. Hal ini dilakukan sebab tindakan humanis manusia merupakan bagian mikro dari interaksi sosial yang tidak boleh diabaikan. Esensi dari interaksi simbolik itu sendiri merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menjadi ciri khas manusia dengan simbol yang memiliki makna tertentu. Secara sederhana, interaksionisme simbolik dapat dimaknai sebagai suatu hubungan timbal balik antarpersonal dengan menggunakan simbol- simbol tertentu yang sudah dimafhumi artinya.
Secara mendasar, masyarakat atau kelompok manusia berada dalam tindakan dan harus dilihat dari segi tindakan pula. Prinsip utama dari interaksi simbolik adalah apapun yang berorientasi secara empiris masyarakat, dan darimana pun sumbernya, haruslah mengingat kenyataan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang tengah bersama- sama dalam sebuah aksi sosial.

Posisi teori interaksionisme simbolik adalah bahwa dunia- dunia yang ada untuk manusia dan kelompok mereka merupakan kumpulan dari obyek sebagai hasil dari interaksi simbolis. Obyek adalah sesuatu hal (yang dapat diindikasikan atau ditunjukkan). Obyek yang sama mempunyai arti yang berbeda untuk tiap individu. Dari proses indikasi timbal balik, obyek- obyek umum bermunculan.

Teori interaksionisme simbolis memandang manusia sebagai makhluk sosial dalam pengertian yang mendalam. Maksudnya ialah manusia merupakan makhluk yang ikut serta dalam interaksi sosial dengan dirinya sendiri dengan membuat sejumlah indikasi sendiri, serta memberikan respon pada indikasi. Manusia bukanlah makhluk yang sekedar berinteraksi lalu merespon, tetapi juga makhluk yang melakukan serangkaian aksi yang didasarkan pada perhitungan yang matang.

Manusia individual adalah manusia yang mengartikan dirinya dalam dunia ini agar bertindak. Tindakan atau aksi bagi manusia terdiri atas penghitungan berbagai hal yang ia perhatikan dan kenampakan sejumlah tindakan berdasarkan pada bagaimana ia menginterpretasikannya. Dalam berbagai hal tersebut, seseorang harus masuk ke dalam proses pengenalan dari pelakunya agar mengerti tindakan atau aksinya. Pandangan ini juga berlaku untuk aksi kolektif dimana sejumlah individu ikut diperhitungkan.

Aksi bersama dari situasi baru muncul dalam sebuah masyarakat yang bermasalah. Proses sosial dalam kehidupan kelompok lah yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Aksi bersama mengacu kepada aksi- aksi yang merubah sangat banyak kehidupan kelompok manusia, dan tidak hanya menyajikan pertalian horizontal tetapi juga tali vertikal dengan aksi sebelumnya.

(Lanjutan .... edisi 2)

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong