ARSIP BULANAN : April 2015

etika dan filsafat komunikasi

15 April 2015 11:28:17 Dibaca : 546

Nama : Feggy Purnamadewi Abubakar

Nim : 291414049

Kelas : B – Ilmu Komunikasi

PENGANTAR FILSAFAT

Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal dan integral mengenai hakikat imu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu merupakan penelusuran dalam pengembangan filsafat pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam suatu kesatuan menampakkan diri secara dimensional. Filsafat merupakan kegiatan olah pikir manusia yang terarah pada upaya mencari sebab musabab atas segala sesuatu dan bagaimana upaya manusiaa setelah mengetahui hal tersebut.

Ilmu yang menggambarkan aktifitas masyarakat ilmiah dengan aktifitasnya seperti ekspedisi, penelitian dan sebagainya sebagai aplikasi dalam mencari dan menemukan suatu hasil yang secara pragmatis hendak di capai. Adapun ilmu sebagai produk menunjukkan hasil karya karya ilmiah, teori paradigm sera hasil terapannya berupa teknologi. Oleh karena itu, dalam maklah ini akan kami sejikan bagaimana filsafat, paradigma ilmu pengetahuan dan teori.

Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Inggris philosophy, bahasa Arab falsafah, bahasa Yunani philoshophia(cinta akan kebijaksanaan)

Secara terminology terdapat beberapa pengertian:

Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyataUpaya untuk menentukan batas batas jangkauan pengetahuan, sumbernya, dan hakikat keabsahannya

Menurut beberapa tokoh :

Menurut Poerdjawaratnya filsafat merupakan pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang secara dalam-dalamnya dari segala sesuatu berdasarkan pemikiran belaka.Menurut Hasbullah Bakry filsafat merupakan pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana manusia setelah mengetahui pengetahuan itu.

Dapat disimpulkan pengertian filsafat adalah pengetahuan yang berusaha untuk mengetahui hakikat segala sesuatu yang berkenaan dengan tuhan, manusia dan alam semesta dan bagaimana upaya yang dilakukan setelah mendapatkan pengetahuan tersebut.

Filsafat dan ilmu pengetahuan pada awalnya merupakan satu kesatuan. Pembatasan ilmu pengetahuan dilakukan berdasarkan sistem filsafat yang dianutnya. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman terutama sejak zaman renaissance, abad XV, filsafat berkembang sangat pesat. Perkembangan filsafat membuat ilmu pengetahuan juga berkembang pesat dan tumbuh cabang-cabang di dalamnya. Masing-masing cabang memisahkan diri dari batas filsafatnya dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Metodologi menjadi mata pelajaran yang sangat dipentingkan Tetapi seiring dengan itu timbul kecenderungan adanya isolasi, dan bukan lagi diferensiasi di antara cabang-cabang ilmu.

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan juga menimbulkan kekaburan mengenai batas-batas antara cabang ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Interdependensi dan interrelasi ilmu semakin dirasakan. Dari situ dibutuhkan suatu ”overview” untuk meletakkan jaringan interaksi untuk saling menyapa menuju hakikat ilmu yang integral dan integratif. Kehadiran etika dan moral juga semakin dirasakan. Immanuel Kant (1724-1804) menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Semenjak itu refleksi filsafat mengenai pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Dari situ, lahir di abad 18 cabang filsafat yang disebut Filsafat pengetahuan. Logika, filsafat bahasa, matematika, dan metodologi merupakan komponen-komponen utama pendukungnya. Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber dan sarana serta tata cara untuk menggunakan sarana itu guna mencapai pengetahuan ilmiah. Diselidiki pula arti evidensi, syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang disebut kebenaran ilmiah, serta batas-batas validitasnya. Dari sini lahir filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu menempatkan ilmu (pengetahuan) sebagai obyek sasarannya

Definisi

Berbeda dengan pertanyaan dalam bidang keilmuan pada umumnya, pertanyaan filsafati senantiasa menimbulkan berbagai pendapat Ketika orang bertanya apa yang disebut ilmu-ilmu kealaman, jawaban berbagai ensiklopedi, kamus dan buku lainnya umumnya sependapat bahwa ilmu kealaman adalah gugusan pengetahuan sistematis yang menelaah alam maupun gejala-gejala alamiah. Demikian juga dengan ilmu social. Pengertian para ahli dari berbagai bidang ilmu didalamnya seperti ilmu politik, ilmu ekonomi, antropologi, ataupun sosiologi, umumnya sepaham. Mereka menyatakan bahwa ilmu-ilmu social adalah kelompok ilmu yang mempelajari secara teratur segenap perilaku, kegiatan, peristiwa atau hubungan manusia dalam hidup bersama. Perbedaan biasanya hanya terjadi pada istilah yang dipakai, seperti perilaku manusia, aktivitas social, peristiwa kemasyarakatan, atau hubungan sosial manusiawi. Berbagai pengertian itu biasanya mengandung pengertian yang sama dan dapat dicakup dalam suatu istilah yang lebih umum. Jawaban yang sependapat demikian tidak terjadi pada filsafat. Pertanyaan apakah filsafat menimbulkan berbagai jawaban. Diantara jawaban itu sering bertentangan satu sama lain. Seorang filsuf yang berpangkal pada pandangan dunia akan menyatakan bahwa filsafat adalah suatu pemikiran rasional tentang pandangan dunia dalam kehidupan manusia. Ahli filsafat yang menitikberatkan segi bahasa dalam filsafat akan menegaskan bahwa filsafat adalah analisis kebahasaan untuk mencapai kejelasan makna dari kata dan konsep. Filsuf yang lain akan menjawab secara berbeda lagi. Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Filsafat Ilmu, The Liang Gie memberikan daftar panjang definisi filsafat ilmu yang diberikan oleh berbagai filsuf. dari berbagai definisi tersebut, pada akhirnya filsafat ilmu, seperti dikatakan Prof. B.S. Gower, DR. R.F. Hendry dan Ms. S. Gibb, hanyalah sebuah penelitian mengenai ilmu sebagai sebuah fenomena filosofis. Di dalamnya dipikirkan pertanyaan-pertanyaan semacam: metode-metode apakah yang bisa dipakai untuk membenarkan kesimpulan-kesimpulan ilmiah, apa yang membuat suatu penelitian bersifat ilmiah, apa itu teori-teori ilmiah, informasi-informasi apakah yang diberikan oleh teori-teori itu; informasi yang tidak akan tersedia bila tidak ada teori-teori tersebut. Selain itu filsafat ilmu juga bergumul dengan beberapa konsep yang umumnya memainkan peran yang amat penting di dalam ilmu, seperti apa itu ruang, apa itu waktu, apa itu sebab.

Ruang Lingkup dan Kedudukan

Filsafat ilmu sampai tahun sembilan puluhan telah berkembang begitu pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang sangat luas dan mendalam. Begitu luasnya bidang cakupan filsafat ilmu ditambah lagi definisinya yang bermacam-ragam telah membuat pemahaman orang menjadi sangat beragam pula. The Liang Gie memberikan daftar yang cukup panjang mengenai berbagai pandangan ini dalam bukunya.

Dari beraneka ragam pandangan tersebut, pandangan John Loose tampaknya bisa diterima sebagai mewakili seluruh keanekaragaman tersebut. Menurutnya, berbagai pandangan tentang filsafat ilmu itu pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam empat kelompok besar. Keempatnya adalah sebagai berikut.

Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia yang sesuai atau berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan praanggapan dan kecenderungan para ilmuwan (misalnya, praanggapan bahwa alam semesta mempunyai keteraturan).Filsafat ilmu sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep dan teori dari ilmu.Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai sasarannya. Di sini, menurut Loose, pengetahuan manusia terbagi dalam tiga tingkatan yang berbeda. Tingkat pertama adalah Tingkat O. Ini adalah pengetahuan tentang fakta-fakta. Tingkat selanjutnya adalah Tingkat 1. Di sini fakta-fakta yang ditemukan dalam Tingkat O dijelaskan dan yang menjelaskannya adalah Ilmu. Tingkat terakhir adalah Tingkat 2. Di sini cara Ilmu menjelaskan fakta-fakta itu dianalisis. Di tingkat inilah filsafat ilmu beroperasi.

Problem-problem Dalam Filsafat Ilmu

Isu apakah yang sebenarnya dipersoalkan dalam filsafat ilmu? Para filsuf lagi-lagi punya pandangan yang beraneka ragam. Dan sekali lagi, The Liang Gie merupakan acuan yang bagus untuk melihat konfigurasi pandangan yang beraneka ragam tersebut. Dalam tulisan ini dirujuk pula David Pepineau, menyederhanakan berbagai isu tersebut dalam dua kelompok besar, yakni problem epistemologi ilmu dan problem metafisika ilmu.

FILSAFAT DAN ILMU KOMUNIKASI

Filsafat Ilmu Komunikasi diartikan sebagai “kegiatan berpikir dan mengkaji secara lebih mendalam, cermat, dan kritis terhadap proses komunikasi yang meliputi ontologinya, epistemologinya maupun aksiologinya dan mencoba memperoleh jawaban yang tepat dengan terus menanyakan jawaban-jawaban untuk memecahkan masalah-masalah dalam proses komunikasi tersebut.” (Kriyantono 2012: 47). Dalam hal ini, filsafat komunikasi berarti menggali secara mendalam baik segala hal maupun fenomena komunikasi itu sendiri. Hal ini dapat bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru atau bahkan memperbarui dan menyempurnakan teori yang sudah ada. Kegiatan berfilsafat ini berdasarkan keingintahuan dan keragu-raguan manusia akan segala sesuatu yang berada di sekitarnya secara khusus fenomena komunikasi yang didalamnya meneliti hasil hubungan dan interaksi antarmanusia yang mana interaksi tersebut merupakan objek material ilmu komunikasi. Sedangkan objek formal dalam “ilmu komunikasi adalah segala produksi, proses, dan pengaruh dari sistem tanda dalam kehidupan manusia.” (Kriyantono 2012: 48).

Filsafat ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi komunikasi. Secara ontologi, komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang faktor manusia yang mulai diperhitungkan. Komunikasi yang awalnya hanya dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai macam bentuk komunikasi yang diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.

Dalam aspek epistemologi, ilmu komunikasi dikaji lebih mendalam. Para ilmuwan menanyakan bagaimana proses membangun pengetahuan atau teori-teori. Hal tersebut diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana ilmu komunikasi itu sendiri. Sedangkan dalam aspek aksiologi, ilmu komunikasi dipandang dari sisi nilai kajian dan etika tentang apa dan bagaimana pengaruh ilmu tersebut dalam masyarakat yang tujuannya bisa sebagai kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment. (Kriyantono, 2012: 70) .

Adapun objek kajian ilmu komunikasi terbagi menjadi tiga materi komunikasi, yaitu, komunikasi massa, Public Relations, dan komunikasi Bisnis. Dalam hal ini akan dibahas lebih lanjut mengenai analisis materi komunikasi Public Relations.

International Public Relations Association (IPRA) menyatakan bahwa,

PR merupakan fungsi manajemen khusus yang membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling pengertian, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dan masyarakatnya, yang melibatkan manajemen problem, membantu manajemen untuk selalu mendapat informasi dan merespon pendapat umum, mendefinisi dan menekankan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi kecenderungan, dan menggunakan riset serta komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya. (Rumanti, 2005: 10)

Dari definisi tersebut dapat saya simpulkan bahwa public relations adalah fungsi managemen yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik secara teratur antara lembaga atau organisasi dengan publiknya, baik internal maupun eksternal. PR muncul sebagai gabungan dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti ilmu politik, ekonomi, sejarah, sosiologi, komunikasi dan lain-lain sebagai hasil perkembangan masyarakat global dan modern yang menyadari akan berkomunikasi dan bagaimana berelasi antara satu orang dengan yang lainnya dalam lingkungan organisasi. Kemajuan teknologi yang begitu pesat juga mendorong perkembangan kemajuan public relations dalam teori dan praktiknya. Manusia semakin menyadari bagaimana pentingnya relasi organisasi dengan masyarakat sebagai alat untuk merealisasikan sasaran yang ingin dicapai sesuai tujuan yang telah ditentukan

Dasar-dasar Filsafat

Filsafat adalah memikirkan sesuatu yang belum kita alami/ ketahui. Tugas dari ahli filsafat adalah untuk mengatasi spesialisasi dan memformulasikan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Memikirkan filsafat mempunyai ciri khas yaitu menimbulkan gejolak.

Filsafat berasal dari bahasa yunani filosofi yang terdiri dari philo (suka/cinta) dan sophia (kebijaksanaan) yang artinya orang yang arif/ cinta akan kebijaksanaan.

Filsafat adalah sekumpulan sikap & kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (menerima hidup apa adanya)

Filsafat adalah suatu proses kritis/ pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi (kritis akan sikap-sikap yang dianutnya). Evaluasi kritik sering berbeda :

Karena mereka melihat benda dari segi yang berbedaKerena mereka ini hidup dalam dunia yang berubahKarena mereka mengani bidang pengalaman kemanusiaan dimana bukti-bukti tidak cukup sempurna artinya hasil penelitian belum bisa menjawab sesuatu yang terjadi.

Filsafat adalah suatu usaha untuk mendapatkan gambaran kesempurnaan, filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains & pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam.

Filsafat adalah sebagai analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata & konsep. Jadi dalam hal ini filsafat sebagai satu bidang khusus yang mengacu kepada sains & membantu menjelaskan bahasa & bukannya suatu bidang yang luas yang memikirkan segala pengalaman dari kehidupan (memaknai berdasarkan apa yang kita temui pada subyek).

Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia & dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat. Filsafat mendorong penelitiannya sampai kepada soal-soal yang paling mendalam dari eksistensi manusia. Soal-soal pokok yang dipertayakan mislanya : ”Apakah kehidupan itu dan mengapa aku berada di sini? M engapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini? Apakah alam bersahabat atau bermusuhan? Apakah yang terjadi itu terjadi secara kebetulan atau karena mekanisme atau karena ada rencana atau ada maksud atau pikiran dari dalam benak? Apakah kehidupan itu dikontrol seluruhnya atau sebgaian? Mengapa menusia berjuang dan berusaha untuk mendapatkan hak, keadilan, perbaikan dikemudian hari? apakah arti konsep hak dan kewajiban dan apakah ciri-ciri masyarakat yang baik ?”.

Karakteristik Berpikir

1. Sifat menyeluruh

Sifat ini membuat seseorang merasa tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya, ingin tahu kaitan ilmu dengan moral, kaitan ilmu dengan agama, ingin yakin apakah ilmu itu akan membawa kebahagiaan kepada dirinya.

2. Sifat mendasar

Sifat ini membuat seseorang berpikir bahwa dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Dia akan bertanya, mengapa ilmu itu sebut benar? Apa kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah lingkaran dan pertanyaan itu melingkar. Dan menyusur sebuah lingkaran, kita harus memulai dari satu titik, yang awal dan pun sekaligus akhir.

3.Sifat spekulatif

Dalam sifat berpikir ini, yang penting adalah bahwa dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita harus bisa membedakan spekulasi mana yang bisa diandalkan dan mana yang tidak. Dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuannya atau absurd? Adakah hukum yang mengatur alam dan segenap sarwa kehidupan?

Metode dasar dalam penelitian filsafat adalah dialektika. Dialektika adalah perkembangan pikiran dengan jalan mempertemukan ide-ide, berpikir dialektik berati berusaha untuk mengembangkan suatu cara, argumentasi dimana implikasi bermacam-macam posisi diketahui dan diharapkan satu dengan yang lainnya.

Cabang-cabang Tradisional Filsafat

Logika. Adalah pengkajian yang sistematis tentang peraturan-peraturan untuk menggunakan sebab secara benar. Peraturan-peraturan itu membedakan argumen yang lain dari argumen yang tidak baik.Metafisika. Membicarakan watak-watak sesungguhnya dari benda-benda/ realitas yang berada dibelakang pengalaman yang langsung.Epistemologi, pada umumnya adalah cabang filsafat yang mempelajari sumber-sumber, watak & kebenaran suatu pengetahuan.Etika. Membicarakan soal-soal mobilitas, dalam etika terdapat tiga lapangan yang luas yaitu etika deskriptif, normatif & metafisika.

Faedah

Untuk menjajaki kemungkinan adanya pemecahan-pemecahan terhadap problema-problema filsafat. Jika pemecahan itu sudah diidentifikasikan & diselidiki maka akan menjadi mudah untuk mendapatkan pemecahan persoalan untuk diteruskan mempertimbangkan jawaban-jawaban tersebut.Filsafat adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang menjadi dasar perbuatan kita. Ide-ide filsafat membentuk pengalaman-pengalaman kita pada waktu sekarang.Filsafat berkemampuan untuk memperluas bidang-bidang kesadaran kita agar kita dapat menjadi hidup, lebih dapat membedakan, lebih kritis & lebih pandai.

Aristoteles

Lahir di Stageira Yunani Utara tahun 384 SM. Aristoteles yang dianggap sebagai orang yang menyusun filsafat secara sistematis. Menurutnya filsafat dikelompokkan ke dalam 8 bagian :

1. Logika

5. Metafisika

2. Filsafat alam

6. Etika

3. Psikologi

7. Politik & Ekonomi

4. Biologi

8. Retorika

Pendapatnya yang terkenal dari Aristoteles, berkaitan dengan Teori Tentang Gerak dan penyebab terjadinya sesuatu. Menurut Aristoteles, gerak berlangsung antara dua hal yang berlawanan antara panas dan dingin. Ada sesuatu yang dulunya dingin kemudian menjadi panas. Ada tiga faktor dalam setiap perubahan :

Keadaan / ciri yang terdahulu yang dinginKeadaan/ ciri yang baru yang panasAdanya suatu sub stratum/ alas yang tetap yaitu air

Analisis tertutup gerak ini ada aktis dan potensi. Gerak menurut Aristoteles adalah peralihan dari potensi ke aktis, sesuatu yang potensial menjadi aktual. Dalam pandangannya tentang penyebab tiap-tiap kejadian, baik kejadian alam maupun kejadian yang disebabkan manusia, Aristoteles menyebutnya ada 4 penyebab :

Penyebab efesien. Yaitu sumber kejadian/ faktor yang menjalankan kejadian.Penyebab final. Yaitu tujuan yang menjadi arah seluruh kejadianPenyebab materi. Yaitu bahan dimana benda dibuat.Penyebab formal. Yaitu bentuk yang menyusun bahan.

Mazhab Filsafat

Mazhab adalah haluan/ aliran. Ada juga yang mengaitkan golongan pemikir yang sepaham dalam teori, ajaran, aliran tertentu dibidang ilmu, cabang kesenian, dsb, dan berusaha untuk memajukan hal itu. Mazhab-mazhab yang muncul dalam filsafat setelah abad pertengahan :

1. Rasionalisme

Mulai muncul pada abad 17. rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat mencukupi dan dapat dipercaya adalah rasio/ akal. Pengalaman hanya dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal dan sesungguhnya akal tidak memerlukan pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode adalah metode deduktif, yaitu suatu penawaran yang mengambil kesimpulan dari sutu kebenaran yang bersifat umum untuk ditetapkan kepada hal-hal yang khusus. Tokoh rasionalisme yang terkenal Rene Decartes (1596-1650). Pernyataannya yang terkenal ”Cogito ero sum!” Yang artinya aku berpikr maka aku ada.

2. Empirisme

Muncul pada abad 17 dan merupakan kebalikan dari rasionalisme, berpendapat bahwa empiri/ pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Metode yang digunakan adalah metode induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum.
Orang yang pertama mengikuti mazhab ini adalah Thomas Hobbes (1588-1679). Menurut Thomas Hobbes filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum. Sebab filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang efek-efek/ akibat-akibat/ penampakan-penampakan seperti yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebab atau akalnya. Sasaran filsafat adalah fakta-fakta yang diamati dengan maksud untuk mencari sebab-sebabnya, sedangkan alat yang dipakai adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dalam kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta tersebut.

Sementara itu John Locke (1632-1704) mencoba menuliskan tradisi empiris untuk menjelaskan persoalan-persoalan tentang pengenalan/ pengetahuan. Menurutnya pengetahuan didapatkan dari pengalaman dan akal adalah pasif pada saat pengetahuan didapatkan. Rasio manusia mula-mula harus dianggap sebagai kertas putih yang kosong baru terisi melalui pengalaman. Ada dua pengalaman, yaitu pengalaman lahiriah dan batiniah. Kedua macam pengalaman ini saling berhubungan. Pengalaman lahiriah menghasilkan gejala-gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengalaman batiniah. Dengan demikian, mengenal adalah identik dengan mengenal secara sadar.

3. Idealisme

Kata idealisme digunakan secara filosofis digunakan oleh Leibniz pada awal abad 18. idealisme berpendapat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/ psikis dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada. Ia berusaha menjembatani pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Leibniz mendasarkan filsafatnya berdasarkan atas substansi, yaitu sesuatu tampaknya sesuatu yang lain tidak akan ada. Menurutnya, ada banyak sekali substansi, begitu banyaknya sehingga tidak terhitung jumlahnya. Tiap substansi disebut monade yang bersifat tunggal dan tidak dapat dibagi-bagi. Monade tidak dapat dihasilkan secara alamiah dan tidak dapat ditafsirkan, adanya semata-mata karena penciptaan dan berlangsung selama Tuhan menghendakinya.

4. Positivisme

Berkembang pada abad 19, positivisme berpendirian bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah ditetapkan, yang faktual, yang positif sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Pengetahuan tidak boleh melewati fakta-fakta, dengan demikian ilmu pengetahuan empiris dijadikan contoh dalam bidang pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan empirisme, yaitu positivisme hanya membatasi pada pengalaman obyektif yang tampak, tetapi empirisme menerima pengalaman-pengalaman batiniah/ pengalaman-pengalaman subyektif.

Tokoh yang terkenal dalam positivisme adalah August Comte. Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia, baik manusia sebagai pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga zaman :

1. Zaman teologis

Pada zaman ini manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa Adikodrati yang mengatur fungsi-fungsi dan gerak-gerak tersebut.

2. Zaman metafisik

Kuasa-kuasa Adikodrati diganti dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang abstrak.

3. Zaman positif

Pada zaman ini manusia tidak mencari penyebab-penyebab yang terdapat dibelakang fakta-fakta. Dengan menggunakan rasionya manusia berusaha menetapkan relasi-relasi persamaan/ urutan yang terdapat antara fakta-fakta. Pada zaman ini mulai dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.

Pragmatis. Muncul pada abad 19 dan dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1939-1914). Pragmatisme berpendapat bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kriteria pragmatis juga digunakan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dari perspektif waktu.

Fenomonolgi. Dicetuskan oleh Edmund Husserl seorang ahli filasafat dari Jerman pada abad ke-20. Berpendapat bahwa para ahli filasafat harus berusaha menjelaskan dan menganalisa fenomena yang terjadi, disamping mengatur serta mempertimbangkannya apakah fenomena itu obyektif atau subyektif. Teori ini menekankan pada observasi yang sangat teliti dan interpretasi dari persepsi yang nyata terhadap suatu hal. Pertama, kita harus mengikuti fenomena itu secara sadar, melakukan pengamatan berdasarkan persepsi kita dengan sangat hati-hati dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kedua, kita harus merefleksikannya ke dalam observasi dan mengartikannya tanpa berprasangka sebelumnya.

Eksistensi. Muncul pada abad ke-20 dicetuskan oleh Simone de Beauvoir (1908-1986) dan Jean-Paul Sartre, (1905-1980). Berpendapat bahwa adalah merupakan kekejaman untuk meletakkan hakikat manusia yang bersifat khas dan individual dibawah tirani pengetahuan yang bersifat umum. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dalam kehidupan ini.

Komunikasi

Komunikasi dapat disebut sebagai ilmu karena telah memenuhi syarat berikut :

Mempunyai obyek tertentu

Ilmu merupakan suatu bentuk pengetahuan yang mempelajari suatu obyek. Obyek dalam ilmu harus dibedakan antara obyek material, yaitu apa yang dipandang dan obyek formal, yaitu sudut pandang dalam arti dari sudut mana obyek itu dipandang. Dan obyek formal adalah hal yang menentukan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya. Dua ilmu atau lebih dapat sama obyek materialnya, tetapi ilmu tersebut berbeda satu sama lain berkat obyek formalnya.

Obyek formal ilmu komunikasi adalah perilaku manusia, termasuk di dalamnya perilaku individu, kelompok dan masyarakat. Obyek formalnya situasi yang mengarah pada perubahan sosial, termasuk perubahan perilaku, perasaan, sikap dan perilaku individu, kelompok, masyarakat, dsb.

1. Bersifat sistematis

Sistematis berati menurut suatu sistem tertentu. Sistem diartikan sebagai kumpulan hal-hal yang disatukan ke dalam suatu keseluruhan yang konsisten karena saling terkait. Dalam bentuknya yang formal, ilmu pengetahuan dinyatakan dalam suatu definisi.

2. Berlaku umum

Komunikasi diberbagai negara, termasuk di Indonesia sudah dipelajari, diteliti, dipraktekkan dan dikembangkan, karena pada dasarnya komunikasi memang sangat diperlukan bagi kepentingan manusia dan masyarakat

3. Mempunyai metode tertentu

Sebagaimana ilmu sosial lainnya, kosmi menggunakan metode penelitian untuk mengembangkan ilmunya, dan ada yang spesifik untuk mengembangkan ilmu komunikasi.

Ilmu komunikasi dalam kelompok ilmu termasuk ilmu sosial seperti ekonomi, psikologi dengan kategori ilmu terapan. Lingkungan komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi mencakup segala aspek kehidupan manusia dengan segala kompleksitasnya, maka bahasan komunikasi semakin luas dan semakin banyak dimensinya. Untuk itu kalau kita lihat komunikasi berdasarkan konteksnya, komunikasi terdiri dari :

1. Bidang komunikasi

Bidang yang dimaksud adalah bidang kehidupan manusia antara bidang kehidupan satu dengan lainnya terdapat perbedaan yang khas. Kekhasan inilah yang membedakan dalam proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi dibagi :

Komunikasi sosialKomunikasi organisasi sosialKomunikasi bisnisKomunikasi politilKomunikasi internasionalKomunikasi antar budayaKomunikasi pembangunanKomunikasi tradisional

2. Sifat komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklarifikasikan sebagai berikut :

a. Komunikasi verbal (lisan dan tulisan)

b. Komunikasi nirvebal (komunikasi kiyal/ gestural, gambar, isyarat)

c. Komunikasi tatap muka

d. Komunikasi bermedia

3. Tatanan komunikasi

Tatanan komunikasi dimaksudkan adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu maka komunikasi diklarifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut :

a. Komunikasi pribadi (intrapribadi dan antarpribadi)

b. Komunikasi kelompok (Komunikasi kelompok kecil, seperti : ceramah, simposium, diskusi panel, seminar, dsb; Komunikasi kelompok besar).

c. Komunikasi massa (Komunikasi massa cetak, seperti :surat kabar, buku, majalah,dll; Komunikasi media massa elektronik)

d. Komunikasi medio (surat, telepon, pamflet, dsb)

4. Tujuan komunikasi

a. Merubah sikap

b. Mengubah opini

c. Mengubah perilaku

d. Mengubah masyarakat

5. Fungsi komunikasi

a. Menginformasikan

b. Mendidik

c. Menghibur

d. Mempengaruhi

6. Teknik komunikasi

Yang dimaksud teknih adalah keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik ini diklarifikasikan menjadi :

a. Komunikasi informatif

b. Komunikasi persuasif

c. Komunikasi koersif

d. Komunikasi instruktif

e. Hubungan manusiawi

7. Metode komunikasi

Diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang terorganisasi, antara lain :

a. Jurnalistik (Cetak, TV, Radio)

b. Humas

c. Periklanan

d. Propaganda

e. Perang urat syaraf

f. Perpustakaan, dsb.

Pengertian Filsafat Komunikasi

Didefinisikan sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (persthahen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kristis dan holistis. Teori dan proses komunikasi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, fungsinya, tehniknya dan metodenya.

Kajian Ontologis, Epistemologis Dan Aksiologi Komunikasi

1. Kajian Ontologis

Adalah pengkajian ilmu mengenai hakikat realitas dari obyek yang ditelaah dalam membuahkan ilmu pengetahuan (apa).

2. Kajian Epistemologis

Adalah membahas cara untuk mendapatkan pengetahuan yang dalam kegiatan keilmuan disebut juga metode ilmiah (bagaimana).

3. Kajian Aksiologi

Adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan yang diperoleh (untuk apa).

HAKIKAT FILSAFAT

Hatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu ( Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, 1:3 ). Langeveld juga berpendapat seperti itu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, maka dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu ( Langeveld, Menudju ke Pemikiran Filsafat, 1961:9 ).

Poedjawijatna ( Pembimbing ke Alam Filsafat, 1974: 11) mendefinisikan filsafta sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. Hasbullah Bkry ( Sistematik Filsafat, 1971:11) mengatakan bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu.

Apa yang diingatkan oleh Hatta dan Langeveld memang ada benarnya. Kita sebenarnya tidak cukup hanya dengan mengatakan filsafat ialah hasil pemikiran yang tidak empiris, karena pernyataan itu memang belum lengkap. Bertnard Russel menyatakan bahwa filsafat adalah the attempt to answer ultimate question critically ( Joe Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, 1960:3 ). D.C. Mulder ( Pembimbing ke Dalam Ilmu Filsafat, 1966: 10 ) mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teorirtis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan. [1]

Sedangkan filsafat menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kenenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat adalah ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini, jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya. Sementara itu pengertian khusus filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks sehingga menimbulkan berbagai pendapat tentang arti filsafat dengan kekhususan masing-masing. Berbagai pendapat khusus tentang filsafat anatara lain:

Rasionalisme yang mengagungkan akalMaterialisme yang mengagungkan materiIdealisme yang mengagungkan ideaHedolisme yang mengagungkan kesenanganStoikisme yang mengagungkan tabiat saleh

Aliran-aliran tersebut mempunyai kekhususan masing-masing, menekankan kepada sesuatu yang dianggap merupakan inti dan harus di beri tempat yang tinggi misalnya ketenangan, kesalehan, kebendaan, akal dan idea.

Dari beberapa pendapat tersebut, pengertian filsafat dapat dirangkum menjadi seperti berikut:

Filsafat adalah hasil yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis

Filsafat adalah hasil fikiran manusia yang paling dalam

Filsafat adalah refleksi lebih lanjut dari pada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan

Filsafat adalah hasil analisia dan abstraksiFilsafat adalah pandangan hidupFilsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar, dan memyeluruh.

Struktur Filsafa

Hasil berfikir tentang yang ada dan mungkin ada itu tadi telah berkumpul banyak sekali, dalam buku tepal maupun tipis. Setelah disusun secara sistematis, itulah yang disebut sistematika filsafat. Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu: ontoligi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan:

Ontologi, membicarakan hakikat ( segala sesuatu ) ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatuEpistemologi cara memperoleh pengetahuan ituAksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.

Antologi mencakupi banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini, misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja yang disebut Epistemologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi setiap cabang filsafat yaitu Aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini pun berlaku bagi semua cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat.[3]

Karakteristik Berfikir Filsafati: Sifat Menyeluruh, Sifat Mendasar Dan Sifat Spekulatif

Sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Plato mengatakan:’maka kita memberi pengamatanm bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat’.

Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau kesangsian. Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidak ditipu oleh panca indranya yang sedang heran? Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang kemudian disebut berfilsafat.

Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseoarang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadran akan keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.

Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu. Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah dijangkau.

Sifat Menyeluruh Berfikir Filsafati

Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak dibumi sedang tengadah kebintang-bintang, atau seseorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah dibawahnya, masing-masing ingin mengetahui hakikat dirinya atau menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam yang ditatapnya.

Seorang ilmuan tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan ilmu dengan moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa kwbahagiaan pada dirinya.

Sifat Mendasar Berfikir Filsafati

Selain tengadah kebintang, orang yang berfilir filsafati juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disrbut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran, yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang benar?

Sikap Spekulatif Berfikir Filsafati

Tidakkah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusia pun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik, bagaimana pun spekulasinya. Yang penting, dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuan?

Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek, tidak mungkin berbicara tentang kesenian.[4]

Epistemologi Filsafat

Epistemologi membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat ( yaitu yang difikirkan ), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran ( pengetahuan ) filsafat.

Objek Filsafat

Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Jika hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah yang kita sebut sistematika filsafat. Sistematika atau struktur filsafat dalam garis besar terdiri atas ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti ( dipikirkan)-nya. Jika ia memikirkan pendidikan maka jadilah Filsafat Pendidikan. Jiak yang difikirkannya hukum maka hasilnya tentulah Filsafat Hukum, dan seterusnya. Seberapa luas yang mungkin dapat dif\ikirkan? Luas sekali. Yaitu semua yang ada dan mungkin ada. Inilah objek filsafat. Jika ia memikirkan pengetahuan jadilah ia Flisafat Ilmu, jika memikirkan etika jadilah Filsafat Etika, dan seterusnya.

Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Sebenarnya masih ada objek lain yang disebut objek formal yang menjelaskan sifat kemendalaman penelitian filsafat. Ini dibicarakan pada epistemologi filsafat.

Perlu juga ditegaskan bahwa sain meneliti objek-objek yang ada dan empiris, yang ada tetapi abstrak ( tidak empiris ) tidak dapat diteliti oleh sain. Sedangkan filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah jelas abstrak, itu pun jika ada.

Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat

Pertama-tama filosof harus membicarakan ( mempertanggung jawabkan ) cara mereka memperoleh pengetahuan filsafat. Yang menyebabkan kita hormat kepada para filosof antara lain ialah karena ketelitian mereka, sebelum mencari pengetahuan mereka membicarakan lebih dahulu ( dan mempertanggung jawabkan cara memperoleh pengetahuan tersebut.

Berfislafat ialah berfikir. Berfikir itu tentu menggunakan akal. Menjadi persoalan, apa sebenarnya akal itu. John Locke ( Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, 11, 1973:111) mempersoalkan hal ini. Ia melihat, pada zamannya akal telah digunakan secara terlalu bebas, telah digunakan sampai diluar batas kemampuan akal. Hasilnya adalah kekacauan pikiran pada masa itu. Bagaimana manusia memperoleh pengetahuan filsafat? Dengan berfikir secara mendalam, tentang sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikirannya sesuatu yang konkret, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian “dibelakang” objek konkret itu.

Secara mendalam artinya ia hendak mengetahui bagian yang abstrak sesuatu itu, ia mengetahui sedalam-dalamnya. Kapan pengetahuannya itu dikatakan mendalam? Dikatakan mendalam tatkala ia sudah berhenti sampai tanda tanya. Dia tidak dapat maju lagi, disitulah orang berhenti, dan ia telah mengetahui sesuatu itu secara mendalam. Jadi jelas, mendalam bagi seseorang belum tentu mendalam bagi orang lain.

Seperti telah disebut dimuka, sain mengetahui sebatas fakta empiris. Ini tidak mendalam. Filsafat ingin mengetahui dibelakang sesuatu yang empiris itu. Ini lah yang disebut mendalam. Tetapi itu pun mempunyai rentangan. Sejauh mana hal abstrak dibelakang fakta empiris itu dapat diketahui oleh seseorang, akan banyak tergantung pada kemampuan berfikir seseorang. Saya misalnya mengetahui bahwa gula rasanya manis ( ini pengetahuan empirik ) dibelakangnya saya mengetahui bahwa itu disebabkan oleh adanya hukum yang mengatur demikian. Ini pengetahuan filsafat, abstrak, tetapi baru satu langkahorang lain dapat mengetahui bahwa hukum itu dibuat yang maha pintar. Ini sudah langkah kedua, lebih mendalam dari pada sekedar mengetahui adanya hukum. Orang lain masih dapat melangkah kelangkah ketiga, misalnya ia mengetahui sebagian hakikat tuhan. Demikianlah pengetahuan dibelakang fakta empiris itu dapat bertingkat-tingkat, dan itu menjelaskan kemendalaman pengetahuan filsafat seseorang. Untuk mudahnya mungkin dapat dikatakan begini: berfikir mendalam ialah berfikir tanpa bukti empirik.

Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat

Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahan itu. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis atau tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan teori itu. Fungsi argumen dalam filsafat sangatlah penting, sama dengan fungsi data pada pengetahaun sain. Aegumen itu menjadi satu kesatuan dengan konklusi, konklusi itulah yang disebut teori filsafat. Bobot teori filsafat justru terletak pada kekuatan argumen, bukan pada kehebatan konklusi. Karena argumenitu menjadi kesatuan dengan konklusi, maka boleh juga diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran konklusi ditentukan 100% oleh argumennya.

Persoalan Filsafat

Ada enam persoalan yang selalu menjadi perhatian para filsuf, yaitu ‘ada’, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Keenam persoalan tersebut memerlukan jawaban secara radikal dan tiap-tiap persoalan menjadi salah satu cabang filsafat.

Persoalan ‘Ada’

Persoalan tentang ‘ada’ (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti dibalik dan physika berarti benda-benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat paling dalam dalam dan radiakal dari kenyataan. Dalam kajian ini para filusuf tidak mengacu kepada ciri-ciri khsus dari benda-benda tertentu, akan tetapi mengacu kepadaciri-ciri universal dari semua benda. Metafisika sebagai salah satu cabang filsafat mencakup persoalan ontologis, kosmologis, dan antropologis. Ketiga hal tersebut memiliki titik sentral kajian tersendiri. Ontologis merupakan teori tentang sifat dasar dari kenyataan yang radikal dan sedalam-dalamnya. Kosmologi merupakan teori tentang perkembangan kosmos ( alam semesta ) sebagai suatu sistem yang teratur.

Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge )

Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang filsafat epistemologi, yaitu filsafat pengetahuan. Istilah epistemologi berasal dari akar kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang fislsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.

Persoalan tentang metode

Persoalan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi. Istilah ini berasal dari metos dengan unsur meta yang berarti cara, perjalanan, sesudah, dan hodos yang berarti cara perjalanan, arah. Pengertian metodologi secara umum ialah kajian atau telaah penyusunan secara sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah, atau sebagai penysusun struktur ilmu-ilmu fak.

Persoalan tentang penyimpulan

Persoalan tentang penyimpulan menghasilkan cabang filsafat logika ( logis ). Logika berasal dari kata logos ang berarti uraian, nalar. Secara umum, pengertian logika adalah telaah mengenai aturan-aturan penalaran yang benar. Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berfikir tepat dan benar. Berfikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Dengan berfikir manusia telah mengerjakan pengolahan pengetahuan yang telah didapat. Dengan mengerjakan, mengelola pengetahuan yang telah didapat maka ia dapat memperoleh kebenaran. Apabila seseorang mengelola, mengerjakan, berarti ia telah mempertimbangkan, membandingkan, menguraikan, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan lainya. Logika dapat dibagi menjadi logika ilmiah dan logika kodrati. Logika merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan.

Persoalan tentang moralitas ( morality )

Persoalan tentang moralitas menghasilkan cabang filsafat etika ( ethics ). Istilah etika berasal dari kata ethos yang berati adat kebiasaan. Etika sebagai salah satu cabang filsafat menghendaki adanya ukuran yang bersifat universal. Dalam hal ini berarti berlaku untuk semua orang dan setiap saat. Jadi tidak dibatasi dengan ruang dan waktu.

Persoalan tentang keindahan

Persoalan tentang keindahan menghasilkan cabang filsafat estetika ( aesthetics ). Estetika berasal dari kata aesthetikos yang maknanya berhubungan dengan pecerapan indra. Estetika merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan ketidak indahan. Faham pengertian yang lebih luas, estetika merupakan cabang filsafat yang menyangkut bidang keindahan atau sesuatu yang indah terutama dalam masalah seni dan rasa, norma-norma nilai dalam seni.

Aksiologi Pengetahuan Filsafat

Kegunaan Pengtahuan Filsafat

Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita dapat memulainya denmgan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, kedua filsafat sebagai metode pemecahan masalah, ketiga filsafat sebagai pandangan hidup ( philosophy of life ). Dan yang paling pentimg adalah filsafat sebagai methodology, yaitu cara memecahkan masalah yang dihadapi. Disini filsafat digunakan sebagai suatu cara atau model pemecahan masalah secara mendalam dan universal. Filsafat selalu mencari sebab terakhir dan dari sudut pandang seluas-luasnya.

Berikut ini uraian yang membahas kegunaan filsafat dalam menentukan philosophy of life. Banyak memiliki pandanagn hidup, banyak orang menganggap philosophy of life itu sangat penting dalam menjalani kehidupan.

Kegunaan Filsafat bagi AkidahKegunaan Filsafat bagi HukumKegunaan Filsafat bagi Bahasa

Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah

Sesuai dengan sifatnymenyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafata, filsafat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universala artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Manusia sebagai makhluk individu artinya manusia sebagai makhluk hidup atau makhluk individu maksudnya tiap manusia berhak atas milik pribadinya sendiri dan bisa disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi manusia. Ini diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status sosial. Selama kehidupannya, ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi universal untuk hak asasi diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu. Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil.

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya.

Peranan manusia sebagai mahluk individu dan sosial

Individu dalam hal ini adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkahlaku spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain. Disini jelas bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas didalam lingkungan sosaialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek yang melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Apabila terjadi kegoncangan pada salah satu aspek, maka akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.

Manusia mempunyai pengaruh penting dalam kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu sendiri, tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang hubungan dengan lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki tugas untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu sendiri dimasa akan datang.

Dinamika Interaksi Sosaial

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.

Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik, adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana.

Interaksi sosial memiliki aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh individu dan masyarakat.

Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat

Individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Dilema anatara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada pertanyaan mana yang harus diutamakan, kepentingan manusia selaku individu atau kepentingan masyarakat tempat saya hidup bersama? Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat.

Kita semua berharap pada setiap perubahan jaman yang akan mewujudkan harapan dan cita-cita setiap individu sebagai personalitas dan masyarakat sebagai komplementer. Karena terwujudnya suatu tatanan kehidupan yang harmonis dalam suatu lingkungan yang damai adalah harapan setiap insan di dunia dan meskipun dengan meniadakan sama sekali terjadinya konflik adalah suatu hal yang tidak mungkin disebabkan banyaknya kepentingan individu (egoistis, atomistis) dalam mencapai tujuannya dan individu didalam suatu masyarakat (kolektivistis) terkadang memungkin terjadinya konflik dan penyerapan konflik diupayakan melalui hasrat yang bersifat mengatur atau menjaga keseimbangan karena apabila tidak suatu fungsi yang mengatur atau menjaga keseimbangan maka kedua kepentingan tersebut akan tidak dapat dikendalikan.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong