FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI
Nama : Neliayana Yunita Umbola
Nim : 291 413 002
PENDAHULUAN
Pengertian filsafat yang semula bearti cinta kearifan ternyata menjadi luas sekali. Dahulu,kata sophia tidak hanya bearti kearifan saja,melainkan bearti pula kebenaran pertama,pengetahuan luas,kebajikan intelektual,pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajindan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis. Bila kita membaca buku teks komunikasi,kita akan berhadapan dengan sejumlah model atau teori yang mencoba menjelaskan ,bahkan membatasi apa itu komunikasi.
Komunikasi sebagai art atau skill merupakan sejumlah kemampuan dalam melakukan tindak komunikasi. Skill dapa dipelajari lewat pelatihan dan pengalaman praktis. Namun komunikasi sebagai Ilmu adalah yang mendasari mengapa skill tertentu disebut skill komunikasi.
PEMBAHASAN
BAB IV
PERSPEKTIF TEORI-TEORI KOMUNIKASI
A. Apa itu Perspektif
Perspektif adalah sudut pandang dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara kita memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Misalnya, pengetahuan kita tentang rumah dari perspektif ekonomi berbeda dari perspektif artistik,sosial dan sebagainya.
B. Perspektif-perspektif Ilmu Komunikasi
Pada Ilmu Komunikasi ada beberapa metateori tentang realitas(ontologi),tentang bagaimana mencapainya (epistimologi). Dan berikut adalah beberapa perspektif ontologi dan epistimologi
Realisme
Paham ini mengarahkan cara pandang yang menafikan peran subjek pengamat dalam penelitian. Konsekuensinya, nilai, kepercayaan,emosi,dan apapun yang dimiliki oleh diri subjek pengamat dilarang untuk terlibat ketika mengamati sesuatu.
Nominalis
Nominalis menganggap bahwa dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu,tersusun tidak lebih dari sekedar nama,konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas.
“Jadi bagi seorang nominalais,tidak ada dunia”diluar sana”-hanya nama,label entitas yang dibuat oleh individu.
Konstruksionis
Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita akan suatu objek.
Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas,tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu. Boleh juga dikatakan bahwa “realitas” bagi konstruktivisme tidak pernah ada secara terpisah dari pengamat. Menurut Shapiro, ada banyak bentuk kenyataan dan masing-masing terbentuk pada kerangka dan interaksi pengamat dengan objek yang diamati.
C. Catatan Akhir
Perspektif-perspektif tersebut menurunkan sejumlah teori komunikasi. Misalnya perspektif positivisme dan post-positivisme menurunkan teori strukturalisme-fungsionalisme. Teori ini merupakan turunan dari perspektif positivisme dan post-positivisme awal. Kedua aliran ini meyakini bahwa struktur sosial itu bersifat nyata dan berfungsi dengan cara-cara yang dapat diobservasi secara objektif.
BAB V
PERSPEKTIF POSITIVISME
A. Sejarah Positivisme
Positivisme dibidani oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Henry merupakan penggagas utama,sedan Comte adalah penerus dan pengembang gagasan ini. Auguste Comte membangun suatu studi ilmiah terhadap masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu-ilmu alam.
B. Gagsan Positivisme
Positif berarti “apa yang berdasarkan fakta objektif”. Secara tegas,yang”postif” berarti yang nyata,yang pasti,yang tepat,yang berguna,serta yang mengklaim memiliki kesasihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal(chimrique),yang meragukan(indecision),yang kabur (vague),yang sia-sia(oiseux), dan yang mengklaim mmiliki kesasihan relatif. Perbedaan ini harus dibaca dalam kerangka biner, bahwa yang satu lebih benar dan yang lainnya adalah salah.Positivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atau asumsi-asumsi dasar.
C. Positivisme Logis
Positivisme sosial berkembang melahirkan aliran lain diantaranya adalah positivisme logis. Patut ditegaskan bahwa postivisme Comte meyakini bahwa pengetahuan kita tentang dunia hanya di mungkinkan melalui pengalaman. Indrawi kita tahu tentang langit, karena indra kita mengalami langit itu sebagaimana adanya. Prinsip ini diubah oleh kaum positivisme logis,bahwa pengetahuan kita tentang dunia hanya dimungkinkan melalui bahasa.
Berikut adalah beberapa prinsip dasar positivisme logis:
Menolak perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial;Menganggap pernyataan-pernyataan yang tidak dapat diverifikasikan secara empiris (seperti etika,estetika,agama,metafisika) sebagai non sense;Berusaha menyatukan semua ilmu pengetahuan di dalam satu bahasa yang universal;Memandang tugas filsafat sebagai analisis atas kata-kata atau pernyataan-pernyataan (F. Budi Hardiman, 2003:56)
Menurut Bertens (1983:133), ada tiga tahap perkembangan positivisme : 1900-1930,1930-1945, dan 1945.
D. Catatan Akhir
Jadi pada perkembangan awalnya,ilmu komunikasi berada dibawah pengaruh positivisme. Komunikasi,misalnya, dianggap sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan komunikasi tanpa ada kendali atau distorsi. Sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Jadi orang tak perlu mengetahui makna-makna subjektif dan nilai yang mendasari suatu pernyataan, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilakukan benar menurut kaidah sintaksis dan semantik.
Model yang dikembangkan dalam perspektif ini adalah model komunikasi linear dan model peluru. Pada model linear kita mengenal ungkapan “ Siapa Mengatakan Apa melalui Saluran Apa dengan efek apa”.
BAB VI
PERSPEKTIF POST-POSITIVISME KRITIK TERHADAP POSITIVISME
A. Post-Positivisme
Pada tahun 1970/1980 an muncullah gugatan-gugatan mengenai kebenaran positivisme,pemikirannya dinamai post-positivisme. Post-positivisme merupakan pemikiraan yang menggugat asumsi dan kebenaran-kebenaran positivisme. Pemikiran ini muncul dengan sejumlah tokoh seperti Karl R. Popper, Thomas Kuhn,para filsuf Frankfurt School (Mazhab Frankfrut), Feyerabend, dan Richard Rotry. Pemikiran tokoh-tokoh ini banyak dipengaruhi penemuan Neils Bohr, Werner Heisenberg, dan Einsten yang menyatakan bahwa fisika newton yang menjadi dasar positivisme tidak berlaku (setidaknya pada gejala-gejala subatomik).
B. Post-Positivisme Dalam Penelitian Sosial dan Komunikasi
Beberapa peneliti sosisal berargumen bahwa kekurangan-kekurangan dari pemikiran positivisme pada dasarnya membutuhkan dasar filsafat ilmu yang berbeda,salah satunya adalah menolak dan mengganti prinsip-prinsip positivisme (seperti ontologi realisme, epistimologi objektif, dan aksiologi bebas-nilai) dengan bentuk pemikiran yang menghargai prinsip nominalisme, subjektivisme, dan nilai-nilai yang hadir dengan sendirinya (omnipresent). Namun, beberapa sarjana dalam hal ini menganggap bahwa positivisme sebenarnya tidak perlu ditolak secara total. Karena itu kalangan ini lebih meletakkan penoloakannya pada gagasan tentang keyakinan positivisme mengenai kebenaran absolut, tentang sebuah landasan mutlak sebuah observasi, dan asumsi tentang akumulasi pengetahuan yang tak berubah.
Ontologi Post-Positivisme
Perspektif post-positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologis, post-positivisme bersifat critical relism. Critival realism memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam,tetapi suatu hal yang mustahil bila manusia (peneliti) dapat melihat realitas tersebut secara benar (apa adanya, sebagaimana keyakinan positivisme). Oleh karena itu, secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi—sebagaimana dikemukakan positivisme—tidaklah cukup,tetapi harus menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori (Denzin dan Guba, 2001:40).
Epistimologi dan Aksiologi
Demikian pula dalam hal landasan epistimologi dan aksiologi. Asumsi-asumsi kalangan post-positivis tentang landasan ilmu-ilmu dan aturan nilai dalam produksi pengetahuan sosial pada dasarnya didasarkan pada prinsip-prinsip objektivisme. Asumsi-asumsi ini mencakup tiga gagsan yang saling berkait bahwa: (a) ilmu pengetahuan bisa diperoleh melalui pencarian akan relasi kausal dan keteraturan antara berbagai komponen dunia sosial; (b) relasi sosial dan keteraturan tersebut bisa ditemukan bila ada pemisahan total antara penyelidik dan subjek yang ditelitinya; serta (c) pemisahan ini dapat terjamin melalui penggunaan metode ilmiah.
C. Struktur dan Fungsi Teori Dalam Perspektif Post-Positivisme
Bila post-positivisme adalah perspektif pemikiran yang seperti dan sekaligus juga berbeda dengan positivisme,lalu bagaimana struktur dan fungsi teori yang dibangun perspektif ini? Pada bagian ini kita akan meninjau struktur dan fungsi teori yang dimiliki oleh kaum post-positivis.
Struktur Teori Perspektif Post-Positivisme
Jadi teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang telah dikonstruksi sedemikian rupa, bukan diterima begitu saja. Dubin menyatakan bahwa sebuah teori terdiri dari satuan-satuan pembentuk,karena itu sebelum digunakan dalam penelitian suatu teori harus dibagi dalam unit-unit (bagian-bagian) tertentu. Unit utamanya adalah konsep yang menjadi inti dari teori tersebut. Disamping itu,seorang peneliti juga harus membuat detail bagaimana sebuah teori bisa terhubung dengan dunia penelitian empirik.
Fungsi Teori Perspektif Post-Positivisme
Ada tiga fungsi teori yang paling sering diyakini kaum post-positivis, yakni; fungsi-fungsi yang saling terkait antara penjelasan (explanation), prediksi (prediction) dan kontrol (control). Ada beberapa catatan yang harus disadari . pertama pada satu teori mungkin saja memiliki beragam tipe penjelasan. Misalnya, beberapa kalangna sarjana mutakhir membedakan antara penjelasan berbasis konteks dan penjelasan berbasis diri.
Kriteria Evaluasi dan Perbandingan Teori
Ada beberapa cara umum untuk mengevaluasi kualitas sebuah teori,termasuk tingkat kesuksesan sebuah teori dalam memecahkan persoalan empiris, konseptual dan praktis; atau untuk mengontrol sejauh mana solusi sebuah teori lebih memadai dari pada solusi teori yang lainnya, dan sejauh mna teori tersebut dapat memajukan sebuah cara dalam memecahkan masalah baru. Thomas Kuhn, dalam Miller. 2002: 43-44 mengusulkan satu set kriteria evaluasi dan perbandingan teori: a.sebuah teori harus akurat. b.sebuah teori harus konsisten. c.sebuah teori harus punya ruang lingkup yang luas. d.sebuah teori harus sederhana. e.sebuah teori harus menghasilkan (be frutiful). Kriteria-kriteria ini bukan merupakan aturan yang menetapkan pilihan.tetapi merupakan nilai yang mempengaruhinya.
Proses Perkembangan Teori
Faktor utama dalam pengembangan teori dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam tradisi post-positivisme adalah keterusterangan.
D. Catatan Terakhir
Perspektif post-positivisme membawa pengaruh yang besar pada ilmu sosial termasuk Ilmu Komunikasi. Melalui kritik yang mendasar terhadap postivisme yang terlalu realis, bebas nilai, dan memisahkan subjek dan objek penelitian,post-positivisme memberikan model penelitian khas yang Ilmu Sosial.
BAB VII
PERSPEKTIF INTERPRETIF
A. Sejarah Perspektif Interpretif
Pemetaan akar sejarah dapat dirujuk pada sejumlah gagasan abad pencerahan, khususnya polisi filosofis Rene Descartes {1596-1650}. Pada 1644. Descartes memublikasikan buku The Principles of Philosophy. Ia bependapat bahwa semua penjelasan dapat diasarkan pada observasi terhadap benda dan gerak (Descartes 1963).
B. Pandangan Dasar Perspektif
Positivisme adalah ilmu sosial berbasis metode ilmu alam,positivisme mengalihkan objektivisme ilmu alam pada penelitian tentang manusia. Metode ilmu alam pada dirinya memang diniatkan untuk mengontrol proses alam,yang akan juga tampak ketika metode itu digunakan untuk memahami manusia.
Fenomenologi
“Dunia-kehidupan (lebenswell) adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan”. Pemikiran fenomenologi bukan merupakan sebuah gerakan pemikiran yang koheren. Ia mungkin lebih merefleksikan pemikiran dari beberapa filsuf, termasuk di dalamnya Edmund husserl, Maurice Merleau Ponty, Martin Heidegger dan Alfred Schutz.
Hermeuneutika
Hermeuneutika dalam bahsan ini dikemukakan demi untuk menjelaskan bagaimana pencarian metode ilmu sosial (dalam hal ini komunikasi) yang berbeda dengan ilmu alam.
Interaksionisme Simbolik
Yang menarik dari perspektif ini adalah orang yang diidentifikasi sebagai Bapak Teori Interaksionalisme Simbolik, yaitu George Herbert Mead (1863 -1931), tak pernah menggunakan term ini. Bagaimana pun usahanya telah mempengaruhi banyak sarjana yang menekankan sebuah pemahaman dunia sosial berdasarkan pentingnya makna yang diproduksi dan diinterprestasikan melalui simbol-simbol dalam interaksi sosial.
C. Teori Interpretif Dalam Komunikasi
Prinsip dasar yang menjadi sudut pandang teori interpretif. Prinsip-prinsip itu adalah pentingnya (1). Pengalaman subjektif. (2). Kreasi intersubjektif dalam makna, (3). Pemahaman sebagai tujuan akhir dalam riset sosial.dan (4). Ketidakteroisahan antara “yang tahu” dan “yang diketahui”.
Ontologi Teori Interpretif
Pandangan ontologis para nominalis dan konstruksionis sosial ini memiliki berbagai implikasi penting. Pertama, pandangan kalangan nominalis menekankan gagasan tentang realitas yang berlipat (multiple), tidak satupun yang terlihat lebih benar atau salah dari yang lain. Karena itu keyakinan sebuah kelompok sosial terhadap kekuatan ritual paganisme sama benarnya dengan keyakinan kelompok sosial lain terhadap doktrin suatu agama.
Epistimologi Teori Interpretif
Dasar epistimologis dari riset interpretif berdasarkan pada keyakinan tentang realitas (ontologi kalangan nominalis dan kontruksionis sosial) dan pada kekurangan-kekurangan yang dirasa pada metode riset yang sudah mendominasi riset sosial padaabad ke-20.
Aksiologi Teori Interpretif
Kebanyakan teoretisi interpretif dalam komunikasi sekarang ini cenderung mengikuti pemikiran hermeneutika dan interaksionalisme simbolisnya Mazhab chicago (Chicago School) dalam berargumen mengenai ketidakmungkinan pemisahan nilai dari pengetahuan. Dengan pandangan ini,nilai nilai personal dan profesional adalah sebuah lensa yang melaluinya fenomena sosial diamati. Lensa ini bisa diuji dan dikaji dalam hal pengaruhnya dalam proyek penelitian,namun ini tidak akan pernah bisa dihapuskan (ataupun ditutup) dari usaha ilmiah. Penilaian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor luar tetapi juga oleh faktor dalam dirinya (seks/jenis kelamin).
D. Struktur dan Fungsi Teori Interpretif
Teoti interpretif, sebaliknya, didasari oleh keyakinan ontologis dan epistimologis yang sangat berbeda dengan para teoretisi post positivis. Sebagaimana telah disebutkan, para ahli teori interpretif lebih condong kepada pemahaman khusus/lokal daripada penjelasan yang general.
Teori Interpretif Umum (General Interpretive Theories)
Inti dari ontologi interpretif adalah kepercayaan bahwa kita mengonstruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif (yaitu tindakan untuk mencapai pemahaman timbal balik).
Grounded Theory
Grounded Theory dikembangkan oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dalam bukunya berjudul The Discovery of Grounded theory (1967). Tujuan buku ini adalah: pertama mengusahakan pengembangan teori yang didasarkan pada data yang dikumpulkan selama penelitian, untuk membantah teori fungsionalis dan strukturalis yang dominan (yang dihadirkan oleh tokoh-tokoh seperti Parson,Metton, dan Blau);Kedua untuk menyugestikan logika dan spesifikasi pada grounded theory ; ketiga, untuk secara hati-hati melegitimikasikan penelitian kualitatif, dimana pada tahun 1960-an,penelitian kualitatif memunyai status yang semakin meningkat di antara para ahli sosiologi, karena pada waktu yang lalu tidak dipercaya mampu dalam hal verifikasi penelitian (Handoko, dalam Birowo,2004: 19).
Kriteria untuk Evaluasi
Walaupun proses evaluasi dari proses dan produknya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam penelitian teori ini, akan tetapi para ilmuwan telah mengembangkan beberapa kriteria yang dapat dipergunakan dalam prosesnya, seperti yang di kemukakan Corbin and Strauss, yaitu
Kriteria 1: apakah konsepnya berkembang?Kriteria 2: apakah konsepnya saling terkait secara sistematik?Kriteria 3: apakah terdapat banyak konsep konsep lain yang saling terhubung dan apakah hal tersebut berkembang dengan baik?Kriteria 4: apakah terdapat banyak variasi dalam teori ini?Kriteria 5: apakah terdapat penjelasan akan situasi yang memengaruhi fenomena?Kriteria 6: apakah prosesnya sudah diperhitungkan?Kriteria 7: apakah teori yang ditemukan terlihat signifikan dan terhadap hal apa?
E. Komunikasi Dalam Perspektif Interpretif
Etnografi Komunikasi
Komunikasi etnografi merupakan pengembangan penelitian etnografi. Garry philipsen mengemukakan empat asumsi komunikasi etnografi.pertama, peneliti (atau lazim disebut partisipan)dalam sebuah komunikasi budaya lokal menciptakan pengertian bersama dengan yang sedang dipahaminya. Kedua, para komunikator dalam kelompok budaya harus berada dalam satu sistem komunikasi komunikasi. Ketiga, pengertian dan tindakan sifatnya khusus bagi masing-masing kelompok budaya, keempat, setiap kelompok dianggap memiliki cara-cara tersendiri untuk memahami kode dan tindakan tertentu.
BAB VIII
PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME
A. Sejarah Perspektif Konstruktivisme
Bila dirunut ke belakang konstruktivisme yang meyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran dapat dirunut pada teori Popper (1973).
B. Konstruktivisme Dalam Ilmu Komunikasi
Teori kontruktivis atau kontruktivisme adalah pendekatan secara teoretis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Della dan rekan-rekan sejawatnya (Miller, 2002). Kontruktivisme ini lebih berkaitan dengan program penelitian dalam komunikasi antarpersona.
Komunikasi Berbasis “Diri”
Berdasarkan teori bernstein ini dan model pengembangan komunikasi piaget serta deskripsi kalangan interaksionisme simbolik (tentang komunikasi strategik, kontekstual dan multifungsi),para ilmuwan kontruktivis mengembangkan model komunikasinya. Model komunikasi itu disebut sebagai komunikasi berbasis”diri”.
Konstruk Hubungan Dalam Komunikasi
Faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri adalah konsep tentang tujuan. Setiap individu dalam interaksinya selalu berusaha untuk memanajemen tujuan. Tujuan itu bisa bersifat instrumental (seperti, mengajak atau memberitahukan seseorang) dan relasional (mendukung penampilan seseorang, menunjukan pesona diri). B.J. O’keefe dan Delia(1982) menyatakan bahwa pesan berbasis diri lebih kompleks dalam tindakannya karena mereka menentukan tujuan yang beragam
Model Desain Pesan
Konsep tentang tujuan ini berimplikasi pada adanya desainpesan dalam peristiwa komunikasi berbasis diri.Desain pesan didasarkan pada kecendurungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya.
BAB IX
PERSPEKTIF TEORI KRITIS
A. Sejarah Perspektif Kritis
Teori ini dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. Konsep kritik yang dipergunakan Mazhab Frankfurt memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masa-masa setelah Renaissance. Pada masa itu (abad ke-17 dan 18) muncul filsuf seperti Immanuel Kant, Hegel dan Marx yang oleh Mahzab frankrut disebut sebagai filsuf-filsuf kritis.
Pengaruh Marxisme
Karl Marx (1818-1883) merupakan filsuf yang memiliki pengaruh yang mendalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial,Walaupun terdapat banyak kritik dan keberatan terhadap teori-teori Marx, namun sampai saat ini beberapa teori Marx terus memberikan inspirasi bagi ilmu sosial, juga ilmu komunikasi.
Mazhab Frankrut
Teori ini juga disebutMazhab Frankfurt. Penyebutan ini didasarkan pada lembaga pertama yang mengembangkan teori kritis, yaitu Institute fur Sozialforchung di frankfurt,Main di Jerman.
B. Pendekatan Teori Kritis Pada Komunikasi
Objek kajian komunikasi semakin berkembang, Misalnya dengan muncul pertanyaan,apakah pesan pada media itu apa adanya atau memiliki suatu ideologi tertentu yang tersimpan rapi.
Cultural Studies (Studi-studi Budaya)
Istilah cultural studies berasal dari centre for contemporary cultural studies (CCCS) di universitas Birmingham , yang didirikan pada tahun 1964, Awal kemunculannya didasari oleh beberapa karya tulis para penggagas pertama, yaitu Richard Hoggart,Raymond Williams,EP Thompson,dan Stuart Hall. Pada tahun 1972 dengan tujuan meletakkan Cultural Studies dalam wacana Intelektual Inggris,CCCS menerbitkan edisi perdana Working Papers in Cultural studies.
Studi-studi Feminis
Feminisme berasal dari kata latin femina yang bearti memiliki sifitalaya S. Hubies “feminisme diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan dibanding dengan laki-laki di masyarakat”. (dalam Anshori, 1998:5).
C. Catatan Akhir
Melalui perspektif kritis ini kita menemukan ilmu komunikasi yang lebih berwarna lagi. Tidak hanya ditentukan oleh kontruksi budaya, atau kognisi seseorang, komunikasi ternyata mengandung ideologi tertentu. Dengan demikian ilmu Komunikasi terus berkembang ke segala arah kehidupan,dan ini berarti memiliki peran penting ditengah masyarakat.
BAB X
PENUTUP
Kemunculan televisi atau internet misalnya merupakan perubahan sosial yang berpengaruh pada perubahan studi tentang pesan dan pengaruhnya,sekaligus juga memaksa studi komunikasi untuk menggeser epistimologi ilmunya. Sejak tahun 1980-an,misalnya, muncul riset-riset komunikasi versi baru. Yang diteliti bukan lagi pengaruh media pada masyarakat, melainkan apa yang diperbuat masyarakat terhadap media.
Asumsinya,masyarakat aktif menguba makna dan dampak informasi yang mereka terima lewat media. Akan tetapi, alasan, keperluan, dan cara mereka memanfaatkan media komunikasi sangat beragam. Penelitian versi baru ini menunjukan pergeseran cara masyarakat dalam menanggapi media,mungkin saja lebih kritis atau naif (tahu ada masalah namun tak mau menyelesaiknnya).
TUGAS MAKALAH DASAR FOTOGRAFI
JENIS-JENIS FOTO DAN TEKNIK DASAR PEMOTRETAN
Nama : Neliyana Yunita Umbola
Nim : 291 413 002
PENDAHULUAN
Sejak diperkenalkannya fotografi pada tahun 1826, dimana pada saat itu fotografi dikenal sebagai kajian ilmu yang sangat baru dan awam bagai masyarakat dunia. Seiring berjalannya waktu dan jaman kini fotografi perkembangannya demikian pesat. Perkembangan teknologiyang canggih pengambilan gambar saat ini bisa dilakukan setiap hari hampir 24 jam, dengan teknik pencahayaan pengambilan gambar akan terlihat mudah.Mata kuliah Dasar Fotografi merupakan suatu bidang kajian ilmu yang dipelajari dalam perkuliahan di jurusan Ilmu Komunikasi. dan teoritis bagaiman menggunakan suatu kamera, serta mendapatkan gambar atau potret dan memberikan makna pemberian pesan yang lebih efektif dalam setiap informasi yang akann disampaikan.
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Foto
Jenis-jenis foto bertujuan untuk memperkenalkan beberapa jenis foto sebagai referensi lebih jauh lagi untuk memperdalam pengetahuan dunia fotografi. Jenis-jenis foto di sini hanya sebagai pengelompokkan secara garis besar, yang membantu mempermudah kita dalam memahami sebuah karya fotografi, dan ini bukan sebagai penggolongan yang paten untuk menghasilkan karya foto.
PEMBAHASAN
Jenis-jenis Foto Manusia
Foto Manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia, mulai dari anak-anak sampai orang tua, serta berusia muda maupun tua. Banyak hal yang unik dan sangat menarik yang berkaitan dengan manusia untuk difoto. Yang termasuk foto manusia adalah :
Portrait
Portrait diartikan sebagai lukisan, gambar, patung atau gambaran keindahan dari manusia,dimana ekspresi wajah begitu dominan untuk mengungkapkan persamaan, kepribadian, bahkan perasaan seseorang.
Foto portrait dapat diartikan bukan sebagai foto tetapi kumpulan gambar dari seseorang dengan berbagai posisi. Foto portrait itu sendiri merupakan tipe foto yang mementingkan karakter dari objek yang di foto.
Foto portrait banyak berkaitan dengan foto jurnalistik tapi antara keduanya sebenarnya terdapat perbedaan. Foto jurnalistik merupakan gabungan dari unsur visual dan kata- kata dimana foto tersebut akan lebih jelas maknanya bila didukung dengan penjelasannya. Sedangkan foto portrait dapat langsung menceritakan suatu keadaan objek dan latar belakangnya.
Contoh dari foto Portrait :
http://fantasygrafis.blogspot.nl/2010/11/portrait.html
Human Interest
Human Interest adalah karya foto yang mampu menggambarkan suka duka perjalanan hidup manusia. Ketika sebuah karya foto bisa mewakili perasaan kemanusiaan pada diri orang yang melihatnya maka karya foto tersebut dapat dikelompokkan kedalam foto Human Interest.
Secara umum perasaan humanistis adalah perasaan yang secara universal melekat pada setiap insan manusia. Setiap manusia bisa merasa lucu ketika melihat suatu obyek yang menggelitik. Pada saat yang lain, seseorang bisa merasa haru biru ketika menyaksikan keadaan yang menggugat rasa keadilan pada dirinya. Manakala kita menjumpai kejadian yang memberatkan emosi kita seringkali kita merasa iba. Perasaan lucu, iba, sedih, senang, dan suasana emosional yang lain merupakan perasaan manusiawi yang melekat pada diri setiap orang. Foto Human Interest adalah karya foto yang mampu menggugah perasaah tersebut.
Keadaan ataupun kondisi yang bisa dijadikan sebagai obyek foto Human Interest akan sangat beragam. Namun begitu pada umumnya foto Human Interest menggunakan obyek foto yang didalamnya menyertakan keberadaan sosok manusia. Hal tersebut merupakan keadaan yang lumrah, karena perasaan kemanusiaan seseorang akan lebih mudah tergugah ketika menyaksikan keadaan atau kondisi yang secara mudah memunculkan empati. Kita akan lebih mudah berempati pada kondisi-kondisi dimana sosok kita sebagai manusia ada didalamnya.
sumber: goadvert.blogspot.com
Fotografi Panggung
Fotografi panggung adalah fotografi yang bertujuan untuk merekam acara pertunjukan, apa pun pertunjukannya. Fotografi panggung secara umum terbagi menjadi dua kegiatan yaitu dokumentasi dan liputan.
Kegiatan dokumentasi pada fotografi panggung dilakukan pihak pelaku atau penyelenggara/panitia untuk merekam segala aktifitas yang terjadi, depan/belakang panggung. Sedangkan, untuk kegiatan liputan pada fotografi panggung umumnya dilakukan media massa (fotografer jurnalistik) untuk berita kebudayaan/kesenian di koran/majalah. Namun, kedua kegiatan tersebut pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapapun, walaupun bukan penyelenggara maupun fotografer jurnalistik, baik untuk kepentingan komersial, belajar maupun koleksi semata.
Sebagian besar pertunjukan panggung berlangsung malam hari, dan sebagain besar dalam gedung. Fokus utama fotografi panggung adalah low light photography dengan pendekatan “pemaknaan” sesuai tujuan pertunjukan. Fotografi panggung terdiri dari: Musik, Fashion, Tari dan Teater.
http://blog.poetrafoto.com/tips-fotografi-teknik-memotret-foto-panggung/
Sport
Foto Olahraga adalah jenis foto yang menangkap aksi menarik dan spektakuler dalam event dan pertandingan olah raga. Jenis foto ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan seorang fotografer dalam menangkap momen terbaik.
www.sportenfoto.nl/
2. Jenis-jenis Foto Alam (Nature)
Yang menjadi obyek utama dari Foto Nature adalah benda dan makhluk hidup alami (natural) seperti : hewan, tumbuhan, gunung, hutan dan lain-lain. Yang termasuk Foto Nature adalah :
Flora
Jenis foto dengan obyek utama tanaman dan tumbuhan dikenal dengan jenis foto flora. Berbagai jenis tumbuhan dengan segala keanekaragamannya menawarkan nilai keindahan dan daya tarik untuk direkam dengan kamera.
fotografiyuda.wordpress.com/
b. Fauna
Foto fauna adalah jenis foto dengan berbagai jenis binatang sebagai obyek utama. Foto ini menampilkan daya tarik dunia binatang dalam aktifitas dan interaksinya.
b. Foto Fauna
Foto fauna adalah jenis foto mengenai berbagai jenis binatang yang sekaligus menampilkan aktifitas yang terkait di dalam dunia binatang.
www.naturalis.nl/en/services/library/botany/services/
c. Foto Lanskap
Foto lanskap merupakan jenis foto yang obyek utamanya adalah bentangan alam seperti langit, daratan dan air; sedangkan unsur manusia, hewan, dan tumbuhan yang kebetulan berada di dalamnya hanyalah sebagai unsur pendukung. Ekspresi alam serta cuaca menjadi moment utama dalam menilai keberhasilan penciptaan sebuah foto lanskap.
prezi.com/.../copy-of-copy-of-jenis-jenis-photograph.
3. Foto Arsitektur
Yang tergolong ke dalam jenis foto ini adalah foto-foto tentang keindahan suatu bangunan baik dari sudut pandang sejarah, budaya, desain dan konstruksinya, serta dalam berbagai corak warna dan ukuran-nya. Memotret suatu bangunan dari berbagai sisi dan menemukan nilai keindahannya menjadi sangat penting dalam membuat foto ini. Foto arsitektur ini tak lepas dari pesatnya perkembangan dunia arsitektur dan teknik sipil sehingga jenis foto ini menjadi cukup luas cakupannya.
unmixedphotography.blogspot.com/
4. Foto Still Life
Foto Still Life adalah sebuah foto dari obyek benda mati yang berkesan seolah-olah tampak “hidup”, komunikatif, ekspresif, sehingga seakan-akan mengandung sebuah pesan tersembunyi. Foto Still Life bukan sekadar menyalin atau memindahkan objek ke dalam kamera dengan cara seadanya, karena bila seperti itu yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan dan obyek benda mati tersebut tetap tampak sebagai benda mati. Jenis foto ini merupakan jenis foto yang menantang dalam menguji kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan teknis.
entegila.wordpress.com/2013/01/09/jenis-jenis-foto/
5. Foto Peristiwa dan Berita
Foto Jurnalistik adalah foto yang digunakan untuk kepentingan pers dan kepentingan penyampaian informasi. Dalam penyampaian pesan tersebut, lazimnya foto dilengkapi dengan caption (tulisan yang menerangkan isi foto) sebagai bagian dari penyajian jenis foto ini. Jenis foto ini sering kita jumpai dalam media massa (surat-kabar, majalah, bulletin, dll).
http://prezi.com/qsr8-0djfqqt/copy-of-jenis-jenis-photography
PENUTUP
Fotografi yang seperti kita kenal sekarang adalah hasil penemuan. Yang pertama dalam bidang ilmu alam menghasilkan kamera,yang kedua dalam bidang kimia menghasilkan film. Asal mulanya kedua penemuan itu tidak ada hubungannya satu sama lain dan sebelum masing-masing sampai kepada kesempurnaanya seperti yang telah kita kenal sekarang serta melahirkan penemuan baru yaitu fotografi, telah panjang yang ditempuh baik oleh kamera maupun oleh film.
Untuk mendalami bidang fotografi,siapapun harus punya pengetahuan dasar yang baik tentang cahaya(light). Hal ini penting karena cahaya memegang kunci utama dalam penentuan eksposur yang diatur oleh shutter dan aperture pada kamera. Setelah memahami tentang cahaya, tahap selanjutnya adalah mengerti tentang pencahayaan(lighting) sehingga mampu menghasilkan foto yang lebih baik dalam berbagai kondisi pemotretan.
MAKALAH ETIKA DAN FILSAFAT
Judul : TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM BESERTA KARYA-KARYA DAN DASAR FILSAFAT MEREKA
Nama : Neliyana Yunita Umbola
Nim : 2914 13 002
ABSTRACK
Sebagaimana kita ketahui bersama tentang pembahasan ini bertema “ Tokoh- tokoh Filsafat Islam,karya-karya dan dasar Filsafat mereka”. Tentu hal ini sangat menarik untuk kita bahas dan pengupas dengan seksama guna menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang filsafat, terutama filsafat Islam. Filsafat merupakan bagian dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filosof tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis serta dasar-dasar atau pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh para filosof Islam. Setiap sesuatu yang kita pelajari pasti akan berdampak pada perkembangan pengetahuan kita, termasuk dalam pembahasan kita ini yaitu “Tokoh- tokoh Filsafat Islam,karya-karya dan dasar Filsafat mereka”. Kita bisa mengambil pembelajaran dalam hal pemikiran para filsuf Islam, baik dalam bidang tasawuf, jiwa, politik dan banyak lagi yang lainnya.
PENDAHULUAN
Dalam lisan Al-A’rab,kata falsafat berakar dari kata falsafa, yang memiliki arti al-hikmah sebuah kata yang berasal dari luar bahasa Arab. Kata falsafah dipinjam dari kata Yunani yang sangat terkenal . philosophia, yang berarti kecintaan pada kebenaran (wisdom). Dengan sedikit perubahan, kata falsafah diindonesiakan menjadi “filsafat” atau juga”filosofi”(karena adanya pengaruh ucapan Inggris,philosophy). Dalam ungkapan Arabnya yang lebih “asli”,cabang ilmu tradisional Islam ini disebut ‘ulum al-hikmah atau secara singkat al-hikmah (padanan kata Yunani sophia), yang artinya ialah “kebijaksanaan”atau. Lebih tepat lagi,”kawicaksanaan”(jawa) atau Wisdom (Inggris). Dengan demikian,failusuf ( diambil dari kata Yunani philosophos,pelaku filsafat),disebut juga al-hakim (ahli hikmah atau orang bijaksana),dengan bentuk jamak al-hukama.
Pengertian filsafat yang semula bearti cinta kearifan ternyata menjadi luas sekali. Dahulu,kata sophia tidak hanya bearti kearifan saja,melainkan bearti pula kebenaran pertama,pengetahuan luas,kebajikan intelektual,pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajindan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis.
PEMBAHASAN
1. IBNU SINA yang nama lengkapnya adalah Abu Ali-Husain Ibn Abdullah ibn Ali ibn Sina
- Karya-karya Ibnu Sina adalah:
Jumlah karya Ibnu Sina (diperkirakan antara 100 sampai 250 buah judul). Kualitas karya dan keterlibatannya dalam praktik kedokteran,mengajar,dan politik,semuanya menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa. Saat ini,penulis memilih karya-karya terpenting Ibnu Sina yang sudah dikenal di dunia Islam, di antaranya adalah Al-Qanun fi Ath-Thibb,Asy-Syifa’, An-Najah, ‘Uyun Al-Hikmah, Danisyanama-yi Ala’i,dan Al-Isyarat wa At-Tanbihat.Al-Qanun fi Ath-Thibb terdiri atas lima bagian dan telah diterjemakan ke dalam bahasa Latin beberapa kali.Kitab ini dianggap sebagai sumber medis paling penting,baik di Timur maupun di Barat selama lima abad[yaitu, hingga awal abad ke-11 H/ke-17 M],dan tetap menjadi sumber utama kedokteran Islam Islam yang dipraktikan dimana –mana,bahkan hingga kini,seperti di Anak Benua India-Pakistan. Materi –materi dalam Asy-Syifa’, yang merupakan karya filosofis Ibnu Sina paling detail,dikelompokkan menjadi empat topik: logika,fisika,matematika dan metafisika, Logika dibagi menjadi sembilan bagian,fisika delapan bagian, dan matematika empat bagian. Fisika (kecuali dua bagian mengenai binatang dan tumbuhan,yang diselesaikan setelah matematika) adalah yang pertama ditulis,diikuti metafisika, kemudian logika, dan akhirnya matematika.An-Najah sebagai ringkasan Asy-Syifa’. Juga terdiri atas empat bagian. Logika,fisika, dan metafisika dalam karya ini dipersiapkan sendiri oleh Ibnu Sina,dan matematika oleh Al-Jurjani. ‘ Uyun Al-Hikmah, yang juga dikenal sebagai Al-Mujaz, agaknya di maksudkan untuk pengajaran logika,fisika, dan metafisika di kelas. Ini terbukti dari kesederhanaan,kejelasan,dan kelugasan paparanya. Danisyanama –yi Ala’i,juga terdiri atas empat bagian,dan sangat penting mengingat ia merupakan dalam karya filsafat peripatetik Islam pertama dalam bahasa Persia. Al-Isyarat wa At-Tanbihat, yang merupakan karya filsafat Ibnu Sina termatang dan terkomprehensif,juga terdiri atas logika,fisika dan metafisika. Karya ini ditutup dengan pembahasan mengenai misistisme,suatu uraian yang mungkin lebih tepat diklasifikasikan ke dalam etika ditinjau dari pengertian sufinya-dari pada metafisika.Selain itu,Ibnu Sina meninggalkan sejumlah esai dan syair . Beberapa esainya yang terpenting adalah Hayy ibn Yaqzhan,Risalah Ath-Thair,Risalah fi Sirr Al-Qadar,Risalah fi Al-‘Isyq,dan Tahshil As-Sa’adah. Puisi terpentingnya adalah Al-Urjuzah fi Ath-Thibb,Al-Qashidah Al-Muzdawiyyah, dan Al-Qashidah Al-Ainiyyah. Masih banyak karya lain yang di tulis dalam bentuk puisi ke dalam bahasa Persia.
- Dasar Filsafat Ibnu Sina
Untuk mengetahui filsafat Ibnu Sina ,terlebih dahulu perlu diketahui kerangka berfikir Ibnu Sina. Kerangka pikirnya itu terlihat dari segi pembagian ilmu dan tujuan filsafat yang dibuat oleh Ibnu Sina.
Ibnu Sina memahami tujuan filsafat adalah penetapan realitas segala sesuatu,sepanjang hal itu mungkin bagi manusia. Ada dua tipe filsafat,teoretis dan praktis.yang pertama mencari pengetahuan tentang kebenaran,sedangkan yang kedua pengetahuan tentang kebaikan. Tujuan filsafat teoretis adalah menyempurnakan jiwa melalui pengetahuan semata-mata. Tujuan filsafat praktis adalah menyempurnakan jiwa melalui pengetahuan tentang apa yang seharusnya dilakukan sehingga jiwa bertindak sesuai dengan pengetahuan ini. Ada dua jenis utama subjek pengetahuan teoretis: subjek-subjek yang dapat dilekati gerak,seperti kemanusiaan,kepersegian,dan kesatuan; dan subjek-subjek yang tak dapat dilekati gerak,seperti tuhan dan Intelek.yang pertama di bagi lagi menjadiyang tidak bisa eksis tanpa adanya gerak yang dikaitkan dengannya ,seperti kemanusiaan dan kepersegian;dan yang bisa eksis tanpa gerak yang dikaitkan padanya,seperti kesatuan dan keragaman. Yang pertama dari dua tipe yang terakhir adalah sedemikian rupa sehingga ia mustahil bebas dari gerak,baik dalam realistas ataupun dalam pikiran (misalnya ,kemanusiaan dan kekudaan),atau sedemikian rupa sehingga ia mungkin bebas dari gerak dalam pikiran,tetapi tidalam realitas[seperti kepersegian]oleh karena itu,terdapat tiga cabang filsafat teoretis:filsafat yang membahas hal-hal sepanjang gerak terkait dengannya,baik dalam realitas maupun dalam pikiran;filsafat yang membahas dalam hal-hal sepanjang gerak terkait dengannya dalam realitas,tetapi tidak dalam pikiran;dan filsafat yang membicarakan hal-hal sepanjang gerak tidak terkait padanya baik dalam realitas maupun dalam pikiran,tidak jadi soal apakah gerak dapat dikaitkan dengannya,seperti dalam kasus kesatuan,ataukah tidak dapat,seperti dalam kasus Tuhan. Jenis yang pertama adalah fisika,kedua adlah matematika murni,dan ketiga adalah metafisika.
Di sisi lain,filsafat praktis mempelajari salah satu dari hal-hal berikut:
1. Prinsip-prinsip yang mendasari berbagai urusan publik antara anggota masyarakat;
2. Prinsip-prinsip yang mendasari berbagai urusan personal didalam masyarakat;atau
3. Prinsip-prinsip yang mendasari urusan individu
- Metafisika
Menurut Ibnu Sina metafisika adalah ilmu yang memberikan pengetahuan tentang prinsip=prinsip filsafat teoretis.
- Wujud
Sebagaimana para filsuf muslim terdahulu,misalnya Al-Farabi,bersifat emanasionistis. Dari Tuhanlah,Kemaujudan Yang Mesti,mengalir inteligensi pertama,sendirian karena hanya dari yang tunggal,yang mutlak,sesuatu dapat mewujud.
- Hubungan jiwa-RagaIbnu Sina seperti Al-Farabi,berpendapat bahwa jiwa adalah wujud rohani[imateri]yang berada dalam tubuh.
2. AR-RAZI yang nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi.
- Karya-karya Ar-Razi adalah :
Buku-buku Ar-Razi menurut ibn An-Nadim adalah 118 buku,19 surat,4 buku,6 surat, dan satu makalah jumlah seluruhnya 148 buah. Ibn Abi Usaibi’ah menyebutkan 236 karyannya,tetapi beberapa di antarannya tidak jelas pengarangnya. Buku-buku tersebut dikelompokkan sebagai berikut:
(a) Ilmu kedokteran
(b) Ilmu fisika
(c) Logika
(d) Matematika dan astronomi
(e) Komentar,ringkasan,dan ikhtisar
(f) Filsafat dan ilmu pengetahuan hipotesis
(g) Metafisika
(h) Teologi
(i) Alkimia
(j) Ateisme
(k) Campuran.
Di antara buku Ar-Razi yang dapat disebutkan di sini,sebagai berikut:
1. Ath-Thibb Ar-Ruhani,
2. Ash-Shirat Al-Falsafiyyah,
3. Amarat Iqbal Ad-Daulah,
4. Kitab Al-Ladzdzah,
5. Kitab Al-Ilm Al-Ilahi,
6. Maqalah fi Ma’bad Ath-Thabi’ah,
7. Al-Hawi fi Ath-Thibb,
8. Manshuri,
9. Kitab Sirr Al-Asrar,
10. Muluki,
11. Kitab Al-Jami Al-Kabir
- Dasar filsafat Ar-Razi
Dasar filsafatnya tampak dari pandangan Ar-Razi yang mengklaim bahwa praktik kedokteran itu bersandar pada filsafat-suatu praktik yang baik amat bergantung pada pemikiranyang bebas(filsafat). Secara umum, Filsafat Ar-Razi dikrnal dengan ajaran ‘’Lima Kekal”. Penjelasan tentang lima kekal,sebagaimnana Al-Biruni mengatakan,Muhammad ibn Zakaria Ar-Razi telah melaporkan kekekalan lima hal dari yunani kuno,yaitu:Tuhan,roh universal,materi pertama,ruang mutlak,dan waktu mutlak. Kelima hal ini menjadi landasan ajarannya.
- Filsafat Rasionalis
Ar-Razi adalah seorang rasionalis murni. Dalam bidang kedokteran,studi klinis yang dilakukannyatelah menghasilkan metode yang kuat tentang penemuan yang berpijak pada observasi dan eksperimen.
- Filsafat Moral
Filsafat ini dapat digali dari karyanya: Ath-Thibb Ar-Ruhani dan Ash-shirat Al-falasafiyyah.
3. IBNU MISKAWAIH yang nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Kasim Ahmad[Muhammad] bin Yaqub bin Miskawaih.
- Karya-karya Ibnu Miskawaih adalah:
Jumlah karya tulisnya dalam tulisan Abdul Azis Dahlan yang mendasarkan kepada para penulis masa lalu adalah sebanyak 18 buah judul yang kebanyakan berbicara tentang jiwa dan akhlak[etika]. Lain halnya dengan Yaqut memberikan daftar 13 buah karya Miskawaih.Untuk bahan rujukan,penulis rinci sebagai berikut:
1. Al-Fauz Al-Akbar [tentang keberhasilan besar],
2. Al-Fauz Al-Asghar[tentang keberhasilan kecil],
3. Tajarib Al-Umam[tentang pengalaman bangsa-bangsa sejak awal sampai ke masa hidupnya],
4. Uns Al-Farid[kumpulan anekdot,syair,peribahasa, dan kata-kata mutiara],
5. Tartib As-Sa’adah [tentang akhlak dan politik],
6. Al-Musthafa [syair-syair pilihan],
7. Jawidan Khirad [kumpulan ungkapan bijak],
8. Al-Jami,
9. As-Siyar[tentang aturan hidup],
10. Tahzib Al-Akhlaq [pendidikan akhlak],
11. Ajwibah wa Al-as’ilah fi An-Nafs wa Al-Aql [tanya jawab tentang jiwa],
- Dasar Filsafat Ibnu Miskawaih
Penting untuk mengetahui posisi umum filsafat Miskawaih. Karena ia menggarap begitu banyak bidang,mulai sejarah hingga psikologi dan kimia,menarik untuk mencari prinsip pokok filsafatnya yang menyatukan semua kontribusinya bagi pengetahuan, tetapi itu tidak gampang ditemukan. Meskipun demikian tentu saja harus diakui bahwa kebanyakan karyanya tidak lagi ada,dan karena itu sulit membentuk sitra utuh atas sosok pemikirannya dengan derajat ketepatan tertentu.
Dalam karyanya Al-Fauz Al-Asghar, Miskawaih, mengetengahkan uraian tentang sifat dasar Neoplatonisme yang agak tidak lazim,yang di dalamnya ia mengklaim bahwa para filsuf klasik(yakni, Yunani),tidak meragukan eksistensi dan keesaan Tuhan sehingga tidak apa-apa mempertemukan pemikiran mereka dengan Islam.
- Filsafat Etika
Karya etika Miskawaih sangat lain, dan karya etika itu menunjukkan bukti pemahamannya mengenai kesulitan-kesulitan konseptual dalam bidang tersebut.
- Filsafat Ketuhanan
Buku Miskawaih, Al-Fauz Al-Asghar,merupakan sebuah risalah umum yang mempunyai konsepsi yang sama dengan bagian pertama buku Al-Farabi; Ara’ahl Al-Madinah Al-Fadhilah. Buku ini di bagi menjadi tiga bagian pertama berkenan dengan pembuktian akan adanya Tuhan; bagian kedua tentang roh dan ragamnya dan bagian ketiga tentang kenabian.
- Teori Evolusi dan Keabadian Roh
Teori Miskawaih tentang teori evolusi secara mendasar sama dengan teori Ikhwan Ash-Shafa’. Teori itu terdiri atas empat tahapan evolusi: evolusi mineral,tumbuhan,binatang,dan manusia.
4. IBNU RUSYD yang nama lengkapnya adalah abu Al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd .
- Karya-karya Ibnu Rusyd adalah:
Karya-karya teoretisnya memperlihatkan bahwa ia adalah seorang ahli terkemuka dalam ushul fiqh dan dalam studi atas berbagai pendapat yang ditawarkan oleh beberapa mahzab besar fiqh (ikhtilaf). Ini menghubungkannya dengan gagasan pembaruan fiqh Maliki yang menganjurkan pengintegrasian penalaran analogis (qiyas. Meskipun tidak meninggalkan karya yang setara, putranya yang bernama Abu Al-Qasim Ahmad juga dikaitkan dengan kehidupan publik sejak menduduki posisi yang sama.
Karya Fiqh Ibni Rusyd benar-benar memuat sudut pandang filosofis. Di samping potongan-potongan karyanya ia meninggalkan, dalam karya utamanya Bidayah Al-Mujtahid wa Nihdyah Al-Muqtashid,yang sebagian terbesar di tulis sejak sekitar tahun 564H/1168 M- sebuah uraian logis tentang hukum islam yang monumental.
Karya Ilmiah Ibnu Rusyd menonjol dalam dua bidang,astronomi/kosmologi dan kedokteran. Dalam bidang pertama,ia melakukan sejumlah pengamatan pada masa mudanya, tetapi ia tertarik khususnya pada pembahasan akibat-akibat dari kritik Arstotelian terhadap sistem Ptolematik, sebuah kritik yang sudah diawali oleh Ibnu Bajjah dan Ibnu Thufail.
- Dasar filsafat Ibnu Rusyd
- Agama dan Filsafat
Dalam rangka membela filsafat dan para filsuf muslim dari serangan para ulama,terutama Al-Ghazali,Ibnu Rusyd antara lain menegaskan bahwa antara agama (Islam) dan Filsafat tidak ada pertentangan. Inti filsafat tidak lain dari berpikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta segala yang ada ini. Ibnu Rusyd mendasarkan argumennya [istidalal] dengan dalil Al-Quran [Al-Hasyr:2] dan [Q.S Al-Isra’:184] menyuruh manusia berpikir tentang wujud atau alam yang tampak ini dalam rangka mengetahui Tuhan. Dengan demikian,sebenarnya Al-Quran menyuruh umat manusia berfilsafat. Oleh karena itu,dapat disimpulkan berdasarkan perintah Al-Quran bahwa kaum muslim wajib berfilsafat [wujub-al-aql], atau mempelajari [mengambil manfaat] filsafat Yunani, bukan dilarang atau diharamkan.Menurut Ibnu Rusyd bila ada teks wahyu yang arti lahiriahnya bertentangan dengan pendapat akal, teks itu haruslah ditakwilkan atau ditafsirkan sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai dengan pendapat akal. Kajian ini terlihat darikitabnya, fasl Al-Maqal fima bain Al-Hikmah wa Asy-Syari’ah min Al-Ittishal.
- Qadim-nya Alam
Dalam rangka menangkis serangan Al-Ghazali terhadap paham qadim-nya alam,Ibnu Rusyd menegaskan bahwa paham qadim-nya alam itu tidak bertentangan dengan ajaran Al-Quran. Bahkan sebaliknya.
- Kebankitan Jasmani
Dalam rangka menangkis serangan Al-Ghazali,Ibnu Rusyd menyebutkan bahwa terdapat pertentangan dalam tulisan Al-Ghazali mengenai kehidupan manusia pada hari akhirat. Menurut Ibnu Rusyd,Al-Ghazali dalam bukunya, Tahafut Al-Falasifah menyatakan bahwa tidak ada ulama yang berpendapat bahwa kebangkitan pada hari akhirat hanya bersifat rohani,tetapi dalam bukunya yang lain,ia menyatakan bahwa kaum sufi berpendapat bahwa yang akan terjadi pada hari akhirat adalah kebangkitan rohani. Jadi, menurut Ibnu Rusyd tidaklah ada ijma’ (kesepakatan) ulama tentang kebangkitan jasmani pada hari akhirat,dan karena itu,paham yang menyatakan kebangkitan di akhirat hanya bersifat rohani saja,tidak dapat dikafirkan dengan alasan adanya ijma’.
- Pengetahuan Tuhan
Masih dalam rangka menangkis serangan Al-Ghazali terhadap para Filsuf Muslim,Ibnu Rusyd menyatakan bahwa para filsuf Muslim tidaklah mempersoalkan apakah Tuhan mengetahui hal-hal yang juz’i (perincian yang terjadi) pada alam semesta ini atau tidak mengetahuinya. Seperti halnya setiap ulama Islam, para filsuf muslim juga berpandangan bahwa Tuhan mengetahui hal-hal yang bersifat juz’i pada alam ini.
5. MUHAMMAD IQBAL
- Karya dan Dasar Filsafat Muhammad Iqbal
Pemikiran filsafat Iqbal dalam karya monumental Iqbal,The Reconstruction of Religius Thought in Islam, banyak dipengaruhi oleh guru-gurunya, misalnya kerab Iqbal tampaknya masih bercampur-baur dengan pandangan para pemikir barat lainnya,seperti Professor Whitehead,Bergson,Bertrand russel dalam menjelaskan alam dan logika dalam kajian filsafat.
Meskipun demikian,secara khusus,Iqbal menulis kajian filsafat dalam bukunya dengan tema The Philosophical Test of the Revelations of Religious Experience. Dalam topik ini, tampak teori Iqbal tentang filsafat dalam bentuk teori dinamika. Pemikiran Iqbal ini didasari dari berbagai teori ilmu alam yang telah disampaikan oleh para tokoh dunia sebelumnya,seperti Einstein,Newton,dan sebagainya sehingga Iqbal berkesimpulan bahwa dunia[pemikiran] ini adalah dinamis.
Landasan filsafat Iqbal dapat diketahui ketika ia mengkritik para filsuf terdahulu dalam menjelaskan keberadaan Tuhan. Ada tiga landasan filsafat Iqbal dalam mengungkap kebenara Tuhan; yakni kosmologis,teleologis dan ontologis. Ketiga aspek ini menjadi satu paket dalam teori gerak nyata[dinamis] pemikiran Iqbal. Ketiga aspek ini tidak bisa dihindari menjadi suatu keharusan apabila seseorang ingin menerapkan teori dinamis pemikiran ala Iqbal.
6. MUHAMMAD ARKOUN
- Karya dan Dasar Filsafat Muhammad Arkoun
Di antara karya-karyanya adalah Rethinking Islam Today, Mapping Islamic Studies, Genealogy, and Change, The Untought in Contemporary Islamic Thought, al-Turath: Muhtawahu wa Huwiyyatuhu –sijjabiyatuhu wa salbiyatuhu, Min al-Ijtihad ilal al-Naqd al-‘Aql al-Islami, al-Fikr al-Ushuli wa Istihalat al-Ta’shil: Nahwa Tarikhin Akhbar li al-Fikr al-Islami, al-Quran min al-Tafsir bil Mauruth, Lectures de Coran, Min Faysal al-Tafriqah ila Fasl al-Maqail: Aina huwa al-Fikr al-Islami al-Mu’ashir, The Concept of Authorithy in Islamic Thought,dan Religion and Society.
Muhammad Arkoun adalah penerus dari usaha Arthur Jeffery dalam mendekontruksi al-Quran. Arkoun dalam melakukan serangan terhadap otensitas al-Quran menggunakan dua konsep yaitu konsep dekonstruksi dan konsep historitas.
- Konsep Dekonstruksi
Arkoun mengklaim bahwa strategi dekonstruksi yang ia tawarkan sebagai sebuah strategi terbaik karena strategi ini akan membongkar dan menggerogoti sumber-sumber Muslim tradisional yang mensucikan “kitab suci”. Strategi ini berawal dari pendapatnya bahwa sejarah al-Quran sehingga bisa menjadi kitab suci dan otentik perlu dilacak kembali. Dan ia mengklaim bahwa strateginya itu merupakan sebuah ijtihad.
Dengan Ijtihadnya ini Arkoun menyadari bahwa pendekatannya ini akan menantang segala bentuk penafsiran ulama terdahulu, namun ia justru percaya bahwa pendekatan tersebut akan memberikan akibat yang baik terhadap al-Quran. Dan menurutnya juga, pendekatan ini akan memperkaya sejarah pemikiran dan memberikan sebuah pemahaman yang lebih baik tentang al-Quran, dengan alasan karena metode ini akan membongkar konsep al-Quran yang selama ini telah ada.
Berdasarkan pendekatan tersebut Arkoun membagi sejarah al-Quran menjadi dua peringkat: peringkat pertama disebut sebagai Ummul Kitab, dan peringkat kedua adalah berbagai kitab termasuk Bible dan al-Quran. Pada peringkat pertama wahyu bersifat abadi, namun kebenarannya di luar jangkauan manusia, karena wahyu ini tersimpan dalam Lauh al-Mahfudz. Wahyu (Preserved Tablet) dan berada di sisi Tuhan, dan yang bisa diketahui manusia hanya pada peringkat kedua yang diistilahkan oleh Arkoun sebagai “al-Quran edisi dunia” (editions terrestres) namun menurutnya al-Quran pada peringkat ini telah mengalami modifikasi dan revisi dan subsitusi
- Konsep Historitas
Dan tentang konsep historitas, Arkoun mengatakan “bahwa pendekatan historisitas, sekalipun berasal dari Barat, namun tidak hanya sesuai untuk warisan budaya Barat saja. Pendekatan tersebut dapat diterapkan pada semua sejarah umat manusia dan bahkan tidak ada jalan lain dalam menafsirkan wahyu kecuali menghubungkannya dengan konteks historis.”
Arkoun juga menyatakan bahwa Strategi terbaik untuk memahami historisitas keberadaan umat manusia ialah dengan melepaskan pengaruh idiologis. Sehingga menurutnya, metodologi multidisiplin dari ilmu sejarah, sosiologi, antropologis, psikologis, bahasa, semiotik harus digunakan untuk mempelajari sejarah dan budaya Islam. Jika strategi ini digunakan, maka umat Islam bukan saja akan memahami secara lebih jelas masa lalu dan keadaan mereka saat ini untuk kesuksesan mereka di masa yang akan datang, namun juga akan menyumbang kepada ilmu pengetahuan modern.
Mohammed Arkoun adalah orang yang secara tuntas mencoba menggunakan hermeneutika dalam penafsiran Al-Qur’an. Untuk kepentingan analisisnya, Arkoun meminjam teori hermeneutika dari Paul Ricour, dengan memperkenalkan tiga level tingkatan wahyu.
Pertama Wahyu sebagai firman Allah yang tak terbatas dan tidak diketahui oleh manusia, yaitu wahyu al-Lauh Mahfudz dan Umm al-Kitab.
Kedua, Wahyu yang nampak dalam proses sejarah. Berkenaan dengan Al-Qur’an, hal ini menunjuk pada realitas Firman Allah sebagaimana diturunkan dalam bahasa Arab kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih dua puluh tahun.
Ketiga, Wahyu sebagaimana tertulis dalam Mushaf dengan huruf dan berbagai macam tanda yang ada di dalamnya. Ini menunjuk pada al-Mushaf al-Usmani yang dipakai orang-orang Islam hingga hari ini.
Mohammed Arkoun membedakan antara periode pertama dan periode kedua. Menurut Arkoun, dalam periode diskursus kenabian, al-Qur’an lebih suci, lebih autentik, dan lebih dapat dipercaya dibanding ketika dalam bentuk tertulis. Sebabnya, al-Qur’an terbuka untuk semua arti ketika dalam bentuk lisan, tidak seperti dalam bentuk tulisan. Arkoun berpendapat status al-Qur’an dalam bentuk tulisan telah berkurang dari kitab yang diwahyukan menjadi sebuah buku biasa. Arkoun berpendapat bahwa Mushaf itu tidak layak untuk mendapatkan status kesucian. Tetapi muslim ortodoks meninggikan korpus ini ke dalam sebuah status sebagai firman Tuhan.
Dua konsep pemikiran Mohammed Arkoun yang liberal di atas yaitu dekonstruksi dan historitas telah membuat paradigma baru tentang hakikat teks al-Qur’an. Pendekatan historisitas Mohammed Arkoun justru menggiring¬nya untuk menyimpulkan sesuatu yang ahistoris, yaitu kebenaran wahyu hanya ada pada level di luar jangkauan manusia. Mohammed Arkoun mengakui kebenaran Umm al-Kitab, hanya ada pada Tuhan sendiri. Ia juga mengakui .kebenaran dan kredibilitas bentuk lisan AI-Qur’an, tetapi bentuk itu sudah hilang selama-lamanya dan tidak mungkin ditemukan kembali. dan bisa kita simpulkan bahwa pendekatan historisitas yang diterapkan Arkoun justru menggiringnya kepada sesuatu yang tidak historis. Sesuatu yang tidak mungkin dicapai kebenarannya oleh kaum Muslimin. Padahal, sepanjang zaman fakta historis menunjukkan, kaum Muslimin dari sejak dulu, sekarang dan akan datang, meyakini kebenaran al-Qur’an Mushaf 'Uthmani.
Pendapat Arkoun bahwa al-Quran yang asli itu tersimpan di Lauh al-Mahfudz diikuti oleh Dawam Raharjo yang merupakan salah satu perintis liberalisasi Islam di Indonesia pada tahun 1960-an, ia menyatakan: “Ketika turun kepada Nabi, wahyu itu bekerja dalam pemikiran Muhammad sehingga mengalami transformasi dari bahasa Tuhan ke bahasa manusia. Dan ketika wahyu itu disampaikan kepada sahabat, beberapa sahabat mentransformasikannya pula dalam bentuk transkip yang tunduk kepada hukum-hukum bahasa yang berlaku. Dan kemudian ketika dilakukan kodifikasi, komisi yang dibentuk oleh Khalifah Usman melakukan seleksi dan penyusunan dan pembagian wahyu ke dalam surat-surat menjadi antologi surat-surat. Namun disitu terdapat peranan dan campur tangan manusia dalam pembentukan teks al-Quran seperti kita lihat sekarang. Karena adanya campur tangan manusia, wajar jika terjadi kesalahan dalam proses itu yang mendistrosi wahyu yang semula tersimpan di Lauh al-Mahfudz itu. Hal itu bisa dipahami melihat kasus kodifikasi hadits yang mengandung ribuan hadits palsu itu. Apalagi dalam penetapan Mushaf Utsmani, Khalifah memerintahkan untuk membakar sumber-sumber yang menimbulkan masalah yang controversial. Namun demikian, siapa tahu di antara berbagai masalah yang sangat controversial yang dibakar itu justru sesungguhnya terdapat teks yang benar? Dan sebaliknya juga, siapa tahu bahwa sebagian dari kodifikasi itu terdapat teks yang keliru? Dalam hal ini, Aisyah sendiri mengakui kemungkinan terjadinya kecerobohan pada penulisan teks al-Quran.”
PENUTUP
Dari apa yang dituliskan dalam makalah ini, sebebenarnya terdapat keterbatasan, yakni tidak semua para filosof muslim dibahas dalam makalah ini, terutama lagi tidak semua pula pendangan-pandangan para filosof yang dituliskan pada makalah ini, hanya beberapa saja yang dianggap mereka terkenal dalam bidang keilmuan yang dituliskan. Masih banyak lagi filosof muslim yang tidak dituliskan, seperti ibnu thufail, ibnu bajjah, ikhwan al-shafa dan lain sebagainya.
Dapat disimpulkan, dari lahirnya para tokoh di atas tadi yang menjadi sebab adanya karya-karya mereka yang banyak, merupakan hal yang membanggakan bagi khazanah keilmuan islam. Sayangnya saja, karya-karya mereka yang banyak itu tidak kita temui secara keseluruhan pada saat ini, karena terjadinya keadaan-keadaan yang menyulitkan para filosof, seperti halnya kejadian yang menimpa ibnu rusyd yang karya-karyanya di bakar.
Tapi, bukan berarti kita tidak dapat mempelajari karya-karya mereka yang tersisa saat ini, kita juga dapat mempelajari karya-karya filosof yang lahir setelah mereka dan dengan sebab ini pula banyak karya-karya baru yang mereka tuliskan sehingga kita sebagai orang muslim tidak kehilangan akan khazanah keilmuan berkat jerih payah mereka.
Semoga dengan apa yang dituliskan ini bermanfaat, setidaknya menambah pengetahuan mengenai filosof muslim dan pemikirannya meski sedikit yang dicantumkan pada makalah ini. Semoga dapat membantu bagi yang membutuhkan. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi Dedi.2009.Filsafat Islam (Konsep Filsuf Dan Ajaranya).Bandung:CV Pustaka Setia
https://www.google.com/search?newwindow=1&q=karya-karya+muhammad+arqoun&btnG Diakses 11.30 PM
JURNALISTIK
Nama : Neliyana Yunita Umbola
Nim : 2914 13 002
SEJARAH PERKEMBANGAN JURNALISTIK
PROSES KERJA JURNALISTIK
PENGERTIAN BERITA
BAHASA JURNALISTIK
SEJARAH PERKEMBANGAN JURNALISTIK
Sejarah Jurnalistik di Dunia
Sejarah jurnalistik di dunia
Sejarah Jurnalistik di dunia Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja. Itu terbukti pada Acta Diurna sebagai produk jurnalistik pertama pada zaman Romawi Kuno, ketika kaisar Julius Caesar berkuasa. Sekilas tentang pengertian dan perkembangan jurnalistik, Assegaff sedikit menceritakan sedikit sejarah. Bahwa jurnalistik berasal dari kata Acta Diurna, yang terbit di zaman Romawi, dimana berita-berita dan pengumuman ditempelkanatau dipasang di pusat kota yang di kala itu disebut Forum Romanum.
Namun asal kata jurnalistik adalah “Journal” atau “Du jour” yang berarti hari, di mana segala berita atau warta sehari itu termuat dalam lembaran tercetak. Karena kemajuan teknologi dan ditemukannyapencetakan surat kabar dengan system silinder (rotasi), maka istilah “pers muncul”, sehingga orang lalu mensenadakan istilah “jurnalistik” dengan “pers”. Sejarah yang pasti tentang jurnalistik tidak begitu jelas sumbernya, namun yang pasti jurnaliatik pada dasarnya sama yaitu diartikan sebagai laporan. Dan dari pengertian ada beberapa versi. Kalau dalam dari sejarah Islam cikal bakal jurnalistik yang pertama kali didunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Suhandang dalam bukunya juga menerangkan sejarah Nabi Nuh teerutama dalam menyinggung tentang kejurnalistikan. Dikisahkan bahwa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir yang sangat hebatkepada kaum yang kafir, maka datanglah maiakat utusan Allah SWT kepada Nabi Nuh agar ia memberitahukan cara membuat kapal sampai selesai. Kapal yang akan dibuatnya sebagai alat untuk evakuasi Nabi Nuh beserta sanak keluarganya, seluruh pengikutnya yang shaleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang. Tidak lama kamudian, seusainya Nabi Nuh membuat kapal, hujan lebat pun turun berhari-hari tiada hentinya.
Demikian pula angin dan badai tiada henti, menghancurkan segala apa yang ada di dunia kecuali kapal Nabi Nuh. Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas. Saat itu Nabi Nuh bersama oranng-orang yang beriman lainnya dan hewan-hewan itu telah naik kapal, dan berlayar dengan selamat diatas gelombang lautan banjir yang sangat dahsyat. Hari larut berganti malam, hingga hari berganti hari, minggu berganti minggu. Namun air tetap menggenang dalam, seakan-akan tidak berubah sejak semula. Sementara itu Nabi Nuh beserta lainnya yang ada dikapal mulai khawatir dan gelisah karena persediaan makanan mulai menipis. Masing-masing penumpang pun mulai bertanya-tanya, apakah air bah itu memang tyidak berubah atau bagaimana? Hanya kepastian tentang hal itu saja rupanya yang bisa menetramkan karisuan hati mereka.
Dengan menngetahui situasi dan kondisi itu mereka mengharapkan dapat memperoleh landasan berfikir untuk melakukan tindak lanjut dalam menghadapi penderitaanya, terutama dalam melakukan penghematan yang cermat. Guna memenuhi keperluan dan keinginan para penumpang kapalnya itu Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air, dan kian kemari mencari makanan, tetapi sia-sia belaka. Burung dara itu hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun di patuknya dan dibawanya pulang ke kapal. Atas datangnya kembali burung itu dengan membawa ranting zaitun. Nabi Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan bumi masih tertutup air, sehingga burung dara itu pun tidak menemukan tempat untuk istirahat demikianlah kabar dan berita itu disampaikan kepada seluruh anggota penumpangnya. Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik-teknik dan caranya mencari serta menyiarkan kabar (warta berita di zaman sekarang dengan lembaga kantor beritannya). Mereka menunjukan bahwa sesungguhnya kantor berita yang pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh. Data selanjutnya diperolah para ahli sejarah negara Romawi pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi (Imam Agung) mencatat segala kejadian penting yang diketahuinya pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya).
Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya. Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannya. Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu. (60 SM) dikenal dengan acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain. Baik hikayat Nabi Nuh menurut keterangan Flavius Josephus maupun munculnya acta diurna belum merupakan suatu penyiaran atau penerbitan sebagai harian, akan tetapi jelas terlihat merupakan gejala awal perkembangan jurnalistik. Dari kejadian tersenut dapat kita ketahui adanya suatu kegiatanyang mempunyai prinsip-prinsip komunikasi massa pada umumnya dan kejuruan jurnalistik pada khususnya.
Karena itu tidak heran kalau Nabi Nuh dikenal sebagai wartawan pertama di dunia. Demikian pula acta diurna sebagai cikal bakal lahirnya surat kabar harian. Seiring kemajuan teknologi informasi maka yang bermula dari laporan harian maka tercetak manjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media informasi tidak puas hanya dengan televisi, lahirlah berupa internet, sebagai jaringan yang bebas dan tidak terbatas. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah melahirkan banyak media (multimedia).
Prinsip Kerja Jurnalistik
PROSES KERJA JURNALISTIK 1. Rapat Redaksi 2. Repotase 3. Penulisan Berita 4. EDITING: proses memeriksa kembali naskah/tulisan untuk menyempurnakan tulisan, yang menyangkut ejaan, gaya bahasa, kelengkapan data, efektivitas kalimat, dan sebagainya. Pelaku disebut editor atau redaktur 5. Setting dan Lay Out: proses pemilihan Setting merupakan proses pengetikan naskah yang menyangkut pemilihan jenis dan ukuran huruf. Sedangkan layout merupakan penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan secara umum. Setting dan layout merupakan tahap akhir dari proses kerja jurnalistik. Setelah proses ini selesai, naskah dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang ditentukan. PROSES EDITING (MENYUNTING NASKAH) A. PENYUNTINGAN SECARA REDAKSIONALà Editor memeriksa tiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (benar ejaan, punya arti, dan enak dibaca). B. PENYUNTINGAN SECARA SUBSTANSIAL à Editor memperhatikan dat dan fakta agar tetap akurat dan benar. Isi tulisan mudah dimengerti. Sistematika harus tetap terjaga. MENYUNTING BUKAN SEKADAR MEMOTONG TULISAN AGAR PAS DENGAN SPACE, TAPI JUGA MEMBUAT TULISAN YANG ENAK DIBACA DAN MENARIK, AND TIDAK MEMPUNYAI KESALAHAN FAKTUAL KEGIATAN EDITING 1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual. 2. Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki. 3. Memperbaiki keaslahan ejaan (tanda baca, tatabahasa, angka, nama, dan alamat). 4. Menyesuaikan gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan. 5. Mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan makna serupa). 6. Menghindari dari unsure-unsur penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memeuakkan (bad taste). 7. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi (missal, anak judul/subjudul). 8. Menulis judul yang menarik. 9. Menulis keterangan gambar/caption untuk gambar/foto dan pekerjaan lain yang bersangkutan dengan cerita yang disunting. 10.Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak, mungkin masih terdapat kesalahan secara redaksional dan substansial. FOKUS EDITOR 1. Sadar akan latar belakang para pembaca (umur, taraf hidup, dan gaya hidup) sehingga naskah diharapkan sesuai dengan latar belakang itu. 1. Tegas
2. Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis memaparkan pendapatnya. 3. Haiti-hati dengan iklan terselubung yang masuk dalam tulisan. JIWA REDAKTUR 1. Memiliki wawasan luas à ilmu jurnalistik. 2. Berkepala dingin, sanggup bekerja dalam suasana tergesa-gesa dan rumit, tanpa menderita perasaan tertekan. 3. Cermat, hati-hati, tekun, dan tegas. 4. elihat sesuatu dari sudut pandang pembaca (berorientasi pada kepentingan pembaca) PRINSISP DASAR BAHASA JURNALISTIK/PERS q Fungsi à bahasa komunikasi massa à harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas di antaranya: 1. Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele- tele. 2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata. 3. Sederhana, memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis) 4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga . 5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati. Terdapat empat prinsip retorika tekstual yang dikemukakan Leech, yaitu prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresifitas. 1. Prinsip prosesibilitas, menganjurkan agar teks disajikan sedemikian rupa sehingga mudah bagi pembaca untuk memahami pesan pada waktunya. Dalam proses memahami pesan penulis harus menentukan (a) bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan; (b) bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan, dan (c) bagaimana mengurutkan satuan-satuan pesan itu. Ketiga macam itu harus saling berkaitan satu sama lain. Penyusunan bahasa jurnalistik dalam surat kabar berbahasa Indonesia, yang menjadi fakta-fakta harus cepat dipahami oleh pembaca dalam kondisi apa pun agar tidak melanggar prinsip prosesibilitas ini. Bahasa jurnalistik Indonesia disusun dengan struktur sintaksis yang penting mendahului struktur sintaksis yang tidak penting Perhatikan contoh berikut: Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata tajam, melawan serta tidak menuruti permintaan untuk menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta dengan baik. Namun jika bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di tempat sesuai dengan prosedur (Kompas, 24/1/99)
Contoh (1) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan pesan kalimat pertama. 2. Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami. Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity). Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami. Perhatikan Contoh: (1) Ketika mengendarai mobil dari rumah menuju kantornya di kawasan Sudirman, seorang pegawai bank, Deysi Dasuki, sempat tertegun mendengar berita radio. Radio swasta itu mengumumkan bahwa kawasan Semanggi sudah penuh dengan mahasiswa dan suasananya sangat mencekam (Republika, 24/11/98) (2) Wahyudi menjelaskan, negara rugi karena pembajak buku tidak membayar pajak penjualan (PPN) dan pajak penghasilan (PPH). Juga pengarang, karena mereka tidak menerima royalti atas karya ciptaannya. (Media Indonesia, 20/4/1997). Contoh (3) dan (4) tidak mengandung ketaksaan. Setiap pembaca akan menangkap pesan yang sama atas teks di atas. Hal ini disebabkan teks tersebut dikonstruksi oleh kata-kata yang mengandung kata harfiah, bukan kata-kata metaforis. 3. Prinsip ekonomi. Prinsip agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan. Ketua DPP PPP Drs. Zarkasih Noer menyatakan, segala bentuk dan usaha untuk menghindari disintegrasi bangsa dari mana pun atau siapa pun perlu disambut baik (Suara Pembaruan, 21/12/98 4. Prinsip ekspresivitas. Prinsip ini dapat pula disebut prinsip ikonisitas. Prinsip ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan aspek-aspek pesan. Dalam wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas dipaparkan menurut struktur pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu baru dikemukakan akibatnya. Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi berturut- turut, maka peristiwa yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih dulu dan peristiwa yang terjadi kemudian dipaparkan kemudian. q Dalam situasi bangsa yang sedang kritis dan berada di persimpangan jalan, karena adanya benturan ide maupun paham politik, diperlukan adanya dialog nasional. “Dialog diperlukan untuk mengubur masa lalu, dan untuk start ke masa depan”. Tutur Prof. Dr. Nurcholis Madjid kepada Kompas di kediamannya di Jakarta Rabu (23/12) (Kompas, 24/12/98). Pada contoh tampak bahwa kalimat pertama menyatakan sebab dan kalimat kedua mendatangkan akibat. Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea Bahasa jurnalistik juga mengikuti kaidah bahasa Indonesia baku. Namun pemakaian bahasa jurnalistik
lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya. Para pembelajar BIPA tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam jurnalistik dengan beberapa usaha. 1. Pemakaian kata-kata yang bernas. Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya. Dalam penggunaan kata, penulis yang menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan pada dua persoalan yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan mempersoalkan apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata yang tidak merusak wacana. 2. Penggunaan kalimat efektif. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar lengkap dalam pikiran si pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain polanya harus benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik. 3. Penggunaan alinea/paragraf yang kompak. Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat satu gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas. Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan suatu tema dari tema yang lain. (red) Sumber: www.oke.or.id
Senin, 23 Februari 2009
PENGERTIAN BERITA
Berita berasal dari bahsa sansekerta "Vrit" yang dalam bahasa Inggris disebut "Write" yang arti sebenarnya adalah "Ada" atau "Terjadi".Ada juga yang menyebut dengan "Vritta" artinya "kejadian" atau "Yang Telah Terjadi".Menurut kamus besar,berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.
News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.
Menurut Dean M. Lyle Spencer : Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca.
Menurut Willard C. Bleyer : Berita adalah sesuatu yang termasa ( baru ) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makana bagi pembaca surat kabar, atau karena ika dapat menarik pembaca - pembaca tersebut.
Menurut William S Maulsby : Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.
Menurut Eric C. Hepwood : Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting yang dapat menarik perhatian umum
Menurut Dja’far H Assegaf : Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa ( baru ), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi – segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.
Menurut J.B. Wahyudi : Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik.
Menurut Amak Syarifuddin : Berita adalah suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik media massa.
Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut. Yakni: Laporan kejadian atau peristiwa atau pendapat yang menarik dan penting disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas.
Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:
1. Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini,
jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi dua macam :
a.Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca.
Berisi informasi peristiwa khusus (special event) yang terjadi secara tiba-tiba.
b.Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung.
2. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
4. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter.
5. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat,
mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya.
Bagian Berita
Secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam susunannya yaitu
Headline.
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
Deadline.
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media.
Lead.
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.
Body.
Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan perkembangan berita.
Unsur-Unsur Berita
Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur 5W 1H yaitu :
(1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(4) When - kapan terjadinya?
(5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(6) How - bagaimana terjadinya?
(7) What next - terus bagaimana?
Resume Mata Kuliah Bahasa Jurnalistik
Pengertian Bahasa Jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang dipakai wartawan dalam menulis berita. Bahasa Jurnalistik dapat disebut juga bahasa massa / bahsa Koran. Bahasa Juranlistik sendiri memiliki sifat yaitu : komunikatif dan spesifik.
Ø Komunikatif artinya langsung kepada materi atau langsung menuju pokok persoalan (to the point), lebih terhadap denotatif, tidak bertele-tele, dan tanpa banyak basa-basi.
Ø Spesifik artinya kalimatnya biasanya pendek, kata-katanya jelas, gaya penulisannya sederhana, dab mudah dimengerti oleh massa.
Faktor Munculnya Bahasa Jurnalistik.
Mengapa bahasa jurnalistik bisa timbul ? Hal inilah yang biasanya menjadi pertanyaan orang. Ada tiga factor yang menyebabkan munculnya Bahasa Jurnalistik :
Ø Karena keterbatasan ruang dan waktu yang dimiliki oleh wartawan dalam menulis berita, maka dengan Bahasa Jurnalistik wartawan dapat menulis berita tanpa meninggalkan unsur-unsur pokok dalam berita tersebut.
Ø Kepentingan pembaca yang terbatas, seperti orang yang bergegas pergi ke kantor ia membutuhkan informasi, dan tanpa membaca seluruh isi berita, orang itu dapat mengetahui informasi apa yang terdapat dalam berita tersebut dengan hanya membaca head line, atau lead berita (paragraph utama ) dari berita tersebut.
Ø Bahasa Jurnalistik harus mudah dibaca oleh orang dengan tingkat intelektual minimal (standard).
Posisi Bahasa Jurnalistik
Posisi bahasa Jurnalistik sendiri sangat erat kaitannya dengan peran dari Bahasa Jurnalistik. Dapat dikatakan letak Bahasa Jurnalistik sangat strategis diantaranya :
Ø Bahasa Jurnalistik menjadi bahasa khusus bagi kalangan media.
Ø Bahasa Jurnalistik sendiri menjadi lead bahasa / referensi bagi masyarakat, sehingga menjadi trend center penggunaan bahasa yang digunakan masyarakat.
Ø Bahasa Jurnalistik merupakan sub-sistem dari bahasa Indonesia.
PERENCANAAN Tema : PENDIDIKAN
Nama : Neliyana yunita umbola
Nim : 291 413 00
Judul : RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) GURU SEKOLAH DASAR
Langkah-langkah awal yang dilakukan seorang guru dalam menyusun RPP adalah sebagai berikut :
A. KOMPETENSI DASAR
-Mengadakan dan menetapkan mata pelajaran yang akan di ajarkan
B. STANDAR KOMPETENSI
-Materi dari mata pelajaran yang telah di adakan dan ditetapkan sebelumnya
C. INDIKATOR
-Penjelasan guru mengenai materi dari mata pelajaran yang sudah di tetapkan
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
-Siswa bisa paham dan mengerti mengenai penjelasan guru
-Siswa dapat menjelaskan kembali apa yang telah di jelaskan dan diajarkan oleh guru
E. MATERI POKOK
-Sebelum mengajar guru sudah terlebih dahulu memilih materi pokok yang akan di ajarkan kepada siswa
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARANKegiatan AwalMengucapkan salamMengatur tempat duduk siswaMengabsen siswaBerdoaapersepsi
Kegiatan IntiGuru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaranSiswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang di ajarkanSiswa melakukan Tanya jawabSiswa di bagikan LKS serta melaporkan hasil kerjanya masing-masing
Kegiatan AkhirGuru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi pembelajaranGuru memberikan motivasi kepada siswaEvaluasiPemberian PR
G. METODE PEMBELAJARANCeramahTanya jawabDiskusiEvaluasi/penugasan
H. MEDIA DAN SUMBER
-Bahan yang di ambil,di jelaskan sebagai pendekatan atau contoh kepada siswa
I. PENILAIAN
-Tes Lisan
-Tes Tertulis