ARSIP BULANAN : May 2017

Keyboard Warrior, Pendekarnya Media Sosial.

15 May 2017 11:56:19 Dibaca : 1949

source: @wowofakta

Ada-ada saja memang tingkah pengguna internet yang tak jarang membuat banyak public figure kesal. Dari fenomena haters yang biasanya menyerang akun instagram public figure hingga netizen yang suka berdebat dikolom komentar mereka. Sampai RN salah satu public figure yang sering terlibat debat dengan mereka, dia memberi julukan sebagai Keyboard Warrior.

Keyboard Warrior marak dikaitkan dengan media sosial, yaitu ketika para netizen saling berpendapat hingga beradu debat tentang suatu fenomena dalam suatu postingan di media sosial. Dalam perdebatan semacam ini, selalu ada orang-orang yang tampak lebih banyak bicara daripada yang lain, dengan menyuguhkan data dan fakta yang tampak meyakinkan walaupun kadang-kadang hanya bermodalkan copy-paste tautan dari situs-situs lain.

Tentu tidak ada masalah dengan perilaku netizen semacam itu. Yang menjadi persoalan adalah ketika bertemu dengan mereka di kehidupan nyata dan bertatap muka, apa yang tampak di media sosial menjadi hilang sama sekali. Artinya, orang-orang tersebut diam seribu bahasa dan tidak tampak sama sekali keluasan wawasan dan kecanggihan argumen seperti yang sering ditujukan ketika berdebat di media sosial.

“Atas dasar itu, mungkin menjadi dapat dimengerti mengapa julukan keyboard warior menjadi pantas disematkan pada mereka. Ini dikarenakan oleh kenyataan bahwa hanya jika dilengkapi oleh senjata saja, yaitu keyboard, orang-orang tersebut dapat mejadi seorang “pendekar” atau warrior dalam media sosial”. Ujar Mahasiswa Ikom Ichsan Fauzi.

Para keyboard warrior ini seringkali tidak bersifat anonim. Mereka bisa saja berupa akun asli yang dapat dipertanggungjawabkan. Hanya saja terdapat jurang perbedaan besar antara sikap mereka di dunia maya dengan sikapnya di dunia nyata.

“Dalam konteks komunikasi psikologi, kita bisa meyebutnya fenomena-fenomena tersebut, baik click activist maupun keyboard warior sebagai komunikasi hiperpersonal (komunikasi yang melebihi interaksi tatap muka)”. (source: @wowfakta)

“Seseorang bisa begitu berani di dunia maya, padahal aslinya seorang penakut; seseorang bisa begitu agresif di dunia maya, padahal kenyataannya mereka seorang pendiam; seseorang juga bisa tampak berwawasan di dunia maya, padahal ketika bertatap muka, tak sedikitpun mereka mau berbicara”. Tambah Fauzi

Harus diakui, dunia maya bukan lagi semacam representasi dari dunia nyata. Dunia maya, lambat laun, telah membangun dunianya sendiri, dan semakin banyak orang yang lebih memilih untuk hidup di dunia maya tersebut.

 

Yasin Nasila | 291 414 010 | A – Ilmu Komunikasi | Jurnalistik Online