ARSIP BULANAN : March 2017

HUKUM DAN ETIKA MEDIA MASSA

30 March 2017 13:31:33 Dibaca : 3635

Media massa di Indonesia terdiri dari beberapa kategori, antara lain media cetak dan elektronik. Dalam perkembangannya, media massa tak hanya memberikan konsumsi informasi kepada khalayak atau massa, tetapi juga pendidikan dan hiburan. Saat ini, media massa berbasis elektronik telah menjamur di berbagai kalangan.

Perkembangan media massa di Indonesia dewasa ini berjalan sangat cepat, baik dalam penggunaan teknologi komunikasi maupun penguasaan perangkat lunaknya, sejalan dengan perkembangan media massa di dunia Internasional. Selain itu, pesatnya perkembangan media massa di Indonesia ini dilatar belakangi oleh faktor penggunaan teknologi telekomunikasi dan informasi yang terus berkembang. Era dunia maya (internet) telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kecepatan arus informasi yang diperlukan dalam pengembangan media massa saat ini.

Sayangnya dalam kondisi bebas seperti sekarang, malah banyak media massa justru kehilangan pedoman dan prinsip paling dasar dari etika jurnalisme. Padahal ketika kebebasan itu tinggi, sebenarnya tuntutan akan penerapan etika juga akan semakin besar. Namun terkadang kode etik di atas perlu diterjemahkan dengan lebih luas untuk kebaikan jurnalisme kedepannya. Suatu berita hendaknya berasal dari banyak sumber, bukan satu sumber untuk banyak berita. Akibatnya, kebebesan pers sering dinilai lalai dan banyak memunculkan masalah di masyarakat saat ini.

MENGENALI MASALAH – MASALAH HUKUM DAN ETIKA MEDIA MASSA

  1. Berita Tidak Berimbang
  2. Diskriminasi
  3. Kriminalistas
  4. Mengganggu Privasi.
  5. Praduga Tak Bersalah
  6. Junk Food News (berita infotaiment)

Dalam salah satu teori media, yakni teori Hirarki Pengaruh (Hierarcy of Influence Theory) yang dikenalkan oleh Shoemaker dan Reese menegaskan bahwa isi dari media dipengaruhi oleh beberapa faktor yang luas dari dalam dan luar organisasi media. Pengaruh tersebut diantaranya, tulisan seringkali dipengaruhi oleh individu, rutinitas media, kebijakan organisasional, extra media, dan ideologi. Dengan demikian, sebuah realitas dari media tidak akan lepas dari pengaruh-pengaruh tersebut. Dan konsekuensi logis dari hal tersebut adalah ketika pengaruh-pengaruh itu membawa muatan-muatan negatif yang melampaui space dari etika dan regulasi media.

PRINSIP PENYELESAIAN MASALAH HUKUM DAN ETIKA MEDIA MASSA

  1. Penyelesaian secara formal procedural dengan menyelesaikan kasus penyimpangan kode etik melalui cara yang formal yakni melalui melalui kode etik yang ada dan sesuai dengan prosedur yang berlaku
  2. Penyelesaian secara mandiri maksudnya diselesaikan tanpa perosedur yang sesuai kode etik yang berlaku.
  3. Membuat aturan deregulasi
  4. Membentuk departemen yang mengurus masalah media massa dan pers
  5. Melalui pemenuhan hak jawab narasumber oleh media pers.
  6. Memfungsikan Dewan Pers sebagai Pembina Pers Nasional
  7. Penegakan supremasi hukum yang tegas terhadap segala bentuk kebebasan pers yang menyalahi aturan
  8. Sosialisasi dan peningkatan kesadaran rakyat akan hak asasi manusia

Upaya Pemerintah dalam mengendalikan bebebasan pers di Indonesia yang menjadi salah satu prinsip penyelesaian masalah hukum dan etika media massa, yakni :

  • Pemerintah berupaya agar kebebasan pers dapat terkendali, serta dapat berkembang sesuai dengan prinsip demokrasi Pancasila.
  • Landasan Pers Nasional Indonesia
    1. Landasan Idiil : Pancasila
    2. Landasan Konstitusional : UUD 1945
    3. Landasan Yuridis : Undang-undang pokok pers
    4. Landasan Profesional : Kode etik jurnalistik
    5. Landasan Etis : Tata nilai yang berlaku dalam masyarakat
  • Sensor, adalah pengawasan dan kontrol informasi atau gagasan yang beredar dalam suatu masyarakat, seperti pengawasan atas buku, majalah, pertunjukan, film, program televisi dan radio, laporan berita, dan media komunikasi lain dengan tujuan mengubah atau menghilangkan bagian tertentu yang dianggap tidak diterima atau tidak sopan.
  • Penerbitan SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers).
  • Pendirian Departemen Penerangan.
  • Pemberlakuan UU Pers, Yaitu UU No. 40 tahun 1999.
  • Pembreidelan atau pencabutan izin terbit

SOURCE

Anzani, A. (2014, February 15). Kebebbasan Pers. Retrieved March 30, 2017, 15:10:02 from blogsopt.com: http://anitaanzani.blogspot.com/2014/02/kebebasan-pers-yang-bertanggung-jawab.html

Ari. (2013, May 13). Makalah Hukum dan Etika Media Massa. Retrieved March 30, 2017, 16:00:30 from blogspot.com: http://arisemangatselalu.blogspot.com/2013/05/makalah-hukum-dan-etika-media-massa.html

Azizan. (2016, December 1). Etika dan Hukum Media Massa. Retrieved March 30, 2017, 20:13:10 from blogspot.com: http://azizan22.blogspot.com.tr/2016/12/etika-dan-hukum-media-massa.html

R.H, L. (2012, December 9). Regulasi dan Etika Media. Retrieved March 30, 2017, 20:20:10 from blogspot.com: http://luthfyrijalulfikri.blogspot.com/2012/12/regulasi-dan-etika-media.html

Yusuf, I. A. (2010, June 1). Bincang Media. Retrieved March 30, 2017, 22:30:21 from wordpress.com: https://bincangmedia.wordpress.com/tag/etika-media-etika-media-massa/

- KELOMPOK 3 -

PERENCANAAN MEDIA

(Urgensi Perencanaan Media Sebagai Langkah Awal Pengelolaan Media Massa)

Perencanaan media merupakan kegiatan yang sangat penting dalam periklanan dan promosi media massa yang akan dibuat. Sering kali terjadi iklan dan promosi menjadi kegiatan pemborosan dana namun tidak memberikan hasil yang diharapkan. Perencanaan Media yang dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan komunikasi yang efektif sehingga pesan yang disampaikan akan mendapat perhatian lebih besar dari target audiensi atau khalayak.

TUJUAN PERENCANAAN MEDIA

Tujuan perencanaan media adalah untuk menentukan sasaran media, karena tidak ada satu media khusus yang dapat memenuhi semua sasaran dalam perencanaanya.

LANGKAH AWAL DALAM PERENCANAN MEDIA MASSA

Delapan hal pokok saat mulainya produk media massa menurut Suwidi Tono seorang praktisi dalam dunia media massa dalam bukunya: “Generasi Baru Wartawan & Dunia Pers Indonesia“, terbitan Vision, Jakarta tahun 2003, menyatakan proses awal dalam manajemen media massa yang paling menentukan adalah saat perencanaan (planning) antara lain:

1. Latar belakang dibuatnya suatu media massa.

2. Konsep produk dari media massa tersebut.

3. Posisi produk media massa nya.

4. Strategi pemasaran medianya.

5. Manajemen kepemilikan media.

6. Aspek keuangan dan asumsi dasar biaya dalam hal pembuatan media massa.

7. Area resiko dan upaya antisipasi yang di dapat saat media massa tersebut dibuat/dibangun.

8. Jadwal dan pembiayaan pra-operasi dan pasca-operasi media.

PERENCANAAN DAN STRATEGI MEDIA

Perencanaan media meliputi proses penyusunan rencana dan penjadwalan. Perencanaan media meliputi koordinasi tiga tingkat perumusan strategi: strategi pemasaran, strategi periklanan, dan strategi media. Strategi media itu sendiri terdiri dari empat kegiatan yang saling berkaitan, yakni:

a) Memilih audiens sasaran

b) Menspesifikasi tujuan media

c) Memilih kategori media dan sarana

d) Membeli media

1. Menentukan Audiensi Sasaran

Tugas perencana media adalah memilih media dan menentukan pasar dengan konsumen yang memilki sifat atau karakteristik paling sesuai dengan konsumen sasaran. Semakin besar persamaanya, maka akan semakin baik. Dalam hal ini harus diperhatikan bagaimana audiens suatu media berbeda dengan audiens umum lainnya. Jumlah target audiens juga mempengaruhi perencanaan media. Secara umum, semakin kecil target audiens, maka pesan yang disampaikan dapat dilakukan secara individu dan lebih interaktif. Beberapa faktor utama yang digunakan untuk mengetahui sasaran audiens adalah: goegrafis, demografis, pemakaian produk (misalnya produk ringan sedang atau berat), dan gaya hidup/psikografis.

2. Menentukan Tujuan Media

Tujuan media menggambarkan apa yang ingin dicapai suatu perusahaan media dengan penyampaian pesan suatu merek produk dari media tersebut, Tujuan media menjelaskan bagaimana bagian pemasaran menyampaikan pesannya kepada konsumen sedemikian rupa sehingga pesan menghasilkan efek yang baik berupa pikiran, perasaan, dan tindakan dari konsumen.

  • Cakupan Target Pasar

Setiap orang yang terlibat dalam perencanaan media harus berusaha untuk menjaugkau sebanyak mungkin target audiens yang menjadi konsumen potensial (langganan) produk dan sebanyak mungkin mengurangi jumlah audiens yang bukan menjadi target konsumen. Yang bukan menjadi target konsumen masih dapat dibenarkan jika jumlahya tidak lebih banyak dari jumlah audiens yang menjadi target konsumen seluruhnya.

  • Jangkauan

Jangkauan dapat didefinisikan sebagai jumlah audiens yang melihat, mendengar atau membaca suatu media massa tersebut dalam periode waktu tertentu dan dalam satu jumlah atau angka absolut (absolute number) atau sebagai suatu dari populasi.

  • Target Jangkauan

Target jangkauan merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam perencanaan media karena dapat menunjukan apa yang diterima oleh khalayak. Seperti contohnya apa yang diterima pemasang iklan atas uang yang telah dikeluarkannya untuk memasang iklan di media massa.

  • Frekuensi

Frekuensi atau the member of times one adalah exposed to the media vehcle, not necessary to the ad it self (berapa banyak orang yang terekspos oleh media. Belum termasuk ekspos dan iklan). Frekuensi merupakan jumlah waktu secara rata-rata dalam periode empat minggu di mana para anggota audiens sasaran diekspos oleh media (melihat. membaca, atau mendengar) yang termasuk dalam jadwal media tertentu disebut sebagai frekuensi rata-rata (atau hanya frekuensi).

3. Menetapkan Strategi Media

Tahap selanjutnya adalah menentukan bagaimana cara mencapai tujuan dari media massa tersebut yang dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan strategi media. Duncan mengemukakan pengertian strategi media sebagai : ide atau gagasan mengenai bagaimana tujuan media akan dicapai melalui seleksi berbagai kombinasi dari media. Menurutnya setiap tujuan media dapat memiliki lebih dari satu strategi media. Strategi media menjelaskan antara lain bauran media yang membahas mengenai media apa yang akan digunakan dan seberapa banyak. Hal-hal yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah:

a) Media apa yang harus digunakan dan berapa banyak?

b) Bagaimana pembagian antara penggunaan media satu arah dan media dua arah?

c) Bagaimana proses pembelian oleh target konsumen?

d) Kapan waktu terbaik menjangkau konsumen?

) Bagaimana konsentrasi media diperlukan dalam bauran media?

f) Bagaimana melakukan penjadwalan media?

g) Media apa yang paling tepat dari aspek kreatif?

h) Lingkungan media seperti apa yang paling sesuai dengan citra produk?

i) Bagaimana dengan perhitungan biaya iklan?

4. Menentukan Jadwal Media

Perencanaan media harus dapat melakukan penjadwalan atau scheduling yang tepat kapan suatu produk media massa harus muncul di media tersebut. Ini berarti perencanaan media harus memilih kapan waktu yang paling tepat agar produk media massa itu dapat diterima oleh sebanyak mungkin target konsumen atau sasaran publik.

Begitulah tahap planning atau perencanaan media massa memegang peranan penting dalam memulai sebuah produk media massa.

SOURCE

Dunia Digital Marketing. (n.d.). Dialetika Aku dan Fikiran. Retrieved February 17, 2017, 15:15:20, from wordpress.com: https://veldaardia.wordpress.com/2014/09/23/media-planner/

Mahasiswa, M. (n.d.). Kaidah Manajemen Untuk Mengelola Media. Retrieved February 17, 2017, 13:40:20 from Jurnal Pertekom: http://jurnalpertekkom.blogspot.co.id/2013/02/kaidah-manajemen-untuk-mengelola-media.html

Star Purnama. (2016, April 13). Nyeruit Kom. Retrieved February 17, 2017, 16:54:03 from blogspot.com: http://komunikasiutblampung.blogspot.nl/2016/04/makalah-perencanaan-media.html

- MANAJEMEN PERUSAHAAN MEDIA MASSA -

RAGAM BAHASA INGGRIS

16 March 2017 17:38:11 Dibaca : 8933

“KEAKRABAN membuat mereka BERBEDA?”

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda, menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.

Zae and Garry are close friends. At the corner of class after finishing lecture, both seem like talking each other. (Zae dan Garry adalah dua sahabat karib. Di pojok kelas seusai kuliah keduanya tampak berbincang-bincang)

Zae : How Cin? will you miggle with us? (jadi Cin? jadi ikut futsal tidak?)

Garry : Yes, I have been taken an oath. (yoi, saya sudah janji mau jadi coordinator)

Zae : What shot will be? (jam berapa emang?)

Garry : 7 p.m (tujuh malam, Cin)

Suddenly, the lecturer comes to the class. (tiba-tiba datang dosen ke dalam kelas.)

Zae : Afternoon, sir. Is there something left? (selamat siang, pak. Ada yang ketinggalan?)

Dosen : Please tell other friends that the last submission of paper work will be tomorrow. (tolong teman-teman yang lain diberi tahu makalahnya harus dikumpulkan paling lambat besok ya.)

Zae : Allright, sir. I’ll tell other friends. (baik, pak. Nanti saya sampaikan kepada teman-teman yang lain)

Dosen : Ok, thanks. (ok, terima kasih)

After the lecturer leaving class, Raf come in class. (setelah dosen pergi, Raf pun masuk ke dalam kelas)

Raf : I am not able to join you. (saya kayaknya nggak jadi ikut sebentar.)

Garry : Wait, what is going on? (lah, kenapa?)

Raf : My sibling comes from Gorontalo. (ada saudara saya datang dari Gorontalo)

Zae : Alright, you can join us next time. (ya sudah lain kali ikut futsal yah)

Raf : Ok. (siap)

Berdasarkan contoh petikan situasi diatas, dapat kita lihat jelas terjadi perubahan ragam bahasa yang digunakan meskipun situasi tersebut terjadi dalam satu lokasi dan satu waktu. Situasi yang pertama, merupakan salah satu contoh ragam bahasa inggris yang akrab atau dikenal dengan slang (yang dalam bahasa Indonesianya adalah bahasa gaul) antara dua sahabat karib. Keakraban ini dapat kita ketahui dari bahasa yang digunakan seperi sapaan Cin dan penggunaan bahasa gaul yang diketahui kedua penutur. Dan situasi yang kedua, adalah contoh situasi ragam bahasa inggris yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosennya. Keduannya menggunakan bahasa yang lebih formal dari pada ragam bahasa inggris akrab/intim. Sedangkan situasi yang terakhir, contoh ragam bahasa inggris santai atau dikenal dengan bahasa informal, yaitu dengan percakapan antara teman sekelas tetapi hubungan keduanya tidak sedekat seperti yang terjadi pada situasi pertama. Menurut Martin Joss, terjadinya ragam bahasa disebabkan karena adanya perbedaan situasi berbahasa atau perbedaan dalam hubungan antar pembicara dan pendengar. Jadi, ragam bahasa inggris akan terlihat tergantung pada situasi yang ada dan juga hubungan antara sang penutur (pembicara) dan pendengarnya.

- KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA | JURNALISTIK ONLINE -