KATEGORI : PRAKTIKUM BIOLOGI 2024

Pengamatan Jaringan Pada Tumbuhan dan Hewan_Praktikum 8

15 November 2024 13:14:21 Dibaca : 25

A. Title

Observation of Networks in Plants and Animals

B. Purpose

1. Knowing Embryonic Tissue in Plants and Animals

2. Differentiate the structure of plant and animal tissue

3. Knowing the Location of the Network

4. Know the Basic Network in Plants and Animals

5. Know the support network in plants and animals

C. Tools and Materials

D. Work Procedures 

E. Results of Observation

F. Results of Discussion

Based on the results of the observations we made, in the first experiment, which was the observation of plant and animal networks, in dicotyledonous plants. Permanent tissue is a tissue composed of adult cells that have been differentiated, but in certain circumstances can be meristematic again. Permanent tissue consists of protective tissue, basic tissue (parenchyma), reinforcing tissue, and transport tissue. For animals, there are two groups of tissue, namely seed tissue and body tissue. The seed network actively divides itself to produce new seeds. Body tissue includes epithelial tissue, connective tissue, muscle tissue, and nerve tissue. In the plant tissues that we observed in this practicum, there are several plant constituent tissues which are protective tissues (epidermis). fruit. In this practicum, almost all parts of the plants we observed have epidermis, only the roots of Amaranthus spinosus have epidermal tissue. Basic tissue (parenchyma), parenchyma tissue is a tissue formed from living cells, with varying morphological and physiological structures and still performing physiological processes. In this practicum, the basic network is only found on corn stalks.

      For observations on corn stalks, the parts that have been observed are in accordance with the existing literature, for corn roots, the parts that are in our experiment are lacking for the hairy layer, outer cortex fiber, and pericycle that should be there. For the observation on the stem of Zea mays is in accordance with the available literature. And for the observation of Amaranthus spinosus that can be seen in the observation, we only see the xylem and phloem parts. Because at the time of observation the preparation used broke. But actually on Zea mays. there is a part that shows the network of cortex, epidermis, xylem and phloem. For oryza sativa there are similarities with the literature between the networks, differences 

the form of the organizing network. However, there are slight differences due to unclear observation results.

      According to (Herliani. & Elsje. T. 2020). Plant tissue on the stem consists of several main layers that support the function and growth of the stem. The outermost part is the epidermis, which protects the stem from physical damage and water loss. Under the epidermis, there is a cortex that plays the role of storing food reserves. The next layer is the vascular network consisting of xylem and phloem. Xylem functions to transport water and minerals from the roots to all parts of the plant, while phloem transports the results of photosynthesis from leaves to the rest of the plant body. Between the xylem and the phloem there is a cambium, a meristematic network that produces new cells so that the stem can grow (secondary thickening).

DOCUMENTATION

 

 

A. Judul

Pengamatan Bentuk Sel Darah Manusia Melalui Metode Pewarnaan Giemsa

B. Tujuan

1. Mahasiswa Terampil Membuat Apusan Darah Yang Dapat Memberi Gambaran Jelas Mengenai Bentuk-bentuk Sel Darah

C. Alat dan Bahan

D. Prosedur Kerja

E. Hasil Pengamatan

F. Hasil Pembahasan

      Berdasarkan hasil dari pengamatan yang praktikan lakukan, pada percobaan pertama yaitu pengamatan bentuk sel darah manusia melalui metode pewarnaan gieamsa dengan menggunakan lensa 40 × 0,65 praktikan tidak menemukan hasil karena mikroskop bermasalah sehingga praktikan tidak menemukan gambar yang jelas. Kemudian pada hasil pengamatan kedua dengan lensa yang sama yaitu 40 × 0,65 praktikan tetap belum menemukan hasil karena terlalu banya meneteskan giemsa. Pada hasil pengamatan ketiga dengan lensa 100 × 1,25 praktikan tidak menemukan hasil juga di karenakan proses apusan tidak sempurna sehingga sulit untuk mendapat tipe sel darah. Namun pada hasil pengamatan percobaan ke empat dengan lensa 40 × 0,65 praktikan menemukan hasil yaitu menemukan gambar dari sel darah merah. Setelah menemukan sel darah merah, praktikan masih melakukan percobaan untuk mendapatkan sel darah putih tetapi praktikan tidak menemukan hasil sehingga pada pengamatan ini praktikan hanya menemukan satu tipe sel darah yaitu sel darah merah.

DOKUMENTASI

Pengamatan Di bawah Mikroskop

Kepik Darah Merah

A. Judul

Pengamatan Organ Dan Sistem Organ Pada Tumbuhan dan Hewan

B. Tujuan

1.      Menjelaskan Derivat-derivat Organ pokok tumbuhan

2.      Menjelaskan Bagian-bagian Akar pada tumbuhan

3.      Menjelaskan Bagian-bagian Batang pada tumbuhan

4.      Menjelaskan Bagian-bagian Daun pada tumbuhan

5.      Menyebutkan Bagian-bagian dari alat reproduksi pada tumbuhan

6.      Menjelaskan Bagian-bagian pada Cyprinus carpio

7.      Menjelaskan Bagian-bagian pada Oreochromis niloticus

 

C. Alat dan Bahan

D. Prosedur Kerja

E. Hasil Pengamatan

F. Hasil Pembahasan

      Dari hasil pengamatan dan pengukuran tentang ogan tumbuhan, maka dapat kita bedakan bagian-bagian organ tumbuhan diantaranya bagian akar (radiks), Batang (caulis), Daun (folium), dan Bunga. Pada tanaman Amaranthus spinosus kami melakukan pengamatan secara morfologi dan mendapatkan hasil bahwa tanaman Amaranthus spinosus berakar serabut dengan ukuran 13,7 cm, berbatang rums (internodus) 44 cm, berdaun pangkal (basis) 4,7 cm, dan memiliki benang sari. Pada tanaman Zea mays kami melakukan pengamatan secara morfologi dan mendapatkan hasil bahwa tanaman Zea mays berakar serabut dengan ukuran 19,2 cm, berbatang buku-buku (nodus) 195,3 cm, berdaun ujung (speks) 77 cm, dan memiliki benang sari. Pada tanaman Musa paradisiaca kami melakukan pengamatan secara morfologi dan mendapatkan hasil bahwa tanaman Musa paradisiaca berakar serabut, berbatang rums (internodus), berdaun ujung (speks), serta memiliki putik dan benang sari. Pada tanaman Caesalpinia pulcherima kami melakukan pengamatan secara morfologi dan mendapatkan hasil bahwa tanaman Caesalpinia pulcherima berakar primer, berbatang rums (internodus) 62,3 cm, berdaun pangkal (basis) 1,2 cm, serta memiliki putik dan benang sari.

       Anatomi tumbuhan didefenisikan sebagai bagian dari ilmu botani yang mempelajari bentuk dan susunan bagian dalam dari tumbuh-tumbuhan. Anatomi tumbuhan ini mencakup 3 (tiga) bagian : Organ tubuh ini mencakup anatomi pada akar, batang, daun, dan bunga (Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2017).

      Untuk pengamatan pada Ikan Kita membedahnya dengan pisau bedah dan mengeluarkan bagian dalamnya dengan hati-hati. Setelah itu, kita mengambil bagian luar dan bagian dalam untuk mendapatkan bagian-bagian  tertentu. Untuk  luar kami mengambil bagian ekor, sisik, mata, sirip punggung, sisik pelpik, dan mulut. Sedangkan bagian dalam seperti insang, empedu, hati, dan usus.

DOKUMENTASI

A. JUDUL

Analisis Perbedaan Struktur Morfologi Pada Baketeri dan Jamur

B. Tujuan Praktikum

1). Untuk Morfologi Koloni Bakteri

2). Untuk Mempelajari Morfologi Koloni Jamur (Kapang dan Khamir)

C. Alat dan Bahan

1). Alat

2). Bahan

D. Prosedur Kerja

a). Morfologi Koloni Bakteri

b). Morfologi Koloni Jamur

E. Hasil Pengamatan

A. Bakteri Staphylococcus aureus

B. Bakteri Escherichia coli

C. Jamur

F. Hasil Pembahasan

      Pada hari selasa tanggal 15 oktober 2024, kami sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok melakukan pra-lab untuk membuat media sediaan bakteri Escherichia Coli dan Staphylococcus Aureus. Bahan yang kami gunakan yaitu 150 ml aquadest, 3 gr NA, dan 1 gr bubuk powder. Sebelumnya alat yang digunakan terlebih dahulu disterilkan dalam laminar air flow Kemudian 150 ml aquadest, 3 gr NA, dan 1 gr bubuk powder dicampur dalam tabung erlenmeyer yang sudah disterilkan. Selanjutnya dipanaskan pada hot  plate selama 10 menit dengan suhu 60 derajat Setelah itu media yang dibuat di sterilkan pada auto clave pada suhu 121 derajat selama 15 menit. Setelah media disterilkan, kemudian dimasukkan dalam laminar air flow. Setelah itu dimasukkan kedalam inkubator dan didiamkan selama 1 x 24 jam.

      Pada rabu 16 oktober kami melakukan perhitungan bakteri Escherichia coli dan bakteri Staphylococcus Aureus yang telah kami buat pada Selasa 12 oktober 2024 yang kami diamkan selama 1x24 jam. Dimana kami mendapatkan jumlah bakteri Escherichia Coli sebanyak 78, dan bakteri Staphylococcus Aureus sebanyak 645 yang dihitung menggunakan alat colony counter. Langkah pertama yang dilakukan oleh praktikan pada morfologi jamur yaitu mengambil sampel jamur pada roti menggunakan pinset, yang kemudian diletakkan pada kaca preparat yang sudah disterilkan menggunakan alkohol, setelah itu sampel diteteskan larutan pewarna giemsa, yang kemudian dipadatkan dengan menggunakan cover glass dan kemudian diamati dibawah mikroskop.

Menurut Syaifuddin (2017) Kerusakan roti tawar umumnya disebabkan oleh pertumbuhan kapang yaitu Aspergilus Flavus dan Rhizopus sp. Beberapa kapang dapat menimbulkan aflatoksin yang berbahaya untuk manusia. Salah satunya spesies kapang yang memiliki sifat merugikan adalah Aspergilus Flavus. Kapang Aspergilus Flavus merupakan kapang penghasil utama mikotoksin yaitu aflatoksin. Aflatoksin merupakan toksin yang berasal dari fungi yang diketahui mematikan dan karsinogenik untuk manusia. Tingginya kandungan aflatoksin pada makanan bisa mengakibatkan keracunan.

Menurut Mugiono (2015) Khamir adalah fungi uniseluler yang beberapa jenis digunakan dalam pembuatan roti atau fermentasi minuman beralkohol. Bahkan khamir digunakan untuk pembuatan sel bahan bakar biologi, khamir yang paling umum digunakan adalah sacchoromycos cerevisiae yang dimanfaatkan untuk produksi anggur, roti, dan bir dalam bentuk ragi.

DOKUMENTASI

Pengamatan Morfologi Koloni Jamur di bawah Mikroskop

Menghitung Jumlah Bakteri menggunakan alat Colony Counter

A. JUDUL

Simulasi Percobaan Hukum Mendel Dengan Menggunakan Kancing Genetika Pada Persilangan Monohibrid dan Dihibrid

B. Tujuan Praktikum

1.      Mendefinisikan istilah gen, lokus, genotif, fenotif, genom, dominan, dan resesif.

2.      Menyusun Pesilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid)

3.      Menyusun Persilangan dengan dua sifat beda (Dihibrid)

C. Alat dan Bahan

1)      Kantung Jas Laboratorium

2)      Kancing Genetika (Model Gen)

D. Prosedur Kerja

a). Monohibrid

b). Dihibrid

E. Hasil Pengamatan

1. Monohibrid

2. Dihibrid

 

F. Hasil Pembahasan

1.      Persilangan Monohibrid

      Persilangan monohibrid adalah persilangan dua individu dengan fokus pada dua sifat beda. Pada percobaan ini, kami melakukan persilangan monohibrid menggunakan kancing genetika (model gen) dengan menyilangkan bunga merah dan bunga biru dengan maksud untuk membuktikan hukum Mendel I. Bunga warna merah (MM) bersifat dominan yang disimbolkan dengan kancing genetika warna merah, dan bunga warna putih (mm) bersifat resesif yang disimbolkan dengan kancing genetika warna putih. Persilangan antara kancing merah (MM) dengan kancing putih (mm) diperoleh diperoleh F1 yang berwarna merah (Mm) karena kancing merah bersifat dominan. F1 disilangkan dengan sesamanya, diperoleh tiga macam fenotip yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih. Dengan genotip untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm). menurut hukum perbandingan Mendel, perbandingan fenotip untuk persilangan monohibrid adalah 3 : 1.  Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, untuk pengambilan 8x diperoleh data yaitu untuk warna merah sebanyak 2x, warna merah-putih sebanyak 4x, dan untuk warna putih sebanyak 2x. sehingga diperoleh perbandingan 2 : 4 : 2 yang mendekati angka rasio 1 : 1 : 1 atau 2 : 1. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil percobaan Mendel dan merupakan penyimpangan hukum Mendel I. Penyimpangan tersebut hanyalah penyimpangan semu yang dikarenakan adanya pengaruh dominasi suatu sifat, pada hal ini adalah warna merah. Dari hasil perhitungan chis-square yang kami lakukan kami mendapatkan hasil persilangan monohibrid tidak ada perbedaan (Ho) karena Ho dapat diterima, berdasarkan nilai dari tabel hitung nilainya lebih kecil dari chi-square yaitu 1,1 sedangkan dari table chi-square adalah 3,84. 

2. Persilangan Dihibrid

      Persilangan dihibrid adalah persilangan dua sifat beda. Pada persilangan dihibrid kami mencoba untuk menyilangkan dua sifat beda yaitu warna dan bentuk. Dimana warna adalah warna Merah dan Kuning, sedangkan bentuk adalah bulat dan lonjong. Pada persilangan dihibrid kancing genetika berwarna merah merupakan warna merah, kancing genetika warna kuning tetap warna kuning, kancing genetika warna hijau adalah bulat sedangkan kancing genetika warna hitam merupakan bentuk lonjong dengan maksud untuk membuktikan percobaan hukum Mendel II dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pada percobaan ini dihasilkan fenotip setelah persilangan adalah merah-bulat, merah-lonjong, kuning-bulat, dan kuning-lonjong. Dengan perbandingan genotipnya adalah 16 : 6 : 10 : 15 atau 3 : 1 : 2 : 3. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan hukum Mendel II. Kemungkinan akan mendapatkan hasil yang sesuai jika melakukan percobaan beberapa kali. Hasil persilangan dihibrid yang kami lakukan mendapatkan hasil persilangan dihibrid, ada perbedaan (H1), Karena H1 tidak dapat diterima, karena berdasarkan dari tabel hitung nilainya 45,6 lebih besar dari chi-square 7,82.

DOKUMENTASI

Kancing Genetika Monohibrid

Kancing Genetika Dihibrid