PENGAMATAN BENTUK SEL DARAH MANUSIA MELALUI METODE PEWARNAAN GIEMSA
A. Judul
Pengamatan bentuk sel darah manusia melalui metode pewarnaan giemsa
B. Tujuan
Mahasiswa terampil membuat apusan darah yang dapat memberi gambaran yang jelas mengenai bentuk-bentuk sel darah
C. Alat Dan Bahan
D. Prosedur kerja
E. Hasil Pengamatan
F. Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian dengan menggunakan sel darah manusia sebagai sampel dan menggunakan metode pewarnaan giemsa, pengambilan darah di ambil pada jari ke 2,3 dan 4 menggunakan pen lancet setelah kami mengambila tetesan darah yang ke 3 dan di teteskan di atas kaca preparat lalu ratakan dan dibiarkan mengering sebelum dilakukan proses pewarnaan dengan larutan Giemsa. Setelah proses pewarnaan dan pencucian, slide diobservasi di bawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 . hasil yang kami dapatkan ada Eritrosit Sel darah merah tampak bulat dan tidak berinti, berwarna merah muda. Juga Leukosit yang mempunyai beberapa tipe leukosit, masing-masing dengan karakteristik yang berbeda yaitu. Neutrofil Memiliki inti yang tersegmentasi dan sitoplasma yang berwarna abu-abu. Limfosit Inti bulat besar dan sitoplasma sempit, berperan dalam pertahanan imun spesifik. Monosit Inti berbentuk ginjal dan sitoplasma yang lebih banyak, berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil Inti yang tersegmentasi dan granula berwarna merah, terlibat dalam reaksi alergi dan infeksi parasit. Basofil Inti yang sulit dilihat karena banyaknya granula biru yang mengandung histamin.
Menurut Dzikra Arwie, 2020, Tubuh manusia membutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan bakteri, virus, dan penyakit. Perhitungan sel darah putih bisa memberikan informasi tentang kondisi tubuh manusia seperti diagnosa penyakit. Darah adalah suatu jaringan tubuh yang berada pada kondisi konsistensi cair menyerupai sirup dengan berat jenis 1,055 dan memiliki kekentalan dua setengah kali dari air. Darah beredar dalam tubuh melalui suatu sistem tertutup (pembuluh darah).
PENGAMATAN ORGAN & SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN & HEWAN
A. JUDUL
Pengamatan Organ & Sistem Organ Pada Tumbuhan & Hewan
B. TUJUAN
1.Menjelaskan derivat-derivat organ pokok tumbuhan
2.Menjelaskan bagian-bagian akar pada tumbuhan
3.Menjelaskan bagian-bagian batang pada tumbuhan
4.Menjelaskan bagian-bagian daun pada tumbuhan
5.Menyebutkan bagian-bagian dari alat reproduksi pada tumbuhan
6.Menjelaskan bagian-bagian pada Cyprinus carpio
C. ALAT & BAHAN
D. Prosedur Kerja
E. Tabel hasil pengamatan
F. Pembahasan
Pada tumbuhan, organ utama terdiri dari akar, batang, dan daun, masing-masing memiliki fungsi spesifik dalam penyerapan air dan nutrisi, mendukung struktur tumbuhan, serta melakukan fotosintesis.
Menurut Yuli febriyanti, 2021. Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan susunan tumbuh tubuh tumbuhan yang berupa kormus. Kormus merupakan tubuh tumbuhan yang dengan nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar radix, batang caulis dan daun folium. Sistem organ pada tumbuhan, seperti sistem perakaran dan sistem daun, bekerja secara sinergis untuk mempertahankan kehidupan tumbuhan. Di sisi lain, hewan memiliki sistem organ yang lebih kompleks, seperti sistem pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah. Organ-organ ini saling berinteraksi untuk memastikan fungsi vital, seperti pengambilan nutrisi dan oksigen serta pengeluaran limbah.
Menurut Fivi syukriah, 2016. Organologi adalah cabang dari biologi yang berhubungan dengan struktur dan fungsi organ dari tumbuhan itu sendiri. Tubuh makhluk hidup tersusun atas jutaan sel. Sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama membentuk suatu jaringan. Beberapa macam jaringan akan membentuk suatu organ. Akhirnya, beberapa sistem organ saling melengkapi dan bekerjasama untuk membentuk suatu individu makhluk hidup. Meskipun terdapat perbedaan yang mencolok dalam struktur dan fungsi, baik tumbuhan maupun hewan menunjukkan adaptasi yang cermat terhadap lingkungan mereka, mencerminkan evolusi yang berbeda namun saling terkait dalam ekosistem.
ANALISIS PERBEDAAN STRUKTUR MORFOLOGI PADA BAKTERI DAN JAMUR
A. Judul
Analisis perbedaan struktur morfologi pada bakteri dan jamur
B. Tujuan
- Untuk morfologi koloni bakteri
- Untuk mempelajari morfologi jamur (kapang dan khamir)
C. Alat dan Bahan
D. Prosedur kerja
E. Tabel hasil pengamatan
F. Pembahasan
Pada hari selasa tanggal 15 oktober 2024, kami sebagai perwakilan dari masing-masing kelompok melakukan pra-lab untuk membuat media sediaan bakteri Escherichia Coli dan Staphylococcus Aureus. Bahan yang kami gunakan yaitu 150 ml aquadest, 3 gr NA, dan 1 gr bubuk powder. Sebelumnya alat yang digunakan terlebih dahulu disterilkan dalam laminar air flow. Kemudian 150ml aquadest, 3 gr NA, dan 1 gr bubuk powder dicampur dalam tabung erlenmeyer yang sudah disterilkan.Selanjutnya dipanaskan pada hot plate selama 10 menit dengan suhu 60°.Setelah itu media yang dibuat di sterilkan pada auto clave pada suhu 121° selama 15 menit 2 sampai 3 menit. Tuang media 1/4 dari 150 ke 10 cawan petri (15 mm percawan petri). Setelah media disterilkan, kemudian dimasukkan dalam laminar air flow. Setelah itu dimasukkan kedalam inkubator dan didiamkan selama 1x24 jam.
Pada hari Rabu tanggal 16 Oktober kami melakukan pengamatan pada bentuk,margin,ukuran,warna dan jumlah pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang telah kami diamkan selama 1x24 jam.Dimana kami mendapatkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus sebanyak 554 dan bakteri Escherichia coli sebanyak 63 menggunakan alat colony counter. Langkah pertama yang dilakukan oleh praktikan pada morfologi jamur yaitu mengambil sampel jamur pada roti menggunakan pinset, yang kemudian diletakkan pada kaca preparat yang sudah disterilkan menggunakan alkohol. Setelah itu sampel diteteskan larutan pewarna giemsa, yang kemudian dipadatkan dengan menggunakan cover glass dan kemudian diamati dibawah mikroskop.
Koloni bakteri merupakan populasi sel bakteri yang sangat banyak yang berkembang biak dari satu bakteri, yang hidup secara kompak pada media yang bergizi. Populasi mikroba dalam koloni ini secara genetik serupa, sehingga koloni ini mirip dengan klon. Banyak koloni bakteri yang menunjukkan morfologi bulat atau tidak beraturan, sementara yang lain menyerupai bentuk filamen atau miselium yang mirip dengan aktinomisetes. Koloni yang tak terhitung jumlahnya menggambarkan kehalusan yang ekstrem, dengan diameter berukuran kurang dari 1 milimeter, sehingga mereka mendapat julukan "punctiform," atau titik-titik. Untuk memudahkan pengamatan cetakan kecil tersebut, penggunaan mikroskop direkomendasikan. Pewarnaan koloni sering kali bervariasi, tergantung spesies, dengan rona mulai dari putih mencolok hingga penampakan kuning pucat, dengan nuansa ungu dan ungu yang diselingi.
Koloni bakteri dapat menunjukkan berbagai macam tekstur permukaan mungkin berkilap dan permukaannya halus, kasar, dengan hasil akhir matte, atau menunjukkan ketidakrataan yang menyerupai kerutan. Sifat taktil koloni ini dapat sangat berbeda dari konsistensi seperti mentega, hingga tekstur lengket yang melekat kuat pada loop dan sulit dilepas, hingga sifat rapuh atau mudah pecah, yang dapat mengindikasikan pengeringan atau fragmentasi, dan terakhir, hingga tekstur kental seperti lendir. (Sri Noviawati, 2018)
Jamur, yang meliputi ragi, jamur berfilamen, dan jamur, merupakan kumpulan spesies eukariotik. Berkembang biak paling baik dalam kondisi lembap dan hangat, jamur dapat diklasifikasikan berdasarkan atribut morfologi dan molekulernya. Membudidayakan jamur pada media padat, seperti Potato Dextrose Agar (PDA), memungkinkan karakterisasi morfologi yang jelas, menjadikan PDA alat yang sering digunakan untuk kultur jamur di laboratorium. Selama pertumbuhan stabil pada media tersebut, jamur membentuk koloni, masing-masing dengan morfologi yang khas. Koloni jamur menunjukkan morfologi yang berbeda jika dibandingkan dengan koloni bakteri. Mereka muncul sebagai koloni bertekstur tepung atau berbulu. Hifa jamur menembus media padat membentuk akar semu atau koloni berfilamen yang berlawanan dengan muncul sebagai koloni bakteri yang mungkin direpresentasikan sebagai titik-titik minyak kecil. Pigmentasi hifa dan spora juga sangat bervariasi di antara spesies jamur yang berbeda. (Hartuti, 2016).
Dokumentasi
Bakteri sebagai objek pengamatan
jamur sebagai objek pengamatan
mengamati jamur menggunakan mikroskop
SIMULASI PERCOBAAN HUKUM MENDEL DENGAN MENGGUNAKAN KANCING GENETIKA PADA PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
A. Judul
Simulasi Percobaan Hukum Mendel Dengan Menggunakan Kancing Genetika pada Persilangan Monohibrid dan Dihibrid.
B. Tujuan Praktikum
- Mendefinisikan istilah gen, lokus, genotif, fenotif, dominan dan resesif
- Menyusun persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid)
- Menyusun persilangan dengan dua sifat beda (Dihibrid)
C. Alat dan Bahan
- Kantung jas lab (pengganti wadah)
- Kancing genetika (Model gen)
D. Prosedur Kerja
E. Tabel Hasil Pengamatan
2. Dihibrid
F. Hasil Pembahasan
Persilangan monohibrid adalah persilanganantara dua indiv idu yang mempunyai satu sifat beda, yaitu parental yang memiliki sifat fenotif merah (MM) dengan parental yang memiliki sifat fenotif putih (mm), dimana sifat merah dominan terhadap sifat putih. Persilangan monohibrud sangat berkaitan dengan hukum mendel 1 atau yang disebut dengan hukum segresi yang berbunyi, "pada pembentukan gamet yang merupakan pasangan untuk gen akan disegresikan kedalam dua anakan". Keturunan pertamanya (generasi F) akan memiliki sifat sama dengan salah satu induk, hal ini dipengaruhi jika alel dominan dan resesif.
Persilangan monohibrid terbagi menjadi dua: Yang pertama adalah, persilangan monohibrid dominan adalah persilangan dua individu sejenis yang memerhatikan satu sifat beda dengan gen-genn yang dominan. Sifat dominan dapat dilihat mudah, yaitu sifat yang lebih banyak muncuk pada keturunannya. Dan yang kedua, persilangan monohibrid intermediet adalah persilangan antara dua individu sejenis yang memerhatikan satu sifat beda dengan gen-gen intermediet. Kedua gen tidak mempunyai sifat dominan dan resesif. Atau dengan kata lain kedua gen saling memengaruhi.
Persilangan antara kancing merah (MM) dengan kancing putih (mm) diperoleh diperoleh F1 yang berwarna merah (Mm) karena kancing merah bersifat dominan. F1 disilangkan dengan sesamanya, diperoleh tiga macam fenotip yaitu merah, merah-putih, dan putih. Dengan genotip untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih (mm). menurut hukum perbandingan Mendel, perbandingan fenotip untuk persilangan monohibrid adalah 3:1.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami dilakukan oleh kelompok kami dan berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan pada persilangan monohibrid, didapatkan bahwa hasil perbandingan rasio fenotifnya pada data kelompok melalui observasi, yaitu hasil observasi (O) merah= 6, dan putih= 2. Dari harapan (E) merah= 5 , dan Putih= 3.
Dari hasil perhitungan chis-square yang kami lakukan kami mendapatkan hasil persilangan monohibrid tidak ada perbedaan (Ho) karena Ho dapat diterima, berdasarkan nilai dari tabel hitung nilainya lebih kecil dari chi-square yaitu 0,5 sedangkan dari table chi-square adalah 3,84.
Persilangan dihibrid adalah persilangan dua sifat beda. Pada persilangan dihibrid kami mencoba untuk menyilangkan dua sifat beda yaitu warna dan bentuk. Dimana warna adalah warna Merah dan Kuning, sedangkan bentuk adalah bulat dan lonjong. Pada persilangan dihibrid kancing genetika berwarna merah merupakan warna merah, kancing genetika warna kuning tetap warna kuning, kancing genetika warna hijau adalah bulat sedangkan kancing genetika warna hitam merupakan bentuk lonjong dengan maksud untuk membuktikan percobaan hukum Mendel II dengan perbandingan 9:3:3:1. Pada percobaan yang kami lakukan menghasilkan fenotip setelah persilangan adalah merah-bulat,merah-lonjong,kuning-bulat dan kuning-lonjong. Dengan hasil observasi (O)perbandingan genotipnya adalah16:13:6:10 atau 9:3:1:3. Dengan harapan (E) 45:15:15:5 dari 80 kali percobaan. Hasil persilangan dihibrid yang kami lakukan mendapatkan hasil persilangan dihibrid, ada perbedaan (H1), Karena H1 tidak dapat diterima, karena berdasarkan dari tabel hitung nilainya lebih besar dari chi-square (7,82).
Dokumentasi
Kancing genetika monohibrid
Kancing genetika Dihibrid
PENGAMATAN FASE MITOSIS DAN LETAK KROMOSOM PADA ALLIUM CEPA L
A. Judul
Pengamatan fase mitosis dan letak kromosom pada Allium Cepa L
B. Tujuan
- Mengenal fase-fase mitosis dengan mengamati letak kromosom
- Mengenal tahapan dalam pembuatan preparat metode squash yang digunakan dalam pengamatan mikroskop
C. Alat dan Bahan
D.Prosedur Kerja
E. Hasil Pengamatan
F. Pembahasan
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan sayuran umbi yang serbaguna yang dapat digunakan sebagai penyedap aneka masakan atau sebagai obat radisional.Tanaman ini sering digunakan pada pengamatan mitosis karena memiliki pertumbuhan yang cepat,mudah didapat, dan harganya terjangkau. Pada pengamatan mitosis yang menggunakan akar bawang merah akan memudahkan pengamatan karena memiliki jumlah kromosom yang sedikitdan berukuran besar. (Fas NA, 2017).
Setiap jenis tumbuhan memiliki waktu pembelahan sek yang berbeda-beda dan setiap tumbuhan memiliki jam biolohis yang mengatur waktu optimum pembelahan mitosis.Banyaknya sel yang membelah dapat dipengaruhi oleh faktor waktu pengambilan sampel sangat diperlukan karena pada tahap ini karakter-karakter kromosom dapat diamati dengan jelas dan mudah dihitung sehingga dapat dilakukan studi kromosom. (Nur AI, 2020).
Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel. Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagu sitoplasma dan membran sel. Proses ini menghasilkan dua sel anakan yang identuk, yang memiliki distribusi organel dan komponen yang nyaris sama. (Faridatul Masruroh, 2016).
Metode yang umum digunakan dalam membuat preparat mitosis yaitu dengan metodw squash. Metode squash yaiti suatu metode untuk mendapatkan suayu preparat dengan cara meremas suatu potongan jaringan atah suatu organisme secara keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis dan dapat diamati dibawah mikroskop. (Moh. Imam BU, 2023).
Kromosom bertindak sebagai pembawa materu genetik yang memiliki peran penting dalam proses peningkatan kualitas produk pemuliaan. Kromosom merupakan struktur nukleoprotein, membawa materi genetik berupa DNA sebagai unit hereditas sertja membawa informasi untuk aktivitas regulasi sel. (Isna RA, 2019).
Dokumentasi
Mensterilkan alat dengan alkohol sebelum dipakai
Pengambilan akar Allium cepa L yang berada dilarutan FAA
Pengambilan Larutan H2O2 menggunakan pipet
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong