Tipe Kepemimpinan dan Struktur Organisasi

28 November 2022 22:30:56 Dibaca : 355

1. Tipe Kepemimpinan

Tipe tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam memimpin orang lain. Cara memimpin yang paling tepat bergantung pada fungsi sang pemimpin, orang-orang yang dipimpinnya, serta situasi dalam lingkungan kerja. Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi fungsi pemimpin dan kelompoknya. Oleh sebab itu, tipe-tipe kepemimpinan juga bervariasi.  Peran pemimpin dalam dunia kerja memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan keberhasilan suatu tim secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan. Terdapat beberapa tugas penting yang diemban oleh pemimpin seperti mengatur, mengawasi, koordinasi, dan memastikan produktivitas kerja anggota tim. Tugas ini perlu dijalankan dengan baik untuk mencapai target atau memberikan kontribusi positif bagi perusahaan. Tipe kepemimpinan biasanya dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, lingkungan, dan pengalaman kerja. Ada beberapa jenis tipe tipe kepemimpinan yang ideal dan perlu diaplikasikan dalam kegiatan bekerja. Namun, tidak semua pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang ideal. Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tipe-tipe kepemimpinan yang ideal dan tidak ideal untuk diterapkan.Tipe kepemimpinan dalam literatur terdapat beberapa macam teori danmasing-masing literatur saling melengkapi. Di antara literatur yang membahas tipekepemimpinan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin dalam

a. Tipe Paternalistik

Pemimpin yang termasuk dalam tipe paternalistik ialah pemimpin yang memiliki sifat kebapakan, dan menganggap bawahannya sebagai “anak kecil”. Pemimpin tipe ini merasa bahwa, bawahannya masih belum mampu bekerja dengan mandiri. Oleh karena itu, mereka  memerlukan arahan, bimbingan dan juga perlu selalu dikontrol. Orang yang termasuk paternalistik juga cenderung memiliki sifat “serba tau” yang begitu tinggi, sehingga dalam mengambil sebuah keputusan, pemimpin ini akan sangat jarang meminta keputusan dari bawahannya.Kelebihan dari tipe kepemimpinan yang seperti ini ialah, pemimpin biasanya akan tegas dalam mengambil keputusan. Selain itu, bawahannya juga akan merasa lebih aman karena seakan mendapat perlindungan dari si pemimpin.  Sayangnya, kekurangan dari tipe kepemimpinan dalam organisasi yang seperti ini ialah inisiatif bawahan yang menjadi semakin berkurang karena tidak diberinya kesempatan untuk melakukan hal yang baru. Keputusan yang diambil juga biasanya bukanlah hasil dari musyawarah, melainkan diputuskan oleh satu pihak saja. Sehingga bawahan tidak bisa mengembangkan kreativitasnya.

 b. Tipe Demokratis

Kebanyakan bawahan senang dengan tipe kepemimpinan yang satu ini, dan bahkan berharap pemimpinnya adalah seorang yang demokratis. Pemimpin yang demokratis ialah pemimpin yang mementingkan kerja sama dalam menggapai tujuannya. Hal ini juga tampak dalam pengambilan keputusan, di mana pemimpin merasa bahwa setiap pendapat penting untuk didengar dan dipertimbangkan.  Hubungan yang terjalin antara pemimpin dan orang yang dipimpin biasanya juga akan semakin erat, sebab pemimpin selalu ingin untuk berbaur dan tidak tampak kaku. Tentu saja, kelebihan dari tipe kepemimpinan yang seperti ini ialah karyawan merasa lebih dihargai, semakin bersemangat, percaya diri, selalu mengembangkan kreatifitas, dan tidak akan memicu adanya kubu oposisi. Berhubung keputusan diambil dengan musyawarah, maka prosesnya juga akan semakin lama mengingat banyaknya pendapat yang harus dipertimbangkan. Selain susahnya mencapai kata sepakat, pengambilan keputusan yang seperti ini juga tidak menutup kemungkinan akan terjadinya konflik.

 c. Tipe Karismatik

Tipe ini dimiliki oleh pemimpin yang memiliki energi dan daya ikat yang luar biasa sehingga mampu mempengaruhi banyak orang. Daya tarik yang besar ini juga membuat banyak orang yang mau mengikutinya dan mengerjakan apa yang diperintah dengan senang hati. Salah satu pemimpin yang seperti ini ialah Presiden pertama Indonesia, Soekarno, yang terkenal dengan karismanya. Tipe kepemimpinan yang seperti ini bisa kita lihat dari cara berbicara dan cara mereka bertindak. Kelebihan dari tipe kepemimpinan yang demikian ialah pemimpin yang mampu membangkitkan semangat dari bawahannya, bisa mengomunikasikan visi serta misi organisasi dengan jelas, dan diikuti oleh banyak orang. Hanya saja bawahan akan selalu bergantung pada pemimpinnya sehingga akan sulit untuk mencari pemimpin yang baru.Selain itu, sifat yang dimiliki oleh pemimpin tipe karismatik juga bisa membuatnya mengambil sebuah keputusan yang berisiko. Hal ini dikarenakan dirinya akan berpikir bahwa semua keputusan yang diambil adalah benar, mengingat bawahan selalu setuju dengannya.

 d. Tipe Otoriter

Disebut sebagai tipe otoriter, sebab pemimpin yang seperti ini bertindak diktator kepada pada bawahannya. Dengan mengandalkan kekuasaan yang ia miliki, pemimpin tipe otoriter akan cenderung memaksa para bawahannya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Di sini, peran bawahan hanyalah untuk memenuhi apa yang diperintahkan tanpa boleh memberi masukan pada atasannya. Kepemimpinan yang seperti ini biasanya gampang menimbulkan konflik yang mungkin tidak tampak diluar. Suasana juga akan terlihat kaku dan bahkan mencekam karena munculnya ketakutan bawahan pada sifat pemimpinnya yang keras. Tidak jarang juga bawahan akan merasa tertekan jika pemimpin sudah melakukan hal yang dianggap kelewat batas.Selain kreatifitas bawahan menjadi tidak berkembang sama sekali, biasanya akan muncul semacam rasa memusuhi dihati para bawahan kepada atasannya. Jika sudah seperti ini, kerap terjadi pengunduran diri dari organisasi karena merasa tidak nyaman. Namun sisi baiknya ialah keputusan dapat diambil dengan cepat, sebab semua tergantung pemimpin.

 e.  Tipe Militeristik

Pemimpin yang seperti ini ialah pemimpin yang sangat menghargai kedisiplinan, yang kemudian akan diterapkan pada bawahannya. Hanya saja tipe seperti ini akan menimbulkan suasana yang cukup kaku dan begitu formal.  Setiap tipe kepemimpinan dalam organisasi yang baru saja dibahas, memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri. Untuk itu, sesuaikan tipe kepemimpinan yang Anda terapkan dengan kondisi yang dialami oleh organisasi.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi sebagai suatu garis hirarki yang mendeskripsikan berbagai komponen yang menyusun perusahaan, dimana setiap individu atau Sumber Daya Manusia pada lingkup perusahaan tersebut kemudian memiliki posisi dan fungsinya masing-masing. Struktur organisasi sendiri dibuat untuk kepentingan perusahaan dengan sebelumnya menempatkan orang-orang yang kompeten sesuai dengan bidang dan keahliannya. Bagi HRD sendiri, dengan adanya struktur organisasi, kita dapat mengetahui peran dan tanggung jawab karyawan-karyawannya. Dengan menempatkan seseorang ke dalam sebuah posisi dalam struktur sesuai dengan kemampuannya juga bisa menjadi patokan HRD dalam menentukan jumlah gaji karyawan bersangkutan. Misalnya saja Jika A pandai dalam pemasaran tetapi tidak dengan penjualan, sedangkan B sebaliknya, pandai dalam penjualan tetapi tidak dengan pemasaran, kerja sama adalah cara paling efisien untuk mencapai tujuan tunggal. Setiap kekuatan berguna dalam sistem organisasi. Oleh sebab itu, sangat penting bagi seseorang yang ada di dalam sebuah organisasi memiliki pengetahuan seputar struktur, perilaku, proses, dan hasil organisasi. Pelajari hal tersebut melalui buku Organisasi karya Kaswan dibawah ini.  Struktur organisasi sebagai sebuah hierarki (jenjang atau garis yang bertingkat) berisi komponen-komponen dimana pendiri dan penyusun perusahaan kemudian menggambarkan pembagian kerja, dan bagaimana aktivitas dalam perusahaan yang berbeda mampu saling terkoordinasi. Struktur organisasi yang baik sendiri kemudian akan menunjukkan adanya spesialisasi pada masing-masing fungsi pekerjaan, maupun penyampaiannya melalui sebuah laporan. Struktur organisasi adalah sistem yang digunakan untuk mendefinisikan hierarki dalam sebuah organisasi dengan tujuan menetapkan cara sebuah organisasi dapat beroperasi, dan membantu organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di masa depan. Adapun beberapa hal yang membuat struktur organisasi dalam perusahaan kemudian menjadi sangat penting, adalah karena berbagai fungsinya, sebagai berikut :

a. Memberi Kejelasan Tanggung JawabMasing-masing anggota dalam hierarki sebuah struktur organisasi dalam perusahaan memiliki tanggung jawab tentang tugas-tugas dan segala kewajiban yang harus mereka pertanggungjawabkan pada atasannya langsung yang telah memberikan wewenang terhadapnya. Inilah pentingnya memiliki struktur organisasi perusahaan, yaitu memberikan kejelasan mengenai pelaksanaan atau pengimplementasian terhadap kewenangan yang perlu dipertanggungjawabkan oleh masing-masing anggota yang berada dalam struktur organisasi tersebut.

b. Menjelaskan Kedudukan dan Koordinasi Masing-masing Penyusun PerusahaanSeorang karyawan, yang namanya tercantum dalam hierarki struktur organisasi sebuah perusahaan, sebenarnya dapat lebih mempermudah dalam mengkoordinasikan kedudukan dan hubungannya dengan fungsi pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya. Hal ini sangat dibutuhkan untuk menghindari adanya kesalahan informasi atau komunikasi (missed communication) yang berdampak negatif pada bisnis Anda yang sedang berkembang, serta dapat digunakan sebagai landasan dalam menyelesaikan pekerjaan yang memerlukan komunikasi dan diskusi antar jenjang atau jabatan dalam struktur organisasi tersebut.

c. Menjelaskan Bagaimana Jalur Hubungan antara Masing-masing HierarkiDalam sebuah organisasi, sangat dibutuhkan kejelasan hubungan yang tergambar dalam hierarki atau jenjang struktur organisasi tersebut. Ini dibutuhkan untuk mengefektifkan jalur penyelesaian sebuah pekerjaan sehingga dapat saling memberikan keuntungan pada masing-masing anggota dalam struktur organisasi tersebut.

d. Memberikan Uraian Tugas yang Dibebankan Secara JelasSetiap tugas atau deskripsi pekerjaan yang terdapat dalam sebuah struktur organisasi dalam perusahaan tentunya akan sangat membantu semua pihak yang terkait di dalamnya. Baik itu atasan, maupun bawahannya dalam struktur organisasi tersebut. Bagi seorang atasan, setiap deskripsi pekerjaan bawahannya akan membantu mereka dalam melakukan pengawasan dan pengendalian bila ada uraian pekerjaan yang tidak sesuai. Sedangkan bagi seorang bawahan, setiap deskripsi pekerjaan yang jelas dapat membantu mereka untuk lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Tipe kepemimpinan Perilaku Individu dan Perilaku Kelompok

14 November 2022 23:34:27 Dibaca : 1257

Tipe kepemimpinan dapat disebut dengan model (gaya) kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan yang secara luas dikenal adalah sebagai berikut :

1. Tipe Otoriter

Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.

Kelebihan:

a. Keputusan dapat diambil secara cepat

b. Mudah dilakukan pengawasan

Kelemahan:

Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah.

Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan.

Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.

Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.

Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.

Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung.

Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.

2. Tipe Laissez-faire (Bahasa Perancis : “biarkan mereka sendiri”)

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya.Pemimpin akan menggunakan sedikit kekuasaannya untuk melakukan tugas mereka.Dengan demikian sebagian besar keputusan diambil oleh anak buahnya.Pemimpin semacam ini sangat tergantung pada bawahannya dalam membuat tujuan itu.Mereka menganggap peran mereka sebagai ‘pembantu’ usaha anak buahnya dengan cara memberikan informasi dan menciptakan lingkungan yang baik.

Kelebihan:

a. Keputusan berdasarkan keputusan anggota

b. Tidak ada dominasi dari pemimpin

Kekurangan:

Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.

Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan dan bentrokan.

Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.

Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

3.Tipe Demokratis

Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara-saudaranya. Dalam tindakan dan usaha-usahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.

Kelebihan:

Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari kelompoknya.

Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab.

Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.

Kekurangan:

a. Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak.

b. Sulitnya pencapaian kesepakatan.

4.Tipe Pseudo-demokratis

Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.

5. Tipe Kharismatik

Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap, dan perilaku serta gaya dari si pemimpin.

 

A). Perilaku Individu

Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.

a). Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan segera atau ketegangan. Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.

b). Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.

c). Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat kami rasa benar dan salah. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian.

 

B). Perilaku Kelompok

Perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan kelompok merupakan dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai sasaran tertentu (Robbins, 2003: 292).

Perilaku adalah semua yang dilakukan seseorang. Bentuk perilaku seseorang adalah semua yang aktifitas, perbuatan dan penampilan diri sepanjang hidupnya. Bentuk perilaku manusia adalah aktifitas individu dengan relasinya dalam lingkungannya. Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergabung untuk mencapai tujuan tersebut.

Jadi, definisi dari pengertian perilaku kelompok adalah suatu aktifitas yang dilakukakan oleh seorang individu dengan yang lainnya untuk mendapatkan aspirasi anggota, berinteraksi dari setiap individu dan saling bergabung untuk mencapai sasaran yang diinginkan.

Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia organisasi maka karakteristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Dan organisasi juga mempunyai karakteristik yaitu keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, system penggajian, system pengendalian dan lain sebagainya. Jika karakteristik antara keloompok digabungkan dengan karakteristik organisasi maka akan terwujud perilaku kelompok dalam organisasi. jadi perilaku kelompok dalam organisasi adalah suatu fungsi dari interaksi antara sebuah kelompok dengan lingkungannya ( organisasi ).

TEORI KEPEMIMPINAN DAN TOKOH PEMIMPIN

03 October 2022 23:26:15 Dibaca : 45

Sebuah organisasi, kelompok maupun perusahaan pasti membutuhkan seorang pemimpin yang membantu mengarahkan anggotanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, pemimpin yang dibutuhkan pastinya memiliki jiwa kepemimpinan sebagai bagian dari manajerial.e Kepemimpinan pun memegang peranan yang penting, dominan, krusial dam kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan prestasi kerja, baik pada tingkat individual maupun organisasi. 

Teori Kepemimpinan Menurut Para AhliPara ahli yang mengemukakan gagasan-gagasannya merupakan bentuk dari teori kepemimpinan. Para ahli pun memiliki pendapat masing-masing mengenai teori kepemimpinan, berikut ini:

1. Moejiono (2002)Moejiono mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.

Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai dengan keinginan pemimpinnya.

2. Wahjosumidjo (1987:11)Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability).

Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin yang tidak bisa dipisahkan dengan kedudukan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi pemimpin, pengikut dan situasi.

3. Fiedler (1967)Fiedler mengatakan teori kepemimpinan merupakan pola hubungan antara individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok agar bekerjasama untuk mencapai tujuan.

4. Sondang P. SiagianMenurut Sondang P. Siagian, teori kepemimpinan bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi tertentu dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya.

Hal itu dilakukan agar mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai dengan arahan, sehingga tujuan pun bisa tercapai dengan mudah.

Teori Kepemimpinan yaitu :

1. Great Man Theory (1840-an)

Teori ini berkembang pada pertengahan abad ke-19. Kendati tidak seorangpun dapat menunjukkan melalui pendekatan ilmiah, karakteristik atau kombinasi karakteristik mana yang menentukan bahwa seseorang adalah pemimpin yang besar. Setiap orang paham bahwa sesuai yang tersurat dari namanya; hanya laki-laki yang memiliki karakteristik sebagai pemimpin besar.The Great Man Theory berpendapat bahwa sifat kepemimpinan adalah bawaan. Itu bermakna bahwa seorang pemimpin besar adalah dilahirkan, bukan diciptakan (lewat pendidikan). Teori ini berpandangan bahwa seseorang memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Lebih jauh, keyakinannya adalah bahwa pemimpin-pemimpin besar akan muncul ketika dihadapkan pada situasi tertentu. Teori ini dikenalkan oleh Thomas Charlyle, seorang penulis yang juga guru. Seperti dirinya, The Great Man Theory diinspirasi oleh penelitian tentang pahlawan-pahlawan berpengaruh. Dalam bukunya “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in History,” ia membandingkan sejumlah pemimpin yang dianggap sebagai pahlawan. Pada 1860, Herbert Spencer, ahli filosofi Inggris mendebat the great man theory dengan menyatakan bahwa para pahlawan itu hanyalah produk dari waktu dan tindakan-tindakan mereka adalah hasil dari kondisi sosial yang ada.

 2. Trait Theory (1930-an – 1940-an)

The trait leadership theories percaya bahwa orang, baik yang memiliki bakat sejak lahir maupun diciptakan atau dididik dengan persyaratan kualitas tertentu akan membuat mereka mumpuni mengemban peran kepemimpinan. Kualitas tertentu itu misalnya kecerdasan, rasa tanggungjawab, kreativitas dan nilai-nilai lain yang akan menempatkan seseorang pada posisi sebagai pemimpin yang baik. Gordon Allport, seorang psikolog AS, “mengidentifikasi 18 000 istilah bahasa Inggris yang bersangkut paut dengan kepribadian (Matthews, Deary & Whiteman, 2003, p3).The trait theory of leadership, berkonsentrasi pada analisis mental, fisik, dan karakteristik sosial dalam upaya memperoleh lebih banyak pemahaman seperti apa karakteristik atau kombinasi karakteristik yang biasa terdapat pada seorang pemimpin. Ada banyak kekurangan pada teori kepemimpinan ini. Namun dari sudut pandang psikologi pendekatan kepribadian, studi Gordon Allport adalah yang pertama dilakukan, dan telah menginspirasi studi kepemimpinan berikutnya yang melihat dari sudut pandang perilaku (behavioural).Pengukuran sifat/ciri kepribadian tidak dapat diandalkan pada keseluruhan studiPenelitian dilakukan pada manajer tingkat bawah. Penjelasannya tidak mengungkapkan hubungan pada setiap karakteristik dan dampaknya bagi kepemimpinan. Konteks tentang pemimpin tidak dipertimbangkan. Banyak studi telah melakukan analisis terhadap ciri para pemimpin yang ada dengan harapan dapat mengungkap apa yang membuat seseorang dapat menjadi pemimpin. Sia-sia, satu-satunya karakteristik yang dapat diidentifikasi di antara para pemimpin itu adalah bahwa mereka umumnya lebih tinggi ukuran tubuhnya dan lebih cerdas dibandingkan dengan orang kebanyakan.

3. Behavioural Theories (1940 an – 1950 an)

Sebagai reaksi terhadap teori kepemimpinan berdasarkan sifat/ciri kepribadian (trait theory of leadership), teori perilaku (behavioural) menawarkan pandangan baru, satu hal yang berpusat pada perilaku para pemimpin dan tidak pada karakteristik mental, fisik atau sosial. Dengan adanya perkembangan/evolusi di bidang psikometrik, utamanya analisis faktor, peneliti dapat mengukur hubungan sebab akibat dari perilaku spesifik para pemimpin. Sejak itu seseorang yang dibentuk secara benar akan memiliki peluang untuk masuk ke dalam jajaran pemimpin elit yang secara alami merupakan anugerah. Dengan kata lain, menurut teori ini para pemimpin dapat diciptakan dan tidak dilahirkan.The behavioural theories membagi pemimpin ke dalam dua kelompok besar. Mereka yang memiliki perhatian pada tugas dan mereka yang memiliki perhatian pada orang. Di berbagai buku mungkin digunakan istilah berbeda-beda, tapi masksudnya seperti itu.Teori lain yang ada saat itu adalah The Managerial Grid Model/Leadership Grid, Role Theory.

4. Contingency Theories (1960-an)

Teori ini berpandangan bahwa tidak ada satu cara dalam memimpin dan setiap gaya kepemimpinan harus berdasar pada situasi tertentu, yang menyatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang dapat memperlihatkan secara maksimal kemampuannya memimpin pada lokasi tertentu; tetapi mereka akan menjadi orang biasa lagi begitu ditarik dari lingkungan tersebut. Sampai batas-batas tertentu, contingency theories merupakan perluasan dari trait theories, di mana sifat seseorang terkait dengan keadaan tempat ia memperlihatkan kemampuan memimpinnya. Pada umumnya diterima pandangan bahwa dalam contingency theories pemimpin akan lebih mampu mempertontonkan kepiawaiannya ketika para pengikutnya menyambut dengan antusias.Teori sejenis yang muncul saat itu adalah Fiedler’s contingency theory, Hersey-Blanchard Situation Leadership Theory, Path-goal theory, Vroom-Yetton-Jago decision making model of leadership, Cognitive Resource Theory, dan Strategic Contingencies Theory.

5. Transactional Leadership Theories (1970 an)

Transactional Theories, yang juga dikenal sebagai teori pertukaran dalam kepemimpinan, dicirikan dengan adanya transaksi/jual beli antara pemimpin dan pengikutnya. Dalam transaksi ini pemimpin akan mendapat sesuatu, sedangkan pengikutnya juga akan mendapatkan sesuatu. Teori ini menghargai adanya hubungan timbal balik antara pemimpin dengan yang dipimpin. Agar efektif dan dapat menggerakkan motivasi, pemimpin harus mencari cara untuk memberikan penghargaan (atau hukuman) yang sepadan kepada bawahannya, agar menjalankan tugas dari pemimpin. Dengan kata lain, para pemimpin transaksional adalah paling efisien ketika mereka berhasil membangun suatu kondisi saling menguntungkan, ketika tujuan individu dan organisasi adalah searah.Teori transaksional menyatakan bahwa manusia secara umum mencari upaya memaksimalkan pengalaman menyenangkan dan mengurangi pengalaman tidak menyenangkan. Karena itu, kita tampaknya akan menggabungkan diri dengan seseorang yang dapat menambah kekuatan kita.

6. Transformational Leadership Theories (1970 an)

Transformational Leadership Theories menyatakan bahwa dalam proses ini seseorang berinteraksi dengan orang lain dan dapat membangun suatu hubungan akrab yang meningkatkan motivasi secara alamiah (intrinsic) maupun buatan (extrinsic), baik bagi pemimpin maupun bawahan.Dasar dari transformation theories adalah bahwa pemimpin mengubah pengikutnya dengan memberikan inspirasi secara alamiah/tidak dibuat-buat dan pengaruh karisma dirinya. Syarat dan aturannya adalah lentur, mengikuti norma-norma kelompok. Dengan demikian, rasa memiliki akan tinggi dan bawahan dapat mengidentifikasi dirinya dengan pemimpin dan tujuan-tujuannya.

Tokoh Pemimpin :Berikut tokoh-tokoh Indonesia yang dikagumi dunia.

1. Soekarno

Sebagai presiden pertama Indonesia, pengaruh Soekarno terhadap dunia sudah tidak diragukan lagi. Ia dikenal oleh rakyat sebagai pemimpin yang berkharisma dan banyak dikagumi dunia. Selain itu, Soekarno juga berteman baik dengan sejumlah pemimpin dunia. Sebut saja Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru, dan Presiden Amerika JF Kennedy.

Soekarno mempunyai pengaruh besar pada masa 1950 hingga 1960-an. Ia dengan gigih menyuarakan gerakan non-blok hingga akhirnya membentuk Gerakan Non Blok untuk melindungi negara-negara yang tidak berpihak pada Blok Barat maupun Timur. Bahkan setelah tiada, nama Soekarno tetap diabadikan sebagai nama tempat di negara lain.

Seperti nama jalan di negara Mesir dan Maroko, serta Parque Soekarno atau Taman Soekarno di Meksiko.

2. Soeharto

Soeharto merupakan presiden Indonesia yang mempunyai masa jabatan terlama, yaitu 32 tahun. Kendati dikenal sebagai salah satu pemimpin paling korup, Soeharto juga menjadi tokoh yang dikagumi dunia. Alasannya, karena saat memimpin Indonesia, Soeharto dinilai mempunyai struktur kenegaraan yang kuat di berbagai bidang, mulai dari militer, ekonomi hingga politik, yang dinilai memiliki kekuatan dunia. Inilah yang membuat Soeharto disegani negara lain dan dikagumi masyarakat dunia.3. BJ Habibie

BJ Habibie sempat menjabat sebagai Presiden Indonesia yang ketiga. Selain memiliki sifat kepemimpinan, BJ Habibie juga dikenal sebagai sosok yang memiliki intelektualitas. Ia telah menghasilkan sejumlah ide dan penelitian di bidang aerodinamika. Bahkan, sejumlah rumusan teori yang ditemukannya terkenal dalam dunia konstruksi pesawat, seperti Habibie Factor, Habibie Theorem, dan Habibie Method.

Habibie rela meninggalkan karier gemilangnya di Jerman dan kembali ke Indonesia untuk membangun negeri tercinta. Pengabdiannya terhadap bangsa terbentuk dalam perannya dalam mengembangkan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Kemudian, ia juga dipercaya sebagai Menristek untuk mengepalai bidang riset dan teknologi. Tekad yang kuat, otak yang cemerlang dan rasa cintanya kepada Indonesia membuat BJ Habibie menjadi tokoh Indonesia yang dikagumi dunia.4. Joko Widodo

Nama Presiden Joko Widodo atau Jokowi muncul dalam daftar World’s Most Admired 2020 versi YouGov. YouGov, badan riset internasional, menyusun daftar tokoh yang paling dikagumi dunia ini dengan melakukan survei pada lebih dari 45 ribu orang di 42 negara. Peringkat pertama ditempati oleh Barack Obama pada kategori pria dan Michelle Obama pada kategori wanita. Skor masing-masing pasangan tersebut adalah 8,9 dan 7,8. Sementara, Joko Widodo berada di posisi ke-20. Jokowi mendapatkan skor 0,9, yang menandakan ia dikagumi oleh 0,9 responden dunia.

Sebelumnya, Joko Widodo juga memperoleh penghargaan Asian of The Year 2019 dari The Strait Times. Majalah asal Singapura itu memberikan penghargaan kepada Jokowi lantaran presiden ke-7 Indonesia itu dinilai sebagai sosok pemersatu saat Indonesia dipenuhi kekacauan dan disrupsi. Selain itu, Joko Widodo juga dianggap memiliki kemampuan memandang ke luar cakrawala dan bergulat dengan tantangan strategis yang dihadapi negaranya.

Pendekatan Kepemimpinan

26 September 2022 22:46:46 Dibaca : 41

Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviours) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimana ia berada. Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepempimpinan bervariasi dengan situasi yakni tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan bebrapa tujuan organisasi. 

Menurut Stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting dalam kepemimpinan, diantaranya:a) Kepemimpinan melibatkan orang lain (bawahan atau pengikut), kualitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari pemimpin.b) Kepemimpinan ditentukan oleh bawahan yang tidak seimbang diantaranya para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan pimpinan.c) Kepemimpinan disamping mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang seorang pimpinan dapat mengatakan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.

Pendekatan itu dibedakan menjadi lima macam, yaitu teori kepemimpinan awal yang terdiri atas pendekataan bawaan, sifat-sifat fisik, dan pendekatan latihan; teori kepemimpinan sifat; teori kepemimpinan situasional; teori kepemimpinan kontigensi; dan teori kepemimpinan path goal. Akan tetapi carrol dan tosi merangkum pendapat-pendapat para ahli seperti tersebut diatas menjadi tiga pendekatan/teori kepemimpinan saja, yaitu: pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional. Ketiga pendekatan kepemimpinan inilah yang akan menjadi fokus pembicaraan.

1. Pendekatan Sifat-Sifat

Telah dikemukakan bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan atau keturunan.

Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Thierauf dan kawan-kawan mengemukakan 16 sifat kepemimpinan yang baik, yaitu kecerdasan, inisiatif, daya khayal, bersemangat, optimisme, individualisme, keberanian, keaslian, kesediaan menerima, kemampuan berkomunikasi, rasa perlakuan yang wajar terhadap sesama, kepribadian, keuletan, manusiawi, kemampuan mengawasi, dan ketenangan diri.

Meskipun telah banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinan, hingga saat ini para peneliti tersebut tidak berhasil menemukan satu atau sejumlah sifat yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.

2. Pendekatan PerilakuBerdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan yang tampak dalam kegiatan sehari-hari. Seperti cara membimbing dan mengawas hingga membina bawahan, cara mengambil keputusan, dan sebagainya.Pendekatan perilaku inilah yang selanjutnya melahirkan berbagai teori tentang tipe atau gaya kepemimpinan. Beberapa teori adalah :

a. Teori Tannenbaum dan Schmid

Dilukiskan sebagai suatu kontinum yaitu dua gaya kepemimpinan yang ekstrem, yaitu otokratis dan laissez faire. Otokratis yaitu tekanan orientasinya diarahkan kepada tugas atau tercapainya tujuan organisasi atau lembaga. sedangkan laissez faire yaitu orientasinya lebih kepada memberikan kesempatan kepada bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.

b. Teori Ohio

Mempelajari bagaimana seseorang pemimpin menjalankan tugasnya. Dari hasil penelitiannya dikemukakan adanya dua macam perilaku kepemimpinan yaitu initiating structure ( sturktur tugas ) dan consideration (tenggang rasa).

Initiating structure adalah cara pemimpin melukiskan hubungannya dengan bawahan dalam usaha menteapkan pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang akan dipakai. Sedangkan consideration adalah perilaku yang berhubungan dengan persahabatan, saling mempercayai, saling menghargai, dan keintiman hubungan antara pemimpin dan bawahannya. Adapun ciri-ciri kedua perilaku kepemimpinan itu adalah:

1) Mengutamakan tercapainya tujuan organisasi

2) Mementingkan produksi yang tinggi

3) Lebih banyak melakukan pengarahan

4) Memiliki sikap bersahabat

5) Mengutamakan pengarahan diri, disiplin diri, dan pengontrolan diri.

3. Pendekatan Situasional

Pendekatan situasional biasa disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenispun akan menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda, semangat, watak dan situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula.Hersey dan Blanchard membedakan empat gaya kepemimpinan, yaitu:

a) Telling, merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki ciri-ciri: tinggi tugas-rendah hubungan, pemimpin memberikan perintah khusus, pengawasan dilakukan secara ketat, dan pimpinan menerangkan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kapan harus dilaksanakan pekerjaan itu, dan di mana pekerjaan itu harus dilakukan.

b) Selling, merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki ciri-ciri: tinggi tugas dan hubungan, pemimpin menerangkan keputusan, pemimpin memberikan kesempatan untuk penjelasan, pemimpin masih banyak melakukan pengarahan, dan pemimpin mulai melakukan komunikasi dua arah.

c) Participating, merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki ciri-ciri: tinggi hubungan dan rendah tugas, pemmpin dan bawahan saling memberikan gagasan, pemimpin dan bawahan bersama- sama membuat keputusan.

d) Delegating, merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki ciri-ciri: rendah hubungan dan rendah tugas, dan pemimpin melimpahkan pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan.

 

PERAN DAN FUNGSI KEPEMIMPINAN

19 September 2022 23:59:08 Dibaca : 331

A.    PERAN KEPEMIMPINAN

Dalam sebuah organisasi atau instansi, peran kepemimpinan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya efektivitas kerja. Bahkan sekarang ini bisa dikatakan bahwa kemajuan yang dicapai dan kemunduran yang dialami oleh suatu instansi, sangat ditentukan oleh peranan pemimpinnya yang dapat dilihat dari gaya kepemimpinannya. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai efektivitas kerja. Jika seorang pemimpin mampu mengaplikasikan kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, maka para pegawai pun akan dapat bekerja dengan nyaman dan semangat yang tinggi. Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen. Karena mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan bawahan, maka timbul pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Pengertian peran itu sendiri adalah adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Adapun peran kepemimpinan antara lain :

1.      Peran Mencari dan Memberi Informasi

Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi; artinya walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus, maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Pencarian serta penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang pemimpin juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.

2.      Peran Mempengaruhi Orang Lain

Kepemimpinan merupakan proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif, seorang kepala sekolah harus dapat mempengaruhi seluruh warga sekolah yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Secara sederhana kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk mengubah dan mentransformasikan individu agar mau berubah dan meningkatkan dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan serta penghargaan terhadap para bawahan Pengaruh sebagai inti dari kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah sikap, perilaku orang atau kelompok dengan cara-cara yang spesifik. Seorang pemimpin yang efektif tidak hanya cukup memiliki kekuasaan, tetapi perlu pula mengkaji proses-proses mempengaruhi yang timbal balik yang terjadi antara pemimpin dengan yang dipimpin. Merujuk kepada kamus besar bahasa Indonesia (Balai Pustaka ;1988), pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

3.      Peran Membangun Hubungan

Peran pemimpin dalam membangun hubungan contohnya adalah seperti hubungan dalam tim. Peranan kepemimpinan dalam tim Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses untuk memberikan pengarahan dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa tim tidak akan sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk mencapai tujuan akhir yang sama. Pemimpin juga harus membawa energi yang positif Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti, Percaya pada orang lain ,Keseimbangan dalam kehidupan , Melihat kehidupan sebagai tantangan , Sinergi ,Latihan mengembangkan diri sendiri

B.     FUNGSI KEPEMIMPINAN

Seorang pemimpin berperan besar dalam menentukan setiap kebijakan sebuah organisasi. Tujuan organisasi bisa tercapai ketika seorang pemimpin mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Oleh karena itu, setiap organisasi atau kelompok membutuhkan seorang pemimpin yang mengerti tentang fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan usaha untuk mengarahkan anggota kelompok agar memiliki semangat yang tinggi dan bekerja sebaik mungkin. Selain itu, fungsi kepemimpinan juga berkaitan dalam mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Hal ini perlu dilakukan guna mewujudkan organisasi yang bergerak ke arah pencapaian tepat sasaran. Dalam upaya mewujudkan tujuan organisasi, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik. Tak hanya sebagai penentu kebijakan, namun pemimpin juga dituntut untuk selalu memperhatikan kinerja individu dalam sebuah organisasi. Adapun fungsi kepemimpinan yang paling umum di antaranya sebagai berikut:

·  Fungsi Instruktif

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan semua aspek di dalam ruang lingkup sebuah organisasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fungsi instruktif seperti cara mengerjakan perintah, melaksanakan dan melaporkan hasil, dan tempat mengerjakan perintah. Sehingga, setiap keputusan dapat diwujudkan secara efektif.

· Fungsi Konsultatif

Pemimpin bisa menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Bentuk komunikasi ini dibutuhkan saat pemimpin dalam usaha menetapkan kebijakan atau keputusan memerlukan bahan pertimbangan dari kelompok yang dipimpinnya. Dengan begitu, seorang pemimpin dapat mengambil keputusan secara efektif dan maksimal.

·  Fungsi Partisipasi

Fungsi kepemimpinan berikutnya melibatkan anggota untuk terut serta dalam setiap pengambilan kebijakan. Hal tersebut perlu dilakukan seorang pemimpin agar orang yang dipimpinnya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu, fungsi partisipasi harus dijalankan supaya anggota dapat secara aktif mengikuti setiap proses yang sedang dijalankan organisasi.

·  Fungsi Delegasi

Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin harus memberikan kepercayaan kepada orang yang dipimpinnya, seperti pelimpahan wewenang dan turut andil dalam penentuan keputusan. Hal ini perlu dilakukan karena tujuan organisasi tidak dapat dicapai secara maksimal jika seorang pemimpin bekerja sendiri. Oleh karena itu, kerja sama antara pemimpin dan anggota sangat diperlukan dalam sebuah organisasi.

·  Fungsi Pengendalian

Salah satu fungsi kepemimpinan ialah mampu mengatur aktivitas dari para anggota secara terarah. Pemimpin harus mampu memberi arahan, bimbingan, serta contoh yang baik terhadap anggota. Dalam mewujudkan fungsi pengendalian ini, seorang pemimpin perlu mengadakan kegiatan bimbingan, koordinasi, dan pengawasan.

 

 

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong