Mengikuti mata kuliah Six Sigma pada semester ini benar-benar membuka mata saya terhadap dunia manajemen dan perbaikan proses. Awalnya, saya sedikit ragu dan tidak terlalu paham apa yang sebenarnya diharapkan dari mata kuliah ini. Karena saat pertama kali mendengar tentang mata kuliah Six Sigma ini,  satu yang selalu menjadi pertanyaan dari saya "mata kuliah ini belajar tentang apa?" . Namun, setelah beberapa pertemuan pertama, saya mulai menyadari betapa pentingnya konsep Six Sigma dalam meningkatkan kualitas dan efisiensi proses di berbagai bidang industri. Dengan bimbingan dosen pengampuh yang berdedikasi, Pak Dr. Trifandi Lasalewo, S.T, M.T., dan juga Pak Nurfaisal Harun, S.T, M.T., mata kuliah ini menjadi pencerahan bagi pemahaman saya terhadap manajemen kualitas dan perbaikan proses melalui contoh konkret dan studi kasus yang relevan.

Selama mengikuti perkuliahan, saya mendapatkan pengetahuan baru tentang metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) yang digunakan dalam Six Sigma. Saya belajar bahwa perbaikan proses tidak hanya sebatas pada aspek teknis, tetapi juga setiap tahapannya memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana mengidentifikasi permasalahan, mengukur kinerja, menganalisis data, mengimplementasikan perbaikan, dan menjaga kontrol untuk mencegah kembalinya masalah. Salah satu hal yang paling menarik bagi saya adalah penggunaan seven tools, seperti diagram Pareto, histogram, check sheet, scatter diagram, control chart dan fishbone, yang secara praktis dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana data dapat diolah untuk membuat keputusan yang lebih baik.

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, saya berencana untuk mengembangkan keterampilan analisis data dan statistik secara lebih mendalam. Dan saya juga ingin memperluas pemahaman saya tentang aplikasi alat dan teknik Six Sigma dalam konteks industri yang lebih luas. Selain itu, saya berharap dapat mengaplikasikan pengetahuan ini dalam proyek-proyek nyata dan meningkatkan efisiensi proses di lingkungan kerja. Saya yakin bahwa mata kuliah Six Sigma tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga memberikan bekal keterampilan praktis yang sangat bernilai untuk masa depan saya di dunia kerja.

Tidak lupa juga saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Pak Dr. Trifandi Lasalewo, S.T, M.T., dan juga Pak Nurfaisal Harun, S.T, M.T., dosen pengampuh mata kuliah Six Sigma. Terima kasih atas dedikasi, pengetahuan mendalam, dan semangat mengajar yang bapak berikan selama perkuliahan ini. Terima kasih juga atas kesabaran bapak dalam menanggapi berbagai pertanyaan mahasiswa dan menginspirasi kami untuk terus belajar dan berkembang. Mata kuliah ini tidak hanya memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga memotivasi kami untuk menjelajahi lebih jauh dan menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan nyata.

 

 

Tipe Kepemimpinan Dan Struktur Organisasi

28 November 2022 11:53:05 Dibaca : 202

A. Tipe Kepemimpinan

Ada lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.

1. Tipe pemimpin demokratisTipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin merupakan suatu hak.Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadib. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.

2. Tipe kepemimpinan militeristisPerlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapaitujuan digunakan sebagai alat utama.b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat danjabatannya.c. Sonang kepada formalitas yang berlebihan

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

3. Tipe pemimpin fathernalistisTipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifa fathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil. Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.b) Bersikap terlalu melindungi bawahanc) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambilkeputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.

4. Tipe kepemimpinan karismatisSampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebabsebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.

5. Tipe Kepemimpinan DemokratisDari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu. Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapatbahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengankepentingan organisasi.3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.

B. Struktur Organisasi

     Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi secara keseluruhan, logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. tepatnya, struktur harus mengikuti strategi. Jika manajemen melakukan perubahan signifikan dalam strategi organisasinya, struktur pun perlu dimodifikasi untuk menampung dan mendukung perubahan ini. Sebagian besar kerangka strategi dewasa ini terfokus pada tiga dimensi -inovasi, minimalisasi biaya, dan imitasi- dan pada desain struktur yang berfungsi dengan baik untuk masing-masing dimensi.     Struktur organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah. Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis -tak banyak kekuatan di lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada terobosan teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak aktivitas dari kelompok-kelompok tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain menghadapi lingkungan yang sangat dinamis -peraturan pemerintah cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk, dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang statis memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para manajer dibanding lingkungan yang dinamis. Karena ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi, manajemen akan menocba meminimalkannya. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian lingkungan adalah melalui penyesuaian struktur organisasi.

1. Model MekanistikMechanistic. Pada organisasi yang berbentuk mechanistic, terdapat ciri-ciri yaitu: adanya tingkat formalisasi yang tinggi, tingkat sentralisasi yang tinggi, training atau pengalaman kerja yang sedikit atau tidak terlalu penting, ada span of control yang lebar serta adanya komunikasi yang bersifat vertikal dan tertulis.Mostly Mechanistic. Pada jenis organisasi ini, terdapat ciri-ciri yaitu: adanya formalisasi dan sentralisasi pada tingkat moderat, adanya training-training yang bersifat formal atau wajib, span of control yang bersifat moderat serta terjadi komunikasi tertulis maupun verbal dalam organisasi tersebut2. Model OrganikOrganic. Pada organisasi yang berbentuk organic, maka dalam organisasi ini terdapat tingkat formalisasi yang rendah, terdapat tingkat sentralisasi yang rendah, serta diperlukan training dan pengalaman untuk melakukan tugas pekerjaan. Selain itu terdapat span of control yang sempit serta adanya komunikasi horisontal dalam organisasi.Mostly Organic Pada organisasi yang berbentuk mostly organic, formalisasi dan sentralisasi yang diterapkan berada di tingkat moderat. Selain itu diperlukan pengalaman kerja yang banyak dalam organisasi ini. Terdapat span of control yang bersifat antara moderat sampai lebar serta lebih banyak komunikasi horisontal yang bersifat verbal dalam organisasi tersebut.

Faktor Penyebab Perbedaan Struktur Organisasi1. Strategi. Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi maka logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. Lebih tepatnya, struktur harus mengikuti strategi2. Ukuran. Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang dalam organisasi tersebut.3. Teknologi Organisasi. Teknologi organisasi adalah dasar dari subsistem produksi, termasuk teknik dan cara yang digunakan untuk mengubah input organisasi menjadi output.4. Lingkungan. Lingkungan mencakup seluruh elemen di luar lingkup organisasi. Elemen kunci mencakup industri, pemerintah, pelanggan, pemasok dan komunitas finansial.

Dalam striktur Organisasi terdapat enam elemen kunci yang harus dipertahankan dalam menyusunnya. Berikut elemen yang dimaksud yaitu :1. Spesialisasi PekerjaanTugas tugas dalam struktur organisasi kerap dibagi-bagi kedalam beberapa pekerjaan tersendiri sesuai dengan spesialisasinya.2. DepartementalisasiElemen struktur ini sebagai dasar yang digunakan untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama. Elemen ini dapat berupa proses, produk, geografi dan pelanggan.3. Rantai KomandoElemen struktur ini merupakan garis wewenang yang membentang dari puncak organisasi ke posisi paling bawah. Elemen ini pun akan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.4. Rentang KendaliElemen struktur ini menunjukan jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.5. Sentralisasi dan DesentralisasiSentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Sementara itu Desentralisasi merupakan lawan dari Sentralisasi.6. FormalisasiElmen struktur ini menjelaskan sejauh mana pekerjaan-pekerjaan didalam organisasi dibakukan.

Tipe dan Gaya Kepemimpinan serta Perilaku Individu

09 November 2022 00:00:03 Dibaca : 105

A. Tipe dan Gaya Kepemimpinan

1. Tipe Otokratik

Semua ilmuwan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.

Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan keakuannya. antara lain dalam bentuk:

a) Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi. seperti mesin dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.

b) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.

c) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pernimpin yang otokratik antara lain:

o Menuntut ketaatan penuh dan para bawahannya

o Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya

o Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi

o Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.

2. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.

Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh - tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik

Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.

4. Tipe Laissez Faire

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak tertalu sering intervensi.

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).

5. Tipe Demokratik

Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dan berbagai unsur dan komponen organisasi. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.

B. Perilaku Individu

Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya. Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya.

   Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori perilaku yang dipaparkan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side of Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagi menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X mengasumsikan individu bersifat negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif. Salah satu asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi teori Y adalah kebanyakan orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara yang tepat.

   Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks. 

   Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.

Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek mana dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi, perilaku reflek, perilaku otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan sebagainya.

Teori Kepemimpinan : Tokoh Kepemimpinan (Joko Widodo)

03 October 2022 20:03:19 Dibaca : 6162

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, (1998) semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan semakin besar potensi kepemimpinan yang efektif.

Teori-teori kepemimpinan pada umumnya berusaha menerangkan faktor-faktor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan dan sifat dari kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan bisa dikelompokan menjadi 4 (empat) pendekaten. Fiedler (dalam Nawawi, 2003), menyatakan keempat teori kepemimpinan tersebut, yaitu:

1) Teori “Great Man” dan Teori “Big Bang”

Teori ini mengemukakan kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir dari kedua orang tuanya. Bennis dan Nannus (dalam Nawawi, 2003), menyatakan pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Teori ini melihat kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui peroses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin. Teori Big-Bang mengintegrasikan antara situasi dan pengikut anggota organisasi sebagai jalan yang dapat mengantarkan seseorang menjadi pemimpin. Situasi yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa atau kejadiankejadian besar seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi dan lain-lain.

2) Teori Sifat atau Karakteristik Keperibadian

Teori ini mengemukakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat-sifat atau karakteristik kepribadian yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin, meskipun orang tuanya khususnya ayah bukan seorang pemimpin. Teori ini bertolak dari pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimipin ditentukan oleh sifatsifat/karakteristik kepribadian yang dimiliki.

3) Teori Perilaku

Teori ini bertolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi, tergantung pada perilaku atau gaya bersikap atau gaya bertindak seorang pemimpin. Dengan demikian berarti teori ini juga memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi kepemimpinan. Dengan kata lain, keberhasilan seorang pemimpindalam mengefektifkan organisasi, sangat tergantung dari perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan di dalam strategi kepemimpinannya.

4) Teori Kontingensi atau Teori Situasional

Teori situasional dapat disimpulkan bahwa seorang peminpin yang efektif memperhatikan faktor-faktor situasional yang terdapat di dalam organisasi. Karena faktor-faktor situasi tersebut tidak selalu tetap, maka diperlukan kemampuan dari peminpin untuk mengadaptasi kepeminpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Maka dengan pemilihan gaya dalam kepemimpinan sangat diperlukan dalam menjadi seorang pemimpin.

5) Teori Transactional

Teori ini fokus pada peran pengawasan, organisasi, dan kinerja kelompok. Sistem hukuman dan penghargaan menjadi dasar dari teori ini, membuat gaya kepemimpinan seperti ini kerap diimplementasikan dalam dunia bisnis.

6) Teori Participative

Teori ini menunjukan bahwa kualitas leadership yang hebat muncul pertimbangan terhadap masukan orang lain. Partisipasi dan kontribusi anggota kelompok dianggap penting agar mereka dapat merasa relevan dan berkomitmen untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

7) Teori Transformation

Teori ini dikenal pada koneksi yang muncul antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin tipe ini dituntut untuk dapat memotivasi dan menginspirasi anggota kelompok memahami akan pentingnya sebuah tugas.

Contoh Tokoh Pemimpin: Joko Widodo

     Teori contingency merupakan teori yang dapat diartikan sebagai menempatkan pemimpin pada pola kepemimpinan yang sesuai dengan situasi yang ada (Lensufiie, 2010). Alasan mengapa teori tersebut merupakan teori yang relevan digunakan oleh Presiden Joko Widodo, yaitu apabila ditinjau dari beberapa tindakan beliau, seperti yang dimuat dalam laman nasional.kompas.com (2020), Jokowi senang sekali melakukan blusukan sebagai wujud dari penerapan “relationship motivation” yang merupakan salah satu motivasi dari teori ini. Relationship motivation tersebut mengacu dimana pemimpin fokus untuk membangun relasi dengan pengikut-pengikutnya. Namun, Jokowi juga tidak luput untuk memperhatikan “task motivation” yang merupakan bentuk motivasi pemimpin untuk fokus pada tugas dan hasil yang dicapainya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai sikap yang diambil Jokowi dalam mengemban tanggung jawab kenegaraan, diantaranya memperhatikan berbagai aspek yang perlu didahulukan. Sebagai contoh seperti yang dipaparkan dalam laman cnnindonesia.com (2020), di bidang infrastruktur, dimana Jokowi membangun 18.850 km jalan tol dimana hal tersebut merupakan capaian yang melampaui prestasi 5 presiden sebelumnya.

     Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang sangat lekat dengan Presiden Joko Widodo. Kepemimpinan tersebut merupakan gaya kepemimpinan yang bekerja dengan cara pemimpin memberikan merangsang serta inspirasi pada pengikut (rakyat) untuk mencapai hasil yang luar biasa. Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin sangat memperhatikan kebutuhan, kepedulian, bahkan perkembangan pengikut individu, mengubah kesadaran pengikut akan masalah dengan cara menggiring pengikut untuk melihat masalah lama dengan cara baru.

     Gaya yang diterapkan JOkowi sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan transaksional yang merupakan gaya kepemimpinan yang kerap digunakan oleh presiden RI sebelumnya. Kepemimpinan transaksional menggunakan penghargaan kontigensi untuk memotivasi bawahan, serta pemimpin hanya melaksanakan tindakan korektif ketika bawahan gagal mencapai tujuan.

Pendekatan Kepemimpinan

25 September 2022 20:48:08 Dibaca : 1010

     Studi awal tentang kepemimpinan yang dilakukan pada tahun1940an-1950an memusatkan perhatian pada sifat- sifat dari pemimpin. Para peneliti mencoba menemukan karakteristik-karakterisitik individual yang membedakan pemimpin yang berhasil dan pemimpin yang yang gagal.

     Menurut pendekatan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang memiliki ciri- ciri yang istimewa yang mencakup:karisma, kecerdasan, kebijaksanaan, dan memberikan dampak yang besar.Hal ini didasarkan pada penelitian awal yang mencakup studi pemimpin besar. Para pemimpin berasal dari kelas yang istimewa dan memeganggelar turun temurun. Sangat sedikit orang dari kelas bawah memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin, sehingga pada waktu itu dapatdisimpulakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat, bukan karenafaktor pendidikan dan pelatihan. Konsep kepemimpinan dalam teori iniadalah atribut tertentu yang melekat pada diri pemimpin , atau sifat personal yang membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin.

     Ralp Stogdill mengidentifikasikan enam klasifikasi dari sistemkepemimpinan, yaitu karakteristik fisik, latar belakang sosial, intlagensia,kepribadian, karakteristik hubungan tugas, dan karakteristik sosial.

1. Pendekatan Sifat (Trait Approach)

    Kepemimpinan dengan pendekatan sifat membedakan para pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi masing–masing, sehingga pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin.

    Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin iti dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran “Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa.

    Berbagai studi membandingkan sifat- sifat pemimpin dan bukan pemimpin, sering menemukan bahwa pemimpin cenderung mempunyaitingkat kecerdasan lebih tinggi, lebih ramah, dan lebih percaya diridaripada yang lain dan mempunyai kebutuhan akan kekuasaan lebih besar. Penelitian lain mencoba untuk membandingan sifat- sifat pemimpin yang efektif dan tidak efektif. Berbagai sifat dipelajari untuk menentukanapakah hal- hal tersebut berhubungan dengan kepemimpinan efektif.

2. Pendekatan Perilaku (Behaviour Approach)

    Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan olehsikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. Dasar dari pendekatan gaya kepemimpinan diyakini bahwa pemimipinyang efektif menggunakan gaya (style) tertentu mengarahkan individuatau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Berbeda dengan teorisifat, pendekatan perilaku dipusatkan pada efektivitas pemimpin, bukan pada penampilan dari pemimpin tersebut. Teori perilaku menekankan pada dua gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan beorientasi tugas (task orientation) dan orientasi pada karyawan (employ orientation).

    Orientasi tugas adalah perilaku pimpinan yang menekankan bahwatugas-tugas dilaksanakan dengan baik dengan cara mengarahkan danmengendalikan secara ketat bewahannya. Orientasi Karyawan adalah perilaku pimpinan yang menekankan pada memberikan motivasi kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya dengan melibatkan bawahandalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tugasnya,dan mengembangkan hubungan yang bersahabat saling percayamempercayai dan saling menghormati diantara anggota kelompok.

3. Pendekatan Kontingensi

    Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan “One Best Way” (Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal kenyataannya tiap-tiap organisasi memiliki cirri khusus bahkan organisasi yang sejenis akan menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi.Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepepimpinan yang berbeda.

    Fromont E. Kast, mengatakan bahwa organisasi adalah suatu system yang terdiri dari sub sisteem dengan batas lingkungan supra system. Pandangan kontingensi menunjukkan pendekatan dalam organisasi adanya natar hubungan dalam sub system yang terdiri daari sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya. Kontingensi berpandangan bahwa azas-azsa organisasi bersifat universal. Apabila dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri.

4. Pendekatan Terpadu

    Pendekatan situasionalmenekankan faktor konstektual yang mempengaruhi proseskepemimpinan. Variabel situasional yang penting seperti karakeristik bawahan, sifat pekerjaan pemimpin, jenis organisasi, dan sifatlingkungan eksternal. Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa tidakada satupun gaya kepemimpinan yang cocok dengan semua situasi, dan berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakanadanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universaldengan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unikdan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengangaya kepemimpinan tertentu.