ARSIP BULANAN : October 2022

Teori Kepemimpinan : Tokoh Kepemimpinan (Joko Widodo)

03 October 2022 20:03:19 Dibaca : 6163

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner, (1998) semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan semakin besar potensi kepemimpinan yang efektif.

Teori-teori kepemimpinan pada umumnya berusaha menerangkan faktor-faktor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan dan sifat dari kepemimpinan. Studi tentang kepemimpinan bisa dikelompokan menjadi 4 (empat) pendekaten. Fiedler (dalam Nawawi, 2003), menyatakan keempat teori kepemimpinan tersebut, yaitu:

1) Teori “Great Man” dan Teori “Big Bang”

Teori ini mengemukakan kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir dari kedua orang tuanya. Bennis dan Nannus (dalam Nawawi, 2003), menyatakan pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Teori ini melihat kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui peroses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin. Teori Big-Bang mengintegrasikan antara situasi dan pengikut anggota organisasi sebagai jalan yang dapat mengantarkan seseorang menjadi pemimpin. Situasi yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa atau kejadiankejadian besar seperti revolusi, kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi dan lain-lain.

2) Teori Sifat atau Karakteristik Keperibadian

Teori ini mengemukakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat-sifat atau karakteristik kepribadian yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin, meskipun orang tuanya khususnya ayah bukan seorang pemimpin. Teori ini bertolak dari pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimipin ditentukan oleh sifatsifat/karakteristik kepribadian yang dimiliki.

3) Teori Perilaku

Teori ini bertolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi, tergantung pada perilaku atau gaya bersikap atau gaya bertindak seorang pemimpin. Dengan demikian berarti teori ini juga memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi kepemimpinan. Dengan kata lain, keberhasilan seorang pemimpindalam mengefektifkan organisasi, sangat tergantung dari perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan di dalam strategi kepemimpinannya.

4) Teori Kontingensi atau Teori Situasional

Teori situasional dapat disimpulkan bahwa seorang peminpin yang efektif memperhatikan faktor-faktor situasional yang terdapat di dalam organisasi. Karena faktor-faktor situasi tersebut tidak selalu tetap, maka diperlukan kemampuan dari peminpin untuk mengadaptasi kepeminpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Maka dengan pemilihan gaya dalam kepemimpinan sangat diperlukan dalam menjadi seorang pemimpin.

5) Teori Transactional

Teori ini fokus pada peran pengawasan, organisasi, dan kinerja kelompok. Sistem hukuman dan penghargaan menjadi dasar dari teori ini, membuat gaya kepemimpinan seperti ini kerap diimplementasikan dalam dunia bisnis.

6) Teori Participative

Teori ini menunjukan bahwa kualitas leadership yang hebat muncul pertimbangan terhadap masukan orang lain. Partisipasi dan kontribusi anggota kelompok dianggap penting agar mereka dapat merasa relevan dan berkomitmen untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

7) Teori Transformation

Teori ini dikenal pada koneksi yang muncul antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin tipe ini dituntut untuk dapat memotivasi dan menginspirasi anggota kelompok memahami akan pentingnya sebuah tugas.

Contoh Tokoh Pemimpin: Joko Widodo

     Teori contingency merupakan teori yang dapat diartikan sebagai menempatkan pemimpin pada pola kepemimpinan yang sesuai dengan situasi yang ada (Lensufiie, 2010). Alasan mengapa teori tersebut merupakan teori yang relevan digunakan oleh Presiden Joko Widodo, yaitu apabila ditinjau dari beberapa tindakan beliau, seperti yang dimuat dalam laman nasional.kompas.com (2020), Jokowi senang sekali melakukan blusukan sebagai wujud dari penerapan “relationship motivation” yang merupakan salah satu motivasi dari teori ini. Relationship motivation tersebut mengacu dimana pemimpin fokus untuk membangun relasi dengan pengikut-pengikutnya. Namun, Jokowi juga tidak luput untuk memperhatikan “task motivation” yang merupakan bentuk motivasi pemimpin untuk fokus pada tugas dan hasil yang dicapainya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai sikap yang diambil Jokowi dalam mengemban tanggung jawab kenegaraan, diantaranya memperhatikan berbagai aspek yang perlu didahulukan. Sebagai contoh seperti yang dipaparkan dalam laman cnnindonesia.com (2020), di bidang infrastruktur, dimana Jokowi membangun 18.850 km jalan tol dimana hal tersebut merupakan capaian yang melampaui prestasi 5 presiden sebelumnya.

     Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang sangat lekat dengan Presiden Joko Widodo. Kepemimpinan tersebut merupakan gaya kepemimpinan yang bekerja dengan cara pemimpin memberikan merangsang serta inspirasi pada pengikut (rakyat) untuk mencapai hasil yang luar biasa. Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin sangat memperhatikan kebutuhan, kepedulian, bahkan perkembangan pengikut individu, mengubah kesadaran pengikut akan masalah dengan cara menggiring pengikut untuk melihat masalah lama dengan cara baru.

     Gaya yang diterapkan JOkowi sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan transaksional yang merupakan gaya kepemimpinan yang kerap digunakan oleh presiden RI sebelumnya. Kepemimpinan transaksional menggunakan penghargaan kontigensi untuk memotivasi bawahan, serta pemimpin hanya melaksanakan tindakan korektif ketika bawahan gagal mencapai tujuan.