PENINGKATAN KARIR YANG TAK TERHINGGA: MEMBANGUN KEUNGGULAN DENGAN MENGASAH ILMU SIX SIGMA
Mengikuti mata kuliah Six Sigma pada semester ini benar-benar membuka mata saya terhadap dunia manajemen dan perbaikan proses. Awalnya, saya sedikit ragu dan tidak terlalu paham apa yang sebenarnya diharapkan dari mata kuliah ini. Karena saat pertama kali mendengar tentang mata kuliah Six Sigma ini, satu yang selalu menjadi pertanyaan dari saya "mata kuliah ini belajar tentang apa?" . Namun, setelah beberapa pertemuan pertama, saya mulai menyadari betapa pentingnya konsep Six Sigma dalam meningkatkan kualitas dan efisiensi proses di berbagai bidang industri. Dengan bimbingan dosen pengampuh yang berdedikasi, Pak Dr. Trifandi Lasalewo, S.T, M.T., dan juga Pak Nurfaisal Harun, S.T, M.T., mata kuliah ini menjadi pencerahan bagi pemahaman saya terhadap manajemen kualitas dan perbaikan proses melalui contoh konkret dan studi kasus yang relevan.
Selama mengikuti perkuliahan, saya mendapatkan pengetahuan baru tentang metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) yang digunakan dalam Six Sigma. Saya belajar bahwa perbaikan proses tidak hanya sebatas pada aspek teknis, tetapi juga setiap tahapannya memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana mengidentifikasi permasalahan, mengukur kinerja, menganalisis data, mengimplementasikan perbaikan, dan menjaga kontrol untuk mencegah kembalinya masalah. Salah satu hal yang paling menarik bagi saya adalah penggunaan seven tools, seperti diagram Pareto, histogram, check sheet, scatter diagram, control chart dan fishbone, yang secara praktis dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana data dapat diolah untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, saya berencana untuk mengembangkan keterampilan analisis data dan statistik secara lebih mendalam. Dan saya juga ingin memperluas pemahaman saya tentang aplikasi alat dan teknik Six Sigma dalam konteks industri yang lebih luas. Selain itu, saya berharap dapat mengaplikasikan pengetahuan ini dalam proyek-proyek nyata dan meningkatkan efisiensi proses di lingkungan kerja. Saya yakin bahwa mata kuliah Six Sigma tidak hanya memberikan pengetahuan teoritis, tetapi juga memberikan bekal keterampilan praktis yang sangat bernilai untuk masa depan saya di dunia kerja.
Tidak lupa juga saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Pak Dr. Trifandi Lasalewo, S.T, M.T., dan juga Pak Nurfaisal Harun, S.T, M.T., dosen pengampuh mata kuliah Six Sigma. Terima kasih atas dedikasi, pengetahuan mendalam, dan semangat mengajar yang bapak berikan selama perkuliahan ini. Terima kasih juga atas kesabaran bapak dalam menanggapi berbagai pertanyaan mahasiswa dan menginspirasi kami untuk terus belajar dan berkembang. Mata kuliah ini tidak hanya memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga memotivasi kami untuk menjelajahi lebih jauh dan menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan nyata.
Tipe dan Gaya Kepemimpinan serta Perilaku Individu
A. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
1. Tipe Otokratik
Semua ilmuwan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dan persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan keakuannya. antara lain dalam bentuk:
a) Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi. seperti mesin dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
b) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
c) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pernimpin yang otokratik antara lain:
o Menuntut ketaatan penuh dan para bawahannya
o Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
o Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
o Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh - tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dan literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dan orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak tertalu sering intervensi.
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).
5. Tipe Demokratik
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dan berbagai unsur dan komponen organisasi. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
B. Perilaku Individu
Dalam kehidupan organisasi, gaya kepemimpinan seorang pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang tepat bagi organisasinya. Perilaku individu berbeda satu dengan yang lainnya.
Perilaku individu yang bersifat positif dan negative tersebut tentunya juga berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Hal tersebut dapat dilihat pada teori perilaku yang dipaparkan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side of Enterprises (1983) yaitu teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagi menjadi dua karakteristik yang berbeda. Teori X mengasumsikan individu bersifat negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif. Salah satu asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan asumsi teori Y adalah kebanyakan orang bersifat self-directed dalam pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara yang tepat.
Bentuk-bentuk perilaku individu tidak terlepas dari kepribadian yang dimilikinya. Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian ini terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga kepribadian inilah yang bekerja sama untuk menciptakan bentuk-bentuk perilaku manusia yang kompleks.
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk, tergantung dari aspek mana dilihatnya, seperti perilaku termotivasi, perilaku tidak termotivasi, perilaku reflek, perilaku otomatis, perilaku yang dipelajari, perilaku instingtif, dan sebagainya.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong