TIPE KEPEMIMPINAN & LINGKUNGAN

14 December 2022 03:54:50 Dibaca : 75

Gaya kepemimpinan dalam organisasi merupakan cerminan perilaku organisasi, yaitu suatu tindakan dan sikap yang ditunjukkan oleh anggota dalamorganisasi. Kaitannya dengan organisasi sebagai suatu sistem terbuka memiliki 4 (empat) unsur pokok, yaitu:

1) merupakan suatu sistem;

2) suatu pola aktivitas;

3) sekelompok orang; dan

4) ada tujuan yang ditetapkan.

Nitisemito (1996) menyatakan lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lebih jauh dijelaskan bahwa lingkungan kerja sangat besar pengaruhnya terhadap semangat dan kegairahan kerja. Misalnya musik yang merdu, meskipun kelihatannya remeh, ternyata pengaruhnya terhadap efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas, karena dapat mengurangi rasa lelah dalam bekerja.

Lingkungan kerja merupakan keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupu non fisik yang dapat memberikan kesan menyenangkan, mengamankan, menentramkan dan kesan krasan / betah bekerja dan lain sebagainya (Supardi, 1993 : 37). Sebagian besar lingkungan kerja berpengaruh terhadap individu maupun organisasi secara keseluruhan (Ferris, 1997b). Faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan yang berupa kekuatan di luar individu terkait erat dengan atmosfer kerja (Dilliard & Ferris, 1989) memainkan suatu peran yang penting dalam model keputusan perilaku (Ferris, 1997b)

Berbagai ahli berpendapat, bahwa secara umum kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan bersemangat. Kepemimpinan tidak hanya bergantung kepada pribadi seseorang, tetapi juga tergantung situasi dimana pemimpin itu berada. Profesor W.O. Jenkins yang dikutip Adair (2002; 24) menyatakan bahwa “kepemimpinan itu bersifat spesifik menurut situasi tertentu yang diamati”. Siapa yang menjadi pemimpin suatu kelompok tertentu melibatkan diri dalam kegiatan tertentu, dan karakter-karakter kepemimpinan yang berperan dalam kasus tertentu merupakan fungsi dari situasi yang spesifik. Ada variasi besar dalam karakteristik individu-individu yang menjadi pemimpin dalam situasi yang sama, dan bahkan perbedaan itu cukup besar lagi dalamperbedaan perilaku kepemimpinan dalam situasi yang berbeda. Lebih lanjut Ordway Tead yang dikutip Wursanto (2003 : 196) memberikan pengertian bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Dalam pengertian tersebut, dapat diketahi bahwa, kepemimpinan tidak terbatas pada organisasi atau kantor saja, tetapi berlaku secara umum. Masalah kepemimpinan juga tidak hanya menjadi milik atau monopoli seseorang yang menyandang predikat sebagai kepala atau manager dalam suatu perusahaan atau kantor. Kepemimpinan dapat digunakan oleh setiap orang dalam segala situasi, dalam segala tingkatan organisasi. Hal ini berarti bahwa setiap pemimpin unit dalam organisasi mulai dari pimpinan puncak (tertinggi) sampai dengan pimpinan unit terendah, diharapkan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi para bawahannya. 

Tipe Kepemimpinan Dan Struktur Organisasi

13 December 2022 16:04:13 Dibaca : 43

TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN

Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.

1) tipe pemimpin otokratis yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:

menganggap organisasi sebagai milik pribadimengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasimenganggap bawahan sebagai alat semata- matatidak mau menerima kritik, saran, dan pendapatterlalu bergantung kepada kekuasaan formalnyadalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)2) tipe militeristisyaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis   adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:

sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannyasenang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannyasenang kepada formalitas yang berlebih- lebihanmenuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahansukar menerima kritikkan dari bawahanmenggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan3) tipe paternalistisyaitu seorang pemimpin yang:

menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasabersikap terlalu melindungijarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatifjarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.sering bersikap maha tahu4) tipe kharismatishingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).

5) tipe laissez faire yaitu seorang yang bersifat:

dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya6) tipe demokratis yaitu tipe yang bersifat:

dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah makhluk termulia di duniaselalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannyasenang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannyaselalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari  adanya.selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuanberusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpinpara bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan. Dalam tipe kepemimpinan seperti diatas saya sendiri sangan menyukai cara kepempinan yang bersifat kharismatis yang artinya bahwa kepemimpinan itu sudah ditentukan dan ditakdirkan oleh tuhan untuk menjadi pemimpin yang baik, cara kemimpinan kharismatik ini sangatlah disuka banyak orang karna didalam raga pemimpinannya mempunyai aura yang berbeda , dari cari sikap dan perbuatannya juga sangat teratur. Mungkin buat diri saya pribadi belum bisa mengelami cara kepemimpinan yang pernah saya lakukan , tapi secara ga langsung saya pernah mengelaminya pemimpina dalam kehidupan sehari sehari walaupun tanpa saya sadari langsung keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalahJenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;Norma yang dianut kelompok;Rentang kendali;Ancaman dari luar organisasi> STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi secara keseluruhan, logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. tepatnya, struktur harus mengikuti strategi. Jika manajemen melakukan perubahan signifikan dalam strategi organisasinya, struktur pun perlu dimodifikasi untuk menampung dan mendukung perubahan ini. Sebagian besar kerangka strategi dewasa ini terfokus pada tiga dimensi -inovasi, minimalisasi biaya, dan imitasi- dan pada desain struktur yang berfungsi dengan baik untuk masing-masing dimensi.

Struktur organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah. Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis -tak banyak kekuatan di lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada terobosan teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak aktivitas dari kelompok-kelompok tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain menghadapi lingkungan yang sangat dinamis -peraturan pemerintah cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk, dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang statis memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para manajer dibanding lingkungan yang dinamis. Karena ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi, manajemen akan menocba meminimalkannya. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian lingkungan adalah melalui penyesuaian struktur organisasi.

Dalam pegalaman pribadi saya tentulah saya pernah melakukan metode struktur organisasi tersebut, pada saat sekolah saya sering sekali menjadi panitia study tour semua perlengkapan dari mulai keberangkatan dan pulang tentulah ketua yang mengurus , secara individu manusia tidak akan bisa hidup sendiri maka harus saling tolong menolong dalam kata2 tersebut saya mulai memikirkan cara bagaimana untuk mencapai tujuan dengan cepat dan tepat serta dengan mudah menjalaninya, disini saya mulai menerapkan metode struktur organisasi untuk membagi pekerjaan yang nantinya akan ditanggung jawab terhadap sendiri , dengan metode struktur organisasi ini setiap kepempinan mempunya kekuasaan masing masing , tanpa adanya struktur organisasi suatu manajemen tidak akan bisa berjalan karna manajemen sangat memerlukan struktur organisasi untuk mencapai serangkain tujuan bersama.

Dalam konteks desain organisasi, Ivancevich (2008) mendefinisikannya sebagai proses penentuan keputusan untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan departemen. Dengan demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan menghasilkan sebuah struktur organisasi.

TIPE KEPEMIMPINAN DALAM INDIVIDU DAN KELOMPOK

14 November 2022 21:25:13 Dibaca : 1506

Tipe kepemimpinan dalam individu dan kelompok

Kepemimpinan individu adalah kemampuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan sifat-sifat kepemimpinan positif Anda untuk memandu arah hidup Anda alih-alih membiarkan waktu dan kesempatan menentukan arah Anda.

Group leadership atau kepemimpinan kelompok adalah jenis kepemimpinan di mana lebih dari satu orang memberikan arahan kepada kelompok secara keseluruhan. Tujuan pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas, mengurangi biaya, atau perampingan. 

Ø  Tipe Pemimpin Demokratis

Jika Anda bekerja di perusahaan yang memiliki pemimpin demokratis, artinya Anda dapat menyampaikan pendapat atau ide secara lebih terbuka sebagai kontribusi untuk memajukan perusahaan. Masukan Anda bisa jadi bahan pertimbangan pemimpin perusahaan untuk membuat keputusan bisnis.

Memiliki pemimpin yang demokratis dengan gaya kepemimpinan efektif akan melahirkan karyawan inovatif dengan ide brilian dan gagasan yang dapat membawa perubahan bagi perusahaan. Walaupun mungkin tidak semua ide karyawan akan diaplikasikan untuk kemajuan perusahaan, namun setidaknya Anda mendapat kesempatan menyampaikan pendapat.

Tipe pemimpin demokratis sangat disukai banyak orang karena pendapat pegawai dihargai, dan juga tidak otoriter dalam memberikan pressure lewat beban kerja berlebihan dengan deadline ketat dan hasil yang sempurna. Pemimpin demokratis betul-betul bisa memberikan arahan kerja yang proporsional kepada karyawannya agar tidak mudah burnout.

Ø  Tipe Pemimpin Otoriter

Seperti namanya, pemimpin tipe otoriter sisi baiknya adalah memastikan pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu dan efektif tanpa banyak alasan, karena pemimpin memiliki matriks time balance dan tahu cara meningkatkan produktivitas kerja yang efektif. Maka mau tidak mau, karyawan jadi terlatih untuk disiplin dalam hal waktu dan ritme kerja.

Adapun sisi negatifnya, perlakuan pemimpin kepada karyawan cenderung menekan dan memaksakan kehendak hanya demi mencapai goals, sehingga seolah tidak peduli karyawan sedang sibuk menyelesaikan tugas lain. Pemimpin jenis ini akan memberikan pekerjaan tambahan hingga Anda sebagai karyawan terpaksa lembur dengan alasan demi akselerasi peningkatan profit perusahaan.

Meski perusahaan berkembang dan maju, namun tingkat resign dari perusahaan yang memiliki tipe pemimpin seperti ini bisa saja tinggi karena faktor kepemimpinan yang otoriter. Hal ini disebabkan ada beberapa individu yang tidak menyukai bekerja di bawah pressure atau tekanan.

Ø  Tipe Kepemimpinan Karismatik

Ketiga, ada kepemimpinan karismatik di mana tipe ini sisi positifnya adalah bawahan atau karyawan akan dengan senang hati melakukan apapun yang dibutuhkan pemimpin, mulai dari membantu project atau order baru yang harus segera ditangani, diminta melakukan revisi pekerjaan sesuai permintaan klien dan sebagainya. Karena pemimpin perusahaan berkharisma tinggi, karyawan akan merevisi pekerjaannya kembali dengan senang hati.

Sisi negatifnya, timbul ketergantungan yang tinggi terhadap pemimpin perusahaan akibat kenyamanan kerja yang diberikan. Suatu hari ketika ada pergantian pemimpin, maka kinerja dan produktivitas karyawan bisa jadi mengalami penurunan dengan berbagai alasan, seperti pemimpin yang baru tidak senyaman pemimpin sebelumnya.

Ø  Tipe Pemimpin Militeristik

Tipe pemimpin ini sangat mementingkan disiplin tingkat tinggi. Baginya, seorang pemimpin harus memiliki keahlian pemimpin yang sesungguhnya. Apabila karyawan memiliki sifat yang selaras dengan sang pemimpin, maka kolaborasi kerja yang efektif bisa tercipta. Datang ke kantor tepat waktu dan pekerjaan dapat diselesaikan sesuai durasi deadline merupakan keharusan.

Sebaliknya, apabila karyawan tidak disiplin, dijamin mereka tidak akan bertahan lama bekerja di perusahaan tersebut, karena akan bermasalah dengan atasan, mulai dari mendapat teguran karena telat, kinerja yang lambat, dan kurang disiplin pada aturan kerja perusahaan.

Ø  Tipe Pemimpin Paternalistik

Terakhir, ada tipe kepemimpinan yang dikenal dengan nama paternalistik. Penjelasan mudahnya, tipe pemimpin ini akan selalu memperlakukan bawahannya seperti pemula yang segalanya harus diajarkan, dipandu, dan dikontrol sesuai keinginan atasan. Bisa jadi, tipe pemimpin ini memiliki perfeksionis dalam kerja yang juga diinginkannya bisa dilakukan karyawannya.

Bagian terbaiknya, karyawan bisa perform dan dapat mengerjakan pekerjaan sesuai arahan atasan. Sisi negatifnya, kemandirian dan kreativitas pegawai jadi kurang berkembang serta tidak bebas dalam berpendapat untuk kontribusi terhadap kemajuan perusahaan.

 

 

 

 

Teori Kepemimpinan : Tokoh kepemimpinan (Soeharto)

03 October 2022 22:50:30 Dibaca : 8166

         kepemimpinan adalah sebuah kemampuan dalam diri seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau mengarahkan pihak tertentu untuk mencapai tujuan. Teori kepemimpinan juga bisa didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengelola dan mengarahkan sebuah kelompok dengan efektif dan efisien agar mencapai tujuan.Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seorang pemimpin adalah orang yang harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau memandu sekelompok orang atau pihak.

A.Teori Kepemimpinan Menurut Para AhliPara ahli yang mengemukakan gagasan-gagasannya merupakan bentuk dari teori kepemimpinan. Para ahli pun memiliki pendapat masing-masing mengenai teori kepemimpinan, berikut ini:1.     Moejiono (2002)        Moejiono mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai dengan keinginan pemimpinnya.2.     Wahjosumidjo (1987:11)       Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin yang tidak bisa dipisahkan dengan kedudukan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi pemimpin, pengikut dan situasi.

3. Fiedler (1967)       Fiedler mengatakan teori kepemimpinan merupakan pola hubungan antara individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok agar bekerjasama untuk mencapai tujuan.

4. Sondang P. Siagian       Menurut Sondang P. Siagian, teori kepemimpinan bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi tertentu dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya. Hal itu dilakukan agar mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai dengan arahan, sehingga tujuan pun bisa tercapai dengan mudah.

5. Ott (1996)       Menurut Ott, teori kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan dan perilaku orang lain.

B. Tokoh Pemimpin Soeharto

      Diawali dengan surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1996 kepada Letnan jenderal Soeharto, maka Era Orde Lama berakhir diganti dengan pemerintahan Era Orde Baru. Pada Awalnya sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto adalah kesedehanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.

      Gaya kepimpinan Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menankap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyai visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian. Tahun-tahun pemerintahan Soeharto diwarnai dengan praktik otoritarian dimana tentara memiliki peran dominan didalamnya. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara.

Pendekatan Kepemimpinan

27 September 2022 02:18:43 Dibaca : 1776

         Konsep kepemimpinan telah berkembang dari waktu ke waktu, perkembangan itu tidak hanya mencerminkan adanya ketidakpuasan dengan teori-teori sebelumnya karena ada persoalan-persoalan yang belum terjawab, tetapi juga mencerminkan adanya perbedaan perspektif yang dipakai oleh para teoris. Pendekatan yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya bervariasi, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi diri seorang pemimpin.

Adapun beberapa pendekatan dari seorang pemimpin :

A.  Pendekatan sifat

      Dalam pendekatan ini, keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi si pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan atau keturunan. Jadi menurut pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Sebagaimana yang dikatakan oleh Thierauf  “The hereditary approach states that leaders are born and not made – that leaders do not acquire the ablity to lead, but inherit it.” (pendekatan keturunan menyatakan bahwa pemimpin adalah dilahirkan bukan dibuat – bahwa pemimpin tidak memperoleh kemampuan memimpin, tetapi mewarisinya.

      Sifat-sifat sendiri masih belum cukup untuk menjelaskan soal kepemimpinan. Kelemahan utamanya sifat-sifat tersebut adalah mengabaikan faktor keadaan. Memiliki sifat yang sesuai hanya mampu menjadikan seseorang menjadi sedikit mendekati sosok seorang pemimpin yang efektif. Lebih jauh mereka harus melakukan tindakan-tindakan yang benar. Keberhasilan kepemimpinan pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya, yaitu percaya bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota berjuang untuk mencapai tujuan.

B. Pendekatan Perilaku

      Pendekatan perilaku (behavioral approach) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan sehari-harinya, dalam hal bagaimana pemimpin itu memberikan perintah, membagi tugas dan wewenang, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan, dan sebagainya. Selanjutnya, untuk pemimpin yang berorientasi menghukum, terjadi ketika seorang pemimpin mencerca atau menanggapi secara negatif terhadap bawahan yang melakukan perilaku-perilaku yang tidak efektif, namun juga memicu perilaku yang membahayakan di dalam organisasi. Umumnya, lebih efektif menggunakan penguatan untuk menghentikan perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki jika dibandingkan dengan menggunakan hukuman, karena dengan hukuman dapat menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan seperti kemarahan.

      Perbedaan antara pendekatan sifat dan pendekatan perilaku terletak pada asumsi teori dasarnya. Bila teori sifat memang bisa diakui, hal ini berarti untuk menjadi pemimpin memang bakat sejak lahir. Dengan kata lain, jika ada perilaku khas yang dapat mengidentifikasi para pemimpin, maka kita dapat mengajarkan tentang kepemimpinan yang dapat mendesain program dengan menanamkan pola perilaku pada individu-individu yang diharapkan untuk menjadi pemimpin yang efektif.

C. Pendekatan Lingkungan

       Menurut Sudjana (2000: 31), teori lingkungan berasumsi bahwa kemunculan pemimpin merupakan hasil dari waktu, tempat, situasi, dan kondisi tertentu. Suatu peristiwa yang dianggap sangat penting dan luar biasa akan menampilkan seseorang untuk menjadi pemimpin. Situasi dan kondisi tertentu akan melahirkan permasalahan atau tantangan tertentu dan pada gilirannya memerlukan pemimpin yang berhasil. Seorang pemimpin yang berhasil dalam suatu lingkungan belum tentu kepemimpinannya akan menjadi jaminan keberhasilan pada lingkungan lain yang berbeda dengan lingkungannya yang semula. Dengan kata lain, suatu lingkungan tertentu akan memerlukan dan membentuk pemimpin-pemimpin tertentu pula.

D. Pendekatan Kontingensi

        Tikno Lensufiie (2010: 81) menjelaskan bahwa teori situsional dicetuskan oleh Hersey & Blanchard (1969) teori ini kemudian dikembangkan oleh Fiedler dan dikatakan bahwa kinerja kelompok ditentukan oleh interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung supaya menciptakan keefektifan kepemimpinan. Dari hasil penelitiannya, Fiedler percaya bahwa pemimpin setidaknya menerapkan satu atau lebih gaya kepemimpinan, yakni task-oriented leadership (berorientasi pada penyelesaian tugas dan pencapaian tujuan) dan relationship-oriented leadership (berorientasi pada relasi, keramahan dengan anggota organisasi). Fiedler mengemukakan tiga faktor situasi yang menentukan gaya kepemimpinan mana yang lebih efektif, task-or-relationship-oriented leadership:

1) faktor relasi antara pemimpin dan anggota (leader-member relations) berkenaan dengan tingkat kepercayaan dan kepatuhan yang diperoleh pemimpin dari pengikutnya

2) susunan tugas (task structure) secara spesifik mengenai karakteristik pekerjaan yang diselesaikan termasuk persyaratan, alternative pemecahan masalah, dan umpan balik dari keberhasilan kerja

3) posisi kekuasaan (position power) tentang kekuasaan yang terdapat dalam kepemimpinan. Variabel yang paling penting dalam suatu situasi adalah relasi antara pemimpin dan anggota.

      Seorang pemimpin yang baik akan mampu menempatkan dirinya pada posisi yang tepat dalam menyikapi situasi yang dimiliki oleh para pengikutnya. Husaini Usman (2010: 32) menambahkan bahwa kepemimpinan situasional menurut Hersey & Blanchard didasarkan selain pengaruh antara perilaku kepemimpinan yang diterapkan, sejumlah pendukungan emosional yang ia berikan, dan tingkat kematangan bawahannya.