EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TANAMAN

07 March 2016 11:57:08 Dibaca : 1357

Laporan

SISTEM PERAMALAN HAMA PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa Armigera) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea Mays)
Di Kabupaten Bone Bolango Dan Kabupaten Pohuwato

(Mata Kuliah Epidemiologi Penyakit dan Peramalan Hama)

Oleh:

Sartin Ladiku 613 413 012

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016

 


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan Laporan dengan judul “Sistem Peramalan Hama Penggerek Tongkol Jagung Di Kabupaten Bone Bolango Dan Kabupaten Pohuwato” untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Dan Peramalan Hama.
Penulis sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai sistem peramalan hama penggerek tongkol jagung.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan peramalan hama yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun para pembaca.

Gorontalo, Januari 2016
Penyusun
Kelompok 9


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3 Tujuan....................................................................................... 2
1.4 Manfaat..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 3
2.1 Tanaman Jagung (Zea mays L.) ............................................... 3
2.2 Hama Penggerek Tongkol
(Helicoverpa Armigera)............................................................. 4
2.3 Peramalan.................................................................................. 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 7
3.1 Luas Serangan Penggerek Tongkol Pada Tanaman
Jagung........................................................................................ 7
3.2 Model Peramalan KLTS Periode Musim Kemarau
2014........................................................................................... 9
3.3 Strategi Pengendalian................................................................ 11
BAB IV PENUTUP................................................................................... 13 4.1Kesimpulan................................................................................ 13
4.2 Saran......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penggerek Tongkol Jagung.............................................................. 4

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam budidaya tanaman umumnya, OPT merupakan salah satu kendala yang perlu diperhatikan dan ditanggulangi. Perkembangan serangan OPT yang tidak dapat dikendalikan, akan berdampak timbulnya masalah-masalah lain yang bersifat sosial, ekonomi, dan ekologi.
Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Organisme Pengganggu tanaman dikelompokan menjadi 3 kelompok utama yaitu Hama, Penyakit, dan Gulma.
Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit setiap tahun selalu muncul. Gangguan tersebut belum dapat dikendalikan secara optimal sehingga masih menimbulkan kerugian hasil. Salah satu yang berpengaruh terhadap munculnya hama yaitu pola musim atau cuaca lokal yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan OPT adalah perubahan dan fenomena iklim global. Perlu pengelolaan yang sedemikian rupa dalam upaya meminimalkan resiko produksi yaitu dengan meramalkan serangan OPT itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hasil peramalan KLTS (kumulatif luas tambah serangan) hama penggerek tongkol pada tanaman jagung di kabupaten Bone Bolango?
Bagaimana hasil peramalan kumulatif luas tambah serangan (KLTS) untuk hama pengerek tongkol pada tamanan jagung di kabupaten Pohuwato?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan laporan peramalan OPT yaitu Untuk meramalkan luas serangan hama Penggerek Tongkol pada tanaman jagung di dua wilayah yakni Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato pada musim kemarau 2014.
1.4 Manfaat
Memberikan informasi tentang perbedaan hasil peramalan kumulatif luas tambah serangan (KLTS) untuk hama penggerek tongkol pada tamanan jagung di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato khususnya pada musim kemarau.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Klasifikasi tanaman jagung sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 – 150 hari. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umunya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Bunga betina jagung berupa tongkol yg terbungkus oleh semacam pelepah dengan rambut. Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Akar jagung tergolong serabut yang dapat mencapai kedalaman 8m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2m. pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku – buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, batang beruas – ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna, bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi deficit air pada sel – sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini dari pada bunga betinanya (protandri).
Hama jagung dapat menyerang pada seluruh fase pertumbuhan, baik vegetatif maupun generatif. Hama yang biasa ditemukan pada pertanaman jagung adalah ulat tanah (Agrotis ipsilon), lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), pemakan daun (Spodopterta litura), kutu daun (Aphis sp.), dan belalang (Locusta sp.). (Subandi et al.,2004).
2.2 Hama Penggerek Tongkol

Gambar 1. Penggerek Tongkol Jagung
Hama penggerek tongkol jagung merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman jagung. Akibat serangan hama ini dapat mengakibatkan kehilangan hasil 80% . hama ini menyerang pada semua fase pertumbuhan bagian tanaman. Gejala serangan penggerek tongkol jagung mulai terlihat setelah imago betina meletakan telur pada rambut jagung. Setelah menetas, larva akan masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang berkembgang, akibatnya akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol. (Bahtiar dan A. Tenrirawe. 2005).
Berikut sifat dan karasteristik dari hama penggerek tongkol jagung: Ngengat betina meletakan telur pada rambut tongkol atau daun muda secara sendiri-sendiri, seekor ngengat dapat meletakan telur sampai 1000 butir dan stadium telur antara 2-5 hari. Setelah menetas larva bergerak kebawah menuju tongkol clan menggerek bagian ujung atas tongkol. Selanjutnya larva bergerak makin kebawah dan memakan biji-biji muda hingga menjelang pupa.
Larva berambut pendek dan mempunyai sifat kanibal, sehingga umumnya hanya dijumpai satu ekor larva da1am satu tongkol. Stadium larva berlangsung selama 17-24 hari dan terdiri dari 6 instar. Menjelang pupa larva keluar dari ujung tonggol atau lubang yang telah dipersiapkan menuju tanah dan membentuk pupa si dalam tanah. Stadium pupa berkisar antara 12-14 hari.
Imago tidak tertarik terhadap cahaya lampu minyak biasa tetapi tertarik terhadap cahaya lampu. Imago betina meletakkkan telur pada silk/rambut jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan.( Adnan,2009),
2.3 Peramalan
Peramalan adalah kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. Peramalan OPT merupakan bagian penting dalam program dan kegiatan penerapan PHT dalam kegiatan perencanaan ekosistem yang tahan terhadap gangguan.
Peramalah hama sasarannya adalah untuk menduga kemungkinan timbulnya OPT, mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan dan kerusakan yang ditimbulkan OPT berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen-komponen yang berpengaruh di lapang dan menduga kerugian atau kehilangan hasil akibat gangguan OPT.
Peramalan hama bertujuan untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang. Informasi tersebut sebagai dasar untuk menyusun perencanaan, saran tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip, strategi dan teknik PHT. Dengan demikian diharapkan dapat memperkecil resiko berusaha tani, populasi/serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan. (Marwoto,1992).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Luas Serangan Penggerek Tongkol Pada Tanaman Jagung
3.1.1 Luas Serangan Penggerek Tongkol Jagung di Kabupaten Bone Bolango
Tabel 1. KLTS Periode Musim Kemarau 2013
Periode Musim Kemarau 2013 KLTS Penggerek Tongkol (Ha)
April 8
Mei 8.7
Juni 7.3
Juli 2.1
Agustus 2.5
September 2.4
Total 31

Tabel 2. KLTS Periode Musim Hujan 2012-2013
Periode Musim Hujan 2012-2013 KLTS Penggerek Tongkol (Ha)
Oktober 1.1
November 1.2
Desember 1
Januari 3.6
Februari 3.3
Maret 7
Total 17.2

Tabel 3. KLTS Periode Musim Kemarau 2012
Periode Musim Kemarau 2012 KLTS Penggerek Tongkol (Ha)
April 17.1
Mei 11.1
Juni 14.6
Juli 8.3
Agustus 3.5
September 1.5
Total 56.1
3.1.2 Luas Serangan Penggerek Tongkol Jagung di Kabupaten Pohuwato
Tabel 1. KLTS Periode Musim Kemarau 2013
Periode Musim Kemarau 2013 KLTS Penggerek Tongkol (Ha)
April 19.25
Mei 23.3
Juni 32.25
Juli 1
Agustus 17
2September 14
Total 106.8

Tabel 2. KLTS Periode Musim Hujan 2012-2013
Periode Musim Hujan 2012-2013 KLTS Penggerek Tongkol (Ha)
Oktober 17.5
November 19
Desember 1
Januari 10
Februari 27
Maret 18.5
Total 93

Tabel 3. KLTS Periode Musim Kemarau 2012
Periode Musim Kemarau 2012 KLTS Penggerek Tongkol (Ha)
April 1.3
Mei 8.5
Juni 9.5
Juli 5.5
Agustus 5.5
September 18.8
Total 49.1

Berdasarkan uraian tabel diatas maka diperoleh data dari dua kabupaten yaitu kabupaten Bone Bolango dan kabupaten Pohuwato dengan kumulatif luas tambah serangan pada musim kemarau (April - September 2013), kumulatif luas tambah serangan musim hujan (Oktober 2012 - Maret 2013), kumulatif luas tambah serangan pada musim kemarau (April - September 2012), sehingga dari kedua data tersebut maka diperoleh model peramalan kumulatif luas tambah serangan pada periode musim kemarau yang akan datang atau periode musim kemarau 2014.
3.2 Model Peramalan KLTS Periode Musim Kemarau 2014
Berdasarkan data KLTS maka dapat diperoleh model persamaan peramalan sebagai berikut:
3.2.1 Kabupaten Bone Bolango
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.126 5.229 .789 .488
VAR00002 -.493 .829 -.366 -.594 .594
VAR00003 .262 .316 .512 .831 .467
a. Dependent Variable: VAR00001

Dari tabel diatas diperoleh persamaan yaitu:

Dari hasil KLTS MK 2013 seluas 31 ha dan KLTS MH 2012-2013 seluas 17.2 ha.
Maka dapat diramalkan:
Log ŸMK = 4.126 - 493 log (31) + 262log (17.2)
= 4.126 - 493(1.49) + 262 (1.24)
= 4.126 - 734.57 + 324.88
=-405,56ha
= 1000-405,56
= 594.4ha
3.2.2 Kabupaten Pohuwato

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 21.648 14.267 1.517 .226
VAR00002 -.287 .651 -.247 -.442 .689
VAR00003 .074 .978 .042 .076 .944
a. Dependent Variable: VAR00001
Dari tabel diatas dapat diperoleh persamaan :

Dari hasil KLTS MK 2013 seluas 106.8 ha dan KLTS MH 2012-2013 seluas 93 ha. Maka dapat diramalkan:
Log ŸMK = 21.648 - 287log (106.8) + 074log (93)
= 21.648- 287(2.03) + 074(1.97)
= 21.648 - 582.61 + 145.78
= -415.18 ha
= 1000-415.18
= 584.8ha
Berdasarkan analisis data luas serangan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera) jagung di dua kabupaten di peroleh hasil yang berbeda untuk kabupaten Bone Bolango hasil peramalan periode musim kemarau tahun 2013 seluas 31 ha, periode musim hujan 2012-2013 seluas 17.2 ha, periode musim kemarau 2012 seluas 56.1 ha.
Sedangkan untuk kabupaten Pohuwato diperoleh hasil peramalan periode musim kemarau 2013 seluas 106.8 ha, periode musim hujan 2012-2013 seluas 93 ha, periode musim kemarau 2012 seluas 49.1 ha.
Dari akumulasi data peramalan bahwa serangan Hama penggerek tongkol pada tanaman jagung di Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan tingkat serangan dengan hasil peramalan sebesar 594.4ha, sedangkan untuk Kabupaten Pohuwato mengalami penurunan dengan hasil peramalan sebesar 584.8ha. Meskipun Serangan Hama Pengerek Tongkol jagung mengalami penurunan di Kabupaten Pohuwato, akan tetapi pemerintah harus menyusun strategi pengelolaan Hama penggerek tongkol jagung yang sesuai dengan konsep PHT. Sehingga populasi dan serangan Hama Penggerek tongkol pada tanaman jagung dapat ditekan atau dikendalikan pada musim kemarau selanjutnya.
3.3 Strategi Pengendalian
Pengendalian penggerek Tongkol jagung dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
Pengolahan tanah yang baik
karena pengolahan tanah yang baik dapat merusak pupa atau menekan perkembangan pupa di dalam tanah
Mengatur jarak tanam
Pemanfaatan musuh alami
Parasitoid telur adalah Trichogramma spp. Sedangkan parasitoid pada larva muda yaitu menggunakan Eriborus Argentiopilosa (Ichneumonidae) dan Metharrizium anisopliae.
Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimia merupakan pilihan terakhir untuk mengendalikan penggerek tongkol jagung. Pengendalian menggunakan insektisida DECIS, dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dengan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat. (Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 2008)

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil akumulasi data peramalan serangan penggerek tongkol pada tanaman jagung di Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan dengan hasil peramalan sebesar 594.4 ha, sedangkan untuk Kabupaten Pohuwato mengalami penurunan dengan hasil peramalan sebesar 584.8 ha.
Strategi pengendalian hama penggerek tongkol jagung antara lain:
Pengolahan Tanah
Mengatur jarak tanam
Pemanfaatan musuh alami
Pengendalian secara kimiawi
Tujuan peramalan yaitu untuk memberikan informasi tentang populasi, intensitas serangan, luas serangan, penyebaran OPT pada ruang dan waktu yang akan datang.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya sistem peramalan hama, pemerintah dapat memberikan informasi kepada petani dalam hal mengendalikan hama tersebut. Dan sistem peramalan ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan langkah - langkah untuk menghadapi musim tanam berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A.M. 2009. Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung.
Proseding Nasional Serealia, Ujung Pandang. Hal 454-469.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 2008. Petunjuk lapang ham,
penyakit hara pada tanaman jagung . Diakses tanggal 2 januari 2016

Bahtiar dan A. Tenrirawe. 2005. Identifikasi Hama Utama Jagung dan Cara
Pengendaliannya pada Tingkat Petani di Sulawesi Selatan. Proseding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sulsel, Ujung Pandang. Hal. 229-234.

Subandi. 2004. Program Penelitian Benih Serealia. Makalah disampaikan pada
Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 Juli.