ARSIP BULANAN : February 2015

BIOLOGI DAN BIOLOGI MOLEKULER

02 February 2015 11:55:03 Dibaca : 1522

Nama : Sartin Ladiku
Nim : 613 413 012
Kelas : A_Agroteknologi
Tugas : Biokimia dan Biologi Molekuler Tanaman

SOAL !!!
1.) Jelaskan mengapa siklus krebs disebut siklus asam sitrat.
2.) Dalam siklus krebs berapa ATP yang dihasilkan dari satu molekul glukosa?
3.) Sebutkan apa saja yang dihasilkan atau diproduksi dari siklus krebs.
4.) Jelaskan mekanisme terjadinya proses glikolisis.
Jawab:
1.) Siklus Krebs disebut siklus asam sitrat, karena senyawa pertama yang terbentuk adalah asam sitrat dan merupakan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil KO-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Serta siklus krebs atau siklus asam sitrat merupakan sentral atau pusat metabolisme yang ada dalam tubuh manusia.
2.) Dalam siklus krebs ATP yang dihasilkan dari satu molekul glukosa yaitu 2 molekul ATP.
3.) Hasil dari siklus krebs adalah
• 2 molekul ATP,
• 2 molekul FADH,
• 6 molekul NADH,
• 2 molekul CO2 .
4.) Glikolisis merupakan serangkaian reaksi pemecahan atau dekomposisi glukosa menjadi senyawa asam piruvat. Proses glikolisis terjadi di sitoplasma, glikolisis dimulai dengan 1 molekul glukosa (senyawa yang memiliki 6 atom C) yang akan dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C). Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa dipecah atau diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP.
Reaksi Glikolisis terjadi melalui dua tahapan utama yaitu reaksi tahapan 1 penggunaan energi dan reaksi tahapan 2 pelepasan energi. Tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap penggunaan energi adalah 2 ATP. Sementara itu, energi yang dihasilkan pada tahap pelepasan energi adalah 4 ATP dan 2 NADH. Dengan demikian, selisih energi atau hasil akhir glikolisis adalah 2 molekul asam piruvat, 2 ATP , 2 NADH dan 2 H2O.

 

BIOLOGI DAN BIOLOGI MOLEKULER

02 February 2015 11:55:02 Dibaca : 1150

Nama : Sartin Ladiku
Nim : 613 413 012
Kelas : A_Agroteknologi
Tugas : Biokimia dan Biologi Molekuler Tanaman

SOAL !!!
1.) Jelaskan mengapa siklus krebs disebut siklus asam sitrat.
2.) Dalam siklus krebs berapa ATP yang dihasilkan dari satu molekul glukosa?
3.) Sebutkan apa saja yang dihasilkan atau diproduksi dari siklus krebs.
4.) Jelaskan mekanisme terjadinya proses glikolisis.
Jawab:
1.) Siklus Krebs disebut siklus asam sitrat, karena senyawa pertama yang terbentuk adalah asam sitrat dan merupakan langkah pertama dari siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil KO-A dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Serta siklus krebs atau siklus asam sitrat merupakan sentral atau pusat metabolisme yang ada dalam tubuh manusia.
2.) Dalam siklus krebs ATP yang dihasilkan dari satu molekul glukosa yaitu 2 molekul ATP.
3.) Hasil dari siklus krebs adalah
• 2 molekul ATP,
• 2 molekul FADH,
• 6 molekul NADH,
• 2 molekul CO2 .
4.) Glikolisis merupakan serangkaian reaksi pemecahan atau dekomposisi glukosa menjadi senyawa asam piruvat. Proses glikolisis terjadi di sitoplasma, glikolisis dimulai dengan 1 molekul glukosa (senyawa yang memiliki 6 atom C) yang akan dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C). Pada proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa dipecah atau diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP.
Reaksi Glikolisis terjadi melalui dua tahapan utama yaitu reaksi tahapan 1 penggunaan energi dan reaksi tahapan 2 pelepasan energi. Tahapan glikolisis menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap penggunaan energi adalah 2 ATP. Sementara itu, energi yang dihasilkan pada tahap pelepasan energi adalah 4 ATP dan 2 NADH. Dengan demikian, selisih energi atau hasil akhir glikolisis adalah 2 molekul asam piruvat, 2 ATP , 2 NADH dan 2 H2O.

 

SURVEY TANAH

02 February 2015 11:53:25 Dibaca : 9022

Tugas
SURVEY TANAH DAN EVALUASI LAHAN

OLEH:

SARTIN LADIKU
613 413 012

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015

I. Pengertian Survey Tanah
Survei tanah didefinisikan sebagai penelitian di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu daerah (areal) tertentu, yang di tunjang oleh informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (SCSA, 1982).
Survei tanah adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklasifikasikan dan memetakan tanah disuatu daerah tertentu (Brady and Weil, 2002).
II. Survey Tanah Bertujuan Umum Dan Khusus
Dalam melakukan survey tanah terdapat dua strategi yang di kemukakan oleh Dent dan Young (1981) yaitu survey tanah bertujuan umum dan khusus. Survey tanah bertujuan umum ditunjukan untuk memberikan data sebagai dasar interpretasi untuk berbagai penggunaan yang berbeda, bahkan beberapa dari penggunaan tersebut belum diketahui. Survei tanah bertujuan umum meliputi pembuatan peta pedologi yang menyajikan sebaran satuan-satuan tanah yang ditentukan menurut morfologi serta data sifat fisik, kimia dan biologi yang dikumpulkan di lapangan dan di laboratorium. Survei tanah bertujuan umum sangat bermanfaat untuk diterapkan pada wilayah-wilayah yang masih belum berkembang, yang faktor fisik lingkungannya (potensi penggunaan lahannya) belum banyak diketahui. Kisaran penggunaan-penggunaan lahan sangat luas, meliputi penggunaan untuk pertanian dan non-pertanian. Dengan demikian, informasi dasar tentang tanah harus dikumpulkan sebelum dilakukan pengambilan keputusan penggunaan lahan yang paling menguntungkan.
Survei tanah untuk tujuan khusus dilakukan apabila tujuannya telah diketahui sebelumnya dan bersifat spesifik, misalnya untuk irigasi, reklamasi lahan atau penanaman jenis tanaman tertentu seperti teh, tebu atau tanaman lainnya. Survei tanah untuk tujuan khusus dapat dilakukan asalkan sebelumnya tujuan penggunaannya dikemukakan secara jelas, karakteristik tanah yang berkaitan dengan tujuan tersebut telah diketahui dan sangat bermanfaat apabila mencantumkan informasi tentang daerah tersebut, pengunaan lahan yang berpotensi untuk dikembangkan telah diketahui, sehingga penggunaan khusus dapat direncanakan. Keadaan seperti ini umumnya menjadi kasus di wilayah-wilayah berkembang atau wilayah yang berpenduduk padat. Kelemahan survei tanah bertujuan khusus ini adalah ketidakmampuannya dalam memenuhi semua tujuan atau keperluan, tidak seperti yang berlaku pada survei bertujuan umum. Dalam survei bertujuan khusus, suatu survei khusus dilakukan untuk tujuan tertentu saja, misalnya survei yang dirancang untuk perkebunan teh, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan tujuan lain, misalnya untuk perkebunan tebu atau sawah irigasi. Apabila nantinya membutuhkan informasi lebih lanjut, maka perlu. Dilakukan survei tanah tambahan untuk mendapatkan informasi yang belum tersedia.
III. Peranan Survei Tanah dalam Pengambilan Keputusan Pengelolaan Sumber Daya Lahan
Survei tanah dapat memberikan informasi tentang sumber daya alam, terutama tentang sifat-sifat dan faktor-faktor pembatas tanah untuk suatu tujuan-tujuan tertentu. Informasi ini sangat diperlukan untuk keputusan pengembangan sumber daya lahan, baik untuk pertanian maupun untuk kepentingan lain, agar bermanfaat secara optimal dan berkesinambungan. Kebenaran informasi akan sangat menentukan ketepatan tindakan yang akan diambil untuk pengembangan sumber daya alam yang langka itu. Untuk mendapatkan informasi yang benar dan teliti, perlu dilakukan dengan cara-cara atau metodologi tertentu yang akan dibahas dalam uraian selanjutnya.
a. Pandangan Pengguna Survei Tanah
Survei tanah haruslah menghasilkan produk berkualitas tinggi yang bermanfaat bagi satu atau beberapa kelompok pengambil keputusan. Beberapa pertanyaan tentang metode survei pada akhirnya dapat dipecahkan dengan jalan menyesuaikan metode survei dengan keinginan dan anggaran yang tersedia dari pihak pengambil keputusan.
Rosister(2000) mencoba memerinci Beberapa pengguna survei tanah yaitu:
• Pengelola lahan
• Penyuluh lapangan.
• Perencana penggunaan lahan pedesaan dan perkotaan.
• lembaga pengendali penggunaan lahan.
• Badan otoritas pajak. Di beberapa negara.
• Pakar dalam bidang rekayasa.
• Pengelola lingkungan yang menggunakan tanah sebagai unsur ekologi landskap.
• Peneliti.
b. Informasi Apa Saja yang Diperlukan oleh Penggambil Keputusan
Beberapa pertanyaan yang dapat dijawab dari hasil survei tanah yang dilakukan oleh Rossiter (2000) yaitu :
 Menyimpulkan keseluruhan daerah kajian
 Pada lokasi tertentu (pada suatu daerah yang dipilih)
 Memilih lokasi daerah yang diinginkan
IV. Perkembangan Survei Tanah Di lndonesia
Survei tanah dimulai tahun 1999 di Amerika Serikat, yang merupakan kegiatan penelitian dalam kaitannya dengan tanah-tanah pertanian, serta penelitian hubungan antara tanah dengan iklim dan bahan organik (Soil Survei staff, 1951). Survei tanah berkembang sejalan dengan perkembangan bidang klasifikasi tanah dan teknik survei tanah. Kegiatan survei dan pemetaan tanah di Indonesia, menurut Pusat Penelitian dan Pengernbangan Tanah dan Agroklimat (2005), dimulai sejak pemerintahan Belanda. Namun investigasi secara intensif untuk mengkaji potensi tanah di Indonesia baru dimulai pada tahun 1905, yaitu dengan berdirinyaLaboratorium voor Agrogeologie en Grondonderzoek Pada tahun 1883, R.D.M. Verbeek melaporkan hasil pemetaan tanah yang mendeskripsikan topografi dan geologi tanah di Pantai Barat sumatera. Konsep pemetaan tanah skala 1 : 1.000.000 untuk Madura dan Jawa disusun oleh E.c.J Morhr pada tahun 1912.
Pada tahun 1927, survei tanah dimulai di Pulau Sumatera, yaitu di sumatera selatan, dengan aspek agrogeologi skala 1: 200.000. Pada tahun 1930 survei tanah untuk Jawa dan Madura dimulai. survei ini bertujuan untuk pertanian dan untuk pengembangan industri bata merah dan genteng, serta untuk infrastruktur jalan raya dan rel kereta api.
Pada tahun 1955, Balai Penelitian Tanah ditugaskan untuk melakukan survei secara sistematis ke seluruh Indonesia untuk kepentingan pertanian, dengan penekanan pada skala eksplorasi (1:1.000.000). Untuk pulau Jawa dan Madura, dilakukan survei skala 1:250.000 untuk mendapatkan informasi dalam rangka penggunaan lahan, perbaikan lahan dan program pemupukan.
Pada tahun 1979 - 1986 survei diprioritaskan untuk persiapan daerah transmigrasi melalui proyek Penelitian pertanian Menunjang Transmigrasi (P3MT). Setelah itu dilanjutkan dengan Proyek land resources and evaluation planning (LREP) fase I (1985-1990) dan fase II (1991-L997). Penilitian ini bertujuan mengetahui potensi lahan untuk tujuan pembangunan pertanian secara umum pada skala 1:250.000 (LREP I) dan skala 1:50.000 (LREP II).
Hampir 50% wilayah Indonesia, terutama bagian Barat Indonesia, telah dipetakan selama periode 1955 - 2004. Kegiatan pemetaan di rawa pasang surut dilakukan melalui kerjasama pusat penelitian Tanah dengan Departemen Pekerjaan Umum pada Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut (P4S).
Sejak tahun 1957, sistem klasifikasi tanah di Indonesia menggunakan klasifikasi Dudal dan Supraptohardjo, yang kemudian mengalami penyempurnaan oleh suhadi (1961) dan soepraptohardjo,(1961) pada skala besar. sistem ini masih dijumpai dalam peta-peta tanah terbitan Pusat Penelitian Tanah hingga tahun 1978.
Setelah kongres HITI II, diperkenalkan sistem Klasifikasi Tanah Nasional yang tidak banyak berbeda dari sistem sebelumnya dan hanya menguraikan sampai pada tingkat marga (great-group).
Untuk keperluan survei dan pemetaan tanah daerah transmigrasi, Pusat Penelitian Tanah menerbitkan panduan tentang jenis dan macam talah di Indonesia beserta kuncinya (Suhardjo dan Soepraptohardjo, 1981). Beberapa penamaan jenis dan macam tanah, sebagian besar diambil dari definisi sistem FAO-UNESCO, dengan berbagai penyesuaian terhadap kondisi di Indonesia (Sitorus, 1986).
Sejak kongres HITI ke IV di Medan bulan Desember 1989, menurut USDA-SCS, (1989) tetah diputuskan untuk menggunakan sistem taksonomi tanah (Soil Taxonomy) untuk semua kegiatan survei dan penelitian tanah di Indonesia. HaI ini dilakukan secara konsekuen oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimatologi (Puslittanak) dalam kegiatan survei dan pemetaan tanah dalam proyek LREP I (skala 1 : 250.000) pada tahun 1989 yang menerapkan metode fisiografi dengan satuan tanah menggunakan taksonomi tanah pada kategori sub-grup. Pada kegiatan survei dan pemetaan semi detail (skala 1: 50.000) dalam LREP II (1993 - 1995), tetap digunakan taksonomi tanah (Soil Survey Staff, I992;1994) sebagai satuan tanah pada kategori 'seri' (Hardjowigeno, 2003).
Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia dan dunia secara umum pada tahun 1998, kegiatan survei tanah di Indonesia praktis mengalami stagnasi. Seri tanah yang direncanakan untuk diolah menjadi seri publikasi hingga saat ini (2005) terhenti sama sekali. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat informasi sumber daya lahan yang akurat dan lengkap dari seluruh wilayah di Indonesia sangat menentukan keberhasilan bidang pembangunan pertanian maupun bidang rekayasa yang menunjang pengembangan wilayah.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, N. C. and R. R. Weil. 2004. Elements of the Nature and, Properties of Soils. Prentice-Hall, Inc., NJ.
Dent, D, and A. Young, 1981. Soil Survey and Land Evaluation. George Allen and Unwin. London.
Hardjowigeno, S, 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Rossiter, D.G-, 2000. “Methodologi for soil Resource Inventories.” ITC Lecture Notes & Reference. Soil Science Division International Institute for Aerospace Survey & Earth Sciences (ITC). March 2000.
Sitorus, S.R.P., 1986. Survei Tanah dan Penggunaan Lahan. Lab. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan, Jur. Tanah ,IPB.

 

AGROHIDROLOGI

02 February 2015 11:49:34 Dibaca : 1989

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR - DASAR AGRONOMI
“PEMUPUKAN PADA TANAMAN JAGUNG MANIS”
OLEH:
KELOMPOK 1

SARTIN LADIKU
613 413 012

 

PRODI S1 AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Praktikum Dasar - Dasar Agronomi yang berjudul “Pemupukan Pada Tanaman Jagung Manis” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini, ada sedikit kendala yang penulis hadapi. Namun berkat kesabaran dan semangat, serta ridho dari Allah SWT, sehinggah tersusunlah makalah yang sederhana ini.
Penulis menyadari sesungguhnya dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah.

Gorontalo, Januari 2014

Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II DASAR TEORI................................................................................... 2
2.1 Definisi jagung....................................................................................... 2
2.2 Bagian-Bagian Tanaman Jagung........................................................... 2
BAB III METODE PELAKSANAAN........................................................... 7
3.1 Waktu Dan Tempat................................................................................ 7
3.2 Alat Dan Bahan ..................................................................................... 7
3.3 Prosedur Kerja........................................................................................ 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 8
4.1 Hasil....................................................................................................... 8
4.2 Pembahasan........................................................................................... 8
BAB V PENUTUP............................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 10
3.2 Saran ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman semusim.Tanaman ini dapat tumbuh baik bila kebutuhan tanaman terpenuhi.Tanaman dalam kehidupannya memerlukan unsur hara agar dapat tumbuh lebih baik.Unusr hara dapat diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari mineralisasi batuan induk maupun pelapukan bahan organik.Jumlah hara yang terkandung dalam tanah menunjukkan tingkat kesuburannya.Makin banyak jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, maka semakin subur tanah tersebut.
Didaerah yang memiliki kandungan hara sedikit, sehingga tidak tersedia bagi tanaman diusahakan agar unsur hara ditambah melalaui pemupukan.Pemupukan dilakukan dengan memberikan unsur hara kedalam tanah sehingga unsur hara tersebut tersedia bagi tanaman.
Pemberian pupuk sangat berpengaruh terhadap tanaman, terutama cara pemberiannya. Dalam praktik dilapangan pemberian pupuk dapat dilakukan dengan menugal, menyebar dan membuatnya dalam paritan. Ketiga cara pemberian ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu perlu dilakukan percobaan agar dapat dimengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing cara tersebut.
Penanaman tanaman jagung dilapangan harus memperhatikan jarak tanaman.Jarak tanam maksimum akan berpengaruh negatif kepada tanaman, sedangkan jarak tanam minimum, akan akan berpengaruh negatif. Jarak tanam yang baik adalah jarak tanam optimum.
Penerapan jarak tanam, selain berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara dan ketersediaannya,juga berpengaruh terhadap populasi tanaman. Jarak tanam yang berbeda akan berpengaruh terhadap populasi tanaman. Oleh karena itu dalam praktik ini diharapkan mahasiswa dapat menghitung atau memperkirakan populasi tanaman yang ada.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung yang menggunakan pupuk dengan tanaman jagung yang tidak menggunakan pupuk.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi Jagung(zea mays)
Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu.Siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang.Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu.
Pemahaman morfologi dan fase pertumbuhan jagung sangat membantu dalam mengidentifikasi pertumbuhan tanaman, terkait dengan optimasi perlakukan agronomis. Cekaman air (kelebihan dan kekurangan), cekaman hara (defisiensi dan keracunan), terkena herbisida atau serangan hama dan penyakit akan menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal, atau tidak sesuai dengan morfologi tanaman. Hasil dan bobot biomas jagung yang tinggi akan diperoleh jika pertumbuhan tanaman optimal. Untuk itu diperlukan pengelolaan hara, air, dan tanaman dengan tepat.Pengelolaan hara dan tanaman yang mencakup pemupukan (waktu dan takaran), pengairan, dan pengendalian gulma harus sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.
2.2 Bagian – Bagian Dari Tanaman Jagung
a) Akar
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

b) Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.Batang beruas-ruas.Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

c) Daun
Daun jagung adalah daun sempurna.Bentuknya memanjang.Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula.Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae.Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

d) Bunga
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious).Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebutfloret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence).Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas.Bunga betina tersusun dalam tongkol.Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik.Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

2.2.1 Pertumbuhan Dan Perkecambahan
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis. Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif.Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza.Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah.Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah.
Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumula muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah.Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam.Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih. Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi.Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah. Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan gulma lebih bersaing dengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan seragam.

2.2.2 Syarat Tumbuh
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata.Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air.Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.Ketinggian antara 1000-1800 mdpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 mdpl.
2.2.3 Teknik Budidaya Tanaman Jagung
1. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung 100 hari sejakberumur dalam/panjang dengan waktu panen ≥ penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang).

2. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.

2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.

4) Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50- 100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.

5) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.

2.2.5 Panen
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum dilakukan pada tanggal 24 November 2013, adapun tempat pelaksanaan di Kecamatan Tilongkabila.
3.2 Alat Dan Bahan
a. Alat
1. Cangkul
2. Tugalan
3. Ember
4. Parang
b.Bahan
 Benih jagung
 Pupuk urea
3.3 Prosedur Kerja
1. Pembersihan lahan
Pembersihan lahan dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut gulma menggunakan tangan.
2. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul tanah.
3. Setelah tanah diolah dan sudah terbentuk bedengan kemudian dilakukan penanaman.
4. Jarak tanam yang digunakan yaitu 50 cm X 50 cm.
5. Setelah tanaman jagung tumbuh kemudian dilakukan pangamatan yaitu mengukur tanaman jagung yang diberi pupuk dan tidak diberi pupuk.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum yaitu:

4.2 Pembahasan
Dari pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dibedakan dua fase yaitu: fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif dimulai dari fase kecambah dilanjutkan dengan fase vegetatif, akar batang daun yang cepat pada akhirnya pertumbuhan vegetatif menjadi lambat sehingga dinamai fase generatif, dalam fase vegatatif ini tanaman jagung membutuhkan banyak air. Fase generatif dinamai dengan pembentukan primordia.
Proses pembungaan yang mencakup pristiwa penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan yang terjadi pada tanaman jagung biasannya di bantu dengan angin, yaitu dengan cara menebarkan tepung sari kemudian menjatuhkan pada tangkai. Letak bunga jantan dan bunga betina tidak berada disatu tempat, bunga jantan pada ujung batang yang sedang berbunga, sedangkan bunga betina berada dipertengahan batang atau tongkol.
Variabel yang diamati yaitu:

1. Tinggi tanaman

Perlakuan dalam pemberian pupuk pada tanaman jagung dan tanpa pupuk pada tanaman jagung dapat menyebabkan terjadinnya perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada tanaman jagung pada petak pertama tumbuh lebih tinggi dan subur dibandingkan dengan tanaman jagung pada petak kedua, itu terjadi karena pada petakan kedua terjadi persaingan dalam memenuhi kebutuhan akan unsur hara, air, cahaya, dan unsur hara lainnya.
Tanaman cenderung lebih tinggi pada petakan pertama karena persaingan yang terjadi tidak begitu besar, namun ada juga tanaman pada petak kedua yang kurang subur dibanding dengan tanaman pada petak pertama. Ini terjadi karena faktor –faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung seperti ketidakrataan dalam pemberian pupuk, ataupun kandungan unsur hara yang berbeda.

2. Jumlah Daun
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan ternyata terdapat perbedaan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung, perbedaannya yaitu tanaman jagung yang diberi pupuk memiliki jumlah daun 10 helai dan yang tidak diberi pupuk memiliki jumlah daun 7 helai.
3. Panjang Tongkol
Dari hasil pengamatan ternyata memiliki perbedaan yaitu Pada tanaman jagung yang diberi pupuk memiliki satu buah tongkol dengan panjang 20 cm dan pada tanaman jagung yang tidak diberi pupuk tidak memilki buah.

BAB V
PENUTUP
5.1 simpulan
Tanaman jagung adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu, bahwa tanaman jagung selain sebagai pengganti padi dan sagu yang digunakan untuk makanan pokok, tanaman jagung juga mengandung banyak manfaat, tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan bagian-bagiannya dari akar sampai buahnya juga.
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan ternyata ada perbedaan pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman jagung yang diberi pupuk dan tanaman jagung yang tidak diberikan pupuk. Perbedaannya yaitu pada tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang tongkol.

5.2 Saran
Saran penulis yaitu sebaiknya lahan praktikum diberi pelindung agar hewan – hewan tidak bisa masuk pada lahan tersebut agar tidak merusak tanaman yang akan kami amati.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim a, 2012. Deskripsi Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung#Klasifikasi. Diakses 13 november 2013
Rochani Siti, 2007. Bercocok Tanam Jagung. Penebar swadaya.
Afriani, Kartika, 2005, Tinjauan Budidaya, Panen dan Pasca Panen Tanaman Jagung.