ARSIP BULANAN : May 2014

HAMA TANAMAN

24 May 2014 11:59:16 Dibaca : 69378

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.

Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses-proses dalam tubuh tumbuhan hingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan obat-obatan anti hama. Pestisida merupakan nama umum untuk obat anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungisida.

Pembasmian hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati-hati dan tepat guna. Penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu penggunaan obat-obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin. Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang.

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hama

Hama adalah organisme perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagian tanaman lainnya sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati.

2.2 Ciri-Ciri Hama

Ciri-ciri hama antara lain :
§ Hama dapat dilihat oleh mata telanjang
§ Umumnya berasal dari golongan hewan ( tikus, serangga, ulat, dan lain-lain)
§ Hama cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehinggatanaman menjadi mati atau tetap hidup tetap tidak banyak memberikan hasil
§ Organisme hama biasanya lebih mudah diatasi karena hama tampak oleh mata dan dapat dilihat secara langsung

2.3 Macam-Macam Hama

Secara garis besar, hama tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut :
• Kelompok hewan menyusui (Mamalia), seperti tikus
• Kelompok serangga (Insekta), seperti belalang
• Kelompok burung (Aves), seperti burung pipit

Berikut adalah macam-macam hewan yang berpotensi sebagai hama di Indonesia :

TIKUS (Rattus Norvegicus)

Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Di Purwakarta, Hama tikus adalah urutan pertama penyerang padi. Hal ini disebabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relatif singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembang biakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.

Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang diserang tidak hanya biji-bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji-bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah unuk memakan biji-bijian. Tikus membuat lubang-lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak-semak. Apabila keadaan sawah itu rusak berarti sawah tersebut di serang tikus.

Gejala serangan :
- Tikus menyerang berbagai tumbuhan
- Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, dan tempat penyimpanan
- Bagian tumbuhan yang diserang tidak hanya biji-bijian, tetapi juga batang tumbuhan muda
- Tikus membuat lubang-lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak-semak

Pengendalian :
- Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya
- Pengendalin Hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular
- Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang sama pula sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen
- Pengendalian Kimia, yaitu dengan menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukan sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati-hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. WERENG COKLAT (Nilaparvata Lugens)

Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang-lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya ,mati.
Hama wereng dibagi menjadi dua, yaitu:

Hama Wereng Coklat

Nama latin dari hama wereng coklat adalah Nilapervata lungens. Hama ini selalu menghisap cairan dan air dari batang padi muda atau bulir-bulir buah padi yang masih lunak. Hama wereng hidup di habitat yang lembab, gelap dan teduh. Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida dan membasmi bibit-bibit wereng dengan membakarnya
2. Hama Wereng Hijau

Hama yang memiliki nama latin Nephotettix apocalis ini merusak kelopak dan urat-urat pada tanaman padi. Hama wereng hijau mempunyai alat penghisap yang kuat pada moncongnya.

Pemberantasan hama ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan obat insektisida, rotasi tanaman, pembunuhan hama dan perangkap lampu jebak.

3. WALANG SANGIT (Leptocorixa acuta)

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta

Walang sangit merupakan salah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan tebang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarna kemerah-merahan. Walang sangit menghisap butir-butir padi yang masih cair. Biji yang sudah dihisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji itu akan berwarna kehitam-hitaman.

Faktor-faktor yang mendukung populasi walang sangit :
- Sawah sangat dekat dengan perhutanan
- Populasi gulma disekitar sawah cukup tinggi
- Penanaman tidak serentak

Pengendalian terhadap hama walang sangit :
- Menanam secara serentak
- Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
- Menangkap walang sangit pada pagi hari menggunakan jala penangkap.
- Penangkapan menggunakan umpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga
- Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan musuh alami walang sangit
- Menyemprot insektisida pada saat gabah masak susu pada umur 70-80 hari setelah tanam

4. TUNGAU

Tungau (kutu kecil) biasanya terdapat di bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.

5. ULAT KUPU-KUPU

Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu-kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu -kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Upaya pemberantasan dapat dilakukan sebagai berikut :
- Membuang telur-telur kupu-kupu yang melekat pada bagian bawah daun
- Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
- Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida

6. ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)

Gejala serangan: Salah satu gejala awal serangan ulat grayak ialah daun – daun cabe yang meranggas dan berlubang-lubang. Ulat grayak mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas maupun bawah daun. Pada tingkat serangan yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja. Sehingga daun menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya pertumbuhan tanaman yang diserangnya menjadi terhambat dan menurun. Tanaman yang sering diserang oleh Ulat grayak salah satunya adalah tanaman cabe

7. ULAT BUAH (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus Dorsalis Hend)

Gejala serangan

Lalat ini menusuk pangkal buah sehingga terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur. Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang. Setelah telur menetas menjadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.

8. HAMA PENGGEREK UMBI KENTANG

Umbi kentang yang terkena hama penggerak umbi kentang menunjukkan gejala – gejala yakni pada kuit umbi nterdapat kumpulan kotoran ulat berwarna coklat tua. Jika umbi dibelah, didalamnya terdapat alur – alur. Warna daun merah tua dan terdapat jalinan benang yang meliputi ulat.

Hama penggerek disebut Phthorimaea operculella, yakni berupa ulat berwarna kelabu dengan panjang tubuhnya 1 cm. Ulat ini akan tumbuh menjadi ngengat berwarna kelabu dengan sayap berumbai – rumbai.

Pengendalian yang harus dilakukan pada hama tersebut adalah dengan bakteri (disterilkan) sebelum digunakan.

9. HAMA PEMAKAN DAUN KUBIS

Hama pemakan daun kubis ini disebut Plutella xylostella, atau biasa disebut hama putih dengan ciri – cirinya: ulat berwarna hijau muda, berbulu hitam, kepala kekuningan dengan bercak – bercak gelap, dan ukuran tubuhnya 9 mm.
Daun kubis yang terserang hama menunjukan gejala – gejala sebagai berikut.
- Hama (ulat) memakan daun kubis tanpa epidermisnya (kulit arinya) sehingga daun “berjendela” dan tampak memutih bahkan jika serangan hamanya berat,
- Daun akan tampak berlubang – lubang dan hanya tinggal tulang daunnya saja.

Cara pengendalian terhadap hama pemakan daun kubis diantaranya sebagai berikut.
- Melakukan pergiliran tanaman selama 3 – 4 bulan. Langkah ini dilakukan dengan cara menanam tanaman yang bukan se-famili dengan kubis – kubisan pada lahan yang akan ditanami kubis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memutuskan siklus hama.
- Secara biologis dengan menggunakan bakteri Bacillus thuringiensis.
- Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida.
- Secara mekanik dengan melakukan penjebakan dengan menggunakan lampu dan cawan berisi air.

10. HAMA THRIPS PADA CABAI / KEMREKI

Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam. Hama ini berupa serangga Thrips sp. dengan ciri – cirinya tubuh berwarna kunimg hingga cokelat kehitaman dan ukuran tubuhnya 1 mm.

Didaun yang terkena hama thrips terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. Sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapat satu hamparan.

Cabai yang terkena hama Thrips menunjukkan gejala – gejala, yakni daun cabai yang terserang hama berubah menjadi keriting. Bila serangannya berat, daun mengerut dan lapisannya berkurang, sehingga daun yang baru menyempit. Permukaan bawah daun yang terserang hama berwarna putih keperakan. Buah yang terserang berubah bentuk dan terlihat jaringan seperti kalus berwarna cokelat muda di kulit buah.

Pengendalian hama Thrips dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan melakukan penyemprotan insektisida.

11. HAMA PADA BAWANG PUTIH

Bawang putih yang terkena hama, daunnya berlubang dengan meninggalkan bekas gigitan berwarna putih, atau daun menjadi berselaput tipis dan layu.
Hama pada bawang putih ini berupa ulat Spedoptera exigua berwarna hijau atau cokelat tua dengan garis kekuningan dan ukuran tubuhnya mencapai 25 mm.

Pengendalian hama pada bawang putih ini dilakukan dengan menggenangi lahan sebelum ditanami, pembersihan lahan dari gulma, pengendalian secara biologis dengan menggunakan bakteri Baccillus thuringiensis, dan pengendalian secara kimiawi dengan melakukan penyemprotan insektisida.

12. HAMA PENGGEREK BUAH TOMAT

Buah tomat yang terkena hama penggerak menunjuukkan gejala – gejala, seperti bagian ujung atau dekat ujung buah berlubang dan didekat lubang terdapat kotoran hama. Jumlah lubangnya bisa lebih dari satu.Hama pada buah tomat ini berupa ulat Helicoverpa armigera, dengan ciri – ciri: warna tubuh pada ulat dewasa bervariasi dari hijau kekuningan, hijau kecoklatan atau kehitaman.

Tubuh berbulu dan ukuran tubuh mencapai 34,5 mm.
Pengendalian hama penggerek buah tomat dilakukan dengan melakukan rotasi tanaman dengan tanaman terhadap hama tersebut. Pengendalian hama juga dapat dilakukan secara biologis dengan menggunakan musuh alaminya yaitu Microptilis manilae untuk kepompong dan ulat, Diadegma argentiopilosa untuk ulat, atau Trichogramma nana untuk telurnya.

13. HAMA PENGGEREK POLONG BUNCIS

Polong buncis yang terserang hama menunjukkan gejala – gejala, yaitu pada polong terdapat lubang gerakan berwarna cokelat tua. Daerah seitar lubang menjadi cokelat kehitaman. Jika polong dibuka, akan tampak ulat (hama) dan kotorannya.

Hama pada polong buncis ini berupa ulat Etiella zinckenella. Larva muda berwarna hijau pucat, kemudian berubah menjadi kemerahan, kepala berwarna hitam, dan tubuh berukuran 15 mm.

Pengendalian hama penggerek polong buncis dilakukan dengan membuang tanaman orok – orok disekitar tanaman buncis tersebut atau dengan meakukan penyemprotan insektisida.

14. HAMA PENGGEREK BUAH MANGGA

Buah mangga yang terserang hama menunjukkan gejala –gejala, yaitu buah berlubang – lubang dan sekitarnya terdapat kotoran yang meleleh dari dalam. Lubang tersebut menembus sampai ke biji. Jika buah tersebut dibelah, bagian dalamnya sudah rusak dan busuk.

Hama pada buah mangga ada dua jenis, yaitu:
- Ulat dengan warna tubuh berselang – selang merah dan putih, panjangnya kurang lebih 2 cm, besarnya hampir seukuran pangkal lidi dan merupakan larva dari kupu – kupu Noorda albizonalia.
- Ulat dengan warna tubuh cokelat kehitaman, panjangnya kira – kira 1 cm, beasrnya menyamai lidi yang kecil, dan merupakan larva dari kupu – kupu Philotroctis eutraphera.

Penanggulangan hama penggerek pada buah mangga dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida pada buah mangga yang masih muda atau dengan membungkus buah muda satu persatu sebelum kupu – kupu Noorda albizonalia dan Philotroctis eutraphera sempat bertelur pada buah mangga tersebut.

15. TUPAI (CALLOSCIURUS NOTATUS )

Tanaman yang diserang : buah kelapa buah kakao
Gejala : merusak buah yang hampir masak, sehingga buah menjadi rontok.
Pengendalian : penjagaan di kebun, dan memasang perangkap,

16. BURUNG GEREJA ( PASSER MONTANUS , OATES )
Menyerang : padi dan biji rumput-ruputan lainnya

17. CODOT ( CYNOPTERUS SPHINX , VAHL )
Menyerang : buah dan sari bunga

18. KEPIK HIJAU ( NESARA VIRIDULA .L) / LEMBING HIJAU

Lembing hijau memiliki nama latin Nezara viridula dan berkembang di daerah beriklim tropis. Hama lembing hijau hidup dengan berkoloni. Serangan hama ini tidak sampai menghampakan padi, namun dampaknya membuat kualitas padi menjadi jelek. Hama ini dapat dibasmi dengan menggunakan insektisida sesuai aturan.

Gejala serangan: Serangannya mengisap cairan,tetapi tidak sampai menghampa padi, tetapi menghasilakan padi berkualitas jelek (goresan-goresan membujur pada kulit gabah dan pecah apabila dilakukan penggilinga/penumbukan)

19. KUMBANG CULA / KUMBANG PENJEPIT / KUMBANG CATUT / KUMBANG KAKATUA ( XYLOTRUPES GIDEON . L)

Kumbang ini banyak terdapat di Indonesia, Malaysia, dan Filiphina, dan lain-lain. Kumbang betina mengebor pucuk kelapa seperti kumbang badak. Kumbang ini sering memakan bagian pelepah daun tengah sehingga daunnya patah. Akibatnya adalah bentuk mahkota daun menjadi jelek. Sementara itu kumbang jantan seringkali terdapat pada mayang (bunga) yang baru saja membuka. Selain menyerang kelapa, hama ini juga menyerang flamboyan, jeruk, akasia, dan tanaman lainnya.

Pengendalian terhadap kumbang ini antara lain yaitu
- Membersihkan sampah-sampah disekitar pertanaman
- Penyemprotan insektisida sistemik
- Penaburan insektisida butiran ; dan
- Pelepasan parasit

20. KUMBANG BADAK / WANGWUNG KELAPA (ORYCTES RHINOCEROS, L)
Klasifikasi:
Kingdom :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Coleoptera
Famili :Scarabaeidae
Genus :Oryctes
Spesies :Oryctes rhinoceros L.

Gejala serangan: pucuk batang atau Daun yang belum terbuka dirusak, sehingga pada saat daun membuka, terlihat bekas potongan yang simetris berbentuk segitiga atau seperti huruf V. Akibatnya mahkota daun tampak compang – camping, semrawut dan tidak teratur.

Kumbang badak O. rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi tanaman, begitu juga menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus dan membusuk kering. Sedangkan Prawirosukarto dkk. (2003) mengatakan, dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kelapa sawit menyebabkan masalah. Hama ini sekarang juga dijumpai pada areal tanaman yang menghasilkan. O. rhinoceros ini dapat merusak pertumbuhan tanaman dan dapat mengakibatkan tanaman mati.

21. PENGGEREK BATANG JAGUNG (PYRAUSTA NUBILALIS , HUBNER)
menyerang batang dan biji jagung

22. HAMA GANJUR (PACHYDIPLOSIS ORYZAE)

Hama yang memiliki nama latin Pachydiplosis oryzae berkembang di daerah persawahan di China, India, dan Asia Tenggara. Hama ganjur menyerang tanaman padi yang penanamnya terlambat, sekitar bulan Februari dan April.

Hama ini meletakkan telur-telurnya pada kelopak daun padi. Telur-telur tersebut nantinya akan menjadi larva yang bergerak menuju dan memasuki batang padi. Hama tersebut menyerang padi dengan membuat daun menjadi selongsong dan lama-lama padi akan mati dikarenakan tidak dapat berfotosintesis.

Cara untuk mengatasinya adalah dengan mengatur pengairan jangan sampai padi terendam dan disinari dengan lampu petromak. Untuk pembasmian hama ganjur dapat disemprot menggunakan pestisida dengan dosis tepat secara teratur.

23. HAMA SUNDEP

Hama dengan nama latin Scirpophaga innotata berkembang di daerah pantai dan pedalaman yang memiliki ketinggian 200 meter di atas permukaan laut. Hama ini muncul dari telur-telur yang dibawa oleh kupu-kupu kecil bewarna putih. Kupu-kupu tersebut melakukan invasi ketika musim hujan yang terjadi pada bulan Oktober-November. Telur-telur itu menetas menjadi ulat yang merusak padi.

Hama ini menyerang daun padi muda yang menyebabkan daun menguning dan lama-lama akan mati. Untuk membasmi hama ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut:
- Menghancurkan dan memberantas telur sebelum menetas.
- Disemprot dengan obat pestisida.

 

KONSEP TIMBULNYA GANGGUAN PADA TANAMAN

24 May 2014 11:47:41 Dibaca : 14947

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan pada tumbuhan akan selalu muncul sepanjang manusia mengusahakan tanaman atau tumbuhan tersebut sebagai tanaman budidaya, dibidang kehutanan khususnya di Indonesia hal ini mulai menjadi bahan pemikiran disaat mulai diusahakannya jenis-jenis tanaman hutan secara monokultur, seperti jati, agathis, pinus, mahoni, sengon, acacia, eucalyptus. Kondisi ini semakin menjadi persoalan jika kerusakan-kerusakan yang terjadi menimbulkan kerugian ekonomi.

Penyakit sebenarnya adalah suatu proses dimana bagian-bagian tertentu dari organisme tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal dengan sebaik-baiknya karena adanya suatu gangguan. Tanaman dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara biologi dan ekonomi maka penyakit tanamanpun mengandung unsur dua sudut pandang ini. Dari segi biologi, tanaman adalah organisme yang melakukan kegiatan fisiologis, sehingga dari segi ini penyakit tanaman adalah penyimpangan dari sifat normal sehingga tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep terjadinya segitiga penyakit?Bagaimana konsep terjadinya segiempat penyakit?Bagaimana konsep timbulnya penyakit dari penguraian komponen abiotik dan biotik?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui konsep terjadinya segitiga penyakitUntuk mengetahui konsep terjadinya segiempat penyakitUntuk mengetahui konsep timbulnya penyakit dari penguraian komponen abiotik dan biotik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bagaimana Tanaman Dapat Menjadi Sakit

Konsep timbulnya suatu penyakit semakin berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu penyakit tumbuhan, pada awalnya para pakar yang dipelopori oleh DeBary menujuk pathogen sebagai penyebab penyakit yang utama, selanjutnya diketahui bahwa dalam berbagai buku teks mengenai penyakit tumbuhan umunya dianut konsep segitiga penyakit (disease triangle).

Ketiga komponen penyakit tersebut adalah inang, pathogen dan lingkungan. Kemudian berkembang sebuah konsep yang dasari pemikiran bahwa manusia ikut berperan dalam timbulnya suatu penyakit tumbuhan karena manusia dapat memberikan pengaruh terhadap pathogen dan tanaman inang itu sendiri serta kondisi lingkungan dimana tanaman itu tumbuh, konsep ini dikenal dengan segi empat penyakit atau (disease squaire) dimana manusia dimasukkan sebagai salah satu faktor dalam komponen timbulnya penyakit.

Beberapa faktor komponen dalam penyakit ini selanjutnya dapat diuraikan kembali sehingga konsep timbunya suatu penyakit semakin berkembang dan semakin komplek.

2.2 Konsep Segitiga Penyakit (Disease Triangle)

Konsep pertama yang dikembangkan para pakar adalah konsep segitiga penyakit dimana konsep ini menjelaskan timbulnya penyakit biotik (penyakit yang disebabkan oleh pathogen) yang di dukung oleh kondisi lingkungan dan tanaman inang.

- Komponen

Untuk timbulnya suatu penyakit paling sedikit diperlukan tiga faktor yang mendukung, yaitu tanaman inang atau host, penyebab penyakit atau pathogen dan faktor lingkungan

Tanaman Inang

Pengaruh tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang. Tanaman inang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Tanaman inang rentan : inang yang mudah terserang pathogen sementara pada kondisi sama dan pathogen sama, inang lain resisten.

2. Tanaman inang resisten : Inang yang tahan terhadap serangan pathogen sementara pada kondisi sama dan pathogen sama, inang lain rentan.

3. Tanaman inang toleran : inang yang rentan tetapi inang tersebut masih mampu menghasilkan produk yang ekonomis.

4. Tanaman inang sekunder : inang yang bukan menjadi makanan utama.

5. Tanaman inang primer : inang yang memang menjadi tempat dan sumber nutrisi makanan utama/pokok dari pathogen.

6. Tanaman inang alternative : tempat dan nutrisi makanan jika tidak ada inang sekunder, primer dimana pathogen dimasing-masing inang bias menyelesaikan siklusnya.

7. Tanaman inang perantara : inang yang dapat dijadikan perantara untuk menyelesaikan siklus penyakit. Keberadaan inang ini pada salah satu jenis penyakit menjadi penting, karena tanpa inang perantara ini meskipun pathogen ada dan inang utama ada, pathogen akan mati sehingga tidak akan terjadi penyakit.

Timbulnya suatu penyakit juga tergantung pada sifat genetic yang dimiliki oleh inang itu sendiri, terdapat inang yang rentan (suscept), tahan (resisten), toleran (tolerant), kebal (immune) yaitu tanaman yang tidak dapat diinfeksi oleh pathogen. Adanya macam-macam sifat ini digunakan untuk melakukan upaya pencegahan penyakit dengan memanipulasi gen sehingga dapat dihasilkan tanaman yang resisten bahkan immune Umur, bentuk dan kerapatan pohon juga berpengaruh terhadap kemungkinan tanaman tersebut diserang penyakit.

Misalnya beberapa marga fungi seperti Fusarium, Phytophthora, Phythium, Sclerotium dan Rhizoctonia banyak menyerang tanaman sengon, mangium, eukaliptus, dammar, sonokeling dan gmelina pada tingkat semai.

Faktor lain dari inang yang berpengaruh terhadap kemungkinan terserangnya sutu penyakit adalah kesehatan tanaman inang. Tanaman yang sehat merupakan tanaman yang mempunyai pertumbuhan baik (daun dan batang segar), batang lurus, tajuk lebat dan tidak terserang hama dan penyakit. Salah satu faktor yang mendukung dihasilkannya tanaman yang sehat adalah bibit yang ditanam adalah berasal dari bibit yang sehat.

Bibit yang sehat ini berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-5006.1-2006 tentang Mutu bibit, merupakan bibit segar yang tidak terserang hama dan atau penyakit dan atau tidak ada gejala kekurangan unsur hara. Teknik memperoleh bibit sehat ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain, kultur jaringan, perlakuan terhadap benih secara kimiawi dan perlakuaan terhadap benih dengan mikroorganisme.

1. Pra Infeksi

Pada tahap ini, mekanisme pertahanan fisik-mekanik (pertahanan structural) berupa duri, bulu, lapisan lilin yang terdapat pada daun,batang ataupun organ lainnya. Sedangkan pertahanan biokimia berupa senyawa yang dihasilkan, yaitu : senyawa hasil metabolism sekunder (flavanoid, alkaloid, glycocid), senyawa yang dikeluarkan sebagai eksudat, senyawa yang menghambat, tidak menghasilkan senyawa yang diinginkan pathogen.

2. Pasca Infeksi

Pada tahap ini, mekanisme pertahanan fisik-mekanik yang dimiliki inang dapat berupa pertahanan sitoplasmid (pada waktu pathogen masuk dalam sel pathogen dikurung dalam sel), pertahanan seluler (sel inang membuta selubung sehingga pathogen tidak dapat menyentuh sel lain), pertahanan jaringan (pembentukan lapisan gabus, lapisan absisi), pertahanan organ (menjatuhkan organ yang terkena penyakit).

ï‚· Patogen

Yang dimaksud pathogen adalah organism hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia.

- Fungi merupakan organisme tingkat rendah yang belum mempunyai akar, batang, dan daun tetapi mampu menimbulkan kerusakan jaringan bahkan mematikan tanaman inang.

Fungi mempunyai tiga ciri, yaitu:

1) tidak mempunyai jaringan pembuluh

2) salah satu alat berbiaknya adalah spora

3) tidak mempunyai klorofil.

- Bakteri merupakan tumbuhan bersel satu dan berdinding sel, tetapi bersifat prokariotik (tidak mempunyai membran inti). Bakteri mempunyai kemampuan mereproduksi individu sel dalam jumlah sangat banyak dengan waktu singkat sehingga menjadi penyebab penyakit yang mempunyai sifat merusak pada inang. Penyebaran bakteri tidak melalui spora, sehingga secara adaptif tidak dapat disebarkan melalui angin. Akan tetapi, bakteri patogenik mampu berpindah dengan perantara air, percikan air hujan, binatang, dan manusia.

- Fitonematoda atau nematoda yang memarasit tanaman mempunyai ukuran yang sangat kecil, memanjang dan berbentuk silinder. Nematoda non-parasit memakan jamur, bakteri, nematoda lain atau serangga kecil yang hidup di tanah. Sedangkan, nematoda parasit tanaman mempunyai struktur khusus yang disebut spear (lembing) atau stylet (jarum). Berdasarkan perilaku, nematoda parasitik pohon dibagi menjadi dua, yaitu: Nematoda ektoparasit, nematoda yang pada saat memarasit tanaman tubuhnya tetap berada di luar akar dan hanya sebagian kecil dari tubuh nematoda yang masuk ke dalam jaringan tumbuhan inang ; Nematoda endoparasit, yaitu: nematoda yang saat memarasit tanaman, tubuhnya masuk, merusak dan melakukan reproduksi di dalam akar tanaman.

- Virus merupakan organism aseluler, dimana asam nuklead virus hanya terdiri DNA atau RNA saja. Virus merupakan penyebab penyakit yang paling merusak, tidak hanya terjadi pada tanaman, tetapi juga pada manusia dan ternak. Virus dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, mengurangi hasil produksi, bahkan mampu menimbulkan kematian tanaman inang (penyakit CVPD pada jeruk). Contoh virus adalah TMV (Tobacco Mozaic Virus) (Gbr.9). Suatu organisme disebut patogen apabila dapat memenuhi postulat Koch yaitu :

1. Patogen ditemukan pada pohon yang terserang patogen

2. Patogen dapat diisolasi dan diidentifikasi

3. Patogen dapat diinokulasikan pada spesies inang yang sama dan menunjukkan gejala yang sama

4. Dapat diisolasi kembali

Pengaruh komponen pathogen dalam timbulnya penyakit sangat tergantung pada kehadiran pathogen, jumlah populasi pathogen, kemampuan pathogen untuk menimbulkan penyakit yaitu berupa kemampuan menginfeksi (virulensi) dan kemampuan menyerang tanaman inang (agresivitas), kemampuan adaptasi patogen, penyebaran, ketahanan hidup dan kemampuan berkembangbiak pathogen.

Kemampuan pathogen menyerang tanaman inang dipengaruhi oleh senjata yang dimiliki oleh pathogen, dimana senjata ini sangat tergantung pada jenis pathogen itu sendiri. Secara umum senjata yang dimiliki pathogen untuk menyerang tanaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu fisik-mekanik dan biokimia.

ï‚· Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organic, angin, api, pencemaran air. Faktor lingkungan ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang dan mnenciptakan kondisi yang sesuai bagi kehidupan jenis pathogen tertentu.

- Interaksi antar Komponen

Diantara ketiga komponen ini manakah yang paling bertanggung jawab terhadap timbul dan berkembangnya suatu penyakit? Berkembangnya suatu penyakit tegantung pada interaksi ketiga komponen tersebut, yaitu kerentanan inang, derajat virulensi suatu pathogen serta kecenderungan apakah faktor lingkungan lebih mendukung pathogenesis ataukah sebaliknya mendukung keteguhan pertumbuhan inang.

Pada konsep segi tiga penyakit ini apabila salah satu faktor penyebab tidak ada, maka tidak akan ada suatu kejadian penyakit. Contohnya apabila ada satu faktor yaitu pathogen tidak ada, yang ada hanya tanaman inang yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak optimal untuk pertumbuhannya, maka kemungkinan tidak akan terjadi penyakit.

Sebaliknya apabila dalam kondisi pertumbuhan tanaman tersebut diatas dan ada pathogen disekitar tanaman tersebut serta lingkungan mendukung pertumbuhan pathogen, maka kecenderungan untuk terjadinya infeksi penyakit pada tanaman cukup besar.

Kemudian apabila ada suatu tanaman inang ditanam pada lingkungan yang baik yaitu tanah yang subur dengan pengolahn yang baik dan pemberian pupuk yang cukup dan seimbang, maka tentunya akan menjamin pertumbuhan tanamanyang sehat, walaupun ada pathogen, maka kecil kemungkinan penyakit dapat terjadi.

Hal ini dikarenakan tanaman inang kemungkinan dapat tahan terhadap serangan pathogen. Sedangkan apabila tanaman inang tidak baik dalam pertumbuhannya yang berarti kondisinya rentan, kemudian ada pathogen dan lingkungan mendukung pertumbuhan pathogen maka kemungkinan terjadinya infeksi penyakit sangat besar.

2.3 Konsep Segiempat Penyakit (Disease Square)

Konsep penyakit pada dasarnya akan lengkap apabila dapat memberikan penjelasan dan penekanan pada peran faktor lingkungan terhadap pathogen, inang dan interaksi antara keduanya yang ternyata ada salah satu faktor yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi ketiga komponen tersebut yaitu manusia.

Sehingga penyakit sebenarnya merupakan hubungan segi empat antar faktor pathogen, faktor inang, faktor lingkungan fisik/kimia dan lingkungan biologi, serta faktor manusia sehingga disebut segi empat.

- Komponen

Komponen segiempat penyakit ini tediri dari 3 komponen segitiga penyakit yang telah diuraikan di atas ditambah komponen manusia. Di dalam konsep ini manusia berada diatas karena manusia memiliki akal budi sehingga mempunyai kemampuan untuk memanipulasi atau mempengaruhi tiga komponen lainnya, yaitu tanaman inang, pathogen ataupun lingkungan.

Dimana tindakan yang dilakukan manusia dapat menjadi salah satu faktor pendukung timbulnya suatu penyakit ataupun bahkan mencegah timbulnya suatu penyakit.

- Interaksi antar komponen

Jadi menurut konsep ini timbulnya suatu penyakit merupakan penggabungan dan terjadinya interaksi antara empat faktor tersebut, yaitu :

1.a Patogen berinteraksi dengan inang melalui proses-proses parasitisme dan pathogenesis, dan sebaliknya inang berinteraksi dengan pathogen dalam hal penyediaan makanan dan ketahanan

b.Patogen berinteraksi terhadap lingkungan fisik/kimia dalam pengeluaran racun, pengurasan makanan dan sebaliknya lingkungan fisik/kimia memberikan tidak hanya fasilitas kelembaban, suhu dan hara, tetapi juga racun.

c. Antar pathogen juga dapat terjadi interaksi, adapun interaksi yang terjadi dapat memberikan pengaruh yang sinergis, netral ataupun antagonis.

Pengaruh sinergisme terjadi pada saat dua atau lebih pathogen bersama-sama menyerang tanaman, yang terjadi dapat berupa meningkatkan serangan, misal beberapa fungi busuk akar bersama nematode akan menyebabkan serangan yang hebat jika bersama-sama, dalam hal ini nematode akan melukai akar dan luka yang ada digunakan fungi sebagai jalan masuk untuk menginfeksi inang.

Kejadian yang lain dapat berupa pathogen yang satu dapat mengubah sifat ketahanan inang sehingga dapat diserang oleh pathogen yang lain misalnya pada tanaman tembakau adanya serangan nematode menyebabkan inang tersebut dapat terserang oleh Phytophtora parasitica.

2. Lingkungan fisik/kimia berinteraksi dengan tanaman inang dalam proses penyediaan kondisi tempat tumbuh yang sesuai atau tidak bagi pertumbuhan inang, timbulnya penyakit abiotik dan pra-disposisi dan sebaliknya inang berpengaruh terhadap lingkungan fisik/kimia berupa pemberian naungan dan eksudat serta pengurasan hara dan air.

3. Inang memfasilitasi parasit sekunder dan populasi lingkungan biologi dan sebaliknya lingkungan biologi dapat menjadi parasit sekunder serta simbion

4. Patogen berinteraksi dengan lingkungan biologi melalui parasitisme (alternative) dan sebaliknya lingkungan biologi dapat pula memparasit pathogen.

5. Lingkungan fisik/kimia memberikan fasilitas suhu, kelembaban, makanan dan juga racun kepada lingkungan biologi, dan sebaliknya lingkungan biologi menguras hara serta mengeluarkan antibiotic ke dalam lingkungan fisik.

6. Manusia mempengaruhi ketiga faktor yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung, misal agar suatu penyakit tidak menyerang, maka manusia memilih tanaman yang resisten, manusia mampu memanipulasi ketahanan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, mengusahakan lingkungan pertanaman agar mengurangi serangan pathogen, melakukan kegiatan dalam pengelolaan tanaman (pengaturan jarak tanam, pencampuran jenis, penjarangan).

C. Konsep Timbulnya Penyakit Dari Penguraian Komponen Abiotik dan Biotik

Beberapa komponen dalam segiempat penyakit dapat diuraikan kembali menjadi beberapa faktor ini, hal ini menjadikan konsep timbulnya suatu penyakit merupakan suata hal yang komplek bukan hanya pengaruh satu faktor saja.

- Komponen

Pada konsep ini komponen faktor lingkungan diuraikan menjadi faktor abiotik dan faktor biotic. Dimana faktor lingkungan abiotik dapat mendukung atau tidak mendukung terhadap pengaruh komponen yang lain, sedangkan faktor biotic dibedakan dengan pathogen meskipun pathogen itu sendiri adalah faktor biotik

Konsep Timbulnya Penyakit Dari Penguraian Komponen Abiotik dan Biotik Faktor abiotik penyusun lingkungan tempat tumbuh , terdiri atas cuaca (suhu, kelembaban dan angin), iklim yang ditentukan oleh banyaknya curah hujan, tanah, air, cahaya dan hara.

Secara umum faktor ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor abiotik yang mendukung terhadap kelangsungan hidup inang, pathogen dan faktor biotic serta yang tidak mendukung komponen tersebut. Sedangkan komponen biotic itu sendiri dapat berupa organism hidup selain yang bersifat pathogen.

- Interaksi antar komponen

Secara umum faktor abiotic menentukan apakah interaksi antara pathogen dan inang dapat berkembang menjadi suatu penyakit, faktor abiotik juga dapat menjadi penyebab langsung dari timbulnya suatu penyakit dan fakktor abiotic dapat menjadi pendukung atau tidaknya pathogen dapat bertahan hidup dalam kondisi normal.

Faktor abiotik berperan sebagai penyebab langsung suatu penyakit apabila berada dalam kondisi kekurangan atau kelebihan, dan hal ini terjadi umunya tidak disebabkan oleh faktor tunggal yang terpisah dari faktor penyebab lain. Contoh faktor abiotik yang dapat menyebabkan suatu penyakit misalnya terjadinya perubahan persentase kelembaban, saat kelembaban nisbi tinggi, penguapan dari tumbuhan menjadi rendah, sehingga dapat terjadi penghambatan penyerapan hara, terutama kalsium, dari dalam tanah.

Kekurangan hara ini dapat berakibat gangguan formasi sel dan daun pada tumbuhan, sebagai contoh kulit tanaman ceri yang belum dewasa dapat terbelah selama periode musim basah. Interaksi faktor abiotik dan pathogen dapat menjadi faktor pra-disposisi timbunya penyakit. Sebagai contoh, suhu rendah, kekahatan hara dan polusi udara menyebabkan pra-disposisi tumbuhan terhadap infeksi Alternaria dan fungi penyebab mati kulit, seperti Leucostoma dan Botryosphaeria.

Kerusakan tumbuhan karena kelebihan air seringkali diikuti oleh infeksi Phythium yang merupakan fungi penyebab penyakit akar. Selain tersebut interaksi faktor abiotik dan pathogen terjadi dalam penyebaran pathogen yang disebabkan oleh air dan angin. Interaksi pathogen dan faktor biotic dapat berupa hubungan yang sinergis,

Suatu pathogen dapat menyebabkan mikroorganisme lain yang semula non-patogenik menjadi patogenik. Aspergillus spp., Penicillium spp. dan Trichoderma spp. merupakan fungi yang umum ditemukan didalam tanah, yang pada kondisi normal tidak bersifat patogenik terhadap tembakau dan tanaman lain, akan tetapi bila akar tumbuhan tersebut terinfeksi nematode puru akar, jenis fungi ini akan mampu menginvasi akar.

Interaksi pathogen dan faktor biotic juga dapat terjadi dalam penyebaran pathogen, beberapa serangga membantu penyebaran pathogen atau juga dapat menjadi agen atau vector timbullnya penyakit yang disebabkan oleh pathogen. Interaksi faktor biotic dan pathogen serta inang dapat memberikan pengaruh antagonistic terhadap inang, sehingga inang akan terangsang untuk melakukan reaksi biokimia sebagai alat pelindung terhadap serangan pathogen berikutnya.

Misalnya inang mampu memproduksi bahan-bahan bersifat racun pada fungi (fungitoksik) untuk menghambat perkembangan pathogen fungi. Faktor biologi dapat menjadi organism antagonis, artinya adalah organism yang berlawanan. Berlawanan disini berarti berlawanan dengan organism pathogen. Karena adanya pengaruh antagonis ini maka organism ini dapat digunakan sebagai pengendali penyakit secara biologi.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep bagaimana tanaman menjadi sakit semakin berkembang seiring bekembangnya pengetahuan sehingga semakin diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh dan interaksi antar faktor tersebut terhadap timbulnya penyakit. Penyakit tanaman kemudian dipandang tidak hanya sebagai penyakit biotis, tetapi kemudian berkembang adanya penyakit abiotis dan kemudian berkembang pandangan adanya penyakit majemuk yang lebih komplek penyebab dan interaksinya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara. Jakarta

Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta

Supena, H. 1980. Pengaruh residu tanaman terhadap perkembangan penyakit cendawan akar putih (Rigidiporus lignosus Klotzch) pada tanaman karet. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Widyastuti, SM., Sumardi dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Yudiarti, T. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Graha Ilmu. Yogyakarta

BAB I

PENDAHULUAN

Secara umum manusia menginginkan bibit tanaman yang ditanam akan menghasilkan tanaman yang sehat sehingga memberikan hasil sesuai dengan tujuan kita menanam tanaman tersebut. Begitu juga dengan apa yang diharapkan pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Rehabilitasi Nasional (GERHAN), dalam upaya mewujudkan keberhasilan tanaman rehabilitasi, pemerintah menetapkan persayaratan bibit tanaman yang ditanam adalah bibit tanaman yang sehat.

Meskipun demikian terdapat beberapa kasus pengecualian, misalnya untuk tanaman penghasil gaharu (Aquilaria sp.), orang cenderung berkeinginan tanaman ini terinfeksi oleh jamur sehingga memiliki karakter tanaman yang merana, terdapat benjolan-benjolan, terdapat warna coklat-hitam.

1.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui kaitan kaitan ilmu lain dengan perlindungan tanaman serta mampu mamahami pengaplikasian materi ini dalam kahidupan sehari-hari yang tentunya tidak lepas dari berbagai aspek perlindungan tanaman.

1.3 Manfaat

Mampu Membedakan Fisiologi Tumbuhan Yang Sehat Dan Yang SakitMampu Menentukan Karakteristik Tumbuahan SehatMampu Mengetahui Cabang Ilmu Pertanian Yang Berkaitan Dengan Perlindungan Tanaman

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi Tumbuhan Yang Sehat Dan Yang Sakit

Suatu tanaman dikatakan sehat apabila tanaman itu tidak dirugikan oleh suatu faktor atau penyebab yang ikut campur tangan terhadap aktivitas dari sel-sel atau organ-organ tanaman yang normal, yang dampaknya terjadi penyimpangan dan merugikan pada tanaman tersebut. Tanaman sehat adalah identik dengan tanaman yang tidak terserang hama/penyakit. tanaman dinyatakan sehat tanaman apabila tanaman tersebut memiliki pertumbuhan baik (daun dan batang segar), batang lurus, tajuk lebat dan tidak terserang hama dan penyakit.

Sedangkan tanaman yang tidak sehat adalah apabila tanaman tersebut memiliki pertumbuhan yang tidak baik, batang tidak lurus, daun pucat ke-kuning-kuningan dan terserang hama dan penyakit.

Sehingga tanaman yang sehat merupakan tanaman yang dapat menjalankan fungsi fisiologis yang normal untuk menghasilkan genetic tanaman yang baik. Menurut Head, tanaman yang sehat merupakan tanaman yang tidak mengalami penyimpangan, baik organ-organ maupun bagian-bagian tubuh tanaman, termasuk terhenti dan terganggunya jalan dari fungsi-fungsi vital atau terjadi penyimpangan kesehatannya dari keadaan normal, yang mempunyai akibat yang merugikan bagi tanaman tersebut, jadi disini tanaman hanya ditinjau sebagai makhluk hidup.

Sedangkan menurut Stackman dan Harrar, tanaman yang sehat merupakan tanaman yang tidak mengalami penyimpangan yang tegas, tetap atau permanen dari pertumbuhan dan struktur yang normal pada tanaman, hingga tidak menimbulkan gejala yang dapat dilihat, yang tidak merugikan terhadap mutu dan tidak menurunkan nilai ekonomi dari tanaman tersebut. Disini stackman telah memasukkan unsur ekonomi dari tanaman, dimana tanaman yang sehat tidak akan menurunkan nilai ekonomi dari tanaman yang kita tanam.

Selanjutnya Walker mengatakan bahwa, tanaman yang dikatakan sakit itu dapat dibedakan daripada tanaman yang sehat, disebabkan terjadinya perubahan susunan atau proses “fisiologis”nya yang dapat saja disebabkan oleh salah satu faktor atau penyebab lingkungan yang tidak cocok, atau oleh satu atau beberapa dari sekian banyak faktor penyebab.

Sehingga secara umum tanaman sehat dapat didefinisikan sebagai tanaman yang dapat menjalankan fungsi fisiologisnya dengan baik karena tidak terganggu oleh jasad pengganggu dan dalam kondisi lingkungan yang sesuai sehingga menghasilkan tanaman yang tumbuh normal dan berdampak pada tidak turunnya nilai ekonomi dari tanaman tersebut.

2.1 Karakteristik Tumbuhan Sehat

Secara umum kita berpandangan bahwa tanaman sehat adalah tanaman yang tidak sakit. Dari sudut pandang tanaman, sakit itu adalah efek dari gangguan-gangguan yang dapat saja disebabkan oleh serangga ataupun jasad pengganggu lainnya, dan gejala/tanda yang ditimbulkan sering memiliki ciri yang sama atau serupa. Sehingga kita dapat mengenali tanaman sehat dari kondisi tanaman yang tidak menunjukkan gejala/tanda tanaman itu sakit. Gejala dan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa tanaman itu sakit adalah sebagai berikut :

A. Gejala Utama (Main Symptoms)

- Pertumbuhan yang tidak normal, dapat melebihi ukuran normal atau lebih kecil dari ukuran normal

- Perubahan warna, baik pada daun, batang, akar, buah, bunga.

- Matinya jaringan, bagian-bagian tanaman menjadi mengering

- Layunya bagian dari tubuh tanaman

B. Tanda-tanda (Signs)

Kelainan atau tanda-tanda dapat berupa benda-benda ataupun zat dari alat-alat tubuh dan alat pembiakan dari patogen penyebabnya, terdapat di bagian tanaman atau tampak dari luar.

C. Gejala Lapangan (Field Symptoms)

- Layunya tanaman secara keseluruhan

- Nekrosis (matinya jaringan)

- Perforasi (berlubang)-nya daun

- Gall (bengkak) atau bintil dan bisul

- Kanker

- Bercak daun

- Busuk basah, berair dan busuknya jaringan

- Busuk kering, busuknya jaringan tetapi kering

- Malformation (perubahan bentuk)

- Oedeem, batang mengalami pembengkakan

- Mummifikasi, kondisi seperti mumi, rapuh dan kering

- Daun mengeriting atau bergelombang

- Erinose, keluarnya cairan dari kulit batang

- Hexeem bezem, cabang-cabang tak berkembang dan pendek seperti sapu

- Kerdil

2.3 Cabang Ilmu Pertanian

Berikut adalah cabang-cabang biologi yang perlu Anda ketahui.

1. Botani

Botani berkonsentrasi pada upaya mempelajari tumbuhan. Cabang keilmuan ini mencakup semua aspek tentang tumbuhan seperti klasifikasi, pertumbuhan, reproduksi, penyakit, dan aspek lainnya.

2. Zoologi

Zoologi berfokus pada upaya mempelajari hewan. Zoologi memiliki berbagai sub-cabang yang mempelajari jenis hewan yang berbeda. Misal, mamalogi adalah sub-cabang zoologi yang mempelajari mamalia.

3. Mikrobiologi

Nama ‘mikrobiologi’ menunjukkan spesialisasi bidang keilmuan ini yang berfokus pada mikroba dan interaksinya dengan makhluk hidup lain.

4. Biokimia

Dalam organisme hidup, reaksi kimia amat penting untuk kelangsungan berbagai proses tubuh. Upaya mempelajari hal tersebut tercakup dalam biokimia.

5. Fisiologi

Fisiologi didefinisikan sebagai studi tentang organisme hidup, khususnya yang berhubungan dengan organ internal dan proses yang berkaitan dengan fungsinya secara keseluruhan.

6. Bioteknologi

Bioteknologi termasuk cabang baru dalam biologi, yang berkaitan dengan penggunaan mikroorganisme untuk kesejahteraan atau kepentingan umat manusia.

7. Mikologi

Menurut taksonomi modern, jamur bukan termasuk dalam tanaman atau binatang. Mikologi adalah cabang biologi yang khusus mempelajari jamur.

8. Entomologi

Entomologi secara eksklusif merupakan cabang biologi yang mempelajari serangga. Cakupan entomologi meliputi taksonomi, fitur, adaptasi, peran, dan perilaku serangga.

9. Ekologi

Ekologi digunakan untuk mempelajari hubungan antara mahluk hidup (hewan dan tumbuhan) dan lingkungannya.

10. Anatomi

Anatomi adalah cabang biologi yang mempelajari struktur tubuh, organ internal, dan fungsi organ pada tumbuhan.

11. Biologi Perkembangan

Seperti namanya, biologi perkembangan berurusan dengan berbagai tahapan pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.

12. Genetika

Genetika merujuk pada cabang biologi yang berfokus pada gen, faktor keturunan, dan atribut lain yang membuat organisme bervariasi satu sama lain.

16. Etologi

Etologi merupakan sub-cabang zoologi yang mempelajari adaptasi perilaku hewan, khususnya di habitat aslinya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perlindunga tanaman mencakup semua ilmu-ilmu pertanian baik itu ilmu pertanian dalam bidang teknis, dalam bidang ekonomi pertanian maupun sosial kemasyarakatan pertanian.

Tanaman sehat didefinisikan sebagai tanaman yang dapat menjalankan fungsi fisiologisnya dengan baik karena tidak terganggu oleh jasad pengganggu dan dalam kondisi lingkungan yang sesuai sehingga menghasilkan tanaman yang tumbuh normal dan berdampak pada tidak turunnya nilai ekonomi dari tanaman tersebut. Tanaman sehat maupun tanaman yang sakit memungkinkan untuk diserang hama dan juga memungkinkan untuk tidak diserang hama tergantung sifat ketahanan tanaman yang dimiliki tanaman tersebut, keberadaan musuh alami dan kesesuaian kondisi lingkungan terhadap perkembangan hama (ketersediaan nutrisi, ruang hidup, iklim).

3.2 Saran

Perlindungan tanaman cakupanya sangat luas, sehingga kita perlu menguasai ilmu-ilmu yang terkait di dalamnya untuk dapat melaksanakan tujuan-tujuan perlindungan tanaman dengan baik dan untuk memastikan produk pertanian sampai ketangan konsumen dengan selamat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Jakarta : PT. Bumi Aksara.

TUJUAN DAN ARTI PERLINDUNGAN TANAMAN

21 May 2014 20:44:16 Dibaca : 20534

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum perlindungan tanaman mencakup tiga gatra antara lain perlindungan terhadap gangguan hama, gangguan penyebab penyakit dan gangguan gulma. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengembangkan suatu sistem perlindungan hama baik yang sifatnya mekanis atau fisik, kimiawi, dan biologis.

Tidak semua gangguan dapat diatasi dengan usaha mekanis atau fisik, demikian pula dengan pendekatan kimiawi. Bahkan perlindungan tanaman menggunakan senyawa kimia menimbulkan persoalan baru yang tidak mudah diatasi yaitu pencemaran lingkungan dan timbulnya resistensi hama dan penyakit terhadap bahan kimia yang digunakan.

Kita tidak mengetahui secara pasti kapan insektisida mulai digunakan orang, yang pasti bahwa bahan yang tergolong insektisida (dalam arti fungsinya) yang digunakan pertama kali oleh manusia primitif ialah lumpur dan debu.

1.2 Tujuan

Tujuan makalah ini untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari suatu insektisida dan berdampak apa yang akan ditimbulkan setelah dari penggunaan insektisida tersebut.

1.3 Manfaat

Pokok bahasan ini bermanfaat sebagai pemahaman awal konsep perlindungan tanaman (perlintan) yang pada dasarnya adalah sistem pengendalian populasi OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan memanfaatkan semua teknologi yang dapat digunakan bersama untuk menurunkan atau mempertahankan populasi OPT di bawah batas yang menyebabkan kerusakan ekonomik.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perlindungan Tanaman

Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan.

Dengan demikian, Perlindungan Tanamanadalah usaha untuk melin­dungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996)

Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad penganggu atau organisme penganggu tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam budidaya tanaman pertanian. Akan tetapi, mata kuliah Perlindungan Tanaman hanya membahas sebatas OPT pertanian; sedangkan, pengganggu tanaman lainnya dibahas pada kuliah lain, diantaranya klimatologi, ilmu tanah, dan agronomi.

2.2 Tujuan Perlindungan Tanaman

pencegahan, pengendalian dan pemantauan/peramalan OPTpeningkatan kuantitas dan kualitas hasil-hasil pertanianpeningkatan daya saing produk pertanian di pasarpeningkatan penghasilan dan kesejahteraan petanipeningkatan kualitas dan keseimbangan lingkungan hidup

2.3 Gangguan, Kerusakan dan Kerugian Pada Tanaman

Gangguan

adalah setiap perubahan pertanaman yang dapat menyebabkan kepada pengurangan kuantitas dan kualitas dari hasil yang diharapkan.

Kerusakan

adalah setiap pengurangan kuantitas atau kualitas hasil yang diharapkan sebagai akibat adanya gangguan.

Kerugian

adalah setiap pengurangan kuantitas atau kualitas hasil yang diharapkan sebagai akibat adanya gangguan yang diukur secara ekonomi/sosial.

Hubungan antara tanaman dan OPTTanaman, bagi OPT (hama) merupakan sumber pakan, tempat berlindung/tempat hidup dan tempat bertemu pasangan. Sedangkan hama bagi tanaman adalah pengganggu, karena hama mampu makan tanaman mulai dari bagian akar sampai pucuk, bahkan bunga, buah ataupun bijinya. Kerusakan yang terjadi pada umumnya bersifat mekanis, seperti daun berlubang, akar putus, batang terkoyak atau patah dan lain-lain.

Tanaman, sebagai sumber pakan sering disebut inang. Banyak sedikitnya jenis tanaman sebagai inang dikenal sebagai kisaran inang. Apabila hama memiliki inang banyak artinya hama tersebut mempunyai kisaran inang luas (euro-phagic) dan apabila kisaran inangnya sedikit, maka hama mempunyai kisaran inang sempit (steno-phagic). Apabila hama mempunyai kisaran inang luas yang terdiri dari banyak jenis tanaman dari banyak suku, maka hama tersebut bersifat polifag. Sedangkan apabila inangnya beberapa jenis tanaman dari beberapa marga, maka hama bersifat oligofag dan apabila inangnya beberapa jenis tanaman dari satu marga, hama bersifat monofag.

Dalam rangka upaya untuk meningkatkan produksi pertanian ternyata masih banyak kendala yang dihadapi. Kendala itu adalah adanya pengaruh 2 faktor dominan, yakni faktor Abiotik dan faktor Biotik.

Faktor Abiotik atau Pengganggu Abiotik

â–º TANAH

kekurangan dan kelebihan hara tertentutanaman merana, keracunan unsur unsurtanaman terganggu pertumbuhannya dan mudah terkena OPT

â–ª kesalahan struktur tanah

â–º KESALAHAN BERCOCOK TANAM

â–ª kerusakan mekanis â–ª kerusakan akar

â–ª kerusakan kimiawi â–ª gangguan pertumbuhan tanaman

â–ª pemupukan tdk seimbang â–ª tanaman peka terhadap OPT

â–º RESIKO CUACA

â–ª adanya Badai tertentu, menyebabkan â–ª musim tanam berubah

musim kemarau berkepanjangan

â–º RESIKO LINGKUNGAN

â–ª pemanasan Global, akibat â–ª jutaan ha tanaman padi dan tana- rusaknya lapisan ozon man pangan kering, serta banjir

â–ª terjadi berbagai bencana alam spt â–ª pertanaman rusak, proses pro- Tsunami, Gempa bumi, lumpur panas duksi terganggu

Serta banjir

â–ª pencemaran logam berat akibat limbah â–ª gangguan pertumbuhan tanaman industri

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan-penjelasan yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perlindungan tanaman merupakan upaya upaya melindungi tanaman dari organisme pengganggu tanaman sejak di lapangan (kebun/lahan pertanian lainnya) sampai pasca panen.

3.2 Saran

Dengan adanya berbagai persoalan-persoalan menyangkut tingkat keberadaan suatu tanaman yang cenderung terserang oleh OPT yang dapat merugikan para petani atau bahkan, para wirauasaha yang berkecimpung di dalam bidang pertanian maka penulis menyarankan untuk kiranya melakukan tindakan perlindungan tanaman untuk menjaga kuantitas dan kualiatas mutu hasil tanaman.

 

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Dr. ir. Baehaki,SE. Insektisida Pengendalian Hama Tanaman. Penerbit Angkasa. Bandung

Dr. Adianto, 1982. Biologi Pertanian Pupuk Kandang, Pupuk Organik Nabati, Dan Insektisida. Penerbit Alumni. Bandung

Sastroutomo Soetikno S, 1992. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Yuwono Triwibowo, 2006. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University press, Yogyakarta

http://aranthasclubhomevision.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-peranan-perlindungan.htm

http://mohammadk08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/pengertian-dan-peranan-perlindungan-tanaman/

HAMA BELALANG

12 May 2014 10:25:11 Dibaca : 22762

#1

1. Jenis Hama

BELALANG

Belalang adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengan kemampuan melompat mumpuni (dapat mencapai jarak hingga 20 kali panjang tubuhnya). Pada umumnya belalang berwarna hijau atau cokelat. Belalang terkait erat secara biologis dengan kecoa dan jangkrik dan masuk dalam kelompok serangga Orthoptera. Saat ini terdapat lebih dari 20.000 spesies belalang.

2. Tanaman Yang Diserang

Tanaman yang paling disukai belalang adalah kelompok Graminae yaitu padi, jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah, dan berbagai jenis rumput. Selain itu, belalang juga menyukai daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, dan kubis daun. Tanaman yang kurang disukai antara lain adalah kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar, dan kapas.

       

Belalang menyerang daun Padi (gb kiri) dan daun Jagung (gb kanan)

3. Bioekologi

METAMORFOSIS BELALANG

Belalang adalah hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago (dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan imago tidak jauh berbeda. Contoh serangga lain yang mengalami metamorfosis tidak sempurna adalah wereng, jangkrik dan kecoa.

tahap 1: telur belalang

tahap 2: nimfa belalang

tahap 3: belalang dewasa (imago)

Daur Hidup Belalang

 

REPRODUKSI BELALANG

proses transfer spermatophore

Selama proses reproduksi, belalang jantan akan memasukkan spermatophore (satu paket berisi sperma) ke dalam ovipositor belalang betina. Sperma memasuki sel telur melalui saluran halus yang disebut micropyles. Setelah telur dibuahi, belalang betina akan menanamkan telur sekitar 1-2 inci di dalam tanah menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Belalang betina akan bertelur setiap interval 3-4 hari hingga semua telur dikeluarkan. Belalang betina dapat meletakkan hingga ratusan butir selama masa bertelur.

belalang bertelur di batang

belalang bertelur di tanah

Selain di dalam tanah, belalang juga dapat meletakkan telur mereka pada tanaman (batang, daun, atau bunga). Telur belalang akan tetap tersimpan di dalam tanah hingga berbulan-bulan lamanya dan akan menetas saat musim panas. Induk belalang tidak mengurus anak mereka setelah menetas. Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul.

Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang.

4. Morfologi Belalang


Gambar morfologi anatomi belalang

Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap.

Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang bernafas dengan trakea.

mata belalang

Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster.

belalang betina berukuran lebih besar

Belalang betina dewasa berukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram.

5. Kelompok Hama

belalang, umumnya berwarna cokelat atau hijau

KLASIFIKASI BELALANG

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Orthoptera

Suborder : Caelifera

Common Name: Grasshopper

Scientific Name: Melanoplus differentialis

6. Sistem Pertahanan Diri Belalang

Belalang memiliki cara unik dalam menyelamatkan diri dari pemangsa. Ketika hewan lain menangkap bagian kakinya, belalang akan melepaskan kaki mereka agar tidak tertangkap. Begitu kaki itu terlepas, sebuah jaringan khusus akan segera menutup luka atau lubang yang ada. Seekor belalang dapat melompat dengan sangat baik, meski hanya menggunakan satu kaki pelompatnya yang panjang.


Belalang Daun belalang melompat untuk mempertahankan diri

Belalang Daun


penyamaran belalang daun

Belalang daun biasanya hinggap di dedaunan untuk mencari makanan. Tubuh belalang daun berwarna hijau mirip warna daun sehingga tersamarkan. Hal ini menyulitkan musuhnya untuk mengetahui keberadaan belalang tersebut.