ARSIP BULANAN : April 2013

STATISTIK DASAR

17 April 2013 11:00:07 Dibaca : 1225

Pengertian Statistik

Statistik dapat diartikan sebagai kumpulan angka-angka mengenai suatu masalah, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai masalah tersebut.

Misalnya :

Rata-rata berat badan yang mengikuti kuliah statistik adalah 51 kg90% dari mahasiswa yang mengikuti kuliah statistik adalah berasal dari kota “A”Kecelakaan lalu lintas itu kebanyakan diakibatkan karena kecorobohan pengemudi angkutan kota.

Sedangkan Statistika adalah metode ilmiah yang mempelajari pengumpulan, pengaturan, perhitungan, penggambaran dan penganalisaan data serta penarikan kesimpulan yang valid berdasarkan penganalisaan yang dilakukan dan pembuatan keputusan yang rasional.

Macam-macam Data

Dalam menyelidiki suatu masalah selalu diperlukan data. Data dapat diartikan sebagai keterangan yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Berikut diberikan macam-macam data ditnjau dari beberapa segi

Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya data dibagi menjadi dua bagian yaitu :

Data Kualitatif

Adalah data yang berbentuk kategori atau atribut.

Contoh : a. Harga emas hari ini mengalami kenaikan

b. sebagian dari produksi barang “A” pada perusahaan “X” rusak

Data Kuantitatif

Adalah data yang berbentuk bilangan.

Contoh : a. Luas bangunan hotel itu adalah 5700 m2

b. Tinggi badan Sandy mencapai 170 cm

c. Banyak perguruan timggi di kota “B” ada 4 buah.

Data kuantitatif di bagi menjadi 2 yaitu:

b.1. Data Diskrit

Adalah data yang diperoleh dengan cara menghitung atau membilang.

Contoh : a. Banyak kursi yang ada diruangan ini ada 75 buah

b. Jumlah mahasiswa yang mengikuti kuliah statistik

mencapai 110 orang

c. Banyak anak pada keluarga Ali adalah 3 orang

b. 2. Data Kontinu

Adalah data yang diperoleh dengan cara mengukur.

Contoh : a. Panjang benda itu adalah 15 cm

b. Berat badan Adi adalah 58 kg

c. Jarak antara kota “A” dengan kota “B” adalah 30 km.

2. Menurut cara memperolehnya

Cara memperoleh data dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

Data Primer

Adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi serta diperoleh langsung dari objeknya.

Contoh: a. Pemerintah melalui badan Pusat Statistik (BPS) ingin mengetahui

jumlah penduduk indonesia, maka BPS mengirimkan petugas-

petugasnya untuk mendatangi secara langsung rumah tangga-

rumah tangga yang ada di indonesia

b. Perusahaan Susu “SEGAR JAYA” ingin mengetahui jumlah konsumsi

susu yang diminum oleh masyarakat di kelurahan “X”, maka petugas

dari perusahaan tersebut secara langsung mendatangi rumahtangga

rumah tangga yang ada di keluahan “X” tersebut.

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya data itu dicatat dalam bentuk publikasi- publikasi

Contoh :

Misalkan seorang peneliti memerlukan data mengenai jumah penduduk di sebuah kota dari tahun 1960bsampai 1970, maka orang itu dapat memperolehnya di BPS.

Pengumpulan Data

Fungsi utama statistik adalah mengumpulkan data. Data yang baru diperoleh disebut data mentah, yaitu data yang belum mengalami pengolahan apapun. Dalam statistika, proses pengumpulan data ada dua, yaitu senss dan sampling.

Sensus adalah cara pengumpulan data, jika setiap anggota populasi diteliti satu persatu.

Contoh:

Misalkan Kepala SMA “X” ingin mengetahui rata-rata tinggi badan siswa-siswa di sekolahnya yang berjumlah 600 orang, apabila setiap siswa diukur tinggi badannya, kemudian dicatat, maka cara pengumpulan data seperti ini dinamakan sensus.

Sampling adalah cara pengumpulan data, jika hanya sebagian anggota populasi saja yang diteliti. Akan tetapi yang sebagian itu harus menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan demikian sebagian dari anggota populasi itu dikatakan bersifat representatif.

Contoh:

Apabila jumlah siswa yang diukur tinggi badannya hanya 60 orang saja, dengan perincian :

Kelas I diambil 20 orang siswa

Kelas II diambil 20 orang siswa

Kelas III diambil 20 orang siswa

Maka cara pengumpulan data seperti ini dinamakan Sampling

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

17 April 2013 10:42:39 Dibaca : 26283

Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambnagan bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam satu bahasa. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata, sedangkan ejaan adalah suatu system aturan yang jauh yang lebih luas dari sekadar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keselurahan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggaal 16 Agustus 1972 ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selama 25 tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama ejaan Republik atau ejaan Soewandi (Mentri PP & K Republik Indonesia pada saat ejaan itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertaama bahasa Indonesia, yaitu ejaan van Ophujsen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa ) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophujsen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.

2.2 Ruang Lingkup Ejaan yang disempurnakan (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu :

Pemakaian huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari suatu bahasa, yaitu

(1) Huruf Kapital

(2) Vokal

(3) Konsonan

(4) Pemenggalan

(5) Nama diri

Penulisan huruf membicaraka beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang meliputi :

(1) Huruf Kapital

(2) Huruf miring

Penulisan Kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa :

(1) Kata dasar

(2) Kata turunan

(3) Kata ulang

(4) Gabungan kata

(5) Kata ganti Kau, Ku, Mu, Nya

(6) Kata depan Di, Ke, dan dari

(7) Kata sandang Si dan Sang

(8) Vartikel

(9) Singkatan dan akronim

(10) Angka dan lambang bilangan.

Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.Pemakaian tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik penerapan ke-limabelas tanda baca dalam penulisan kaidahnya masing-masing. Tanda baca itu adalah

(1) Tanda titik (.)

(2) Tanda koma (,)

(3) Tanda titik koma (;)

(4) Tanda titik dua (:)

(5) Tanda hubung (-)

(6) Tanda pisah (­­­-)

(7) Tanda ellipsis (…)

(8) Tanda Tanya (?)

(9) Tanda seru (!)

(10) Tanda kurung ((….))

(11) Tanda kurung siku ([…])

(12) Tanda petik ganda (“…”)

(13) Tanda petik tunggal (‘…’)

(14) Tanda garis miring (/)

(15) Tanda penyingkat (‘)

2.2.1 Pemakaian huruf

Beberapa dalam abjad bahasa Indonesia melambangkan lebih dari satu fonem. Dalam satu kalimat sate pedas enak rasanya, huruf E melambangkan tiga fonem yaitu

1. Fonem /e/ dalam kata sate/ sate 2. Fonem /Ä…/ dalam kata peadas / pedas/3. Fonem /Σ/ dalam kata enak / Σnak /

2.2.2 Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:Jika ditengah kata ada huruf vokal yang beruntun, pemenggalannya dilakukan diantara kedua hurf vokal itu misalnya: di-a, do-a, ta-atJika ditengah kata ada huruf konsonan, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan itu, misalnya ta-bu, ka-wan, ca-tur Jika ditengah kata ada dua hurf konsonan yang berurutan pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan itu. Misalnya Ap-ril, Suwas-ta, han-dalJika ditengah kata ada tiga buah atau lebih huruf konsonan, pemenggalan huruf konsonan (disbut diagraf) yaitu ny, ng, kh, dan sy, misalnya su-nyiImbuhan yang berupa awalan dan akhiran, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta vartikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata yang diimbuhinya, dapat dipenggal. Misalnya mem-ba-ha-gia-kanJika suatu kata terdiri atas lebih dari suatu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalanya dapat dilakukan (1) diantara unsur-unsur itu dan atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah pemneggalan kata misalnya bio-data.

2.2.3 Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring

Huruf Kapital atau Huruf Besar

(1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Kami menggunakan barang produksi dalam negeri , Siapa yang datang tadi malam? Ayo, angkat tanganmu tinggi-tinggi!

(2) Huruf kapital dipakai peratama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “Kapan kita ke Taman Safari?” Bapak menasehatkan, “Jaga dirimu baik-baik, Nak!”

(3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan denagan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan. Misalnya:

Allah. Yang Mahakuasa. Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.

(4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya : Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim, Raden Wijaya

(5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tua yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tepat. Misalnya: Presiden Megawati, Mentri Pertanian, Gubernur Bali.

(6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure-unsur nama orang. Misalnya: Albar Maulana.

(7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Perlu diingat, pada posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan bahasa dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya Dalam hal ini bangsa Indonesia yang…….

(8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya tahun Saka, bulan November.

(9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Misalnya Salah : teluk Jakarta, Benar : Teluk Jakarta

(10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsure nama negara, nama resmi badan/lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumnen resmi. Perhatikan penulisan berikut: Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.

(11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsure bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/lembaga. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa

(12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di,ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya : Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

(13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacauan. Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Nining.

(14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr : doktor

(15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya : Apakah kegemaran Anda?

Huruf Miring

(1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya : majalah Prisma

(2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagaian kata, atau kelompok kata. Misalnya : Huruf pertama kata Allah ialah a.

(3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya : Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.

2.2.4 Penulisan Kata

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya Kantor pos sangat ramai.

B. Kata Turunan

(1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya: bergerigi ketetapan sentuhan

(2) Jika benntuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai

dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya diberi tahu,

beri tahukan

(3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran

sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya memberitahukan.

(4) Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan

kata itu ditulis serangkai. Misalnya adibusana, antarkota.

C. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya : anak-anak, buku-buku.

D. Gabungan Kata

(1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsure-

unsurnya ditulis terpisah. Misalnya duta besar, kerja sama.

(2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah

pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsure

yang berkaitan. Misalnya : alat pandang-dengar (audio-visual aid)

(3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu

sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata. Misalnya acapkali.

E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya.

Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya : aku bawa, aku ambil, kibawa, kuambil, engkau bawa, engkau ambil. Kaubawa, kauambil.

F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: Tinggallah bersama saya di sini.

G. Kata Sandang si dan sang

Kata si dan sang iditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: si kecil.

H. Partikel

(1) Partikel-lah dan –kah ditulis dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya Bacalah peraturan ini sampai tuntas.

(2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang diketahuinya, aku tetap tak percaya.

(3) Partikel per yang berarti ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya. Misalnya: Mereka masuk ruang satu per satu.

I. Singkatan dan Akronim

(1) Singkatan adalah bentuk yang dipendekan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah, sebagai berikut. Misalnya: nomor disingkat no.

(2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata, gabungan suku kata, ataupun gabungan dan suku kata dari deret kata yang disingkat akronim dibaca dan diperhatikan sebagai kata. Misalnya FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

J. Angka dan Lambang Bilangan

(1) Angka dipakai untuk menyatakan lamabang bilanagan nomor. Dalam tulisan lazim

digunakan angka arab atau angka romawi. Misalnya : 1,2,3 = angka arab,

I,II=Angka Romawi.

2.2.5 Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsure dari pelbagai bahasa lain baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti sansekerta, arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

2.2.6 Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)

Tanda titik biasanya dipakai pada akhir kalimat. Misalnya : Ayahku tinggal di Aceh.

B. Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsure-unsur dalam suatu perincian atau pembilanagan. Misalnya : Reny membeli permen, roti, dan air mineral.

C. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma diapakai untuk memisahkan bagian-bagaian kaliamat yang sejenis dan setara. Misalnya : Hari makin siang; dengannya belum juga terjual.

D. Tanda Titik Dua (: )

Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap diikuti perincian. Misalnya : STIE mempunyai dua jurusan : manajemen dan akuntasi.

E. Tanda Hubung (-)

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: Di samping program lama ada juga program yang baru.

F. Tanda Pisah (-)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya : Hasil pertandingan itu-sungguh di luar dugaan –ternyata imbang.

G. Tanda Elipsis (……)

Tanda elips dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya : Jika demikian…….ya, apa boleh buat.

H. Tanda Tanya (?)

Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya. Misalnya: Kapan anda wisuda?

I. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah. Misalnya: Jangan nyalakan lampu!

J. Tanda kurang ((…))

Tanda kurang dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Penyunting penyelia sudah selesai menyunting KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

K. Tanda Kurang Siku ([…])

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Kata beliau waktu itu, “Kita jangan hanya mau meng[e] ritik tetapi juga mau dikeritik.

I. Tanda Petik (“…”)

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya “Saya belum siap, “ kata Sandra, “ tunggu sebentar!”

M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: Tanya Deny, “ Kau dengan bunyi ‘Kret-kret’ tadi?

N. Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/VII/1999

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata. Misalnya: Malam ‘lah tiba. (‘lah=telah).

FUNGSI DAN RAGAM BAHASA

17 April 2013 10:38:55 Dibaca : 5390

Betapa pentingnya bahasa bagi manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Hal itu tidak saja sapat dibuktikan dengan menunjuk pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari, Tetapi juga dapat dibuktikan dengan banyaknya perhatian para ilmuan dan praktisi terhadap bahasa. Para ilmuan dalam bidang lain pun menjadikan bahasaa sebagi objek studi karena mereka memerlukan bahasa sekurang-kurangnya sebagai alat bantu untuk mengkomunikasikan berbagai hal.

Para ahli ilmu jiwa (psikolog dan psikiater) mempelajari bahasa agar dapat menemukan kata-kata atau kalimat yang dapat berperan dalam penyembuhan pasiennya. Dengan anggapan bahwa speech terapy mempunyai daya sugesti terhadap hilanganya penyakit, dokter-dokter pun perlu mempelajari bahasa. Bahasa juga dipelajari oleh wartawan, seniman, usahawan, dan oleh orang-orang dari beraneka profesi untuk mengungkapkan fikiran, pandangan, perasaan dan berbagai maksud lainnya.

Selaku mahluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memang memakai alat komunikasi lain selain bahasa verbal. Namun, alat komunikasi non verbal yang wujudnya berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi-misalnya tanda lalulintas, morse, lambaian tangan, sirene, kentongan, atau torempet barulah bermakna setelah” diterjemahkan” kedaloam bahasa manusia.

1.1 Fungsi Bahasa

Dalam literature bahasa, para ahali umumnya merumuskan fangsi bahasa bagi setiap orang ada empat, yaitu :

Sebagai alat / media komunikasi;Sebagai alat untuk ekspresi diri;Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial;Sebagai alat kontrol sosial (keraf 1997:3-6)

Dalam prosess berfikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan. Segaala kegiatan yang menyangkut perhitungan atau kalkulasi, pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau berhayal, hanya dimungkinkan berlangsung melalui proses berfikir disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa.

1.2 Ragaam Bahasa

Ragam bahasa menjadi banyak jumlahnya karena pemilihan corak bahasa yang akan dipakai oleh seseorang untuk mnegkomunikasikan sesuatu bergantung kepada tiga ahal berikut ini.

Cara berkomunikasi: lisan atau tertulis

Dua macam cara berkomunikasi ini melahirkan dua ragam utama dalam berbahasa, yaitu ragam lisan dan ragam tertulis.

Cara pandang penutur terhadap mitra komunikasinya

Sebelum menentukan pilahan ragam yang akan dipakai, seorang penutur akan melihat dahulu apakah mitranya itu sedaerah/satu suku dengannya atau tidak; apakah mitranya orang yang perlu dihormati atau tidak; dan bagaimana pendidikannya, rendah atau tinggi? Cara pandang ini mengakibatkan timbulnya ragam kedaerahan (dialeh), ragam terpelajar, ragam resmi, dan ragam tak resmi.

Topik yang dibicaraakan/dituliskan

Pembicaraan tentang topik tertentu mengakibatkan terbentuknya ragam bahasa yang mempunyai cirri khas sesuai dengan bidangnaya masing-masing, misalnya ragam hukum, ragam bisnis, ragam sastra, ragam kedokteran.

Dari keselurahana ragam tersebut diatas, yang akan diulas agak mendalam. Disini adalah ragam lisan dan tertulis. Dalam praktik pemakaian, para penutur bahasa Indonesia tentu dapat merasakan perbedaan antara kedua raagam utama tersebut. Perbedaan itu dapat dirinci sebagai berikut:

Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara ayang siap mendengar apa yang diucapkan oleh seseorang, sedangkan ragam tulis tidak selalu memrlukan lawan bicara, yang siap membaca apa yang dituliskan oleh seseorang. Didalam ragam lisan unsure-unsur fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan tidak selalu dinyatakan dengan kata-kata. Didalam ragam tulis fungsi-fungsi gramatikal harus dinyatakan secara eksplisit agar orang yang membaca suatu tulisan misalnya dalam surat kabar, majalah, atau buku.Ragam lisan sangat terikat pada situasi, kondisi, dan waktu; sedangkan ragam tulis tidak terikat pada situasi, kondisi, ruang dan waktu. Suatu tuturan dalam ragam lisan baru dapat dimengerti oleh seseorang bila ia berada atau turut terlibat didalam situasi, kondisi, ruang, dan waktu yang sama. Karya tulis seseorang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain pada tempat, waktu, kondisi serta situasi yang berbeda-beda.Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendah dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf kapital, dan huruf kecil, atau huruf tegak dan huruf miring.

Uraian diatas tidak dimaksudkan untuk memfonis bahwa ragam lisan lebih unggul dari ragam tulis atau sebaliknya, tetapi hanya sekedar mengingatkan bahwa antara ragam lisan dan ragam tulis terdapat perbedaan yang mendasar kedua ragam tersebut segoyagnya dikuasai secara berimbang oleh mereka yang ingin mendayagunakan bahasa sebagai alat komunikasi secara maksimal.

1.3 Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Bahasa sudah dapat dikatakan baik apabila dapat dimengerti oleh komunikan kita dan ragamnya harus sesuai dengan situasi pada saat bahasa itu digunakan. Bahasa dengan ragam dialek yang dipakai oleh mahasiswa sewaktu mengobrol dengan sesama teman dikantin, dipemondokan, lapangan olahraga adalah salah satu contoh bahasa yang baik. Bahasa dikatakan tidak baik kalau tidak dimengerti oleh komunikan.

Bahasa para mahasiswa yang sudah dikatakan baik tadi belum dapat digolongkan sebagai bahasa yang benar karena bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah. Salah satu contoh bahasa ayang benar adalah bahasa yang dipakai dalam rapat yang formal atau bahasa dalam temu ilmiah seperti diskusi dan seminar.

Jadi, bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang dapat dipahami dan sesuai dengan situasinya serta tidak menyimpang dari kaidah yang telah dibakukan.

Depreciation

17 April 2013 10:24:18 Dibaca : 758

Depreciation is allocation of an asset that can be depreciated over the useful life of the estimated. The useful life of a depreciable asset should be estimated
after considering the following factors; Estimated wear and physical damage (physical wear and tear), Obsolescence, Legal or other restrictions on the use of assets.

Depreciation methods are generally classified on four sections, namely:

1). Average Method

Average method is one way in which the asset in a way depreciation average. This method is divided on 3 parts is, straight-line method, the method of working hours the machine, a method based on production quantities.

Straight Line Method

Straight-line method is properly applied when the expected useful lives of fixed assets are each the same period. Thus, if the straight-line method produces the same amount of depreciation expense each period, there will be a proper comparison between revenues and costs. Due to the expected useful lives of the assets each period the same will generate the same income each period.

Service hours method

This method is based on the assumption that the assets (mainly machinery) will be more easily damaged when used fully (full time). In this way depreciation is calculated on the basis of units of hours services. Periodic depreciation expense amount will depend on the hours of service in use (used).

Product Unit method

Depreciation is calculated based on the number of products result same depreciation method machine hours. The size of the amount of depreciation in each year depends on the number of products produced in each year. Total production in each year depending on market demand and the types of goods produced.

2). Compound interest method

Depreciation is done by using a method based on the compound interest rate prevailing in the community, or often called the opportunity cost of capital (OCC) as the cost of capital. If the level prevailing in the society interest at 18% per year, then the annual depreciation calculation is based on the prevailing interest rate. Depreciation method based the interest compound can be done in two ways, namely

Annuity Method

Annuity method is virtually identical to the calculation of annuity based on the value or original cost asetr as present value.

Sinking fund method

methods used by the method sinking funds represent deposits made by the owner of the company on each end of the financial institutions (banks). The size of the deposit is done depends on the size of the asset itself. niali assets, interest rates, and economic life of the asset itself.

3). Loss Method

a. number annualized rate Method

depreciation is the amount of funds that must be spent in each year based on the amount of the annual rate of economic life of the asset.

Depreciation percentage of average method

based on the amount of depreciation depreciation method is the average percentage of the division of the value of assets that are valued in the new state (100%) with the economic life of the asset.

4). Composite depreciation method

That is, if a depreciable more than one, have different useful lives and the purchase price as well as different scarp value, usually in the depreciation calculation is done by a combined method of depreciation.

Reasons companies choose the method of depreciation is to be companies are more concerned with the ease in applying the method of depreciation of fixed assets and has become a firm management decision to implement the method of depreciation of fixed assets. In addition the company is more concerned with the financial statements for attracting investors.

The alternative in indonesia use straight line method because In the straight-line method over looked aspects of time than usability aspects. This method is the most widely adopted by companies as the most easily applied in accounting. In the straight-line depreciation method, depreciation expense for each year of equal value and is not affected by results / outputs are produced.

 

Berkembangnya Ilmu Pengetahuan pada Zaman Modern

03 April 2013 12:26:31 Dibaca : 1183

Zaman ini sudah dimulai sejak abad 14 M. Pengetahuan yang terkumpul sejak zamana yunani sampai abad pertengahan sudah banyak tetapi belum sistematis dan belum di analisis menurut jalan pikiran tertentu. Biasanya pemikiran diwarnai cara berpikir filsafat, agama, atau bahkan mistik. zaman ini juga dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern karena munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan. Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Santoso(1977 : 65) perkembangan ilmu pengetahuan ada tiga sumber,yaitu (1) hubungan antara kerajaan islam di semenanjung Iberia dengan negara Prancis, (2) Perang Salib, (3) para pendeta/sarjana mengungsi ke italia atau ke Negara lain.

Tokoh yang menjadi pioner pada masa ini adal

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong