SEBELUM MASUK JURANG: KENALI CIRI-CIRI MAHASISWA 'SENIOR' Dan 'SOK SENIOR' DI LINGKUNGAN KAMPUS
Sebelum Masuk Jurang: Kenali Ciri-Ciri Mahasiswa 'Senior' Dan 'Sok Senior' Di Lingkungan Kampus
Dalam lingkungan perguruan tinggi, terutama di Indonesia, istilah "senior" memiliki arti yang beragam, seringkali tergantung pada konteks dan perilaku individu. Mahasiswa "senior" umumnya dianggap sebagai panutan yang memiliki pengalaman lebih dalam hal akademis dan kehidupan kampus. Di sisi lain, ada juga mahasiswa yang dikenal sebagai "sok senior," yang biasanya menunjukkan perilaku otoriter atau merasa lebih superior dibandingkan mahasiswa baru, tanpa dasar pengalaman atau prestasi yang memadai. Mengenali perbedaan antara kedua tipe ini penting untuk menghindari potensi masalah sosial, psikologis, dan akademis.
Ciri-Ciri Mahasiswa "Senior"
1. Berwawasan dan Berpengalaman
Mahasiswa senior biasanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi perkuliahan dan sistem kampus. Mereka sering kali menjadi sumber informasi bagi junior dalam menghadapi kesulitan akademis dan memberikan saran yang bermanfaat.
2. Pendukung dan Pembimbing
Mahasiswa senior biasanya berperan sebagai pembimbing yang mendukung junior dalam menavigasi dunia perkuliahan. Mereka menyediakan waktu untuk mendengarkan dan memberikan solusi atas masalah yang dihadapi junior baik itu masalah antar sesama mahasiswa ataupun miskomunikasi dengan beberapa dosen tertentu.
3. Memiliki Kepedulian Sosial
Mahasiswa senior biasanya menunjukkan kepedulian terhadap sesama, baik itu dalam hal akademis maupun non-akademis. Mereka aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan berperan dalam membangun lingkungan kampus yang inklusif dan suportif.
Ciri-Ciri Mahasiswa "Sok Senior"
1. Perilaku Otoriter dan Mengontrol
Mahasiswa "sok senior" sering kali menggunakan status mereka untuk mengontrol junior, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka mungkin menuntut penghormatan atau kepatuhan tanpa memberikan alasan yang jelas. Mahasiswa “sok senior” selalu mengintervensi kesepakatan yang telah diambil oleh juniornya tanpa alasan yang jelas atau sesuai dengan kepentingan mereka.
2. Kurang Berwawasan dan Cenderung Mengintimidasi
Meskipun mereka mungkin memiliki pengalaman lebih lama di kampus, mahasiswa "sok senior" sering kali kurang berwawasan dan menggunakan intimidasi sebagai alat untuk mendapatkan pengakuan (Smith & Brown, 2019).
3. Memanfaatkan Status untuk Keuntungan Pribadi
Mahasiswa "sok senior" sering memanfaatkan status mereka untuk kepentingan pribadi, seperti meminta bantuan akademis tanpa balasan atau memanfaatkan junior dalam kegiatan non-akademis.
4. Tidak Mendukung atau Memberikan Bantuan yang Relevan
Alih-alih memberikan bantuan yang konstruktif, mahasiswa "sok senior" mungkin hanya memberikan arahan yang tidak relevan atau bahkan menyesatkan, yang dapat merugikan junior dalam jangka panjang.
Dampak Sosial dan Psikologis
Perbedaan antara mahasiswa senior dan "sok senior" tidak hanya berpengaruh pada hubungan interpersonal tetapi juga memiliki dampak sosial dan psikologis yang signifikan bagi mahasiswa baru. Mahasiswa baru yang berinteraksi dengan "sok senior" mungkin mengalami tekanan mental, penurunan motivasi belajar, dan bahkan kehilangan rasa percaya diri. Sebaliknya, interaksi dengan senior yang benar-benar mendukung dapat meningkatkan adaptasi, kesejahteraan mental, dan keberhasilan akademis (Wiboowo, 2019).
Keberadaan mahasiswa sok senior dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi mahasiswa baru. Tekanan sosial yang diberikan dapat menyebabkan stres, rendah diri, dan bahkan memengaruhi prestasi akademik mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, (2020) mengungkapkan bahwa mahasiswa yang merasa terintimidasi oleh senior cenderung mengalami penurunan motivasi belajar dan keterlibatan sosial
Kesimpulan
Mengenali perbedaan antara mahasiswa "senior" dan "sok senior" sangat penting bagi mahasiswa baru untuk menghindari potensi masalah dalam perjalanan akademis mereka. Senior sejati adalah mereka yang rendah hati, berwawasan, dan peduli terhadap junior, sementara "sok senior" cenderung otoriter, kurang wawasan, dan mengutamakan kepentingan pribadi. Dengan pemahaman ini, mahasiswa baru dapat memilih untuk berinteraksi dengan senior yang mendukung pertumbuhan mereka secara positif.
Referensi
Rahmawati, D. (2020). Dampak Intimidasi Senior terhadap Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi Indonesia.
Smith, J., & Brown, L. (2019). The Psychology of Power Dynamics in University Settings. Journal of Social Psychology.
Wibowo, A. (2019). "Interaksi Sosial antara Mahasiswa Senior dan Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi." Jurnal Sosiologi Pendidikan, 10(1), 45-57.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong