ARSIP BULANAN : July 2024

Fenomena Laki-laki Mokondo: Kenali Ciri-Cirinya Sebelum Terlambat

Laki-laki mokondo merujuk pada pria yang hanya mengandalkan penampilan fisik atau daya tarik seksual sebagai modal utama dalam menjalin hubungan, tanpa memperhatikan aspek lain seperti kepribadian, kecerdasan, atau kemampuan finansial.

Fenomena mokondo ini sering terjadi di era digital, dimana media sosial dan televisi sering menampilkan standar kecantikan yang tinggi. Hal ini membuat beberapa pria fokus pada penampilan fisik sebagai cara utama untuk menarik perhatian dan mendapatkan pengakuan sosial, tanpa memperhatikan aspek lain yang lebih penting dalam membangun hubungan yang bermakna.

Penelitian menunjukkan ada hubungan antara tekanan sosial untuk tampil menarik dan perilaku yang berfokus pada penampilan. Menurut Setiawan (2021), pria yang terobsesi dengan penampilan fisik sering merasa kurang percaya diri dalam aspek lain seperti karier atau pendidikan. Sehingga para mokondo mungkin lebih melihat penampilan sebagai satu-satunya kelebihan yang dimiliki, sehingga lebih mengandalkan hal ini dalam suatu hubungan tanpa rasa tanggung jawab.

Fenomena mokondo juga mencerminkan norma-norma gender di masyarakat, di mana pria sering diharapkan untuk kuat dan menarik. Tekanan ini bisa membuat mereka lebih fokus pada penampilan fisik, mengabaikan kualitas lain seperti empati, kejujuran, dan tanggung jawab.

Menurut Eccedentediast, (2022) ada beberapa ciri-ciri laki-laki mokondo, yaitu:

1.     Memanfaatkan orang lain

Pria yang cenderung mencari kesempatan untuk memanfaatkan orang lain dengan tidak memberikan kontribusi atau balasan yang sepadan dapat menunjukkan tanda-tanda ingin mendapatkan sesuatu secara gratis.

2.     Kurangnya rasa tanggung jawab

Jika seseorang tidak mau atau enggan bertanggung jawab dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal keuangan atau mengambil bagian dalam tanggung jawab bersama, hal ini bisa menjadi indikator bahwa mereka mungkin mencari keuntungan tanpa mengeluarkan usaha.

3.     Mengejar keuntungan material tanpa memberikan kontribusi

Jika seseorang cenderung hanya mengincar barang-barang atau layanan tanpa memberikan kontribusi yang setara atau berusaha untuk memperolehnya, hal ini bisa menunjukkan sikap ingin mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma.

4.     Memiliki pola hubungan yang tidak seimbang

Pria yang selalu mengharapkan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan atau mengeluarkan biaya dalam hubungan, sementara mereka sendiri tidak mau memberikan kontribusi sejajar, mungkin menunjukkan tanda-tanda ingin mendapatkan keuntungan tanpa bekerja keras.

5.     Menghindari kewajiban finansial

Jika seseorang secara terus-menerus menghindari atau menolak untuk berbagi beban keuangan dalam situasi yang seharusnya diharapkan, misalnya ketika makan bersama, berlibur bersama, atau membagi biaya kehidupan sehari-hari, hal ini bisa menunjukkan sikap yang hanya ingin menikmati manfaat tanpa berpartisipasi secara adil.

Sedangkan menurut Nariswari, (2023) ada beberapa ciri-ciri cowok mokondo yang harus diwaspadai:

1.     Selalu membicarakan uang

Cowok mokondo biasanya selalu membicarakan uang. Mereka akan selalu bertanya tentang pekerjaan, penghasilan, dan aset yang dimiliki oleh wanita yang mereka dekati. Mereka juga akan sering memamerkan kekayaan dan kesuksesan mereka.

2.     Selalu ingin ditraktir

Cowok mokondo biasanya selalu ingin ditraktir. Mereka akan selalu meminta wanita untuk membayar makan, nonton, atau jalan-jalan. Mereka juga akan sering meminta pinjaman uang.

3.     Tidak pernah mau bekerja keras

Cowok mokondo biasanya tidak mau bekerja keras. Mereka lebih suka mendapatkan uang dengan cara yang mudah, seperti memanfaatkan wanita.

4.     Selalu ingin terlihat sempurna

Cowok mokondo biasanya selalu ingin terlihat sempurna di mata wanita. Mereka akan sering berbohong atau memalsukan identitas mereka.

5.     Selalu mencari keuntungan

Cowok mokondo selalu mencari keuntungan dari hubungan mereka dengan wanita. Mereka akan memanfaatkan wanita untuk mendapatkan pekerjaan, promosi, atau koneksi.

Ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindari laki-laki mokondo:

1.     Jangan terburu-buru untuk menjalin hubungan

Luangkan waktu untuk mengenal pria tersebut lebih baik sebelum menjalin hubungan  asmara dengannya.

2.     Jangan mudah percaya dengan omong kosongnya

Jangan mudah percaya dengan segala hal yang dikatakan oleh pria tersebut. Periksa kebenarannya terlebih dahulu.

3.     Jangan terlalu bergantung padanya

Jangan terlalu bergantung pada pria tersebut. Pastikan Anda memiliki kehidupan dan teman sendiri.

4.     Bersikap tegas

Jika anda merasa bahwa pria tersebut adalah cowok mokondo, maka bersikaplah tegas dan tinggalkan dia.

Namun, penting untuk memahami bahwa perilaku seperti ini tidak hanya terbatas pada satu jenis kelamin. Baik pria maupun wanita dapat memiliki sikap serupa. Penting untuk tidak membuat generalisasi dan selalu melihat individu secara keseluruhan serta mempertimbangkan konteksnya sebelum mengambil kesimpulan.

 

Referensi

Setiawan, A. (2021). "Dampak Tekanan Sosial terhadap Perilaku Mokondo dalam Hubungan Interpersonal." Jurnal Psikologi Sosial, 10(2), 45-58.

Eccedentediast, U. (2022). Bagaimana ciri-ciri pria mokondo. Quora Id. https://id.quora.com/Bagaimana-ciri-ciri-pria-mokondo

Nariswari, A. (2023). Ciri Cowok Mokondo yang Wajib Diwaspadai, Awalnya Manis tapi Lama-lama Kelakuannya Bikin Miris. Info Semarang.Com. https://www.infosemarang.com/gaya-hidup/9395/01112023/ciri-cowok-mokondo-yang-wajib-diwaspadai-awalnya-manis-tapi-lama-lama-kelakuannya-bikin-miris

Pengaruh Hubungan Romantis Pasangan Terhadap Proses Perkuliahan Dikalangan Mahasiswa

Perkuliahan adalah waktu penting bagi mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan keterampilan sosial serta emosional. Hubungan romantis selama masa kuliah dapat mempengaruhi keseimbangan antara studi dan kehidupan sosial. Hubungan yang positif dapat memberikan dukungan emosional, meningkatkan motivasi, dan kinerja akademik. Namun, konflik atau keterlibatan emosional yang berlebihan bisa mengganggu fokus dan menyebabkan stres, yang berdampak negatif pada prestasi akademik.

Penelitian menunjukkan bahwa dampak hubungan romantis pada mahasiswa bervariasi tergantung pada kualitas hubungan, keterlibatan akademik, dan dukungan sosial yang diterima. Memahami bagaimana hubungan ini mempengaruhi perkuliahan dapat membantu mahasiswa mengelola hubungan dengan lebih baik dan mengurangi dampak negatifnya (Wulandari, 2023).

Hubungan romantis sering kali menjadi bagian penting dalam kehidupan mahasiswa. Namun, pengaruhnya terhadap proses perkuliahan bisa berbeda-beda. Ada beberapa Pengaruh positif dan negatif yang dapat ditimbulkan oleh hubungan romantis.

Pengaruh Positif

1.     Dukungan Emosional

Hubungan romantis yang sehat dapat memberikan dukungan emosional yang sangat berharga. Mahasiswa yang merasa didukung secara emosional cenderung lebih termotivasi dan merasa lebih bahagia dalam menjalani perkuliahan (Sari, 2021). Sehingga pada saat mahasiswa diberikan tugas oleh dosen, tugas tersebut dapat dikerjakan dengan hati yang senang. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Smith & Jones (2020) menunjukkan bahwa dukungan emosional dari pasangan juga dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis, yang pada gilirannya berdampak positif pada kinerja akademik.

2.     Peningkatan Motivasi

Pasangan romantis yang mendukung akademik dan merayakan pencapaian yang diraih oleh salah satu pasangannya dapat meningkatkan motivasi untuk belajar dan berprestasi. Hal ini juga dibuktikan dalam studi oleh Educational Psychology Review yang menunjukkan bahwa dukungan sosial dari pasangan dapat memperbaiki motivasi dan keterlibatan akademik (Brown & Lee, 2019).

3.     Manajemen Waktu yang Lebih Baik

Beberapa mahasiswa belajar mengelola waktu mereka dengan lebih baik karena mereka harus menyelaraskan kegiatan akademik dan kehidupan pribadi mereka. Ini bisa membantu  setiap pasangan dalam merencanakan studi dan mengerjakan tugas dengan lebih efektif. Pada hal ini kedua belah pihak dari suatu pasangan harus bisa saling mengingatkan hal-hal atau kegiatan yang penting dimiliki pasangannya, dan selalu mensupport satu sama lain. Serta membagi waktunya secara prioritas tanpa mementingkan satu hal yang lainnya.  

Pengaruh Negatif

1.     Gangguan Konsentrasi

Hubungan romantis juga dapat menyebabkan gangguan konsentrasi. Konflik atau masalah dalam hubungan dapat mengalihkan perhatian mahasiswa dari studi mereka, pada hal ini mahasiswa akan lebih fokus membahagiakan pasangannya dibanding fokus pada tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen (Dewi, 2019). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masalah pribadi, termasuk hubungan romantis, dapat mempengaruhi fokus dan kinerja akademik (Johnson & Taylor, 2021).

2.     Stres dan Konflik

Stres yang timbul dari hubungan romantis, seperti pertengkaran atau ketidakcocokan, Biasanya peristiwa seperti ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu mood pasangan yang berubah-ubah sehingga menyebabkan salah satu pasangan dari suatu hubungan merasa tertekan.

Hal ini dapat mengganggu keseimbangan antara studi dan kehidupan pribadi mereka. Journal of Marriage and Family juga menemukan bahwa konflik dalam hubungan dapat meningkatkan stres dan mengurangi efektivitas akademik (Miller & Robinson, 2018). 

3.     Waktu dan Energi

Memiliki hubungan romantis memerlukan banyak waktu dan energi. Jika mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan pasangan, mereka mungkin kurang memiliki waktu untuk belajar atau menyelesaikan tugas-tugas kuliah.

Kesimpulan

Hubungan romantis dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses perkuliahan mahasiswa. Dukungan emosional dan motivasi dari pasangan bisa sangat positif, namun masalah dalam hubungan juga dapat mengganggu konsentrasi dan menyebabkan stres. Penting bagi mahasiswa untuk menemukan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan akademik mereka agar dapat memanfaatkan pengaruh positif dari hubungan romantis sambil mengurangi potensi pengaruh negatif. Maka dari itu kedua belah pihak baik pria ataupun wanita harus bisa saling memahami satu sama lain, tidak memaksakan egois, dan selalu berkomunikasi dengan tenang tanpa amarah ketika terjadi miskomunikasi. 

 

Referensi

Brown, T., & Lee, K. (2019). "Social Support and Academic Motivation." Educational Psychology Review, 31(2), 215-229.

Dewi, R. (2019). "Pengaruh Kesejahteraan Emosional Terhadap Kinerja Akademik Mahasiswa." Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling, 8(2), 112-120.

Johnson, R., & Taylor, M. (2021). "Personal Issues and Academic Focus." Journal of Educational Psychology, 113(4), 582-596.

Miller, D., & Robinson, S. (2018). "Conflict and Stress in Romantic Relationships." Journal of Marriage and Family, 80(5), 1120-1135.

Sari, I. (2021). "Hubungan Romantis dan Kesejahteraan Emosional Mahasiswa." Jurnal Psikologi Universitas Indonesia, 16(1), 45-55.

Smith, J., & Jones, A. (2020). "Emotional Support and Academic Performance: A Review." Journal of Applied Psychology, 105(3), 350-365.

Wulandari, S. (2023). "Studi Kasus: Pengaruh Hubungan Romantis terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa." Jurnal Studi Sosial dan Humaniora, 14(1), 34-47.

Cinta di masa remaja adalah perjalanan emosional yang penuh tantangan. Bagi banyak remaja, menjalin hubungan yang sehat dan berkelanjutan sering kali memerlukan panduan dan bimbingan yang tepat. Di sinilah peran bimbingan dan konseling menjadi krusial dalam membentuk dasar-dasar cinta yang sehat dan berkelanjutan.

Pentingnya Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling tidak hanya berfokus pada akademis semata, tetapi juga mencakup aspek-aspek psikologis dan sosial kehidupan remaja, termasuk hubungan interpersonal. Di dalam konteks ini, peran konselor adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana membangun dan merawat hubungan yang sehat. Mengidentifikasi nilai-nilai yang penting dalam hubungan, memahami emosi diri sendiri, dan belajar untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasangan.

Membina Cinta yang Sehat

Cinta yang sehat tidak hanya berkaitan dengan romantisme tetapi juga tentang pengertian, dukungan, dan komitmen. Remaja sering kali memerlukan bimbingan untuk mengelola ekspektasi mereka dalam hubungan dan untuk memahami bahwa cinta yang sejati membutuhkan waktu dan usaha dari kedua belah pihak. Konselor dapat membantu mereka mengenali tanda-tanda hubungan yang toksik atau tidak sehat, serta memberikan strategi untuk mengatasinya.

Berbagai Tantangan

Masa remaja juga merupakan waktu di mana tekanan dari berbagai sumber dapat mempengaruhi hubungan. Dari tekanan akademis hingga pengaruh teman sebaya dan media sosial, remaja sering kali dihadapkan pada tantangan-tantangan yang dapat mempengaruhi kualitas hubungan mereka. Melalui bimbingan, remaja dapat belajar untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan hubungan, serta mengelola stres dan konflik yang mungkin timbul.

Konseling sebagai Sarana Pengembangan Diri

Selain membina hubungan antarindividu, konseling juga membantu remaja dalam pengembangan diri secara keseluruhan. Remaja diajarkan untuk menghargai diri sendiri, mengenali nilai-nilai dan batasan pribadi, serta memahami bagaimana membawa kebahagiaan ke dalam kehidupan remaja itu sendiri. Semua ini merupakan fondasi yang penting untuk membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan di masa depan.

Kesimpulan

Keseimbangan antara bimbingan dan konseling merupakan kunci dalam membina cinta yang sehat dan berkelanjutan di kalangan remaja. Melalui pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri, komunikasi yang efektif, dan dukungan dari konselor, remaja dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun hubungan yang bermakna dan bertahan lama. Dengan demikian, peran bimbingan dan konseling bukan hanya membantu mempersiapkan remaja untuk masa depan akademis, tetapi juga untuk kehidupan sosial dan emosional yang memuaskan dan berarti.    

 

Konseling adalah proses interaksi antara seorang konselor dan klien yang bertujuan untuk membantu klien mengatasi masalah, mengembangkan dan mencapai potensi penuh mereka. Salah satu aspek kunci dari proses konseling adalah komunikasi yang efektif antara konselor dan klien. Namun, dalam era globalisasi dan pergeseran demografis yang cepat, semakin banyak orang mengalami kebutuhan untuk konseling lintas budaya.

Konseling lintas budaya mengacu pada pertemuan antara individu atau kelompok yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Dalam konteks konseling, pertemuan lintas budaya bisa menjadi kompleks karena perbedaan dalam nilai, keyakinan, norma, dan praktik budaya antara konselor dan klien. Oleh karena itu, komunikasi dalam konseling lintas budaya menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan dan diterima dengan benar, serta membangun hubungan yang saling menghormati antara konselor dan klien.

Pentingnya penelitian dan pemahaman tentang komunikasi dalam konseling lintas budaya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya mobilitas global, migrasi, dan keragaman budaya di masyarakat kita. Dalam konteks ini, penelitian dan pembahasan tentang strategi komunikasi yang efektif dan sensitif terhadap perbedaan budaya menjadi sangat relevan untuk memastikan bahwa layanan konseling dapat diakses dan bermanfaat bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang budaya mereka.

Dengan memahami kompleksitas dan tantangan yang terkait dengan komunikasi dalam konseling lintas budaya, kita dapat mengembangkan kerangka kerja yang lebih baik, strategi, dan keterampilan komunikasi bagi para konselor untuk membantu mereka bekerja secara efektif dengan klien dari berbagai latar belakang budaya. Ini tidak hanya menguntungkan individu yang mencari bantuan konseling, tetapi juga membantu mempromosikan pengertian lintas budaya dan inklusi dalam praktek konseling secara keseluruhan.

Konsep Dasar Komunikasi Konseling Lintas Budaya

Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal (Syam, 2015).

komunikasi lintas atau antar budaya adalah proses interaksi yang terjadi saat anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain. lebih tepatnya komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang berpersepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam satu komunikasi (Suryadi, 2018).

Komunikasi lintas budaya adalah secara general berkenaan dengan perbandingan fenomena lintas budaya (fenomena acroos cultures). Komunikasi memainkan peranan penting dalam pemahaman kita terhadap budaya dan pengaruh budaya dalam perilaku kita sehari-hari. Semua manusia memiliki bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi manusia. Bahasa dan budaya memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Bahasa menciptakan budaya yang dimiliki manusia, namun budaya juga dapat memengaruhi bahasa yang digunakan manusia (Nur’aini, 2021).

Komunikasi Pemberian Layanan Konseling Lintas BudayaKomunikasi sebagai inti dalam pemberian layanan konseling lintas budaya hal ini bisa dijelaskan karena dalam memberikan layanan konseling lintas budaya, unsur komunikasi adalah sebagai jantung dari proses konseling. Jika konselor memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif maka komunikasi akan memberikan beberapa effect dan influence dalam proses konseling (Suryadi, 2018).

Konselor yang memiliki kepribadian yang baik dalam berkomunikasi secara baik dan efektif maka komunikasi tersebut dapat dijadikan alat dan senjata utama dalam bimbingan dan konseling lintas budaya. Komunikasi tersebut dijadikan alat untuk; a) Membuka dan mengawali konseling, b) Mengumpulkan merangkum dan membantu mencari solusi atas persoalan psikologis yang sedang dihadapi klien, c) Menunjukkan respon positif sehingga konseli merasa aman dan nyaman serta merasa diterima dengan baik, d) Mengembangkan kualitas kesehatan mental konseli, e) Mengembangkan perilaku lebih efektif pada diri konseli terhadap lingkungan, f) Membangun rasa percaya diri dalam menanggulangi problem hidup konseli sehingga pada akhirnya bisa mandiri, g) Dunia bimbingan konseling salah satu bahasanya adalah komunikasi.

Komunikasi dalam bimbingan dan konseling sendiri mencakup dua komponen, yakni; komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Seorang konselor harus memiliki kecakapan komunikasi verbal maupun non verbal.

a)     Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi antara komunikan dan komunikator dengan medium atau media dengan ucapan yang bisa didengarkan secara langsung atau dengan menggunakan kata-kata. Dalam referensi lain dikatakan bahwa setiap pesan yang disampaikan melalui kata-kata disebut dengan pesan verbal. Dalam sebuah hubungan, pesan verbal sangat penting dalam perkembangan sebuah hubungan.Tidak terbayangkan bagaimana sebuah hubungan dapat berkembang bila satu dengan lainnya tidak saling berbicara.

b)     Komunikasi Nonverbal

Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang berupa kata, fase atau kalimat yang diucapkan dan didengar, tetapi juga proses non verbal. Proses non verbal meliputi isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, postur dan gerakan tubuh, dan sentuhan. Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi di mana pesan disampaikan bukan menggunakan dengan kata-kata. Contoh komuikasi non verbal adalah gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi tubuh, dan kontak mata, serta intonasi suara (Naser & Hadiwinarto, 2023).

Urgensi Komunikasi Konseling Lintas Budaya

Konseling lintas budaya bisa di artikan atau disebut dengan berbagai istilah.Konseling antar budaya, konseling muti kulturalisme, atau konseling multi budaya. Dalam konseling lintas budaya atau multi budaya, hasil-hasil yang akan dicapai tidak boleh dihalangi oleh perbedaan-perbedaan budaya konselor dan konseli (Suryadi, 2018).

Komunikasi memainkan peranan penting dalam pemahaman kita terhadap budaya dan pengaruh budaya dalam perilaku kita sehari-hari. Semua manusia memiliki bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi manusia. Bahasa dan budaya memiliki hubungan timbal balik yang saling mem-pengaruhi. Bahasa menciptakan budaya yang dimiliki manusia, namun budaya juga dapat memengaruhi bahasa yang digunakan manusia .

Komunikasi selalu terjadi dalam keadaan spesifik. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, akan ada sejumlah informasi yang seseorang berikan kepada lawan bicaranya. Begitun pula sebaliknya. Ada beberapa hal yang biasanya dibahas saat membicarakan proses komunikasi. Pertama adalah encoding, yaitu proses di mana seseorang memilih, baik secara sadar ataupun di bawah sadarnya, modalitas dan metode tertentu untuk membuat dan mengirimkan pesan atau informasi kepada orang lain. Kedua adalah decoding, yaitu proses di mana seseorang menerima sinyal dari orang lain dan menerjemahkannya ke dalam pesan yang bermakna. Signal atau sinyal sendiri merupakan kata-kata dan perilaku spesifik yang dikirimkan oleh seseorang selama komunikasi berlangsung, misalnya bahasa verbal spesifik dan perilaku non-verbal yang disampaikan saat berbicara.

Dalam proses encoding dan decoding komunikasi antarbudaya, budaya memengaruhi cara kita menginterpretasikan informasi yang diberikan oleh lawan bicara, baik secara verbal maupun non-verbal. Orang dari suatu budaya cenderung membawa budayanya saat berinteraksi dengan orang lain. Pada komunikasi antarbudaya, pihak yang berinteraksi secara implisit memiliki aturan dasar yang sama. Saat berkomunikasi dengan aturan yang sama seperti ini, maka mereka dapat lebih fokus pada isi pesan yang disampaikan (Ridlwan, 2017).

Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi Konseling Lintas BudayaKomunikasi lintas budaya seringkali mengalami beberapa hambatan. Menurut Barna (Ridlwan, 2017) ada enam hambatan dalam tercapainya komunikasi lintas budaya, yaitu:

a)     Asumsi kesamaan. Salah satu alasan mengapa kesalahan terjadi dalam komunikasi lintas budaya adalah orang secara naïf mengasumsikan bahwa semua orang sama, atau paling tidak cukup mirip untuk membuat komunikasi menjadi lebih mudah. Hal ini sungguh tidak benar karena setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing yang terasah melalui budaya dan masyarakat.

b)     Perbedaan bahasa. Saat seseorang berusaha untuk berkomunikasi dalam bahasa yang ia tidak fasih, ia cenderung berpikir mengenai kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna tunggal, yaitu makna yang ia berusaha sampaikan. Dalam hal ini, kita mengabaikan berbagai sumber lain dari sinyal dan pesan yang telah dibahas sebelumnya, seperti ekspresi non-verbal, nada bicara, orientasi tubuh, dan perilaku lainnya.

c)   Kesalahpahaman non-verbal. Seperti yang kita ketahui, perilaku nonverbal memberikan pesan komunikasi paling banyak dalam seluruh budaya. Namun, akan sulit sekali bagi kita memahaminya apabila bukan berasal dari budaya tersebut.

d)    Perkonsepsi dan stereotipe. Kedua hal ini merupakan proses psikologis alami dan tidak terelakan yang dapat memengaruhi semua persepsi dan komunikasi kita. Terlalu bersandar pada stereotipe akan memengaruhi objektivitas kita dalam melihat orang lain dan memahami pesan komunikasinya. Lebih lanjut, hal ini rentan membawa dampak yang negatif dalam proses komunikasi yang terjadi.

e)    Kecenderungan untuk menilai negatif. Nilai-nilai dalam budaya juga memengaruhi atribusi kita terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Perbedaan nilai dapat mengakibatkan munculnya penilaian yang negatif terhadap orang lain, yang kemudian dapat menjadi rintangan untuk membangun komunikasi lintas budaya yang efektif.

f)     Kecemasan yang tingi atau ketegangan. Komunikasi lintas budaya seringkali berhubungan dengan kecemasan dan ketegangan yang tinggi dibandingkan dengan komunikasi antar budaya. Kecemasan dan ketegangan yang terlalu tinggi dapat memengaruhi proses berpikir dan perilaku kita. Hal ini kemudian rentan menjadi rintangan dalam proses komunikasi berlangsung.

 

DAFTAR PUSTAKA

Naser, M. N., & Hadiwinarto. (2023). KONSELING LINTAS BUDAYA. Yogyakarta: UNY PRESS.

Nur’aini. (2021). Konseling Lintas Budaya (Ridwan, Ed.). Budapest International Research and Critics University (BIRCU-Publishing).

Ridlwan, N. A. (2017). Komunikasi Konseling Lintas Budaya di MAN 2 Brebes Jawa Tengah. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 11(1), 116–140.

Suryadi, S. (2018). Cross Cultural and Cultural Counseling: Komunikasi Konseling Lintas Budaya Jawa dan Madura di Madrasah Aliyah Negeri 1 Jember. KONSELING EDUKASI “Journal of Guidance and Counseling,” 2(1). https://doi.org/10.21043/konseling.v2i2.4468

Syam, H. (2015). Komunikasi Dalam Konseling Lintas Budaya Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea). Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling Dan Konsorsium Keilmuan BK Di PTKI Batusangkar, November.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong