Penting Tidak Sih Komunikasi Dalam Konseling Lintas Budaya???
Konseling adalah proses interaksi antara seorang konselor dan klien yang bertujuan untuk membantu klien mengatasi masalah, mengembangkan dan mencapai potensi penuh mereka. Salah satu aspek kunci dari proses konseling adalah komunikasi yang efektif antara konselor dan klien. Namun, dalam era globalisasi dan pergeseran demografis yang cepat, semakin banyak orang mengalami kebutuhan untuk konseling lintas budaya.
Konseling lintas budaya mengacu pada pertemuan antara individu atau kelompok yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Dalam konteks konseling, pertemuan lintas budaya bisa menjadi kompleks karena perbedaan dalam nilai, keyakinan, norma, dan praktik budaya antara konselor dan klien. Oleh karena itu, komunikasi dalam konseling lintas budaya menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan dan diterima dengan benar, serta membangun hubungan yang saling menghormati antara konselor dan klien.
Pentingnya penelitian dan pemahaman tentang komunikasi dalam konseling lintas budaya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya mobilitas global, migrasi, dan keragaman budaya di masyarakat kita. Dalam konteks ini, penelitian dan pembahasan tentang strategi komunikasi yang efektif dan sensitif terhadap perbedaan budaya menjadi sangat relevan untuk memastikan bahwa layanan konseling dapat diakses dan bermanfaat bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang budaya mereka.
Dengan memahami kompleksitas dan tantangan yang terkait dengan komunikasi dalam konseling lintas budaya, kita dapat mengembangkan kerangka kerja yang lebih baik, strategi, dan keterampilan komunikasi bagi para konselor untuk membantu mereka bekerja secara efektif dengan klien dari berbagai latar belakang budaya. Ini tidak hanya menguntungkan individu yang mencari bantuan konseling, tetapi juga membantu mempromosikan pengertian lintas budaya dan inklusi dalam praktek konseling secara keseluruhan.
Konsep Dasar Komunikasi Konseling Lintas Budaya
Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal (Syam, 2015).
komunikasi lintas atau antar budaya adalah proses interaksi yang terjadi saat anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain. lebih tepatnya komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang berpersepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam satu komunikasi (Suryadi, 2018).
Komunikasi lintas budaya adalah secara general berkenaan dengan perbandingan fenomena lintas budaya (fenomena acroos cultures). Komunikasi memainkan peranan penting dalam pemahaman kita terhadap budaya dan pengaruh budaya dalam perilaku kita sehari-hari. Semua manusia memiliki bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi manusia. Bahasa dan budaya memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Bahasa menciptakan budaya yang dimiliki manusia, namun budaya juga dapat memengaruhi bahasa yang digunakan manusia (Nur’aini, 2021).
Komunikasi Pemberian Layanan Konseling Lintas BudayaKomunikasi sebagai inti dalam pemberian layanan konseling lintas budaya hal ini bisa dijelaskan karena dalam memberikan layanan konseling lintas budaya, unsur komunikasi adalah sebagai jantung dari proses konseling. Jika konselor memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif maka komunikasi akan memberikan beberapa effect dan influence dalam proses konseling (Suryadi, 2018).
Konselor yang memiliki kepribadian yang baik dalam berkomunikasi secara baik dan efektif maka komunikasi tersebut dapat dijadikan alat dan senjata utama dalam bimbingan dan konseling lintas budaya. Komunikasi tersebut dijadikan alat untuk; a) Membuka dan mengawali konseling, b) Mengumpulkan merangkum dan membantu mencari solusi atas persoalan psikologis yang sedang dihadapi klien, c) Menunjukkan respon positif sehingga konseli merasa aman dan nyaman serta merasa diterima dengan baik, d) Mengembangkan kualitas kesehatan mental konseli, e) Mengembangkan perilaku lebih efektif pada diri konseli terhadap lingkungan, f) Membangun rasa percaya diri dalam menanggulangi problem hidup konseli sehingga pada akhirnya bisa mandiri, g) Dunia bimbingan konseling salah satu bahasanya adalah komunikasi.
Komunikasi dalam bimbingan dan konseling sendiri mencakup dua komponen, yakni; komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Seorang konselor harus memiliki kecakapan komunikasi verbal maupun non verbal.
a) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi antara komunikan dan komunikator dengan medium atau media dengan ucapan yang bisa didengarkan secara langsung atau dengan menggunakan kata-kata. Dalam referensi lain dikatakan bahwa setiap pesan yang disampaikan melalui kata-kata disebut dengan pesan verbal. Dalam sebuah hubungan, pesan verbal sangat penting dalam perkembangan sebuah hubungan.Tidak terbayangkan bagaimana sebuah hubungan dapat berkembang bila satu dengan lainnya tidak saling berbicara.
b) Komunikasi Nonverbal
Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang berupa kata, fase atau kalimat yang diucapkan dan didengar, tetapi juga proses non verbal. Proses non verbal meliputi isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, postur dan gerakan tubuh, dan sentuhan. Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi di mana pesan disampaikan bukan menggunakan dengan kata-kata. Contoh komuikasi non verbal adalah gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi tubuh, dan kontak mata, serta intonasi suara (Naser & Hadiwinarto, 2023).
Urgensi Komunikasi Konseling Lintas Budaya
Konseling lintas budaya bisa di artikan atau disebut dengan berbagai istilah.Konseling antar budaya, konseling muti kulturalisme, atau konseling multi budaya. Dalam konseling lintas budaya atau multi budaya, hasil-hasil yang akan dicapai tidak boleh dihalangi oleh perbedaan-perbedaan budaya konselor dan konseli (Suryadi, 2018).
Komunikasi memainkan peranan penting dalam pemahaman kita terhadap budaya dan pengaruh budaya dalam perilaku kita sehari-hari. Semua manusia memiliki bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi manusia. Bahasa dan budaya memiliki hubungan timbal balik yang saling mem-pengaruhi. Bahasa menciptakan budaya yang dimiliki manusia, namun budaya juga dapat memengaruhi bahasa yang digunakan manusia .
Komunikasi selalu terjadi dalam keadaan spesifik. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, akan ada sejumlah informasi yang seseorang berikan kepada lawan bicaranya. Begitun pula sebaliknya. Ada beberapa hal yang biasanya dibahas saat membicarakan proses komunikasi. Pertama adalah encoding, yaitu proses di mana seseorang memilih, baik secara sadar ataupun di bawah sadarnya, modalitas dan metode tertentu untuk membuat dan mengirimkan pesan atau informasi kepada orang lain. Kedua adalah decoding, yaitu proses di mana seseorang menerima sinyal dari orang lain dan menerjemahkannya ke dalam pesan yang bermakna. Signal atau sinyal sendiri merupakan kata-kata dan perilaku spesifik yang dikirimkan oleh seseorang selama komunikasi berlangsung, misalnya bahasa verbal spesifik dan perilaku non-verbal yang disampaikan saat berbicara.
Dalam proses encoding dan decoding komunikasi antarbudaya, budaya memengaruhi cara kita menginterpretasikan informasi yang diberikan oleh lawan bicara, baik secara verbal maupun non-verbal. Orang dari suatu budaya cenderung membawa budayanya saat berinteraksi dengan orang lain. Pada komunikasi antarbudaya, pihak yang berinteraksi secara implisit memiliki aturan dasar yang sama. Saat berkomunikasi dengan aturan yang sama seperti ini, maka mereka dapat lebih fokus pada isi pesan yang disampaikan (Ridlwan, 2017).
Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi Konseling Lintas BudayaKomunikasi lintas budaya seringkali mengalami beberapa hambatan. Menurut Barna (Ridlwan, 2017) ada enam hambatan dalam tercapainya komunikasi lintas budaya, yaitu:
a) Asumsi kesamaan. Salah satu alasan mengapa kesalahan terjadi dalam komunikasi lintas budaya adalah orang secara naïf mengasumsikan bahwa semua orang sama, atau paling tidak cukup mirip untuk membuat komunikasi menjadi lebih mudah. Hal ini sungguh tidak benar karena setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing yang terasah melalui budaya dan masyarakat.
b) Perbedaan bahasa. Saat seseorang berusaha untuk berkomunikasi dalam bahasa yang ia tidak fasih, ia cenderung berpikir mengenai kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna tunggal, yaitu makna yang ia berusaha sampaikan. Dalam hal ini, kita mengabaikan berbagai sumber lain dari sinyal dan pesan yang telah dibahas sebelumnya, seperti ekspresi non-verbal, nada bicara, orientasi tubuh, dan perilaku lainnya.
c) Kesalahpahaman non-verbal. Seperti yang kita ketahui, perilaku nonverbal memberikan pesan komunikasi paling banyak dalam seluruh budaya. Namun, akan sulit sekali bagi kita memahaminya apabila bukan berasal dari budaya tersebut.
d) Perkonsepsi dan stereotipe. Kedua hal ini merupakan proses psikologis alami dan tidak terelakan yang dapat memengaruhi semua persepsi dan komunikasi kita. Terlalu bersandar pada stereotipe akan memengaruhi objektivitas kita dalam melihat orang lain dan memahami pesan komunikasinya. Lebih lanjut, hal ini rentan membawa dampak yang negatif dalam proses komunikasi yang terjadi.
e) Kecenderungan untuk menilai negatif. Nilai-nilai dalam budaya juga memengaruhi atribusi kita terhadap orang lain dan lingkungan sekitar. Perbedaan nilai dapat mengakibatkan munculnya penilaian yang negatif terhadap orang lain, yang kemudian dapat menjadi rintangan untuk membangun komunikasi lintas budaya yang efektif.
f) Kecemasan yang tingi atau ketegangan. Komunikasi lintas budaya seringkali berhubungan dengan kecemasan dan ketegangan yang tinggi dibandingkan dengan komunikasi antar budaya. Kecemasan dan ketegangan yang terlalu tinggi dapat memengaruhi proses berpikir dan perilaku kita. Hal ini kemudian rentan menjadi rintangan dalam proses komunikasi berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Naser, M. N., & Hadiwinarto. (2023). KONSELING LINTAS BUDAYA. Yogyakarta: UNY PRESS.
Nur’aini. (2021). Konseling Lintas Budaya (Ridwan, Ed.). Budapest International Research and Critics University (BIRCU-Publishing).
Ridlwan, N. A. (2017). Komunikasi Konseling Lintas Budaya di MAN 2 Brebes Jawa Tengah. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 11(1), 116–140.
Suryadi, S. (2018). Cross Cultural and Cultural Counseling: Komunikasi Konseling Lintas Budaya Jawa dan Madura di Madrasah Aliyah Negeri 1 Jember. KONSELING EDUKASI “Journal of Guidance and Counseling,” 2(1). https://doi.org/10.21043/konseling.v2i2.4468
Syam, H. (2015). Komunikasi Dalam Konseling Lintas Budaya Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea). Seminar Nasional Bimbingan Dan Konseling Dan Konsorsium Keilmuan BK Di PTKI Batusangkar, November.
Apa sih itu Gangguan Bipolar?
Gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang serius dan mempengaruhi suasana hati seseorang secara ekstrem. Kondisi ini ditandai dengan perubahan suasana hati yang drastis antara fase manik (mania) dan depresi. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai penyebab, gejala, dan cara penanganan gangguan bipolar.
Apa Itu Gangguan Bipolar?Gangguan bipolar, yang sebelumnya dikenal sebagai gangguan manik-depresif, adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang signifikan dan berlawanan. Dalam fase manik, penderita dapat merasa sangat bahagia, enerjik, dan bersemangat. Sebaliknya, dalam fase depresi, penderita merasa sangat sedih, lesu, dan kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari.
Penyebab Gangguan BipolarPenyebab pasti gangguan bipolar belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor yang dapat berkontribusi meliputi:
Faktor GenetikFaktor genetik memainkan peran penting dalam gangguan bipolar. Jika ada anggota keluarga yang menderita gangguan ini, risiko seseorang untuk mengembangkan gangguan bipolar meningkat.
Faktor BiologisPerubahan pada struktur dan fungsi otak juga dikaitkan dengan gangguan bipolar. Gangguan keseimbangan kimiawi di otak, terutama neurotransmitter, dapat mempengaruhi suasana hati seseorang secara signifikan.
Faktor LingkunganStres kehidupan yang ekstrem, pengalaman traumatis, atau perubahan hidup yang besar, seperti kehilangan pekerjaan atau kematian seseorang yang dekat, dapat memicu episode bipolar.
Gejala-Gejala Gangguan BipolarGejala gangguan bipolar bervariasi tergantung pada apakah individu sedang berada dalam fase manik atau depresi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai gejala-gejala pada kedua fase tersebut:
Fase ManiaDalam fase ini, penderita mengalami gejala-gejala berikut:
Perasaan sangat gembira atau euforia yang berlebihan.Mudah tersinggung atau marah.Penurunan kebutuhan tidur tanpa merasa lelah.Peningkatan aktivitas fisik atau mental secara signifikan.Berbicara dengan sangat cepat dan berpindah-pindah topik.Merasa sangat penting atau memiliki kemampuan khusus.Melakukan aktivitas berisiko seperti menghamburkan uang atau terlibat dalam hubungan seks yang sembrono.Fase DepresiDalam fase ini, penderita mengalami gejala-gejala berikut:
Perasaan sangat sedih atau hampa.Hilangnya minat atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas.Perubahan pola tidur seperti insomnia atau tidur berlebihan.Perubahan nafsu makan yang signifikan.Kehilangan energi dan kelelahan yang berkepanjangan.Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan.Pikiran untuk bunuh diri atau kematian.Penanganan Gangguan BipolarPenanganan gangguan bipolar memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa metode penanganan yang umum digunakan:
1. Pengobatan MedisPengobatan merupakan komponen penting dalam penanganan gangguan bipolar. Dokter biasanya meresepkan obat-obatan seperti stabilisator mood (litium), antipsikotik, dan antidepresan untuk mengendalikan gejala.
2. Terapi PsikoterapiTerapi psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), dapat membantu penderita memahami pola pikir dan perilaku yang mempengaruhi suasana hati mereka. Terapi ini juga membantu dalam pengembangan strategi koping yang efektif.
3. Dukungan SosialDukungan dari keluarga, teman, dan kelompok dukungan sangat penting dalam membantu penderita bipolar mengelola kondisi mereka. Edukasi keluarga juga membantu dalam memahami gangguan ini dan cara terbaik mendukung anggota keluarga yang terkena.
4. Perubahan Gaya HidupMenjaga pola tidur yang teratur, berolahraga secara teratur, dan menghindari penggunaan alkohol dan narkoba dapat membantu dalam pengendalian gejala bipolar.
5. Manajemen StresBelajar teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, dan relaksasi dapat membantu penderita bipolar dalam mengatasi situasi yang memicu stres dan mencegah kambuhnya episode.
KONSEP PERNIKAHAN DINI DILIHAT DARI PERSPEKTIF LAGU AGNES MONICA YANG BERJUDUL "PERNIKAHAN DINI"
Pernikahan adalah ikatan antara pria dan wanita sebagai suami istri untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan. Setiap orang, baik muda maupun tua, menghadapi suatu masalah dalam pernikahan. Bagi remaja, pernikahan bisa menjadi harapan dan kecemasan tentang masa depan rumah tangga. Semua yang ingin menikah harus memahami arti, tujuan, dan persyaratan pernikahan. Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia dibawah usia 19 tahun.
Berdasarkan data UNICEF yang dikutip oleh kumparan, Indonesia menempati urutan ke-8 di dunia dan urutan ke-2 di ASEAN untuk jumlah kasus pernikahan dini, dengan hampir 1,5 juta kasus. Selain itu, menurut data Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (KemenPPA) RI, pengadilan agama menerima 55.000 permohonan dispensasi pernikahan usia dini sepanjang tahun 2022, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya (Berita Anak Surabaya, 2023).
Pernikahan dini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi pelakunya, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Jika tidak diantisipasi dengan baik, pernikahan dini mungkin tidak akan membawa kebahagiaan seperti yang diharapkan, tetapi justru bisa menyebabkan kesulitan dan penderitaan bagi mereka yang terlibat (Mubasyaroh, 2016).
Pernikahan dini merupakan salah satu isu yang selalu menarik perhatian publik. Topik ini sering dibahas dari berbagai sudut pandang, termasuk dari sisi budaya, sosial, hingga hukum. Namun, bagaimana jika kita melihat konsep pernikahan dini melalui lirik lagu? Agnes Monica, seorang penyanyi terkenal Indonesia, pernah membawakan lagu berjudul "Pernikahan Dini" yang berhasil mempopulerkan kembali diskusi mengenai pernikahan di usia muda.
Lagu "Pernikahan Dini" yang dirilis oleh Agnes Monica pada tahun 2001 bercerita tentang kisah cinta remaja yang berujung pada pernikahan di usia muda. Lagu ini sangat populer di kalangan remaja saat itu dan memicu banyak diskusi tentang pernikahan dini. Melalui liriknya, Agnes Monica mengungkapkan kebingungan dan tekanan yang dirasakan pasangan muda dalam menghadapi pernikahan. Mungkinkah lagu ini relate dengan masa sekarang? hingga kini, lagu ini masih relate dan sangat relevan karena liriknya mencerminkan situasi yang masih banyak dialami oleh remaja saat ini.
Dalam lirik lagu "Pernikahan Dini", Agnes Monica menggambarkan perasaan remaja yang dihadapkan pada keputusan besar untuk menikah. Lirik "pernikahan dini bukan cintanya yang terlarang, hanya waktu saja belum tepat merasakan semua" menunjukkan bahwa cinta di usia muda tidak salah atau terlarang secara moral atau sosial. Lirik ini mencerminkan konflik antara cinta alami dan kenyataan hidup yang menuntut kematangan dan kesiapan. Masalahnya terletak pada ketepatan waktu, menunjukkan bahwa usia yang terlalu muda belum memungkinkan untuk merasakan dan menjalani cinta dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Menurut BKKBN, usia ideal menikah adalah 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. (Natalia, 2016).
Konsep pernikahan dini dalam lagu “Pernikahan Dini” menunjukkan bahwa pernikahan pada usia muda sering disebabkan oleh ketidaksiapan emosional dan kurangnya pemahaman tentang tanggung jawab pernikahan. Lirik lagu ini juga menggambarkan bagaimana pernikahan dini dapat membuat seseorang kehilangan masa remajanya, yang seharusnya diisi dengan eksplorasi diri dan belajar, digantikan oleh tanggung jawab dewasa yang datang terlalu cepat.
Namun, dari sudut pandang psikologi perkembangan, masa remaja adalah periode penting untuk pembentukan identitas dan pematangan emosional. Erik Erikson, seorang psikolog, mengemukakan bahwa masa remaja adalah waktu untuk mencari jati diri dan memahami peran mereka di dunia. Jika remaja terlibat dalam pernikahan atau hubungan serius terlalu dini, mereka mungkin tidak punya cukup waktu untuk mengeksplorasi identitas mereka dan mengembangkan kedewasaan emosional yang diperlukan untuk hubungan yang sehat dan stabil.
Lirik lagu "Pernikahan Dini" cenderung meromantisasi keputusan untuk menikah di usia muda, meskipun kenyataannya pernikahan dini seringkali lebih rumit dan penuh tantangan. Lagu ini memang menyentuh aspek emosional dan perjuangan pasangan muda, tetapi tidak sepenuhnya menggambarkan risiko dan konsekuensi jangka panjang yang mungkin mereka hadapi. Musik memiliki peran kuat dalam membentuk persepsi publik, dan "Pernikahan Dini" oleh Agnes Monica berhasil membawa isu ini ke percakapan populer dengan nada optimis dan penuh harapan, menunjukkan bagaimana seni dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap isu penting yaitu salah satunya pernikahan.
DAFTAR PUSTAKA
Berita Anak Surabaya. (2023). UNICEF: Indonesia Peringkat 8 Dunia Banyaknya Kasus Pernikahan Dini | kumparan.com. Kumparan. https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/unicef-indonesia-peringkat-8-dunia-banyaknya-kasus-pernikahan-dini-20eMLxG2FyL
Mubasyaroh. (2016). Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya Bagi Pelakunya. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosial Keagamaan, 7(2).
Natalia, I. W. (2016). Strategi Komunikasi Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur dalam Mensosialisasikan Pemahaman Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) Kepada Remaja Menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Jejaring Administrasi Publik, 8(1).
Rumekti, M. M., & Pinasti, 2021. (2016). Peran Pemerintah Daerah (Desa) Dalam Menangani Maraknya Fenomena Pernikahan Dini Di Desa Plosokerep Kabupaten Indramayu. Jurnal Pendidikan Sosiologi, 5(6).
PKKMB UNG 2022 BERKAH
Pkkmb atau pengenalan kehidupan kampus mahasiswa baru tahun 2022 yg dilaksanan oleh Universitas Negeri Gorontalo berjalan dengan lancar. Dan para mahasiswa baru sangat antusias dalam mengikuti pkkmb baik dari pkkmb tingkat universitas sampai ke tingkat jurusan.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong