laporan variasi kontinyu dan stoikiometri

17 November 2017 15:48:23 Dibaca : 11704 Kategori : laporan kimia dasar

BAB I
PENDAHULUAN
1. Judul
VARIASI KONTINYU dan STOIKIOMETRI

2. Rumusan masalah
a. Bagaimana pengamatan saalah satu cara termudah untuk mempelajari stoikiometri beberapa reaksi?
b. Bagaimana penentuan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system?
3. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengamati salah satu cara untuk mempelajari stoikimetri beberapa reaksi
b. Mahasiswa dapat dapat menentukan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system
4. Manfaat
a. Agar mahasiswa memahami pengamatan salah satu cara untuk mempelajari stoikiometri beberapa reaksi.
b. Agar mahasiswa memahami penentuan tempeatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system.

BAB II
PENDAHULUAN

a. Variasi Kontinyu
Variasi kontinyu adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksi kimia. Variasi kontinyu merupakan metode untuk mempermudah kita mempelajari stoikiometri sistem (chang, 2004)

b. Stoikiometri
Stoikiomerti berasal dari bahasa yunani, terdiri dari dua kata. Stoikheion yang artinya elemen dan metria yang artinya ukuran. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari rektan dan produk dalam suatu reaksi kimia (persamaan kimia). Stoikiometri secara umum berkaitan dengan hubungan uantitatif unsur dalam suatu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi. Stoikiometri juga dapat diartikan sebagai segala bentuk pengkuran partikel-partikel, yaitu meliputi atom, molekul, ion, elektron, serta partikel ionik lainnya. Sedangkan pengukuran yaitu mencari massa, volume, jumlah partikel, serta besar kuantitatif lainnya (brady, 1994 : 67)

1. Standar satuan massa atom
Massa atom suatu unsur ditentukan dengan cara mengukur masaa salah satu unsur yang bersenyawa denagan unsur lain. Misalnya dari hasil analisis terhadap komposisi air diperoleh data massa unsur hidrogen 11,17% dan massa unsur oksigen 88,33%. Berdasarkan data persen komposisi air, massa atom oksigen yang bersenyawa dengan hidrogen adalah:

88,33 ÷ 11,17 × massa atom hidrogen = 7,953 massa atom hidrogen (sunarya, 2010 : 68)

2. Rumus dan proses komposisi
Respati (1981 : 44-45) menyatakan bahwa semua senyawa dapat dinyatakan dengan rumus. Senyawa yang berbentu molekul mempunyai rumus yang menyatakan jumlah dari tiap-tiap macam atom yang berbentuk molekul tersebut. Misalnya molekul glukosa disusun oleh 6 atom C, 12 atom H, dan 6 atom O, maka rumus glukosa : C6H12O6. Senyawa ion misalnya NaCl tidak berbentuk molekul, sehingga rumusnya menunjukkan perbandingan dari tiap-tiap macam tom yang ada kumpulan atom yang ditujukkan oleh rumus disebur satuan rumus (formula unit). Berat dari molekul atau berat rumus selatif terhadap 12C dinyatakan pleh berat molekul atau berat rumus dan ini merupakan jumlah dari berat atom unsur-unsur penyusunnya.

3. Persamaan Reaksi Setara
Persamaan reaksi setara adalah persamaan yang menunjukkan jumlah atom yang sama antara reaktan maupun produk. Contohnya :
H2 + 1/2O2 H2O
Jumlah atom hydrogen dan oksigen dalam reaktan maupun produk adalah sama.
 Hukum boyle
Hukum boyle berbunyi “pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka hasil kali tekanan dan volume selalu sama”.

Keterangan : P = tekanan zat
V = volume zat
 Hukum Boyle – Gay Lussac
Hukum Boyle – Gay Lussac berbunyi : “ untuk gas dengan massa tertentu, massa hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap”. Untuk gas-gas yang jumlahnya sama, maka berlaku :

 Hukum Dalton
Hukum Dalton berbunyi : “tekanan total dari campuran berbagai macam gas sama dengan jumlah tekanan parsial dan gas-gas yang saling bercampur tersebut”.
Ptotal = P1 + P2 + P3
(Respati, 1981 : 42-43)
Pada tahun(1807) john Dalton merumuskan pernyataan yang disebut teori atom dalton.
1) Materi terdiri atas partikel terkecil disebut atom.atom tidak dapat dibagi dan tidak dapat dicipta atau dimusnahkan.
2) Atom suatu unsur mempunyai sifat yang sama dalam segala hal( ukuran,bentuk,dan massa.)tetapi berbeda sifat-sifatnya dari atom unsur lain.
3) Reaksi kimia adalah penggabungan,pemisahan,atau penyusunan kembali atom-atom
4) Atom suatu unsur dapat bergantung dengan atom unsur lain membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana.
 Hukum perbandingan volume
Hubungan antara volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph Louis Gay-Lussac dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum perbandingan tetap yang berbunyi: volume gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas hasil reaksi , bila diukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan berbanding sebagai bilangan bilangan bulat dan sederhana.
 Hukum Avogadro
Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun 1911 avogadro membuat hipotesis Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan yang tetap, “semua gas yang volumenya sama akan mengandung mokelul yang sama cacahnya” (Syukri S 1999).
Molaritas(m)adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan,sedangkan normalitas(N)adalah jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan.larutan dalam percobaan ini terbagi menjadi dua larutan yaitu;
• Larutan homogen merupakan larutan yang sifat-sifatnya selalu seragam.berarti bahwa,bila kita memeriksa sedikit bagian dari larutan natrium klorida dalam air,sifat-sifatnya akan sama dengan bagian lain dari larutan tersebut.dapat juga dikatakan bahwa larutan terdiri dari suatu frasa yang berarti sistem yang memiliki suatu sifat dan komposisi yang sama.
• Larutan heterogen merupakan larutan yang sifat-sifatnya tak seragam.contohnya adalah minyak dan air.campuran homogen adalah campuran dua zat atau lebih dimana semuah zat memiliki susunan yang seragam. (Brady E James,1999)

hukum dasar kimia terbagi menjadi menjadi 5 bagian,yaitu;
• Hukum kekekalan massa atau hukum lavoiser
menyatakan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama.
• Hukum perbandingan tetap atau hukum proust
menyatakan bahwa perbandingan massa unsur dalam tiap senyawa tetap.
• Hukum perbandingan berganda atau hukum dalton
menyatakan bahwa bila dua unsur membentuk dua senyawa atau lebih maka suatu untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya,massa unsur kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
• Hukum perbandingan volume atau hukum gay-lussac
menyatakan bahwa volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hsail reaksi bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana
• Hukum avogadro
menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama semuah gas yang volumenya sama mengandung sejumlah molekul yang sama banyak (Respati, 1981 : 40).

Hukum dasar kimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang oeristiwa kimia yang ditandai dengan berubahnya satu zat menjadi zat yang lain,contohnya pembakaran etanol setelh diselidiki etanol dan oksigen berubah menjadi karbondioksida dan uap air.perubahan itu dapat ditulis sebagai

Etanol+ oksigen Karbondioksida + air

Zat mula-mula disebut pereaksi dan zat yang terbentuk disebut hasil reaksi diatas,etanol dan oksigen adalah pereaksi,sedangkan kerbondioksida dan air sebagai hasil reaksi.
Keterangan diatas belumlah cukup,karena tidak menggambarkan hubungan antara jumlah pereaksi hasil reaksi (yayan,2010:150-244).

BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Tempat dan Waktu
Tempat : Laboratorium Kimia B Fakultas MIPA UNG
Waktu : Pukul 13.00 s/d selesai

2. Alat dan Bahan

• Tabel untuk alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
1. Gelas kimia (gelas piala) 1 Sebagai wadah untuk melarutkan suatu zat bahan kimia, untuk menampung zat kimia yang bersifat korosif dan sebagai wadah untuk mencampur dan memasukan cairan.
2. Gelas ukur 1 Untuk mengukur volume segala benda, cair pada berbagai ukuran volume. selain itu juga dapat digunakan untuk merendam pipet dalam asam pencuci.
3. Termometer 1 Untuk mengukur suhu(temperatur).
4. Pipet tetes 1 Untuk meneteskan larutan dengan jumlah kecil
5. Neraca analitik 2
Untuk mengukur berat dari suatu zat.

• Tabel untuk bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia
1. CuSO4 khusus - Bentuk: kristal
- Bau: berbau
- Ph: tidak tersedia
- Tekanan uap :7,3 mmgh 25oc
- Kepadatan uap: tidak tersedia
- Tingkat penguapan: diabaikan
- Vikositas: tidak tersedia
- Titik didih: 150oc
- Pembekuan: 110oc
- Titik nyata: tidak dipakai
- Kelarutan : larut
- Spesifik gravity: 2,2840 g/cm3
- Molekul: 249,68. - Rumus molekul: cuSO4
- Massa molar: 159,62 g/mol (anhidrat)
- Penampilan: biru (pentahidrat) abu-abu putih
- Densitas:3,60 gr/cm3 (anhidrat) 2,240 gr/cm3 (pentahidrat)
- Titik lebur: 110oc (4H2O) 150oC(423 K) (5H2O) < 650oC
2. NaOH khusus - Keadaan fisik dan penampilan: solid
- Bau: berbau
- Molekul berat: 40gr/mol
- Warna: putih
- Ph (1%) [dasar] 13,5
- Titik didih: 1388oc (235o40of)
- Titik leleh: 323oc (613,4of)
- Kelarutan: mudah larut dalamair - Rumus molekul:NaOH
- Massa molar:39,9971 gr/mol
- Penampilan zat: padat putih
- Densitas :318 gr/cm3 padat
- Titik lebur: 318oC (591 K)
- Titik didih: 1390oC (1163 K)
- Kelaruran dalam air: 1119/100 (20o)
- Kebahasan : -2.43
3. HCl khusus - Massa atom: 36,45
- Massa jenis: 3,21 gr/cm3
- Titik leleh: -1010oc
- Energi ionisasi: 1250 kg/groc
- Berbau: tajam
- Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas tak berwarna
- Rumus molekul: HCl didalam air
- Massa molar: 36,40 g/mol (HCl)
- Penampilan: cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat
- Densitas: 1,18 gr/cm3 (karibel 1)
- Titik lebur: -27,32oc (247 k) larutan 38%
- Titik didih: 110oc (383 k)
- Larutan: 20,3% 40oc (321 k) larutan 38%
- Kelarutan dalam air: tercampur penuh
- Kesamaan (pk2): -8,0
- Viskositasi: 1,9 mpa 5 pada 25oc larutan 31,5%

3. Prosedur kerja
Stoikiometri NaOH – CuSO4
a. Pengkuran suhu dan berat
 Percobaan I

 Percobaan II

 Percobaan III

 Percobaan IV

Stoikiometri Asam – Basa (NaOH – HCl)
b. Pengukuran suhu dan berat

 Percobaan I

 Percobaan II

BAB IV
PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN
Stoikiometri sistem NaOH dan CuSO4
a. Pengukuran suhu
NaOH – CuSO4
ml ml TA TM ∆T
NaOH CuSO4
20 5 39oc 34oc 34oc 2,25oc
15 10 38oc 35oc 34oc 1,5oc
10 15 36oc 39oc 34oc 2,5oc
5 20 33oc 39oc 33oc 2,25oc

b. Pengukuran berat
NaOH – CuSO4
ml ml Berat awal Berat campuran
NaOH CuSO4
20 5 19,9827 g 5,0119 g 24,2901 g
15 10 14,1797 g 8,8448 g 22,7666 g
10 15 8,7403 g 14,5722 g 33,5329 g
5 20 4,0898 g 19,3452 g 24,0109 g

Stoikiometri Asam – Basa (NaOH – HCl)
a. Pengukuran suhu
NaOH – HCl
ml ml TA TM ∆T
NaOH HCl
2,5 12,5 32oc 33oc 33oc 2oc
12,5 2,5 34oc 33oc 32oc 2oc

b. Pengukuran berat
NaOH – HCl
ml ml Berat awal Berat campuran
NaOH HCl
2,5 12,5 2,4378 g 11,5553 g 13,4975 g
12,5 2,5 10,0468 g 2,8312 g 12,4524 g

 Stoikiometri sistem CuSO4 dan NaOH
1. Menghitung jumlah mmol campuran larutan CuSO4 dan NaOH
a. 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
- Untuk 20 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 20 ml . 2 mol
= 40 mmol
- Untuk 5 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 5 ml . 1 mol
= 5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 40 5 - -
Bereaksi : 5 5 5 5
Setimbang : 35 0 5 5
b. 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
- Untuk 15 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 15 ml . 2 mol
= 30 Mmol
- Untuk 10 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 10 ml . 1 mol
= 10 Mmol

- Jumlah Mmol yang bereaksi

NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 30 10 - -
Bereaksi : 10 10 10 10
Setimbang : 20 0 10 10
c. 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
- Untuk 10 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 10 ml . 2 mol
= 20 Mmol
- Untuk 15 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 15 ml . 1 mol/M
= 15 Mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 20 15 - -
Bereaksi : 15 15 15 15
Setimbang : 5 0 15 15
d. 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
- Untuk 5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 5 ml . 2 mol
= 10 Mmol
- Untuk 20 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 20 ml . 1 mol
= 20 mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 10 20 - -
Bereaksi : 10 10 10 10
Setimbang : 0 10 10 10
e. Grafik perbandingan jumlah Mmol campuran dengan suhu campuran (Takhir) TA (oc)

Interprestasi grafik :
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat mempengaruhi suhu.

f. Perhitungan massa larutan

- Untuk 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
Massa 20 ml NaOH = 19,9827 g
Massa 5 ml CuSO4 = 5,0119 g
Massa 20 ml NaOH + 5 ml CuSO4 = 19,9827 + 5,0119 = 24,9946 g
Massa campuran 20 ml NaOH + 5 CuSO4 = 24,2901 g

- Untuk 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
Massa 15 ml NaOH = 14,1797 g
Massa 10 ml CuSO4 =8,8448 g
Massa 15 ml NaOH + 10 ml CuSO4 = 14,1797 + 8,8448 = 23,0245 g
Massa campuran 15 ml NaOH + 10 CuSO4 = 22,7666 g

- Untuk 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
Massa 10 ml NaOH = 8,7403 g
Massa 15 ml CuSO4 = 14,5722 g
Massa 10 ml NaOH + 15 ml CuSO4 = 8,7403 + 14,5722 = 23,3125 g
Massa campuran 10 ml NaOH + 15 CuSO4 = 33,5329 g

- Untuk 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
Massa 5 ml NaOH = 4,0898g
Massa 20 ml CuSO4 = 14,3452 g
Massa 5 ml NaOH + 20 ml CuSO4 = 4,0898 + 19,3452 = 23,435 g
Massa campuran 5 ml NaOH + 20 CuSO4 = 24,0109 g

 Stoikiometri Asam-Basa NaOH dan HCl
1. Menghitung jumlah mmol campuran larutan NaOH dan HCl
a. 2,5 ml NaOH dan 12,5 ml HCl
- Untuk 2,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 2,5 ml . 2 mol
= 5 Mmol
- Untuk 12,5 ml HCl
Mmol HCl = V . M
= 12,5 ml . 1 mol
= 12,5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
Mula-mula : 5 12,5 - -
Bereaksi : 5 5 5 5
Setimbang : 0 7,5 5 5
b. 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml HCl
- Untuk 12,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 12,5 ml . 2 mol
= 25 Mmol
- Untuk 2,5 ml HCl
Mmol HCl = V . M
= 2,5 ml . 1 mol
= 2,5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
Mula-mula : 25 2,5 - -
Bereaksi : 2,5 2,5 2,5 2,5
Setimbang : 22,5 0 2,5 2,5

2. Grafik perbandingan jumlah mmol campuran dengan suhu campuran (TAkhir) (oc)

Interprestasi grafik:
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat mempengaruhi suhu.

3. Perhitungan massa larutan

- Untuk 2,5 ml NaOH dan 12,5 ml HCl
Massa 2,5 ml NaOH = 2,4378 g
Massa 12,5 ml HCl = 11,5553 g
Massa 2,5 ml NaOH + 12,5 ml HCl = 2,4378 + 11,5553 = 13,9931 g
Massa campuran 2,5 ml NaOH + 12,5 HCl =13,4975 g

- Untuk 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml HCl
Massa 12,5 ml NaOH = 10,0468 g
Massa 2,5 ml HCl = 2,8312 g
Massa 12,5 ml NaOH + 2,5 ml HCl = 10,0468 + 2,8312 = 12,878 g
Massa campuran 12,5 ml NaOH + 2,5 HCl = 12,4524 g
Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebut habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas. Dalam suatu reaksi juga terdapat reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm apabila kalor berpindah dari system ke lingkungan sehingga suhu disekitar larutan menjadi panas sedangkan reaksi endoterm adalah apabila kalor berpindah dari lingkungan ke sisitem, sehingga suhu system menjadi lebih dingin.
Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan sifat fisik, seperti perubahan warna, suhu, bentuk, dan lain – lain. Dalam parktikum ini yang dibahas adalah perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu campuran disebut titik minimum sedangkan suhu tertinggi dari suatu campuran disebut titik maksimum. Biasanya titik maksimum didapat apabila reaksi tersebut adalah stoikiometri.
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis bereaksi dahulu sehingga membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut pereaksi pembatas. Dari adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi karena pereaksi yang lain sudah habis dahulu, pereaksi yang bersisa ini disebut pereaksi sisa.
Pada percobaan pertama mengenai stoikiometri sistem antara NaOH dan CuSO4 dalam mengukur suhu dilakukan empat perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 20 ml NaOH 2 M dan 5 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran thermometer didapatkan suhu NaOH adalah 39oc , suhu CuSO4 adalah 34oc dan suhu campuran adalah 34oc . Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena CuSO4 telah habis bereaksi duluan dan NaOH masih barsisa. Atau CuSO4 merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa. Perlakuan keduan yaitu dengan mencampurkan 15 ml NaOH 2 M dan 10 ml CuSO4 1 M dngan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 38oc, suhu CuSO4 39oc dan suhu campuran adalah 34oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa . Perlakuan ketiga yaitu dengan memcampurkan larutan 10 ml NaOH 2 M dan 15 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH yaitu 36oc, CuSO4 yaitu 39oc dan suhu campuran 34oc.reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa. Perlakuan keempat dengan mencampurkan 5 ml NaOH 2 M dan 20 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 33oc, CuSO4 adalah 39oc dan suhu campuran 33oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa.
Pada percobaan kedua mengenai stoikiometri sistem dalam mengukur berat dilakukan empat perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 20ml NaOH 2 M dan 5 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 19,9827 g, CuSo4 adalah 5,0119 g dan berat campuran adalah 24,2901 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan 15 ml NaOH 2 M dan 10 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 14,1797 g , CuSO4 adalah 8,8448 g dan berat campuran adalah 22,7666 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan ketiga yaitu dengan mencampurkan 10 ml NaOH 2 M dan 15 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 8,7403 g , CuSO4 adalah 14,5722 g dan berat campuran adalah 33,5329 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan keempat yaitu dengan mencampurkan 5 ml NaOH 2 M dan 20 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 4,0898 g , CuSO4 adalah 19,3452 g dan berat campuran adalah 24,0109 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran.
Pada percobaan ketiga mengenai stoikiometri Asam – Basa antara NaOH dan HCl dalam mengukur suhu dilakukan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5 ml NaOH 2 M dan 12,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran thermometer didapatkan suhu NaOH adalah 32oc , suhu HCl adalah 33oc dan suhu campuran adalah 33oc . Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi duluan dan NaOH masih barsisa. Atau HCl merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa. Perlakuan keduan yaitu dengan mencampurkan 12,5 ml NaOH 2 M dan 2,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 34oc, suhu HCl 33oc dan suhu campuran adalah 33oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi sedangkan NaOH masih bersisa atau HCl merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa.
Pada percobaan keempat mengenai stoikiometri Asam – Basa dalam mengukur berat dilakukan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5 ml NaOH 2 M dan 12,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 2,4378 g, HCl adalah 11,5553 g dan berat campuran adalah 13,4975 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan HCl 1 M memiliki massa awal dari masing – masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan 12,5 ml NaOH 2 M dan 2,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 10,0468 g, HCl adalah 2,8312 g dan berat campuran adalah 12,4524 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan HCl 1 M memiliki massa awal dari masing – masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
• Massa awal larutan NaOH dan CuSO4 sama dengan massa campuran karena sesuai dengan sistem stoikiometri hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” yang dibuktikan dengan perbocabaan pengukuran berat yang masing-masing berat larutan jika dijumlahkan sama dengan berat larutan campuran, begitu pula yang terjadi pada larutan NaOH dan HCl.
• Pada volume tetap meskipun perbadingan volume larutan bervariasi tetap akan menghasilkan pengukuran suhu yang sama atau tidak beda jauh begitu pula dengan berat campuran larutan.
Saran
• Sebaiknya bahan dan alat yang diujikan ditambah agar praktikan dapat mengetahui perbandin gan laju reaksi dari larutan lainnya.

Daftar pustaka
Chang, Ir. (2004), kimia dasar . jakarta: Erlangga
Brady, E. James. (1094), Kimia universitas asas dan struktur, binapura aksara : jakarta
S,syukri.(1999). Kimia dasar 1.jakarta:erlangga
Respati, Ir.(1981) ilmu kimia. Yogjakarta: UGM
Sunarya, yayan. (2010). Kimmia dasar 1. Bandung: ITB