KATEGORI : laporan kimia dasar

laporan variasi kontinyu dan stoikiometri

17 November 2017 15:48:23 Dibaca : 11704

BAB I
PENDAHULUAN
1. Judul
VARIASI KONTINYU dan STOIKIOMETRI

2. Rumusan masalah
a. Bagaimana pengamatan saalah satu cara termudah untuk mempelajari stoikiometri beberapa reaksi?
b. Bagaimana penentuan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system?
3. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengamati salah satu cara untuk mempelajari stoikimetri beberapa reaksi
b. Mahasiswa dapat dapat menentukan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system
4. Manfaat
a. Agar mahasiswa memahami pengamatan salah satu cara untuk mempelajari stoikiometri beberapa reaksi.
b. Agar mahasiswa memahami penentuan tempeatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system.

BAB II
PENDAHULUAN

a. Variasi Kontinyu
Variasi kontinyu adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksi kimia. Variasi kontinyu merupakan metode untuk mempermudah kita mempelajari stoikiometri sistem (chang, 2004)

b. Stoikiometri
Stoikiomerti berasal dari bahasa yunani, terdiri dari dua kata. Stoikheion yang artinya elemen dan metria yang artinya ukuran. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari rektan dan produk dalam suatu reaksi kimia (persamaan kimia). Stoikiometri secara umum berkaitan dengan hubungan uantitatif unsur dalam suatu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi. Stoikiometri juga dapat diartikan sebagai segala bentuk pengkuran partikel-partikel, yaitu meliputi atom, molekul, ion, elektron, serta partikel ionik lainnya. Sedangkan pengukuran yaitu mencari massa, volume, jumlah partikel, serta besar kuantitatif lainnya (brady, 1994 : 67)

1. Standar satuan massa atom
Massa atom suatu unsur ditentukan dengan cara mengukur masaa salah satu unsur yang bersenyawa denagan unsur lain. Misalnya dari hasil analisis terhadap komposisi air diperoleh data massa unsur hidrogen 11,17% dan massa unsur oksigen 88,33%. Berdasarkan data persen komposisi air, massa atom oksigen yang bersenyawa dengan hidrogen adalah:

88,33 ÷ 11,17 × massa atom hidrogen = 7,953 massa atom hidrogen (sunarya, 2010 : 68)

2. Rumus dan proses komposisi
Respati (1981 : 44-45) menyatakan bahwa semua senyawa dapat dinyatakan dengan rumus. Senyawa yang berbentu molekul mempunyai rumus yang menyatakan jumlah dari tiap-tiap macam atom yang berbentuk molekul tersebut. Misalnya molekul glukosa disusun oleh 6 atom C, 12 atom H, dan 6 atom O, maka rumus glukosa : C6H12O6. Senyawa ion misalnya NaCl tidak berbentuk molekul, sehingga rumusnya menunjukkan perbandingan dari tiap-tiap macam tom yang ada kumpulan atom yang ditujukkan oleh rumus disebur satuan rumus (formula unit). Berat dari molekul atau berat rumus selatif terhadap 12C dinyatakan pleh berat molekul atau berat rumus dan ini merupakan jumlah dari berat atom unsur-unsur penyusunnya.

3. Persamaan Reaksi Setara
Persamaan reaksi setara adalah persamaan yang menunjukkan jumlah atom yang sama antara reaktan maupun produk. Contohnya :
H2 + 1/2O2 H2O
Jumlah atom hydrogen dan oksigen dalam reaktan maupun produk adalah sama.
 Hukum boyle
Hukum boyle berbunyi “pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka hasil kali tekanan dan volume selalu sama”.

Keterangan : P = tekanan zat
V = volume zat
 Hukum Boyle – Gay Lussac
Hukum Boyle – Gay Lussac berbunyi : “ untuk gas dengan massa tertentu, massa hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap”. Untuk gas-gas yang jumlahnya sama, maka berlaku :

 Hukum Dalton
Hukum Dalton berbunyi : “tekanan total dari campuran berbagai macam gas sama dengan jumlah tekanan parsial dan gas-gas yang saling bercampur tersebut”.
Ptotal = P1 + P2 + P3
(Respati, 1981 : 42-43)
Pada tahun(1807) john Dalton merumuskan pernyataan yang disebut teori atom dalton.
1) Materi terdiri atas partikel terkecil disebut atom.atom tidak dapat dibagi dan tidak dapat dicipta atau dimusnahkan.
2) Atom suatu unsur mempunyai sifat yang sama dalam segala hal( ukuran,bentuk,dan massa.)tetapi berbeda sifat-sifatnya dari atom unsur lain.
3) Reaksi kimia adalah penggabungan,pemisahan,atau penyusunan kembali atom-atom
4) Atom suatu unsur dapat bergantung dengan atom unsur lain membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana.
 Hukum perbandingan volume
Hubungan antara volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph Louis Gay-Lussac dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum perbandingan tetap yang berbunyi: volume gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas hasil reaksi , bila diukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan berbanding sebagai bilangan bilangan bulat dan sederhana.
 Hukum Avogadro
Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun 1911 avogadro membuat hipotesis Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan yang tetap, “semua gas yang volumenya sama akan mengandung mokelul yang sama cacahnya” (Syukri S 1999).
Molaritas(m)adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan,sedangkan normalitas(N)adalah jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan.larutan dalam percobaan ini terbagi menjadi dua larutan yaitu;
• Larutan homogen merupakan larutan yang sifat-sifatnya selalu seragam.berarti bahwa,bila kita memeriksa sedikit bagian dari larutan natrium klorida dalam air,sifat-sifatnya akan sama dengan bagian lain dari larutan tersebut.dapat juga dikatakan bahwa larutan terdiri dari suatu frasa yang berarti sistem yang memiliki suatu sifat dan komposisi yang sama.
• Larutan heterogen merupakan larutan yang sifat-sifatnya tak seragam.contohnya adalah minyak dan air.campuran homogen adalah campuran dua zat atau lebih dimana semuah zat memiliki susunan yang seragam. (Brady E James,1999)

hukum dasar kimia terbagi menjadi menjadi 5 bagian,yaitu;
• Hukum kekekalan massa atau hukum lavoiser
menyatakan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama.
• Hukum perbandingan tetap atau hukum proust
menyatakan bahwa perbandingan massa unsur dalam tiap senyawa tetap.
• Hukum perbandingan berganda atau hukum dalton
menyatakan bahwa bila dua unsur membentuk dua senyawa atau lebih maka suatu untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya,massa unsur kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
• Hukum perbandingan volume atau hukum gay-lussac
menyatakan bahwa volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hsail reaksi bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana
• Hukum avogadro
menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama semuah gas yang volumenya sama mengandung sejumlah molekul yang sama banyak (Respati, 1981 : 40).

Hukum dasar kimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang oeristiwa kimia yang ditandai dengan berubahnya satu zat menjadi zat yang lain,contohnya pembakaran etanol setelh diselidiki etanol dan oksigen berubah menjadi karbondioksida dan uap air.perubahan itu dapat ditulis sebagai

Etanol+ oksigen Karbondioksida + air

Zat mula-mula disebut pereaksi dan zat yang terbentuk disebut hasil reaksi diatas,etanol dan oksigen adalah pereaksi,sedangkan kerbondioksida dan air sebagai hasil reaksi.
Keterangan diatas belumlah cukup,karena tidak menggambarkan hubungan antara jumlah pereaksi hasil reaksi (yayan,2010:150-244).

BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Tempat dan Waktu
Tempat : Laboratorium Kimia B Fakultas MIPA UNG
Waktu : Pukul 13.00 s/d selesai

2. Alat dan Bahan

• Tabel untuk alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
1. Gelas kimia (gelas piala) 1 Sebagai wadah untuk melarutkan suatu zat bahan kimia, untuk menampung zat kimia yang bersifat korosif dan sebagai wadah untuk mencampur dan memasukan cairan.
2. Gelas ukur 1 Untuk mengukur volume segala benda, cair pada berbagai ukuran volume. selain itu juga dapat digunakan untuk merendam pipet dalam asam pencuci.
3. Termometer 1 Untuk mengukur suhu(temperatur).
4. Pipet tetes 1 Untuk meneteskan larutan dengan jumlah kecil
5. Neraca analitik 2
Untuk mengukur berat dari suatu zat.

• Tabel untuk bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia
1. CuSO4 khusus - Bentuk: kristal
- Bau: berbau
- Ph: tidak tersedia
- Tekanan uap :7,3 mmgh 25oc
- Kepadatan uap: tidak tersedia
- Tingkat penguapan: diabaikan
- Vikositas: tidak tersedia
- Titik didih: 150oc
- Pembekuan: 110oc
- Titik nyata: tidak dipakai
- Kelarutan : larut
- Spesifik gravity: 2,2840 g/cm3
- Molekul: 249,68. - Rumus molekul: cuSO4
- Massa molar: 159,62 g/mol (anhidrat)
- Penampilan: biru (pentahidrat) abu-abu putih
- Densitas:3,60 gr/cm3 (anhidrat) 2,240 gr/cm3 (pentahidrat)
- Titik lebur: 110oc (4H2O) 150oC(423 K) (5H2O) < 650oC
2. NaOH khusus - Keadaan fisik dan penampilan: solid
- Bau: berbau
- Molekul berat: 40gr/mol
- Warna: putih
- Ph (1%) [dasar] 13,5
- Titik didih: 1388oc (235o40of)
- Titik leleh: 323oc (613,4of)
- Kelarutan: mudah larut dalamair - Rumus molekul:NaOH
- Massa molar:39,9971 gr/mol
- Penampilan zat: padat putih
- Densitas :318 gr/cm3 padat
- Titik lebur: 318oC (591 K)
- Titik didih: 1390oC (1163 K)
- Kelaruran dalam air: 1119/100 (20o)
- Kebahasan : -2.43
3. HCl khusus - Massa atom: 36,45
- Massa jenis: 3,21 gr/cm3
- Titik leleh: -1010oc
- Energi ionisasi: 1250 kg/groc
- Berbau: tajam
- Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas tak berwarna
- Rumus molekul: HCl didalam air
- Massa molar: 36,40 g/mol (HCl)
- Penampilan: cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat
- Densitas: 1,18 gr/cm3 (karibel 1)
- Titik lebur: -27,32oc (247 k) larutan 38%
- Titik didih: 110oc (383 k)
- Larutan: 20,3% 40oc (321 k) larutan 38%
- Kelarutan dalam air: tercampur penuh
- Kesamaan (pk2): -8,0
- Viskositasi: 1,9 mpa 5 pada 25oc larutan 31,5%

3. Prosedur kerja
Stoikiometri NaOH – CuSO4
a. Pengkuran suhu dan berat
 Percobaan I

 Percobaan II

 Percobaan III

 Percobaan IV

Stoikiometri Asam – Basa (NaOH – HCl)
b. Pengukuran suhu dan berat

 Percobaan I

 Percobaan II

BAB IV
PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN
Stoikiometri sistem NaOH dan CuSO4
a. Pengukuran suhu
NaOH – CuSO4
ml ml TA TM ∆T
NaOH CuSO4
20 5 39oc 34oc 34oc 2,25oc
15 10 38oc 35oc 34oc 1,5oc
10 15 36oc 39oc 34oc 2,5oc
5 20 33oc 39oc 33oc 2,25oc

b. Pengukuran berat
NaOH – CuSO4
ml ml Berat awal Berat campuran
NaOH CuSO4
20 5 19,9827 g 5,0119 g 24,2901 g
15 10 14,1797 g 8,8448 g 22,7666 g
10 15 8,7403 g 14,5722 g 33,5329 g
5 20 4,0898 g 19,3452 g 24,0109 g

Stoikiometri Asam – Basa (NaOH – HCl)
a. Pengukuran suhu
NaOH – HCl
ml ml TA TM ∆T
NaOH HCl
2,5 12,5 32oc 33oc 33oc 2oc
12,5 2,5 34oc 33oc 32oc 2oc

b. Pengukuran berat
NaOH – HCl
ml ml Berat awal Berat campuran
NaOH HCl
2,5 12,5 2,4378 g 11,5553 g 13,4975 g
12,5 2,5 10,0468 g 2,8312 g 12,4524 g

 Stoikiometri sistem CuSO4 dan NaOH
1. Menghitung jumlah mmol campuran larutan CuSO4 dan NaOH
a. 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
- Untuk 20 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 20 ml . 2 mol
= 40 mmol
- Untuk 5 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 5 ml . 1 mol
= 5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 40 5 - -
Bereaksi : 5 5 5 5
Setimbang : 35 0 5 5
b. 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
- Untuk 15 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 15 ml . 2 mol
= 30 Mmol
- Untuk 10 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 10 ml . 1 mol
= 10 Mmol

- Jumlah Mmol yang bereaksi

NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 30 10 - -
Bereaksi : 10 10 10 10
Setimbang : 20 0 10 10
c. 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
- Untuk 10 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 10 ml . 2 mol
= 20 Mmol
- Untuk 15 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 15 ml . 1 mol/M
= 15 Mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 20 15 - -
Bereaksi : 15 15 15 15
Setimbang : 5 0 15 15
d. 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
- Untuk 5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 5 ml . 2 mol
= 10 Mmol
- Untuk 20 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 20 ml . 1 mol
= 20 mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 10 20 - -
Bereaksi : 10 10 10 10
Setimbang : 0 10 10 10
e. Grafik perbandingan jumlah Mmol campuran dengan suhu campuran (Takhir) TA (oc)

Interprestasi grafik :
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat mempengaruhi suhu.

f. Perhitungan massa larutan

- Untuk 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
Massa 20 ml NaOH = 19,9827 g
Massa 5 ml CuSO4 = 5,0119 g
Massa 20 ml NaOH + 5 ml CuSO4 = 19,9827 + 5,0119 = 24,9946 g
Massa campuran 20 ml NaOH + 5 CuSO4 = 24,2901 g

- Untuk 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
Massa 15 ml NaOH = 14,1797 g
Massa 10 ml CuSO4 =8,8448 g
Massa 15 ml NaOH + 10 ml CuSO4 = 14,1797 + 8,8448 = 23,0245 g
Massa campuran 15 ml NaOH + 10 CuSO4 = 22,7666 g

- Untuk 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
Massa 10 ml NaOH = 8,7403 g
Massa 15 ml CuSO4 = 14,5722 g
Massa 10 ml NaOH + 15 ml CuSO4 = 8,7403 + 14,5722 = 23,3125 g
Massa campuran 10 ml NaOH + 15 CuSO4 = 33,5329 g

- Untuk 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
Massa 5 ml NaOH = 4,0898g
Massa 20 ml CuSO4 = 14,3452 g
Massa 5 ml NaOH + 20 ml CuSO4 = 4,0898 + 19,3452 = 23,435 g
Massa campuran 5 ml NaOH + 20 CuSO4 = 24,0109 g

 Stoikiometri Asam-Basa NaOH dan HCl
1. Menghitung jumlah mmol campuran larutan NaOH dan HCl
a. 2,5 ml NaOH dan 12,5 ml HCl
- Untuk 2,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 2,5 ml . 2 mol
= 5 Mmol
- Untuk 12,5 ml HCl
Mmol HCl = V . M
= 12,5 ml . 1 mol
= 12,5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
Mula-mula : 5 12,5 - -
Bereaksi : 5 5 5 5
Setimbang : 0 7,5 5 5
b. 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml HCl
- Untuk 12,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 12,5 ml . 2 mol
= 25 Mmol
- Untuk 2,5 ml HCl
Mmol HCl = V . M
= 2,5 ml . 1 mol
= 2,5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
Mula-mula : 25 2,5 - -
Bereaksi : 2,5 2,5 2,5 2,5
Setimbang : 22,5 0 2,5 2,5

2. Grafik perbandingan jumlah mmol campuran dengan suhu campuran (TAkhir) (oc)

Interprestasi grafik:
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat mempengaruhi suhu.

3. Perhitungan massa larutan

- Untuk 2,5 ml NaOH dan 12,5 ml HCl
Massa 2,5 ml NaOH = 2,4378 g
Massa 12,5 ml HCl = 11,5553 g
Massa 2,5 ml NaOH + 12,5 ml HCl = 2,4378 + 11,5553 = 13,9931 g
Massa campuran 2,5 ml NaOH + 12,5 HCl =13,4975 g

- Untuk 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml HCl
Massa 12,5 ml NaOH = 10,0468 g
Massa 2,5 ml HCl = 2,8312 g
Massa 12,5 ml NaOH + 2,5 ml HCl = 10,0468 + 2,8312 = 12,878 g
Massa campuran 12,5 ml NaOH + 2,5 HCl = 12,4524 g
Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebut habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas. Dalam suatu reaksi juga terdapat reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm apabila kalor berpindah dari system ke lingkungan sehingga suhu disekitar larutan menjadi panas sedangkan reaksi endoterm adalah apabila kalor berpindah dari lingkungan ke sisitem, sehingga suhu system menjadi lebih dingin.
Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan sifat fisik, seperti perubahan warna, suhu, bentuk, dan lain – lain. Dalam parktikum ini yang dibahas adalah perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu campuran disebut titik minimum sedangkan suhu tertinggi dari suatu campuran disebut titik maksimum. Biasanya titik maksimum didapat apabila reaksi tersebut adalah stoikiometri.
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis bereaksi dahulu sehingga membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut pereaksi pembatas. Dari adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi karena pereaksi yang lain sudah habis dahulu, pereaksi yang bersisa ini disebut pereaksi sisa.
Pada percobaan pertama mengenai stoikiometri sistem antara NaOH dan CuSO4 dalam mengukur suhu dilakukan empat perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 20 ml NaOH 2 M dan 5 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran thermometer didapatkan suhu NaOH adalah 39oc , suhu CuSO4 adalah 34oc dan suhu campuran adalah 34oc . Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena CuSO4 telah habis bereaksi duluan dan NaOH masih barsisa. Atau CuSO4 merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa. Perlakuan keduan yaitu dengan mencampurkan 15 ml NaOH 2 M dan 10 ml CuSO4 1 M dngan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 38oc, suhu CuSO4 39oc dan suhu campuran adalah 34oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa . Perlakuan ketiga yaitu dengan memcampurkan larutan 10 ml NaOH 2 M dan 15 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH yaitu 36oc, CuSO4 yaitu 39oc dan suhu campuran 34oc.reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa. Perlakuan keempat dengan mencampurkan 5 ml NaOH 2 M dan 20 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 33oc, CuSO4 adalah 39oc dan suhu campuran 33oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa.
Pada percobaan kedua mengenai stoikiometri sistem dalam mengukur berat dilakukan empat perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 20ml NaOH 2 M dan 5 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 19,9827 g, CuSo4 adalah 5,0119 g dan berat campuran adalah 24,2901 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan 15 ml NaOH 2 M dan 10 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 14,1797 g , CuSO4 adalah 8,8448 g dan berat campuran adalah 22,7666 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan ketiga yaitu dengan mencampurkan 10 ml NaOH 2 M dan 15 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 8,7403 g , CuSO4 adalah 14,5722 g dan berat campuran adalah 33,5329 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan keempat yaitu dengan mencampurkan 5 ml NaOH 2 M dan 20 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 4,0898 g , CuSO4 adalah 19,3452 g dan berat campuran adalah 24,0109 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran.
Pada percobaan ketiga mengenai stoikiometri Asam – Basa antara NaOH dan HCl dalam mengukur suhu dilakukan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5 ml NaOH 2 M dan 12,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran thermometer didapatkan suhu NaOH adalah 32oc , suhu HCl adalah 33oc dan suhu campuran adalah 33oc . Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi duluan dan NaOH masih barsisa. Atau HCl merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa. Perlakuan keduan yaitu dengan mencampurkan 12,5 ml NaOH 2 M dan 2,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 34oc, suhu HCl 33oc dan suhu campuran adalah 33oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi sedangkan NaOH masih bersisa atau HCl merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa.
Pada percobaan keempat mengenai stoikiometri Asam – Basa dalam mengukur berat dilakukan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5 ml NaOH 2 M dan 12,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 2,4378 g, HCl adalah 11,5553 g dan berat campuran adalah 13,4975 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan HCl 1 M memiliki massa awal dari masing – masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan 12,5 ml NaOH 2 M dan 2,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 10,0468 g, HCl adalah 2,8312 g dan berat campuran adalah 12,4524 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan HCl 1 M memiliki massa awal dari masing – masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
• Massa awal larutan NaOH dan CuSO4 sama dengan massa campuran karena sesuai dengan sistem stoikiometri hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” yang dibuktikan dengan perbocabaan pengukuran berat yang masing-masing berat larutan jika dijumlahkan sama dengan berat larutan campuran, begitu pula yang terjadi pada larutan NaOH dan HCl.
• Pada volume tetap meskipun perbadingan volume larutan bervariasi tetap akan menghasilkan pengukuran suhu yang sama atau tidak beda jauh begitu pula dengan berat campuran larutan.
Saran
• Sebaiknya bahan dan alat yang diujikan ditambah agar praktikan dapat mengetahui perbandin gan laju reaksi dari larutan lainnya.

Daftar pustaka
Chang, Ir. (2004), kimia dasar . jakarta: Erlangga
Brady, E. James. (1094), Kimia universitas asas dan struktur, binapura aksara : jakarta
S,syukri.(1999). Kimia dasar 1.jakarta:erlangga
Respati, Ir.(1981) ilmu kimia. Yogjakarta: UGM
Sunarya, yayan. (2010). Kimmia dasar 1. Bandung: ITB

 

laporan kimia tentang termokimia

16 November 2017 20:55:41 Dibaca : 54782

JUDUL:
Termokimia
TUJUAN
Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi.
Perubahan kalor dapat diukur atau dipelajari dengan percobaan yang sederhana.
DASAR TEORI
Termokimia merupakan ilmu yang mempelajari perubahan energi, khususnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia.Secara operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan penafsiran perubahan kalor.Perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.Jumlah perubahan kalor reaksi sebagai hasil kimia dapat diukur dengan alat yang bernama kalorimeter. Alat ini mengukur perubahan temperatur yang terjadi selama reaksi kimia berlangsung (Basri, 2002 : 52).
Energi yang menyertai reaksi kimia lebih lazim dinyatakan dalam bentuk entalpi, sebab banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan pada tekanan tetap, bukan pada volume tetap. Suatu besaran yang sangat berguna dalam reaksi kimia adalah perubahan entalpi molar standar, dilambangkan dengan ΔH⁰, yang menyatakan perubahan entalpi, jika satu mol pereaksi diubah menjadi produk pada keadaan standar (Sunarya, 2010 : 136).
Dalam termokimia ada dua yang perlu diperhatikan menyangkut perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan.Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi.Sedangkan lingkungan adalah hal-hal diluar sistem yang membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem (Hasanudin, 2015).
Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Berdasarkan adanya perpindahan energi dari sistem kelingkungan atau sebaliknya, rekasi termokimia dikelompokkan menjadi reaksi eksoterm dan endoterm.

Reaksi Eksoterm
Rekasi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor.Pada reaksi eksoterm, kalor mengalir dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi semakin berkurang, artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil dari entalpi reaksi (Hr).Oleh karena itu perubahan entalpinya (ΔH) bertanda negatif.
Contoh : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ΔH = - 26,78 Kkal
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu serta mengeluarkan panas pada proses reaksinya.
Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor.Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah, artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpinya (ΔH) bertanda positif.
Contoh : 2NH3 (g) N2 (g) + 3H2 (g) ΔH = + 26,78 Kkal
Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu serta memerlukan panas pada proses reaksinya (Purwanti, 2012).
Entalpi
Kebanyakan percobaan kimia lebih sering dilakukan pada kondisi tekanan konstan dan bukan pada volume tetap, sehingga disukai untuk menghubungkan kalor yang dipindahkan pada tekanan tetap (Oxtoby,2001:201).
Perubahan entalpi standar suatu reaksi dapat digolongkan menurut jenis reaksinya, seperti entalpi pmbentukan standar (ΔHf⁰), entalpi penguraian standar (ΔHd⁰), dan entalpi pembakaran standar (ΔHc⁰).Tapi pada dasarnya.Semua jenis perubahan entalpi standar, kadang-kadang digolongkan sebagai entalpi reaksi (ΔHf⁰). Sebab reaksi pembentukan, penguraian, maupun pembakaran, semua tergolong reaksi kimia (Sunarya,2010:149).

Jenis-jenis perubahan entalpi:
Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔHf⁰)
Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔHf⁰) menyatakan perubahan energy entalpi pada pembentukan satu mol zat dari unsur-unsurnya pada keadaan standar (Purwanti, 2012).
Perubahan entalpi penguraian standar (ΔHd⁰)
Entalpi penguraian standar menyatakan perubahan entalpi pada satu mol zat atau senyawa menjadi unsure-unsurnya pada keadaan standar (Purwanti,2012).
Perubahan entalpi pembakaran standar (ΔHc⁰)
Entalpi pembakaran standar menyatakan reaksi suatu zat atau suatu senyawa dengan oksigen (Purwanti,2012).

Kalorimeter dan Kapasitas kalor
Alat yang digunakan untuk mengukur kalor yang diserap atau yang dilepaskan dalam reaksi kimia disebut calorimeter. Perubahan kalor yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Qâ‚Œ m x c x ΔT atau Qâ‚Œ C x ΔT
Keterangan:
Q: kalor (J)
m : massa larutan (g)
c : kalor jenis pelarut ( gr/ml )
C: kapasitas kalor
ΔT: T2-T1 perubahan suhu (Suparmin,2014:51).
Termokimia membahas tentang perubahan energy yang menyertai suatu reaksi kimia yang dimanifestasikan sebagi kalor reaksi (Sunarya,2010:127).
Kajian kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut termokimia.Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi kita dapat mengukur (secara tak langsung, dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperature). Energy yang dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor dan bergantung pada kondisinya apakah dengan perubahan energy dalam atau perubahan entalpi. Sebaliknya, jika kita tahu ΔV atau ΔH suatu reaksi, kita dapat memperkirakan jumlah energy yang dihasilkannya sebagai kalor (P.W.Afkins,1996:47).
Persamaan termokimia
Persamaan termokiia adalah persamaan kimia yang sudah setara.Dalam persamaan termokimia harus melibatkan fasa zat-zat yang bereaksi, sebab perubahan entalpi bergantung pada fasa zat.Sebagai contoh, reaksi antara gas hydrogen dengan gas oksigen membentuk air. Jika air yang dihasilkan membentuk/berwujud zat cair akan dilpeaskan sebesar 483,7 kJ, tetapi jika air yang diproduksi berupa uap, kaloryang dilepaskan sebesar 571,1 kJ. Persamaan termokimianya adalah:
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l) ΔH= -571,1 kJ
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l) ΔH= -483,7 kJ
Perbedaan alor menunjukkan bahwa ketika uap air mengembun menjadi cair melepaskan kalor sebesar selisih ΔH kedua reaksi di atas (Sunarya,2010:137).
Kalor adalah cara perpindahan energi panas dari suatu sistem ke sistem lain atau kelingkungan. Jika tidak ada aliran panas, tidak dapat dikatakan memiliki kalor. Perubahan energi yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energi yang hilang selama reaksi berlangsung melainkan berubah benuk dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Adanya kekekalan energi ini ditunjukkan oleh selisih penyerapan dan pelepasan energi yang disebut energi internal (Sunarya,2010:127-130).
Kalor reaksi dapat ditentukan dengan percobaan laboratorium atau dengan perhitungan. Dengan perhitungan ada tiga cara, yaitu berdasarkan Hess, data kalor pembentukan standar dan data energi ikatan (Syukri,1999:85).
Penentuan kalor reaksi
Hukum Hess
Hukum Hess menyatakan “kalor yang menyertai suatu reaksi tidak tergantung pada jalan yang ditempuh, tetapi hanya pada kaedaan awal dan akhir (Syukri,1999:86).
Perubahan entalp dan reaksi-reaksi kimia dapat ditentuka secara laboratorium menggunakan alat calorimeter.Namun demikian, banyak reaksi kimia yang ukar, bahkan tidak mungkin diukur secara laboratorium.Contohnya reaksi pembentukan etanol dari unsure-unsurnya. Persamaan kimianya:
C(s) + 2H2(g) + 1/2 O2(g) CH3OH(l)
Berdasarkan sejumlah percobaan yang dilakukan dan sifat-sifat entalpi, Hess mengajukan temuannya yaitu, oleh karena entalpi adalah suatu fungsi keadaan, maka perubahan entalpi yang berlangsung dari keadaan awal ke keadaan akhir tidak bergantung pada jalannya reaksi. Dengan kata lain, perubahan kalor dalam suatu reaksi hanya bergantung pada keadaan awal (pereaksi) dan keadaan akhir (hasil reaksi). Besarnya perubahan kalor selalu tetap walaupun reaksi itu dilangsungkan dalam satu tahap atau sederet tahap.Prinsip ini dikenal sebagai Hukum Hess.
Kalor pembentukan standar
Suatu senyawa dapat dibuat langsung dari unsure-unsurnya.Kalornya disebut kalor pembentukan standar dan dapat ditentukan dengan percobaan.Kalor ini merupakan entalpi senyawa dan unsur-unsur pembentuknya. Jika kita misalkan kalor pembentukan unsure tersebut nol, maka kita dapat mengetahui kalor pembentukan relativ senyawa yang terbentuk (Sunarya,2010:138).

Energi ikatan
Kalor reaksi juga dapat diperkirakan dari data energy ikatan pereaksi dan hail reaksi. Energi ikatan adalah energi rata-rata yang diperlukan untuk menentukan ikatan antara dua atom dalam senyawa.Oleh sebab itu, kalor reaksi (ΔH) adalah perubahan energi yang dibutuhkan dengan yang dilepaskan.ΔHâ‚Œ Energi pengatoman pereaksi-Energi pengatoman produk.
Energi pengatoman unsur adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan antara atom-atom dalam unsur sehingga menjadi atom-atom bebas (Syukri,1999:93).
Menurut Hukum termodinamika perubahan energy yang menyertai wujud dinyatakan dalam rumus: ΔE: Q-W. dengan Qâ‚Œ kalor yang diserap oleh sistem, Wâ‚Œ kerja yang dilakukan oleh sistem, kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap kerja dirumuskan dengan persamaan: Wâ‚ŒP X ΔV dengan Pâ‚Œ tekanan gas, ΔVâ‚Œ perubahan volume untuk sistem gas oleh karena pada tekanan tetap. ΔEâ‚Œ Q-P x ΔV. Bila ΔVâ‚Œ0, maka ΔEâ‚Œ Q kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut entalpi (Epinur,dkk,2011:36).

Alat dan Bahan
Alat
No Nama alat Kategori Gambar Fungsi
1 Kalorimeter
1
Untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam reaksi kimia
2 Gelas Ukur 1
Untuk mengukur volume suatu larutan yang berwarna maupun tidak.
3 Termometer 1
Untuk mengukur suhu.
4 Penangas 2
Berfungsi untuk memanaskan air
5 Pipet Tetes 1
Untuk mengambil larutan atau cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas.
6 Gelas Kimia 1
Sebagai tempat atau wadah menampung atau menyimpan larutan

Bahan
No Nama bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia
1 H2O Umum Titik didih 100⁰C
Titik beku 0⁰C
Tidak berwarna dan tidak berbau. Pelarut yang baik untuk berbgai macam zat
Tidak terbakar
Tidak beracun
2 Etanol Khusus titik didih 102⁰C
titik lebur 169⁰C
tidak berwarna dapat digunakan sebagai bahan bakar
dapat menjadi minuman beracun
larut dalam air


Prosedur Kerja
Menentukan tetapan kalorimeter

memasukkan ke dalam memanaskan ke dalam
kalorimeter gelas kimia ±10⁰ diatas
mencatat temperatur suhu kamar.
mencatattemperatur

mencampur air panas ke dalam kalorimeter
mengaduk/mengocok
mengamati temperaturnya selama 10 menit dalam selang waktu 1 menit

Menentukan kalor pelarutan Etanol dalam Air

memasukkan ke dalam memasukkan ke dalam
kalorimeter kalorimeter
mengukur temperatur air
selama 2 menit dengan
selang waktu ½menit

mengocok campuran dalam kalorimeter
mengamati temperaturnya selama 4 menit
dalam selang waktu ½ menit

memasukkan ke dalam memasukkan ke dalam
kalorimeter kaloimeter
mencatattemperatur
selama 2 menit dengan
selang waktu ½ menit

mengocok campuran dalam kalorimeter
mengamati temperaturnya selama 4 menit
dalam selang waktu ½ menit

memasukkan ke dalam memasukkan ke dalam
kalorimeter kaloimeter
mencatat temperatur
selama 2 menit dengan
selang waktu ½ menit

mengocok campuran dalam kalorimeter
mengamati temperaturnya selama 4 menit
dalam selang waktu ½ menit

Hasil Pengamatan
Penentuan tetapan kalorimeter
Dik : Va1 = volume air dingin = 20 ml ρ air = 1 gr/ml
Va2 = volume air panas = 20 ml S air = 4,2 J/gr. K
T air panas = 39⁰C = 312 K
Tair dingin = 29⁰C K
Tabel suhu campuran air
t (menit) T (K)
t1 306
t2 307
t3 307
t4 306
t5 305
t6 304
t7 304
t8 304
t9 305
t10 305

Penentuan kalor pelarutan etanol dalam air
Dik : Vair = 18 ml
Vetanol = 29 ml
Tetanol = 29⁰C = 302 K
Tabel suhu air
t (menit) T (K)
½ 303
1 303
1½ 303
2 303

Tabel suhu campuran
t (menit) T (K)
1 305
2 305
3 304
4 304
5 304
6 305
7 305
8 305

Dik : Vair = 27 ml
Vetanol = 19,3 ml
Tetanol = 29⁰C = 302 K
Tabel suhu air
t (menit) T (K)
½ 302
1 303
1½ 303
2 303
Tabel suhu campuran
t (menit) T (K)
1 306
2 307
3 307
4 306
5 306
6 306
7 306
8 306
Dik : Vair = 36 ml
Vetanol = 14,5 ml
Tetanol = 29⁰C = 302 K
Tabel suhu air
t (menit) T (K)
½ 302
1 302
1½ 302
2 302

Tabel suhu campuran
t (menit) T (K)
1 304
2 304
3 304
4 305
5 305
6 306
7 305
8 304


Perhitungan
Penentuan tetapan kalorimeter
Dik : V1 = Vair dingin = 20 mL
V2 = Vair panas = 20 mL
T1 = Tair dingin = 29⁰C = 29 + 273 = 302⁰K
T2 = Tair panas = 39⁰C = 39 + 273 = 312⁰K
ρair= massa jenis air = 1 gr/mL
Sair = kalor jenis = 4.2 J/gr.k
Tabel suhu campuran air
t (menit) T (K)
t1 306
t2 307
t3 307
t4 306
t5 305
t6 304
t7 304
t8 304
t9 305
t10 305

Menghitung massa air dingin
Ma1 = Va1 x ρair
= 20 mL x 1 gr/mL
= 20 gr
Menghitung massa air panas
Ma2 = Va2 x ρair
= 20 mL x 1 gr/mL
= 20 gr

Menghitung suhu campuran
Tcamp = ΣT = (306+307+307+306+305+304+304+304+305+305)/10
=3053/10
= 305,3K
Menghitung perubahan suhu air dingin
ΔT1 = Tcamp - Tair
= 305,3– 302
= 3,3 K
Menghitung perubahan suhu air panas
ΔT2 = Tair2 - Tcamp
= 312 – 305,3
= 6,7 K
Menghitung kalor yang diserap air dingin (Q1)
Q1 = Ma1 x S x ΔT1
= 20 gr x 4.2 J/gr.k x 3,3 K
= 277,2 J
Menghitung kalor yang diserap airpanas (Q2)
Q2= Ma2 x S x ΔT2
= 20 gr x 4.2 J/gr.k x 6,2 K
= 562,8 J
Menghitung kalor yang diterima calorimeter (Q3)
Q3 = Q2 - Q1
= 562,8 J – 277,2 J
= 285,6 J
Menghitung tetapan kalor
K=Q3/ΔT
= Q3/( ∆T2-∆T1)= (285,6 J)/(6,7-3,3) = (285,6 J)/3,4 = 84 J/K

Penentuan kalor penetralan etanol dan air
Untuk campuran air 18 mL dengan etanol 29 mL
Dik : Vair = 18 mL Tair = 303 K
Vetanol = 29 mL Tetanol = 302 K
ρair = 1 gr/mL
ρetanol = 0.789 gr/mL
Setanol = 1.92 J/gr.k
Dit : Entalpi Pelarutan (ΔH1)
Penye :
Menghitung massa air
Mair = Vair x ρair
= 18 mL x 1 gr/mL
= 18 gr
Menghitung massa etanol
Metanol = Vetanolx ρetanol
= 29 mL x0.789 gr/mL
= 22,881 gr
Menghitung suhu campuran
t (menit) T (K)
1 305
2 305
3 304
4 304
5 304
6 305
7 305
8 305

Tcamp = ΣT = ( 305+305+304+304+304+305+305+058)/8
= ( 2437)/8
= 304 K
Kalor yang diserap air (Qa)
ΔT1 = Tcamp - Tair
= 304 K – 303 K
= 1 K
Qa = Ma1 x S x ΔT1
= 18 gr x 4.2 J/gr.k x 1 K
= 75,6 J
Kalor yang diserap etanol (Qc)
ΔT2= Tcamp - Tair
= 304 K – 302 K
= 2 K
Qc= Metanolx S x ΔT2
= 22,8 gr x 1.92 J/gr.k x 2 K
= 87,552 J
Kalor yang diserap kalorimeter (Qk)
Qk = K x ΔT2 → k : 84 J/K
= 84 J/K x 2 K
= 168 J
Kalor yang dihasilkan pada larutan (Ql)
Ql = Qair + Qetanol + Qk
= 75,6 J + 87,552 J + 168 J
= 331 J
Entalpi pelarut (ΔH1)
ΔH1 = ( Q1)/(29/58)
= ( 331)/0,5
= 662 Joule
Untuk campuran air 27 ml dengan etanol 19,3 ml
Dik : Vair= 27 mL Setanol = 1.92 J/gr.k
Vetanol = 19,3 mL Sair = 4,2 J/gr.k
ρair = 1 gr/mL Tair = 303 k
ρetanol = 0.789 gr/mL Tetanol = 302 k
Dit : Entalpi perubahan (ΔH) ?
Penye :
Menghitung massa air
Mair = Vair x ρetanol
= 27 mL x 1 gr/mL
= 27 gr
Menghitung massa etanol
Metanol = Vetanol x ρetanol
= 19,3 mL x 0,789 gr/mL
= 15,23 gr
Menghitung suhu campuran
t (menit) T (k)
1 306
2 307
3 307
4 306
5 306
6 306
7 306
8 306

Tcamp = ΣT = (306 +307+307+306+306+306+306+306)/8
= 2450/8
= 306 K
Kalor yang diserap air (Qa)
ΔT1 = Tcamp - Tair
= 306 – 303
= 3 K
Qa = Mair x Sair x ΔT1
= 27 mL x 4,2 J/gr.K x 3
= 340 J
Kalor yang diserap etanol (Qc)
ΔT2 = Tcamp - Tair
= 306 – 302
= 4 K
Qc = Metanol x S x ΔT2
= 15,23 gr x 1,92 J/gr.K x 4
= 116 J
Kalor yang diserap calorimeter (Qk)
Qk = K x ΔT2
= 84 x 4
= 336 J
Kalor yang diserap pada larutan tugas (QL)
QL = Qair + Qmetanol + Qk
= 340 + 116 + 336
= 792 J
Entalpi pelarutan tugas (ΔH2)
ΔH2 =Ql/(29/58)=792/0,5= 1584 J/mol

Untuk campuran air 36 mL dengan etanol 14,5 mL
Dik : Vair = 36 mL
Vetanol = 14,5 mL
Tair = 302 K
Tetanol = 302 K
ρair = 1 gr/mL
ρetanol = 0,789 gr/mL
Sair = 4,2 J/gr.K
Setanol = 1,92 J/gr.K
Dit : Entalpi perubahan (ΔH2)
Penye :
Menghitung massa air
Mair = Vair x ρair
= 36 mL x 1 gr/mL
= 36 gr
Menghitung massa etanol
Metanol = Vetanol x ρetanol
= 14,5 mL x 0,789 gr/mL
= 11,44 gr
Menghitung suhu campuran
t(menit) T (k)
1 304
2 304
3 304
4 305
5 305
6 306
7 305
8 304

Tcamp = ΣT = (304 +304+304+305+305+306+305+304)/8
= 2441/8
= 306 K
Kalor yang diserap air (Qa)
ΔT1 = Tcamp – Tair
= 306 – 302
= 4 K
Qa = Mair x Sair x ΔT1
= 36 mL x 4,2 J/gr.K x 4
= 604,8 J
Kalor yang diserap etanol (Qc)
ΔT2 = Tcamp - Tair
= 306 – 302
= 4 K
Qc = Metanol x Setanol x ΔT2
= 11,44 gr x 1,92 J/gr.K x 4
= 87,85 J
Kalor yang diserap kalorimeter (Qk)
Qk = K x ΔT2
= 84 x 4
= 336 J
Kalor yang diserap pada larutan tugas (QL)
QL = Qair + Qetanol + Qk
= 604,8 + 87,85 + 336
= 1028,65 J
Entalpi pelarutan (ΔH3)
ΔH3 = Ql/(29/58) =1028,65/0,5 = 2057,3 J/mol
Untuk mencari perbandingan mol air dan mol etanol dalam setiap campuran :
Untuk campuran air 18 mL dengan etanol 29 mL
Perubahan suhu mula – mula (ΔTm1)
ΔTm1=((T air + T etanol))/2= ((302+303))/2= 302,5 K
Perubahan suhu akhir
ΔTa1 = Tcamp – ΔTm1
= 304 – 302,5
= 1,5 K
Mol air =(gr air)/(Mr air)= (ρ air x V air)/(Mr air)= (1 x 18)/18= 1 mol
Mol etanol =(gr etanol)/(Mr etanol)= (ρ etanol x V etanol)/(Mr etanol)= (0,789 x 29)/46= 0,5 mol
Perbandingan mol air dengan mol etanol
Mol air : Mol etanol
1 : 0,5
2
Untuk campuran air 27 mL dengan etanol 19,3 mL
Perubahan suhu mula – mula (ΔTm2)
ΔTm2=((T air + T etanol))/2= ((302+303))/2= 302,5 K
Perubahan suhu akhir (ΔTa2)
ΔTa2 = Tcamp – ΔTm2
= 306 – 302,5
= 3,5 K
Mol air =(gr air)/(Mr air)= (ρ air x V air)/(Mr air)= (1 x 27)/18= 1,5 mol
Mol etanol =(gr etanol)/(Mr etanol)= (ρ etanol x V etanol)/(Mr etanol)= (0,789 x 19,3)/46= 0,33 mol
Perbandingan mol air dengan mol etanol
Mol air : Mol etanol
1 : 0,33
4,5
Untuk campuran air 36 mL dengan etanol 14,5 mL
Perubahan suhu mula – mula (ΔTm3)
ΔTm3=((T air + T etanol))/2= ((302+302))/2= 302 K
Perubahan suhu akhir (ΔTa3)
ΔTa3 = Tcamp – ΔTm3
= 306 – 302
= 4 K
Mol air =(gr air)/(Mr air)= (ρ air x V air)/(Mr air)= (1 x 36)/18= 2 mol
Mol etanol =(gr etanol)/(Mr etanol)= (ρ etanol x V etanol)/(Mr etanol)= (0,789 x 14,5)/46= 0,25 mol
Perbandingan mol air dengan mol etanol
Mol air : Mol etanol
2 : 0,25
8
No Volume (mL) Massa (gr) ΔTm ΔTa ΔT ΔTï‚°/mol (mol air)/(mol etanol)
air etanol air etanol
1 18 29 18 22,8 302,5 1,5 -301 662 2
2 27 19,3 27 15,2 302,5 3,5 -299 1584 4,5
3 36 14,5 36 11,4 302 4 -298 2057,3 8

Kurva hubungan ΔH dengan mol air/mol etanol

Pembahasan
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diperoleh dari reaksi-reaksi. Termokimia adalah ilmu yang mengkaji tentang efek panas yang terjadi baik pada proses fisika maupun dalam dalam reaksi kimia. Jumlah perubahan kalor sebagai hasil reaksi kimia dapat diukur dalam satu kalorimeter (yang di ukur temperatur).Termokimia yang diamati pada praktikum ini yaitu penentuan tetapan calorimeter dan penentuan kalor pelarutan etanol dalam air.
Penentuan tetapan kalorimeter
Tetapan kalorimeter adalah jumlah yang diserap kalorimeter untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat.Percobaan ini bertujuan untuk menentukan harga tetapan kalorimeter.Perlakuan yang diberikan yaitu mencampurkan air dingin sebanyak 20 ml yang memiliki suhu 29⁰C dengan air panas sebanyak 20 ml yang bersuhu 39⁰C ke dalam kalorimeter, kemudian mengaduk dan mengamati perubahan suhunya selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit.
Setelah dilakukan pencampuran, dpaat diamati dengan termometer, terjadi perubahan suhu karena suhu campuran tidak konstn.Perubahan suhu terjadi karena adanya pelepasan dan penyerapan kalor.Air panas melepaskan sebagian kalornya dan air dingin menyerap kalor. Pada proses ini tdak terjadi reaksi kimia tetapi proses fisik, yaitu perubahan suhu. Kalor yang diserap air dingin dan air panas dapat dihitung apabila diketahui perubahan suhu air dingin dan air pana. Kenaikan temperatur air dingin dapat dihitung dengan mengurangkan suhu campuran dan suhu awal air dingin sehingga diperoleh 3,3 K. Sedangkan penurunan suhu air panas dapat dihitung dengan mengurangkan suhu awal air panas dengan suhu campuran sehingga menghasilkan 6,7 K.
Jika kalorimeter tidak menyerap kalor dari campuran air, maka kalor yang diberikan oleh air panas sama dengan kalor yang diserap air dingin. Tetapi, karena kalorimeter juga ikut menyerap kalor, maka kalor yang diserap oleh kalorimeter adalah selisih antara kalor yang diberikan oleh air panas dengan kalor yang diserap air dingin. (Q3 = Q2-Q1). Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan cara membagi jumlah kalor yang diserap kalorimeter (Q3) dengan penghantaran perubahan suhu pada kalorimeter. Sehingga, diperoleh tetapan kalorimeter sebesar 84 J/K.
Penentuan kalor pelarutan etanol dalam air
Pada percobaan ini, tujuannya yaitu menentukan kalor pelarutan etanol dalam air. Jika dilarutkan dalam air, maka akan dilepaskan sejumlah kalor. Besarnya perubahan kalor yang dilepaskan bergantung pada konsentrasi awal dan konsentrasi akhir larutan yang dibentuk. Secara teoritis, perubahan kalor terbesar maksimum terjadi jika etanol dilarutkan dalam volume air yang terhingga. Kalor ini disebut kalor pelarutan atau entalpi pelarutan.
Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan volume air dan volume etanol yang berbeda-beda, tetapi diberikan perlakuan yang sama. Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan air sebanyak 18 ml dan etanol sebanyak 29 ml. Mula-mula air sebanyak 18 ml dimasukkan kedalam kalorimeter dan mengukur temperaturnya selama dua menit dengan selang waktu ½ menit.Setelah itu mengamati perubahan suhu yang terjadi selama 4 menit dengan selang waktu ½ menit.
Untuk percobaan kedua (menggunakan air 27 ml dan etanol 19,3 ml) dan ketiga (menggunakan air 36 ml dan etanol 14,5 ml), mengulangi langkah seperti pada percobaan pertama. Hasil yang diperoleh yaitu suhu campuran pada percobaan pertama sebesar 304 K, pada percobaan kedua sebesar 306 K, dan pada percobaan ketiga sebesar 306 K. Setelah mengetahui suhu campuran, maka kita dapat mengetahui ΔH pelarutannya. Dari grafik dapat dilihat bahwa jika perbandingan mol air dengan mol etanol semakin besar, maka ΔH pelarutannya semakin besar.Jadi, perubahan kalor terjadi saat etanol dilarutkan dalam volume air yang tertinggi.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi yang ditandai dengan perubahan suhu. Perubahan energi yang terjadi dapat berupa melepas kalor ataupun menyerap kalor. Berdasarkan pengamatan, benda yang memiliki suhu lebih tinggi akan melepas kalor sedangkan benda yang memiliki suhu lebih rendah akan menyerap kalor.
Perubahan kalor dapat diukur dan diamati melalui percobaan yang sederhana, salah satunya dengan meggunakan kalorimeter. Berdasarkan percobaan sederhana dengan menggunakan kalorimeter, dapat ditentukan bahwa perubahan kalor pelartan etanol dalam air menjadi semakin besar apabila perbandingan antara mol air dengan mol etanol lebih besar.

 

pemisahan dan pemurnian

12 November 2017 12:18:11 Dibaca : 33932

BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul :
Pemisahan dan Pemurnian

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemisahan zat-zat padat dari zat cair dengan cara penyaringan?
2. Bagaimana pemurnian melalui proses destilasi?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memisahkan zat-zat padat dari zat cair dengan cara penyaringan.
2. Mahasiswa dapat memurnikan zat padat dengan cara destilasi.

D. Manfaat
Agar praktikan dapat memisahkan zat-zat padat dari zat cair dengan cara penyaringan dan dapat memurnikan memurnikan zat padat dengan cara destilasi.

BAB II
KAJIAN TEORI
Kebanyakan materi terdapat di bumi ini tidak murni, tetapi berupa campuran dari berbagai komponen, contohnya tanah terdiri dari berbagai senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair, atau gas.Udara yang kita hirup setiap hari mengandung berbagai macam unsur dan senyawa, seperti oksigen, nitrogen, dan sebagainya.Demikian juga air yang kita gunakan sehari- hari bukanlah air murni, melainkan mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair,atau padatan. Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari campurannya, contohnya untuk mendapatkan air suling (aquades) kita harus menyulingnya dari air sumur atau sungai.Untuk memperoleh minyak goreng kita harus memisahkannya dari buah kelapa atau biji jagung.
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan sifat campuran yang terkandung di dalamnya.Jika komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air, dapat dipisahkan dengan saringan.Saringan bermacam-macam, mulai dari porinya yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semipermeabel.Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut.Selaput semipermeabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya (Syukri, 1999: 15).
Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan keterampilan. Terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang sangat kecil. Untuk tujuan itu dalam ilmu kimia telah dikembangkan berbagaicara pemisahan. Dari pemisahan sederhana yang sering dilakukan sehari-hari sampai metode pemisahan dan pemurnian yang kompleks atau tidak sederhana (Bahti, 1998 : 109).
Pemisahan berhubungan dengan campuran.Campuran adalah satu contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa.Campuran dapat berupa campuran homogen dan heterogen.Campuran homgen (larutan) adalah campuran unsur-unsur dan atau senyawa yang mempunyai susunan seragam.Selain itu, juga merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya berubah merata sehingga membentuk satu fase. Campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya dan juga memiliki sifat-sifat yang sama diseluruh cairan. Sedangkan campuran heterogen adalah campuran yang komponen-komponennya dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan sifatnya dan penggabungan yang tidak merata antar dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lain tidak sama. Campuran heterogen memiliki dau fase, sehingga sifat-sifatnya tidak seragam (Petrucci, 1987 : 80).
Campuran homogen seperti alkohol dalam air, tidak dapat dipisahkan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan selaput semipermeabel. Campuran seperti itu dapat dipisahkan dengan cara fisika yaitu destilasi, ekstraksi, dan kromatografi (Syukri, 1999: 16).
Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai macam metode. Metode-metode tersebut yaitu pengayakan, penyaringan, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan campuran menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah, dan kromatografi (Mikarjudin, 2007 : 195).
Karena perbedaan keadaan agregasi (penampilan materi) sangat mempengaruhi metode pemisahan dan pemurnian yang diperlukan, maka dapat dibedakan menjadi :
a. Memisahkan zat padat dari suspensi
Suspensi adalah sistem yang mengandung partikel sangat kecil, setengah padat, atau cairan.
- Penyaringan (filtrasi)
Proses ini adalah pemisahan endapan dari larutan induknya, sasarannya adalah agar endapan dan medium penyaring secara e0uu[-kuantitatif bebas dari larutan.
b. Memisahkan zat padat dari larutan
Pada penguapan, larutan dipanaskan sehingga pelarutnya meninggalkan zat terlarut.Pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai yang lebih tinggi daripada pelarutnya.
- Kristalisasi
Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal.Hal itu terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan.Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan lebih dahulu dengan jalan penguapa, kemudian dilanjutkan dengan pendinginan melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan yang lainnya yang kadarnya lebih kecil tiadk ikut mengkristal (Pramono, 2012).
c. Memisahkan campuran zat cair.
- Destilasi
Dasar pemisahan dengan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Kita dapat mengembunkan komponen demi komponen secara bertahap, dengan menghadirkan uap ketabung pendingin.Contohnya, memisahkan campurn air dan alkohol.Titik didih air dan alkohol masing-masing 100⁰C dan 78⁰C. Jika campuran dipanaskan sekitar 78⁰C, maka alkohol akan menguap sedikit demi sedikit. Uap itu mengembun dalam pendingin dan akhirnya didapatkan cairan alkohol murni (Syukri, 1999: 20).
- Dekantansi (Pengendapan)
Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan zat lain. Cara pengendapan didasarkan pada massa jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau mengendap. Selain itu, zat terlarut (yang akan dipisahkan) diproses diubah menjadi bentuk yang tak larut, lalu dipisahkan dari larutan (Bahti, 1998 : 115).
d. Rekristalisasi dan Penyulingan
Rekristalisasi adalah proses pertumbuhan Kristal-kristal baru dari Kristal-kristal sebelumnya yang telah mengalami deformasi. Proses rekristalisasi membutuhkan pergerakan dan penyusunan kembali atom-atom. Penyusunan kembali untuk rekristalisasi ini lebih mudah terjadi pada suhu tinggi.Destilasi dan penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kiia berdasarkan perbedaan kecepatan dan kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kiia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat didihnya menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali kedalam bentuk cairan, zat yang memiliki titk didh yang rendah akan menguap terlebih dahulu. Metode ini termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suhu suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya (Partana, 2008).
e. Ekstraksi
Pemisahan campuran dengan cara ekstraksi berdasarkan perbedaan kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Campuran dua komponen (misalkan a dan b) dimasukkan kedalam pelarut x dan y. Syaratnya kedua pelarut ini tidak dapat bercampur, seperti air dan minyak.Semuanya dimasukkan dalam corong pisah dan dikocok agar bercmpur sempurna dan kemudian didalamnya didiamkan sampai pelarut x dan y memisah kembali. Kini zat a dan b berada dalam kedua pelarut x dan y, tetapi perbandingannya tidak sama. Misalkan a lebih banyak larut di x, sedangkan b lebih banyak di y. Maka a dan b telah terpisah walau tidak sempurna.Kedua pelarut dapat dipisahkan dengan membukanya kran corong perlahan-lahan dan ditampung dalam bejana yang bersih. Jumlah b dalam x dapat dikurangi dengan menambahkan y sehingga b lebih ditarik lebih banyak ke y. Demikian juga untuk menarik a dari pelarut y dengan menambahkan pelarut x. Jika hal ini dilakukan berulang-ulang maka a dan b akan terpisah makin sempurna (Syukri, 1999: 17).
f. Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud, baik padat, cair, maupun gas. Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat dipisahkan dengan cara yang lain. Dasar kromatografi adalah perbedaan gaya atau daya serap suatu zat dengan zat lainnya (Syukri, 1999: 17).

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan praktikum di laboratorium kimia B, lantai 2 fakultaltas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. Pukul 13.00-15.00 WITA. Pada hari rabu, tanggal 1 November 2017 .

B. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Gambar Kategori Fungsi
1 Gelas kimia
I Digunakan sebagai wadah dari suatu larutan
2 Cawan penguapan

I Sebagai wadah untuk menguapkan larutan

3 Gelas ukur

I Sebagai tempat mengukur volume larutan

4 Corong

I Digunakan sebagai wadah untuk penyaringan dari suatu larutan
5 Batang Pengaduk I Digunakan untuk mengaduk cairan

6 Penangas Listrik
II Berfungsi untuk memanaskan bahan yang akan di uji coba
7 Erlenmeyer I Digunakan untuk proses titrasi untuk menampung larutan yang akan di titrasi
8 Spatula
I -Untuk mengambil bahan kimia dalam bentuk padatan.
-Digunakan untuk mengaduk dalam pembuatan larutan kecuali larutan asam.
9 Mortal dan Alu
I Berfungsi untuk menggerus dan menghaluskan suatu zat

2. Bahan

No. Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
1 Garam dapur Umum -Mudah hancur
-Larut dalam air
-Tidak bisa melewati selaput semipermeabel -pH netral
-Merupakan elektron kuat,karena terionisasi pada air

2 Kapur Tulis Umum Tidak mudah hancur Tidak larut dalam air
3 Aquades Umum -Tak berwarna
-Titik didih 100 oC
-Titik Beku 0 oC -Tidak mudah terbakar
-Pelarut banyak jenis zat
4 Pasir Umum Berbentuk butiran butiran kasar Tidak dapat larut dalam air
5 Naftalen Khusus -Bahan keras
-Berwarna putih
-Berbau khas -Uapnya mudah terbakar
-Berbentuk dua cincin yang bersatu
6 Kertas saring Umum Bersifat kuat Dapat larut dalam pelarut organik miaslnya CCl4

3. Prosedur Kerja

1. Proses dekantasi pasir dan air
Pasir ±1 spatula

2. Proses filtrasi (penyaringan)

Memasukkan bubuk kapur tulis kedalam gelas kimia yang berisi air
Mengaduk
Menyiapkan corong dan kertas saring
Menyaring

3. Proses kristalisasi

4. Proses kristalisasi

 

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Pengamatan
1 Dekantasi:
- Mencampurkan ± 1 sendok pasir dengan 50 ml aquadest lalu diaduk.
- Mendiamkan larutan pasir.
- Menuangkan larutan bagian atas.
- Warna aquades berubah menjadi keruh atau berwarna coklat.
- Pasir mengendap di gelas kimia karena tidak tercampur dengan aquadest.
- Larutan berwarna coklat dan keruh.
2 Filitrasi:
- Melarutkan 1 sendok kapur yang sudah dihaluskan kedalam gelas kimia.
- Mencampurkan dengan aquades.
- Menyaring larutan kedalam erlenmeyer dengan menggunakan corong.
- Kapur berbentuk padatan.
- Wrna aquades menjadi putih susu karena kapur sebagian tercampur dengan aquades.
- Warna aqudes menjadi bening dan ada kapur yang tertinggal didalam kertas saring.
3 Kristalisasi:
- Memasukan 1 sendok garam kedalam gelas kimia lalumencampurkan 25 ml larutan aquades lalu diaduk.
- Menyaring larutan garam dengan menggunakan tissue dan corong.
- Meletakan larutan garam dicawan penguapan dan diletakan di penangas.
- Larutan garam menjadi keruh.
- Larutan garam menjadi bening.
- Larutan menjadi kristal.
4 Sublimasi:
- Menghaluskan 2 butir naftalen.
- Memasukan kecawan penguapan.Meletakan keatas penangas listrik dan ditutup dengan kertas saring pada ujung corong tersebut.
- Naftalen berbentuk padatan.
- Naftalen yang menguap menempel dikertas saring dalam bentuk kristal.

B. Pembahasan
Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur dan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Teknik pemisahan dan pemurnian dari suatu zat yang telah tercemar atau mengalami pencampuran dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya penyaringan, kristalisasi, dekantasi, absorpsi, sublimasi, ekstraksi, dan sebagainya.
1. Proses dekantasi pada pasir dan air
Dekantasi merupakan cara pemisahan zat padat yang tidak larut dalam air dengan cara diendapkan. Pada percobaan kali ini, digunakan pasir dan air untuk mengetaui proses dekantasi. Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu memasukkan ± 1 sendok pasir ke dalam gelas kimia yang telah terisi air sebanyak 80 ml. Kemudian pasir dan air diaduk secara merata.Setelah diaduk, terlihat bahwa pasir tidak larut dalam air dan mengendap di dasar gelas.Lalu menuangkan larutan bagian atasnya untuk dipisahkan dari pasir yang mengendap di dasar gelas kimia. Pada percobaan ini bekerja prinsip Archimedes dimana massa jenis pasir lebih besar daripada massa jenis air sehingga pasir tenggelam atau mengendap di dasar gelas kimia. Hasil dari proses dekantasi ini adalah filtrate berupa air keruh dan residu berupa pasir yang tidak mengalami perubahan bentuk. Pemisahan dengan cara dekantasi ini belum dapat memisahkan larutan dengan baik sebab pada larutan bagian atas tadi yang dipisahkan dari endapan pasir masih terdapat kristal-kristal pasir. Sehingga air hasil pemisahan ini tidak jernih seperti sebelum pencampuran, melainkan menjadi keruh.Reaksi persamaannya adalah:

2H2O(aq) + SiO4(s) Si(OH)4(l)

2. Proses filtrasi (penyaringan)
Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dari cairan dengan menggunakan bahan berpori yang hanya dapat dilalui oleh cairan. Penyaringan biasanya menggunakan kertas daring yaitu kertas yang porinya relative kecil sehingga dapat menahan partikel suspense.Pada percobaan kali ini, digunakan bubuk kapur tulis (CaCO3) dan air.Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan memasukkan ± 1 sendok bubuk kapur tulis ke dalam air sebanyak 80 ml. kemudian diaduk, setelah diaduk dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong dan kertas saring.Hasil dari percobaan ini yaitu bubuk kapur tulis sebagai residunya dan air jernih sebagai filtratnya.Hal ini terjadi karena air dan kapur tulis bersifat heterogen saat dicampurkan, penyaringan pada CaCO3 bertujuan untuk mendapatkan hasil pemisahan antara keduanya.Hasilnya yaitu kapur yang mengendap pada kertas saring dan air yang menjadi jernih dari sebelum penyaringan.Hal ini terjadi karena semua komponen yang berupa padatan dan campuran kapur tulis dan air telah tersaring dan mengendap pada kertas saring sedangkan air berupa cairan.
Persamaan pada percobaan ini:

CaCO3(s) + H2O(aq) Ca(OH)2 + CO2

3. Proses kristalisasi
Cara pemisahan ini dilakukan dengan cara penguapan, pemisahan dengan cara penguapan ini bertujuan untuk memisahkan air dan garam, sehingga bahan yang digunakan adalah air dan garam dapur. Langkan pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan air sebanyak 25 ml ke dalam gelas kimia.Kemudian memasukkan garam dapur ke dalam gelas kimia yang telah berisi air tadi, kemudian diaduk hingga merata. Sebagian garam dapur yang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air larut dan bersifat homogen dengan air dengan diberi perlakuan yang dapat mempercepat proses pelarutan yaitu dengan mengaduknya. Sedangkan sebagian garam yang lain tidak larut dalam air karena larutan telah menjadi jenuh. Kemudian dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong dan kertas saring. Setelah penyaringan, filtrat yang didapatkan yaitu larutan garam yang selanjutnya akan diuapkan. Walaupun hasil penyaringan menjadi jernih kembali seperti sebelum dilakukan pencampuran, namun karena garam larut dalam air, maka dalam larutan tersebut masih terdapat partikel garam yang tidak tersaring oleh kertas saring. Oleh karena itu, perlu dilakukan penguapan dengan menggunakan cawan penguapan dan heater mantel sampai terbentuk kembali kristal NaCl (kristal garam murni).
Persamaan reaksi pada percobaan ini:

NaCl(s) + H2O(aq) NaOH(g) + HCl(s)

4. Proses sublimasi
Sublimasi merupakan teknik pemisahan dan pemurnian dari suatu zat dari campurannya dengan jalan memanaskan campuran sehingga dihasilakan sublimat.Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu memasukkan bubuk naftalenke dalam gelas kimia yang telah berisi air sebanyak 25 ml.Naftalen diberi perlakuan berupa pengadukan untuk mempercepat proses pelarutan naftalen dalam air. Hasilnya yaitu campuran homogen yang berwarna biru.Setelah naftalen larut dalam air, larutan ini kemudian dimasukan kedalam cawan penguapan.Kemudian ditutu dengan kertas saring,diatas kertas saring ditutup lagi dengan corong dan leher corong tersebut disumbat dengan tissue.Setelah itu diletakan di atas penangas listrik.Hasil dari percobaan ini naftalen berbentuk padatan dan dan menguap serta menempel pada kertas saring membentuk kristal.Persamaan reaksi dari percobaan in adalah:

C10H8(S) + H2O(aq) 10Co2(g) + 24H2(g)

Sebelum
Sesudah

1. Percobaan1
Sebelum Sesudah

2. Percobaan 2
Sebelum Sesudah

3. Percobaan 3
Sebelum Sesudah

4. Percobaan

4Daftar Pustaka
Bahti, Hasan H. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Bandung: ITB.
Mikarjudin. 2007. Kimia Dasar. Jakarta: Esis.
Partana, Fajar. 2008. Pemisahan dan Pemurnian Larutan. http://fajarpartana.blogspot.co.id (diakses 1 November 2016).
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Pramono. 2012. Percobaan II. http://pramono.staff.uns.ac.id/percobaanII.pdf (diakses 27 Oktober 2016).
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB.

 

 

perubahan kimia

12 November 2017 12:00:23 Dibaca : 10348

BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul
PERUBAHAN KIMIA

B. RumusanMasalah
1. Bagaimanagejalaterjadinyareaksikimia?
2. Bagaimanapenulisanpersamaanreaksikimia?

C. Tujuan
1. Praktikandapatmengamatigejalaterjadinyareaksikimia
2. Praktikandapatmenuliskanpersamaanreaksikimia

D. Manfaat
1. Agar praktikandapatmengamatiterjadinyasuatureaksikimia
2. Agar praktikandapatmengetahuipenulisandaripersamaanreaksikimia

BAB II
KAJIAN TEORI

Perubahan kimia adalah perubahan pada zat yang menghasilkan zat baru. Terdapat beberapa ciri-ciri perubahan kimia suatu zat yaitu, terbentuk zat baru. zat yang berubah tidak dapat berubah kembali kebentuk semula diikuti massa zat setelah reaksi. (sugiyanto, 2008:58)
Menurut (prabowo, 1997:25-6). Ciri yang mampu membedakan sesuatu zat satu dengan zat lain adalah sifat dari masing-masing zat yaitu zat fisik dan zat kimia. Sifat fisik merupakan sifat yang dapat diamati tanpa adanya perubahan susunan zat yang bersangkutan. Sedangkan sifat kimia menggambarkan bagaimana suatu zat berubah ketika bereaksi dengan suatu zat lain dan biasanya diikuti dengan perubahan energi. Sifat kimia akan teramati ketika suatu zat berubah susunannya.
Perubahan kimia yang disertai pengeluaran energi disebut energi eksoterm, energi yang dikeluarkan dapat berubah energi panas listrik, cahaya dan lain-lain.sedangkan perubahan kimia yang disertai penyerapan energi disebut reaksi endoterm. Pada perubahan kimia dihasilkan satu atau lebih materi yang berbeda dari sebelumnya.
Suatu perubahan kimia materi yang menghasilkan jenis dan sifat materi berbeda dari zat semula dinamakan perubahan kimia, (perubahan kimia dinamakan juga reaksi kimia). Misalnya pembakaran kayu, jika kayu dibakar akan menghasilkan arang kayu. Jika dibandingkan antara kayu dan arang kayu, keduanya memiliki jenis dan sifat yang berbeda. Karena itu pembakaran kayu bukan perubahan fisika, tetapi tergolong kimia. Dalam perubahan kimia dihasilkan jenis materi yang berbeda dengan materi semula. Sehingga terdapat dua istilah yang digunakan dalam reaksi kimia yaitu zat semula dinakan reaktan atau pereaksi, sedangkan zat yang terbentuk hasil reaksi. Pada pembakaran kayu dinamakan hasil reaksi. Dalam kehidupan sehari-hari banyak reaksi kimia yang terjadi seperti pada pembakaran minyak bumi, perkaratan besi, dan lainnya. Semua itu menghasilkan zat yang sifat dan jenisnya baru (sunarya, 2010:11).

Menurut (purba,2006:79). Perubahan kimia disebut reaksi kimia yang terjadi ketika zat-zat reaksi dicampurkan satu wadah, namun tidak setiap campuran disertai dengan reaksi kimia. Kadang-kadang tidak mudah untuk mengetahui apakah suatu reaksi kimia terjadi atau tidak. Meskipun demikian, pada umumnya reaksi kimia desertai dengan suatu perubahan yang dapat diamati.
1. Perubahan warna
Banyak zat kimia yang berwarna merupakan sifat khas zat artinya tidak ada zat yang berbeda yang mempunyai warna yang sama. Oleh karena iti, perubahan warna merupakan petunjuk telah terbentuk zat baru. Memudarnya warna pakaian menunjukkan terlah terjadi suatu reaksi kimia.
2. Perubahan suhu
Reaksi kimia selalu disertai pelepasan dan penyerapan energi. Bentuk energi yang menyertai reaksi kimia dapat berubah kalor (panas), cahaya atau listrik reaksi yang membebaskan kalor disebut reaksi eksoterm sedangkan yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm.

3. Pembentukan endapan
Kelarutan zat dalam air sangat beragam ada yang mudah larut ada pula yang sukar larut. Garam dan gula merupakan dua contoh zat yang mudah larut, sedangkan batu dan pasir sangat sukar larut dalam air. Reaksi yang menghasilkan endapan adalah reaksi kimia yang menghasilkan zat yang sukar larut dan mengandap.
4. Pembentukan gas
Selain, perubahan warna, perubahan suhu, dan perubahan endapan . perubahan lain yang menandai berlangsungnya reaksi kimia adalah pembentukan gas. Gas hasil reaksi dapat diamati berupa gelembung yang keluar dari campuran pereaksi.

Menurut (kleinferter,1989:20-28). Tiap zat misalnya air, gula, garam, perak atau tembaga, memiliki seperangkat sifat atau ciri (karateristik) yang membedakannya dari semua zat lain dan memberinya identitas yang unik baik gula maupun garam berwarna putih padat, kristal, larut dalam air dan tak berbau. Tetapi gula manis, bila dipanaskan dalam belanga akan meleleh setelah dipanasi, sehingga membara, tidak menjadi coklat betapapun dipanasi didalam nyala api. Zat-zat ini diberikan dengan memaparkan beberapa sifat intrinsik merka masing-masing. Sifat intrinsik adalah kualitas yang bersifat khas dati setiap contoh zat, tidak peduli bentuk dan ukuran contoh itu. Sifat ekstrinsik ialah sifat yang tidak khas dari suatu zat itu sendiri ukuran, bentuk, bobot dan temperatur.
Kualitas yang khas dari suatu zat yang menyebabkan zat itu berubah, baik sendirian maupun dengan berantaraksi dengan zat lain dan dengan berubah itu membentuk bahan. Bahan berlainan disebut sifat kimia. Sifat kimia adalah sifat intrinsik. Misalnya etil alkohol mudah terbakar, besi berkarat dan kayu melapuk. Perubahan kimia mengakibatkan hilangnya zat-zat dan terbentuknya zat-zat baru. Tiga macam perubahan menjadi hasil reaksi yang mempunyai sifat, susunan, dan energi dalam yang belainan. Dalam beberpa hal perubahan itu begitu dinamis sehingga tidak diragukan lagi bahwa telah terjadi sesuatu perubahan kimia. Suatu perubahan warna atau pembentukan zat padat yang tidak larut merupakan indikasi terjadinya kimia atau pembentukan zat padat yang tak larut. Merupakan indikasi terjadinya kimia. Ketika perubahan mmenyertai reaksi kimia yaitu perubahan sifat, komposisi, dan energi (purba, 2008:40).

Macam-macam reaksi kimia
1. Reaksi penggabungan
Reaksi penggabungan adalah reaksi di mana dua buah zat bergabung membentuk zat ke tiga. Khusus paling sederhana adalah jika dua unsur bereaksi membentuk senyawa, misalnya:
2Na + Cl2 2NaCl

2. Reaksi penguraian
Reaksi penguraian adalah suatu reaksi senyawa tunggal membantuk dua atau lebih zat baru. Biasanya reaksi ini berlangsung dalam suhu tinggi agar terurai, misalnya:
KClO3 2KCl + 3O2
3. Reaksi pendesahan
Reaksi pendesahaan atau di sebut juga reaksi pertukaran tunggal adalah reaksi di mana suatu unsur bereaksi dengan senyawa menggantikan unsur yang terdapat dalam senyawa itu.
2Fe + Cu(NO3)2 Cu + Fe(NO3)2
4. Reaksi pertukaran ganda
Reaksi pertukaran ganda adalah reaksi yang melibatkan pertukaran bagian dari pereaksi. Jika pereaksi adalah senyawa ionik dalam bentuk larutan, bagian yang bertukaran adalah kation dan onion dan senyawa.
2KI + Pb(NO3)2 2KNO3 + PbI2
5. Reaksi pembakaran
Reaksi pembakaran adalah reaksi suatu zat dengan oksigen, biasanya bereaksi cepat di sertai pengelapan, Kalor membentuk nyala. Contoh pembakaran senyawa karbon :
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
2CH3COOH + 3O2 2CO2 +4H2O
C4H10 + 13O 8CO2 + H2O
Reaksi-reaksi kimia dapat terjai di mana-mana pada mesin molal, gosulin yang di bakar untuk menguplai energi untuk menggerakan mobil, menghidupkan radio, dan menyalakan AC. Reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh kita menyediakan energi untuk menggerakkan otot-otot kita. Di dalam reaksi kimia di dalam tumbuhan untuk mengubah CO2 (karbon dioksida)dan air menjadi karbohidrat.
Para ahli kimia menggambarkan reaktan,di dalam perubahan kimia zat yang di reaksikan berubah menjadi zat baru yang memiliki komposisi yang berbeda dan sifat-sifat yang baru meliputi perubahan kimia, karena atom dari zat yang berbentuk kombinasi baru memiliki sifat-sifat yang baru(Timberlake,2004:186)
Perubahan kimia membentuk zat baru karena terjadi perubahan susunan dalam struktur zat. Contohnya : besi berkarat, kayu terbakar, dan air menjadi hidrogen dan oksigen. Ilmu kimia sebagai ilmu pengetahuan alam yang mempelajari komposisi dan struktur zat kimia serta hubungan keduanya dengan sifat zat. Peristiwa fisika dan kimia komposisi (susunan) zat menyatakan perbandingan unsur yang membentuk zat. Contohnya air dan etanol, dengan rumus senyawa:
H2O dan C12 H5 OH
Berkat pengetahuan tentang kandungan dan struktur senyawa, ahli kimia telah berhasil membentuk banyak senyawa baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti perabotan rumah tangga (plastik), produk kesehatan yaitu obat-obatan, dan produk untuk pertanian yaitu Pupuk dan plastida(Syukri,2010:2).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. TempatdanWaktu
Praktikumperubahankimia, di laksanakanpadaharirabu, 1 november 2017pukul 13.00 s/d 15.00 wita, bertempat di laboratoriumkimia, Jurusankimia, Fakultas MIPA, UniversitasNegeri Gorontalo.
B. AlatdanBahan
Tabel,Alat
No Nama alat Kategori Gambar Fungsi
1 Gelaskimia I
Sebagaiwadahatautempatzatkimia
2 Gelasukur I
Untukmengukur volume cairan
3 Tabungreaksi I
Untukmereaksikanzatkimia
4 Raktabungreaksi I
Wagah untukmeletakkantabungreaksi
5 Pipettetes I
Untukmengambillarutan
6 Spatula I
Untukmengambilzatkimia yang berbentukpadatan
7 Paku I
Sebagaialatujicoba
8 Kapas I
Untukmembalutpaku

Tabel,Bahan
No Nama bahan Kategori Sifatfifsika Sifatkimia
1 Magnesium (Mg) Khusus Nomor atom : 12
Memilikititikdidihyanhlebihbesardaripadatitiklelehnya Dapatbereaksi, Tidakbereaksiterhadap hydrogen
2 Asamklorida (HCl) Khusus Massa atom : 36,45
Massa jenis : 3,2
Titikleleh : -101
Energy ionisasi : 1250 Akan berasaptebal di udaralembab,Gasnyaberwarnakuningkehijauandanberbaumeransang
3 Asamasetat/ cuka (CH3COOH)

Khusus berbentukcairanjernih,
tidakberwarna,
berbaumenyengat Mudahmenguap di udaraterbuka,Mudahterbakar,
Dapatmenyebabkankorosifpadalogam.
4 Asamsulfat (H2SO4) Khusus Berbentukcairan, beratmolekul : 98,08 Mudahlarutdalam air dingin,
Larutdalam air denganpembesaran
5 Asamoksalat (H2C2O4) Khusus Berbentuk Kristal,
Berwarnaputih,
Tidakmenyerap air,
Beratmolekul 90,04 Larutdalam alcohol,Larutdalam air 5,25%, Mempunyaikelarutan yang sangatkecil
6 Kalium permanganate (KMnO4) khusus Berbentukpadatan,
Berwarnaungu, massajenis : 150,03,
Titikdidih 240 Larutdalam methanol,
Mudahterurai,
Oksidatorkuat

3. ProsedurKerja
• Percobaan 1

HCL
Mengambilserbuk mg secukupnya
Memasukankedalamlarutan yang beradadalamtabungreaksi
Mengamati yang terjadi

• Percobaan 2

H2SO4
memasukanserbuk mg secukupnya
memasukankedalamlarutandalamtabungreaksi
mengamati yang terjadi

• Percobaan 3

KMnO4
mengambillarutan H2C204 secukupnya
memasukankedalamlarutandalamtabungreaksi
mengamati yang terjadi

• Percobaaan 4

Paku
membalutdengankapas
meneteskan CH3COOH secaraperlahan
mendiamkanselama 20 menit
mengamati yang terjadi

BAB IV
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan

Tabel, Pengamatan
No. Perlakuan pengamatan
1. Mengambil serbuk Mg secukupnya dan masukkan kedalam HCl yang telah berada didalam tabung reaksi dan mengamati hasil percobaan Menghasilkan gelembung-gelembung gas.
Lambat dan sukar menguap
Serbuk Mg sukar larut
Perubahan warna putih keruh
2. Mengambil Mg secukupnya dan masukkan kedalam larutan H2SO4 yang telah berada dalam tabung reaksi dan mengamati hasil percobaan Menghasilkan gelembung-gelembung gas
Menguap
Pada H2SO4 serbuk Mg lebih mudah larut
Warna menjadi putih / bening
3. Mengambil larutan H2C2O4 secukupnya dengan menggunakan pipet tetes dan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan amati selama 20-30 menit Menghasilkan warna ungu terang
Setelah 17 menit warnanya berubah, bening kecoklatan
4. Mengambil paku kemudian balut dengan kapas dengan meneteskan cuka secukupnya secara perlahan sampai basah dan diamati selama 20 menit Paku terendam cuka mengalami perkaratan
Paku yang tidak terendam cuka tidak mengalami perkaratan
Paku yang dibalut dengan kapas tidak mengalami perkaratan

B. Pembahasan
Padapercobaansatu di reaksikanantaraserbuk Magnesium denganasamkloridadenganpersamaanreaksisebagaiberikut:
Mg(s) + 2HCl(l) MgCl2(aq) + H2(g)
Senyawa yang dihasilkanpadapersamaanreaksi di atasberupa magnesiumkloridaatau magnesium diklorida. Denganhidrogensebagaihasilreaksi yang bersifat gas sehinggapadawadahterbukaakanhabisteruraiberaksidenganudara. padasaatserbuk Mg di masukkankedalamlarutanasamklorida yang telah di siapkanpadatabungreaksiterjadigejalahreaksidiantaranya, timbulgelembung-gelembung gas yang lambatdansukarmenguapsertaterbentuknyabuihpadapermukaanlarutandanmengalamiperubahanwarnahmenjadiputihkeruh. Serbuk Mg padaasamkloridamudahterurainamunbersifatsukarlarutkarenanyamemerlukanwaktu yang lama untukmeraksikankeduasenyawatersebutsampaimembentukkesetimbangan yang di inginka

Gambarhasilpercobaan: 1

Padapercobaanduadireaksikanantaraserbuk magnesium denganasamsulfatmembentukpersamaanreaksisebagaiberikut..:
Mg(s) + H2SO4(s)MgSO4(aq) + H2(g)
Senyawa yang di hasilkanpadapersamaan di atasberupalarutan Magnesium Sulfat,degansenyawahidrogen yang merupakansenyawahasilakhirreaksi yang berbentuk gas, sehinggahidrogenpadawadahterbukaakanteruraiolehudara. Padasaat Mg dimasukkankedalamsenyawaAsamsulfat yang telah di tuangkankedalamtabungreaksiterjadigejalahreaksipadasenyawahasilcampurantidakmengalamiperubahanwarna yang signifikanmelainkantetapberwarnahbeningnamunsedikitlebihjernih.
Gambarhasilpercobaan: 2

Padapercobaantigalarutan H2C2O4 di pindahkandariwadahtertutupkewadahterbuka, dengantujuanuntukmereaksikansenyawa H2C2O4denganudaradanmembentukpersamaanreaksisebagaiberikut..:
2H2C2O4(l) + O2(g)CH3COOH(l) + 2CO2(g) + 2O2(g)
Senyawa yang di hasilkanberupaasamcuka.karbondioksidadanoksigen. Karbondioksidadanoksigenmerupakansenyawa yang berwujud gas sehinggapadawadahterbukasenyawatersebutakanmenguapdanterurai di udara. Padasaatmulamula di tuangkansenyawa H2C2O4memilikiwarnaungguterang, setelah di biarkanselamatujuhbelasmenit di wadahterbukalarutantersebutbereaksidenganudaradanmembentukgejalahreaksiberupaperubahanwarnamenjadibeningkecoklatan.
Gambarpercobaan: 3

Padapercobaanempatreaksi yang terjadimerupakanjenisreaksiperkaratan(korosi) denganbahanreaksiberupalarutanasamcukadenganprsamaanreaksiionisasinyasebagaiberikut..:
CH3COOH(l)H+ + CH3COO-
Padasaatpercobaanberlangsungselama 20 menitterbentukgajalahreaksidiantaranya..:
*paku yang terendamcukamengalamiperkaratan
*paku yang tidakterendamcuka,tidakmengalamiperkaratan
*paku yang di balutdengankapastidakmengalamiperkaratan
Hal ini di sebabkankarenapaku yang di gunakanmerupakansenyawalogam yang berpotensialreduksisertalarutanasamcuka yang merupakanfaktorutamaterbentuknyaperkaratanpadapaku, karenakorosiakansangatcepatterjadipadabahanlogam yang terkenalarutanbersifatasam. Paku yang di balutolehkapastidakmengalamiperkaratandikarenakanpadapercobaaninikapasberperansebagaipelindungmekanis, yang berfugsi agar larutanataupunudaratidakbersentuhanlangsungdenganpaku.
Gambarhasilpercobaan: 4

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan, kami dapatmenyimpulknbahwaperubahankimiamerupakanperubahan yang terjadipadasuatuzatbaikberbentukpadat,cairmaupun gas. Perubahankimiasendiritidakluputdariberbagaimacamgejalahreaksisepertidiantaranyaperubahanbentuk,perubahanwarna,perubahanmateripenyusunyadanberbagaimacamperubahanlainya yang membuatzatataumateriberubahbentukpadasaatkesetimbanganberlangsung. Hanyasajaperubahankimiasedikitberbedahdenganreaksikimia, karenaperubahankimiameliputiseluruhaspekdaripenggabunganataupunperusakansuatuzatolehzat lain yang sifatnyaberbeda. Sementarareaksikimiahanyadapatmenjelaskan proses yang terjadipadasaatberjalanyareaksi.

SARAN
Saran kami, padasaatmelakukanpercobaanpraktikan di harapkanberhati-hatidalammemasukkansuatuzat yang memilikikadartinggikedalamtabungreaksidikarenakanzattersebutdapatmenyebabkanlukabakarpadabagian yang terkenazattersebut. Dan sebaiknyapadasaatpraktikumberlangsungpraktikanmengenakanperlengkapanpraktikumdenganbaik,karenasuatuzatpadasaat di reaksikanakanmelepaskan gas-gas berbahayakeudara yang jikaterhirupdapatmenyebabkansesaknafasdanmemicukerusakanfungsi organ.

DAFTAR PUSTAKA
Kleinfeiter,donaid C. 1989.ilmu kimia untuk unuversutas. Jakarta: erlangga
Prabowo,hadi. 1997. Ilmu kimia. Jakarta: Erlanga
Purba, michae. 2006. Ipa kimia. Jakarta erlangga
Sugiarto,T dan ismawati,E. 2008. Ipa kimia. Jakarta: prisma esta utama
Sukri.S.1999.kimia.dasar.1. bandung: ITB
Sunarya,yayan 2010. Kimia.dasar 1. Bandung: yrama widya
Timberlake,karea.C.2004.chemistry.stroctores.of.life