ARSIP BULANAN : November 2017

laporan variasi kontinyu dan stoikiometri

17 November 2017 15:48:23 Dibaca : 10791

BAB I
PENDAHULUAN
1. Judul
VARIASI KONTINYU dan STOIKIOMETRI

2. Rumusan masalah
a. Bagaimana pengamatan saalah satu cara termudah untuk mempelajari stoikiometri beberapa reaksi?
b. Bagaimana penentuan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system?
3. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengamati salah satu cara untuk mempelajari stoikimetri beberapa reaksi
b. Mahasiswa dapat dapat menentukan temperatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system
4. Manfaat
a. Agar mahasiswa memahami pengamatan salah satu cara untuk mempelajari stoikiometri beberapa reaksi.
b. Agar mahasiswa memahami penentuan tempeatur optimum beberapa reaksi stoikiometri system.

BAB II
PENDAHULUAN

a. Variasi Kontinyu
Variasi kontinyu adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksi kimia. Variasi kontinyu merupakan metode untuk mempermudah kita mempelajari stoikiometri sistem (chang, 2004)

b. Stoikiometri
Stoikiomerti berasal dari bahasa yunani, terdiri dari dua kata. Stoikheion yang artinya elemen dan metria yang artinya ukuran. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari rektan dan produk dalam suatu reaksi kimia (persamaan kimia). Stoikiometri secara umum berkaitan dengan hubungan uantitatif unsur dalam suatu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi. Stoikiometri juga dapat diartikan sebagai segala bentuk pengkuran partikel-partikel, yaitu meliputi atom, molekul, ion, elektron, serta partikel ionik lainnya. Sedangkan pengukuran yaitu mencari massa, volume, jumlah partikel, serta besar kuantitatif lainnya (brady, 1994 : 67)

1. Standar satuan massa atom
Massa atom suatu unsur ditentukan dengan cara mengukur masaa salah satu unsur yang bersenyawa denagan unsur lain. Misalnya dari hasil analisis terhadap komposisi air diperoleh data massa unsur hidrogen 11,17% dan massa unsur oksigen 88,33%. Berdasarkan data persen komposisi air, massa atom oksigen yang bersenyawa dengan hidrogen adalah:

88,33 ÷ 11,17 × massa atom hidrogen = 7,953 massa atom hidrogen (sunarya, 2010 : 68)

2. Rumus dan proses komposisi
Respati (1981 : 44-45) menyatakan bahwa semua senyawa dapat dinyatakan dengan rumus. Senyawa yang berbentu molekul mempunyai rumus yang menyatakan jumlah dari tiap-tiap macam atom yang berbentuk molekul tersebut. Misalnya molekul glukosa disusun oleh 6 atom C, 12 atom H, dan 6 atom O, maka rumus glukosa : C6H12O6. Senyawa ion misalnya NaCl tidak berbentuk molekul, sehingga rumusnya menunjukkan perbandingan dari tiap-tiap macam tom yang ada kumpulan atom yang ditujukkan oleh rumus disebur satuan rumus (formula unit). Berat dari molekul atau berat rumus selatif terhadap 12C dinyatakan pleh berat molekul atau berat rumus dan ini merupakan jumlah dari berat atom unsur-unsur penyusunnya.

3. Persamaan Reaksi Setara
Persamaan reaksi setara adalah persamaan yang menunjukkan jumlah atom yang sama antara reaktan maupun produk. Contohnya :
H2 + 1/2O2 H2O
Jumlah atom hydrogen dan oksigen dalam reaktan maupun produk adalah sama.
 Hukum boyle
Hukum boyle berbunyi “pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka hasil kali tekanan dan volume selalu sama”.

Keterangan : P = tekanan zat
V = volume zat
 Hukum Boyle – Gay Lussac
Hukum Boyle – Gay Lussac berbunyi : “ untuk gas dengan massa tertentu, massa hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap”. Untuk gas-gas yang jumlahnya sama, maka berlaku :

 Hukum Dalton
Hukum Dalton berbunyi : “tekanan total dari campuran berbagai macam gas sama dengan jumlah tekanan parsial dan gas-gas yang saling bercampur tersebut”.
Ptotal = P1 + P2 + P3
(Respati, 1981 : 42-43)
Pada tahun(1807) john Dalton merumuskan pernyataan yang disebut teori atom dalton.
1) Materi terdiri atas partikel terkecil disebut atom.atom tidak dapat dibagi dan tidak dapat dicipta atau dimusnahkan.
2) Atom suatu unsur mempunyai sifat yang sama dalam segala hal( ukuran,bentuk,dan massa.)tetapi berbeda sifat-sifatnya dari atom unsur lain.
3) Reaksi kimia adalah penggabungan,pemisahan,atau penyusunan kembali atom-atom
4) Atom suatu unsur dapat bergantung dengan atom unsur lain membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana.
 Hukum perbandingan volume
Hubungan antara volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph Louis Gay-Lussac dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum perbandingan tetap yang berbunyi: volume gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas hasil reaksi , bila diukur pada suhu dan tekanan yang tetap akan berbanding sebagai bilangan bilangan bulat dan sederhana.
 Hukum Avogadro
Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun 1911 avogadro membuat hipotesis Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan yang tetap, “semua gas yang volumenya sama akan mengandung mokelul yang sama cacahnya” (Syukri S 1999).
Molaritas(m)adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan,sedangkan normalitas(N)adalah jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan.larutan dalam percobaan ini terbagi menjadi dua larutan yaitu;
• Larutan homogen merupakan larutan yang sifat-sifatnya selalu seragam.berarti bahwa,bila kita memeriksa sedikit bagian dari larutan natrium klorida dalam air,sifat-sifatnya akan sama dengan bagian lain dari larutan tersebut.dapat juga dikatakan bahwa larutan terdiri dari suatu frasa yang berarti sistem yang memiliki suatu sifat dan komposisi yang sama.
• Larutan heterogen merupakan larutan yang sifat-sifatnya tak seragam.contohnya adalah minyak dan air.campuran homogen adalah campuran dua zat atau lebih dimana semuah zat memiliki susunan yang seragam. (Brady E James,1999)

hukum dasar kimia terbagi menjadi menjadi 5 bagian,yaitu;
• Hukum kekekalan massa atau hukum lavoiser
menyatakan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama.
• Hukum perbandingan tetap atau hukum proust
menyatakan bahwa perbandingan massa unsur dalam tiap senyawa tetap.
• Hukum perbandingan berganda atau hukum dalton
menyatakan bahwa bila dua unsur membentuk dua senyawa atau lebih maka suatu untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya,massa unsur kedua berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana.
• Hukum perbandingan volume atau hukum gay-lussac
menyatakan bahwa volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hsail reaksi bila diukur pada suhu dan tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana
• Hukum avogadro
menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama semuah gas yang volumenya sama mengandung sejumlah molekul yang sama banyak (Respati, 1981 : 40).

Hukum dasar kimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang oeristiwa kimia yang ditandai dengan berubahnya satu zat menjadi zat yang lain,contohnya pembakaran etanol setelh diselidiki etanol dan oksigen berubah menjadi karbondioksida dan uap air.perubahan itu dapat ditulis sebagai

Etanol+ oksigen Karbondioksida + air

Zat mula-mula disebut pereaksi dan zat yang terbentuk disebut hasil reaksi diatas,etanol dan oksigen adalah pereaksi,sedangkan kerbondioksida dan air sebagai hasil reaksi.
Keterangan diatas belumlah cukup,karena tidak menggambarkan hubungan antara jumlah pereaksi hasil reaksi (yayan,2010:150-244).

BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Tempat dan Waktu
Tempat : Laboratorium Kimia B Fakultas MIPA UNG
Waktu : Pukul 13.00 s/d selesai

2. Alat dan Bahan

• Tabel untuk alat
No Nama Alat Kategori Gambar Fungsi
1. Gelas kimia (gelas piala) 1 Sebagai wadah untuk melarutkan suatu zat bahan kimia, untuk menampung zat kimia yang bersifat korosif dan sebagai wadah untuk mencampur dan memasukan cairan.
2. Gelas ukur 1 Untuk mengukur volume segala benda, cair pada berbagai ukuran volume. selain itu juga dapat digunakan untuk merendam pipet dalam asam pencuci.
3. Termometer 1 Untuk mengukur suhu(temperatur).
4. Pipet tetes 1 Untuk meneteskan larutan dengan jumlah kecil
5. Neraca analitik 2
Untuk mengukur berat dari suatu zat.

• Tabel untuk bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia
1. CuSO4 khusus - Bentuk: kristal
- Bau: berbau
- Ph: tidak tersedia
- Tekanan uap :7,3 mmgh 25oc
- Kepadatan uap: tidak tersedia
- Tingkat penguapan: diabaikan
- Vikositas: tidak tersedia
- Titik didih: 150oc
- Pembekuan: 110oc
- Titik nyata: tidak dipakai
- Kelarutan : larut
- Spesifik gravity: 2,2840 g/cm3
- Molekul: 249,68. - Rumus molekul: cuSO4
- Massa molar: 159,62 g/mol (anhidrat)
- Penampilan: biru (pentahidrat) abu-abu putih
- Densitas:3,60 gr/cm3 (anhidrat) 2,240 gr/cm3 (pentahidrat)
- Titik lebur: 110oc (4H2O) 150oC(423 K) (5H2O) < 650oC
2. NaOH khusus - Keadaan fisik dan penampilan: solid
- Bau: berbau
- Molekul berat: 40gr/mol
- Warna: putih
- Ph (1%) [dasar] 13,5
- Titik didih: 1388oc (235o40of)
- Titik leleh: 323oc (613,4of)
- Kelarutan: mudah larut dalamair - Rumus molekul:NaOH
- Massa molar:39,9971 gr/mol
- Penampilan zat: padat putih
- Densitas :318 gr/cm3 padat
- Titik lebur: 318oC (591 K)
- Titik didih: 1390oC (1163 K)
- Kelaruran dalam air: 1119/100 (20o)
- Kebahasan : -2.43
3. HCl khusus - Massa atom: 36,45
- Massa jenis: 3,21 gr/cm3
- Titik leleh: -1010oc
- Energi ionisasi: 1250 kg/groc
- Berbau: tajam
- Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas tak berwarna
- Rumus molekul: HCl didalam air
- Massa molar: 36,40 g/mol (HCl)
- Penampilan: cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat
- Densitas: 1,18 gr/cm3 (karibel 1)
- Titik lebur: -27,32oc (247 k) larutan 38%
- Titik didih: 110oc (383 k)
- Larutan: 20,3% 40oc (321 k) larutan 38%
- Kelarutan dalam air: tercampur penuh
- Kesamaan (pk2): -8,0
- Viskositasi: 1,9 mpa 5 pada 25oc larutan 31,5%

3. Prosedur kerja
Stoikiometri NaOH – CuSO4
a. Pengkuran suhu dan berat
 Percobaan I

 Percobaan II

 Percobaan III

 Percobaan IV

Stoikiometri Asam – Basa (NaOH – HCl)
b. Pengukuran suhu dan berat

 Percobaan I

 Percobaan II

BAB IV
PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN
Stoikiometri sistem NaOH dan CuSO4
a. Pengukuran suhu
NaOH – CuSO4
ml ml TA TM ∆T
NaOH CuSO4
20 5 39oc 34oc 34oc 2,25oc
15 10 38oc 35oc 34oc 1,5oc
10 15 36oc 39oc 34oc 2,5oc
5 20 33oc 39oc 33oc 2,25oc

b. Pengukuran berat
NaOH – CuSO4
ml ml Berat awal Berat campuran
NaOH CuSO4
20 5 19,9827 g 5,0119 g 24,2901 g
15 10 14,1797 g 8,8448 g 22,7666 g
10 15 8,7403 g 14,5722 g 33,5329 g
5 20 4,0898 g 19,3452 g 24,0109 g

Stoikiometri Asam – Basa (NaOH – HCl)
a. Pengukuran suhu
NaOH – HCl
ml ml TA TM ∆T
NaOH HCl
2,5 12,5 32oc 33oc 33oc 2oc
12,5 2,5 34oc 33oc 32oc 2oc

b. Pengukuran berat
NaOH – HCl
ml ml Berat awal Berat campuran
NaOH HCl
2,5 12,5 2,4378 g 11,5553 g 13,4975 g
12,5 2,5 10,0468 g 2,8312 g 12,4524 g

 Stoikiometri sistem CuSO4 dan NaOH
1. Menghitung jumlah mmol campuran larutan CuSO4 dan NaOH
a. 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
- Untuk 20 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 20 ml . 2 mol
= 40 mmol
- Untuk 5 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 5 ml . 1 mol
= 5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 40 5 - -
Bereaksi : 5 5 5 5
Setimbang : 35 0 5 5
b. 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
- Untuk 15 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 15 ml . 2 mol
= 30 Mmol
- Untuk 10 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 10 ml . 1 mol
= 10 Mmol

- Jumlah Mmol yang bereaksi

NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 30 10 - -
Bereaksi : 10 10 10 10
Setimbang : 20 0 10 10
c. 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
- Untuk 10 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 10 ml . 2 mol
= 20 Mmol
- Untuk 15 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 15 ml . 1 mol/M
= 15 Mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 20 15 - -
Bereaksi : 15 15 15 15
Setimbang : 5 0 15 15
d. 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
- Untuk 5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 5 ml . 2 mol
= 10 Mmol
- Untuk 20 ml CuSO4
Mmol CuSO4 = V . M
= 20 ml . 1 mol
= 20 mmol
- Jumlah Mmol yang bereaksi
NaOH + CuSO4 NaSO4 + CuOH
Mula-mula : 10 20 - -
Bereaksi : 10 10 10 10
Setimbang : 0 10 10 10
e. Grafik perbandingan jumlah Mmol campuran dengan suhu campuran (Takhir) TA (oc)

Interprestasi grafik :
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat mempengaruhi suhu.

f. Perhitungan massa larutan

- Untuk 20 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
Massa 20 ml NaOH = 19,9827 g
Massa 5 ml CuSO4 = 5,0119 g
Massa 20 ml NaOH + 5 ml CuSO4 = 19,9827 + 5,0119 = 24,9946 g
Massa campuran 20 ml NaOH + 5 CuSO4 = 24,2901 g

- Untuk 15 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
Massa 15 ml NaOH = 14,1797 g
Massa 10 ml CuSO4 =8,8448 g
Massa 15 ml NaOH + 10 ml CuSO4 = 14,1797 + 8,8448 = 23,0245 g
Massa campuran 15 ml NaOH + 10 CuSO4 = 22,7666 g

- Untuk 10 ml NaOH dan 15 ml CuSO4
Massa 10 ml NaOH = 8,7403 g
Massa 15 ml CuSO4 = 14,5722 g
Massa 10 ml NaOH + 15 ml CuSO4 = 8,7403 + 14,5722 = 23,3125 g
Massa campuran 10 ml NaOH + 15 CuSO4 = 33,5329 g

- Untuk 5 ml NaOH dan 20 ml CuSO4
Massa 5 ml NaOH = 4,0898g
Massa 20 ml CuSO4 = 14,3452 g
Massa 5 ml NaOH + 20 ml CuSO4 = 4,0898 + 19,3452 = 23,435 g
Massa campuran 5 ml NaOH + 20 CuSO4 = 24,0109 g

 Stoikiometri Asam-Basa NaOH dan HCl
1. Menghitung jumlah mmol campuran larutan NaOH dan HCl
a. 2,5 ml NaOH dan 12,5 ml HCl
- Untuk 2,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 2,5 ml . 2 mol
= 5 Mmol
- Untuk 12,5 ml HCl
Mmol HCl = V . M
= 12,5 ml . 1 mol
= 12,5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
Mula-mula : 5 12,5 - -
Bereaksi : 5 5 5 5
Setimbang : 0 7,5 5 5
b. 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml HCl
- Untuk 12,5 ml NaOH
Mmol NaOH = V . M
= 12,5 ml . 2 mol
= 25 Mmol
- Untuk 2,5 ml HCl
Mmol HCl = V . M
= 2,5 ml . 1 mol
= 2,5 mmol
- Jumlah mol yang bereaksi
NaOH + HCl NaCl + H2O
Mula-mula : 25 2,5 - -
Bereaksi : 2,5 2,5 2,5 2,5
Setimbang : 22,5 0 2,5 2,5

2. Grafik perbandingan jumlah mmol campuran dengan suhu campuran (TAkhir) (oc)

Interprestasi grafik:
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa konsetrasi campuran dapat mempengaruhi suhu.

3. Perhitungan massa larutan

- Untuk 2,5 ml NaOH dan 12,5 ml HCl
Massa 2,5 ml NaOH = 2,4378 g
Massa 12,5 ml HCl = 11,5553 g
Massa 2,5 ml NaOH + 12,5 ml HCl = 2,4378 + 11,5553 = 13,9931 g
Massa campuran 2,5 ml NaOH + 12,5 HCl =13,4975 g

- Untuk 12,5 ml NaOH dan 2,5 ml HCl
Massa 12,5 ml NaOH = 10,0468 g
Massa 2,5 ml HCl = 2,8312 g
Massa 12,5 ml NaOH + 2,5 ml HCl = 10,0468 + 2,8312 = 12,878 g
Massa campuran 12,5 ml NaOH + 2,5 HCl = 12,4524 g
Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam reaksi tersebut habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi pembatas. Dalam suatu reaksi juga terdapat reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm apabila kalor berpindah dari system ke lingkungan sehingga suhu disekitar larutan menjadi panas sedangkan reaksi endoterm adalah apabila kalor berpindah dari lingkungan ke sisitem, sehingga suhu system menjadi lebih dingin.
Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan sifat fisik, seperti perubahan warna, suhu, bentuk, dan lain – lain. Dalam parktikum ini yang dibahas adalah perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu campuran disebut titik minimum sedangkan suhu tertinggi dari suatu campuran disebut titik maksimum. Biasanya titik maksimum didapat apabila reaksi tersebut adalah stoikiometri.
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis bereaksi dahulu sehingga membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut pereaksi pembatas. Dari adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi karena pereaksi yang lain sudah habis dahulu, pereaksi yang bersisa ini disebut pereaksi sisa.
Pada percobaan pertama mengenai stoikiometri sistem antara NaOH dan CuSO4 dalam mengukur suhu dilakukan empat perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 20 ml NaOH 2 M dan 5 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran thermometer didapatkan suhu NaOH adalah 39oc , suhu CuSO4 adalah 34oc dan suhu campuran adalah 34oc . Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena CuSO4 telah habis bereaksi duluan dan NaOH masih barsisa. Atau CuSO4 merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa. Perlakuan keduan yaitu dengan mencampurkan 15 ml NaOH 2 M dan 10 ml CuSO4 1 M dngan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 38oc, suhu CuSO4 39oc dan suhu campuran adalah 34oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa . Perlakuan ketiga yaitu dengan memcampurkan larutan 10 ml NaOH 2 M dan 15 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH yaitu 36oc, CuSO4 yaitu 39oc dan suhu campuran 34oc.reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa. Perlakuan keempat dengan mencampurkan 5 ml NaOH 2 M dan 20 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 33oc, CuSO4 adalah 39oc dan suhu campuran 33oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena hasil kedua reaksinya memiliki pereaksi sisa.
Pada percobaan kedua mengenai stoikiometri sistem dalam mengukur berat dilakukan empat perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 20ml NaOH 2 M dan 5 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 19,9827 g, CuSo4 adalah 5,0119 g dan berat campuran adalah 24,2901 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan 15 ml NaOH 2 M dan 10 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 14,1797 g , CuSO4 adalah 8,8448 g dan berat campuran adalah 22,7666 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan ketiga yaitu dengan mencampurkan 10 ml NaOH 2 M dan 15 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 8,7403 g , CuSO4 adalah 14,5722 g dan berat campuran adalah 33,5329 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan keempat yaitu dengan mencampurkan 5 ml NaOH 2 M dan 20 ml CuSO4 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 4,0898 g , CuSO4 adalah 19,3452 g dan berat campuran adalah 24,0109 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan CuSO4 1 M memiliki massa awal dari masing-masing larutan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran.
Pada percobaan ketiga mengenai stoikiometri Asam – Basa antara NaOH dan HCl dalam mengukur suhu dilakukan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5 ml NaOH 2 M dan 12,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran thermometer didapatkan suhu NaOH adalah 32oc , suhu HCl adalah 33oc dan suhu campuran adalah 33oc . Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi duluan dan NaOH masih barsisa. Atau HCl merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa. Perlakuan keduan yaitu dengan mencampurkan 12,5 ml NaOH 2 M dan 2,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran termometer didapatkan suhu NaOH 34oc, suhu HCl 33oc dan suhu campuran adalah 33oc. Reaksi ini termasuk non stoikiometri karena HCl telah habis bereaksi sedangkan NaOH masih bersisa atau HCl merupakan pereaksi pembatas dan NaOH merupakan pereaksi sisa.
Pada percobaan keempat mengenai stoikiometri Asam – Basa dalam mengukur berat dilakukan dua perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2,5 ml NaOH 2 M dan 12,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 2,4378 g, HCl adalah 11,5553 g dan berat campuran adalah 13,4975 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan HCl 1 M memiliki massa awal dari masing – masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran. Perlakuan kedua yaitu dengan mencampurkan 12,5 ml NaOH 2 M dan 2,5 ml HCl 1 M dengan pengukuran neraca analitik sehingga didapatkan berat NaOH adalah 10,0468 g, HCl adalah 2,8312 g dan berat campuran adalah 12,4524 g. Reaksi ini termasuk dalam stoikiometri karena mengenai hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” maka dapat di lihat bahwa massa dari NaOH 2 M dan HCl 1 M memiliki massa awal dari masing – masing yang jika di jumlahkan akan menghasilkan sama dengan massa campuran.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
• Massa awal larutan NaOH dan CuSO4 sama dengan massa campuran karena sesuai dengan sistem stoikiometri hukum kekekalan massa yang berbunyi “massa zat sebelum dan sesudah reaksi itu sama” yang dibuktikan dengan perbocabaan pengukuran berat yang masing-masing berat larutan jika dijumlahkan sama dengan berat larutan campuran, begitu pula yang terjadi pada larutan NaOH dan HCl.
• Pada volume tetap meskipun perbadingan volume larutan bervariasi tetap akan menghasilkan pengukuran suhu yang sama atau tidak beda jauh begitu pula dengan berat campuran larutan.
Saran
• Sebaiknya bahan dan alat yang diujikan ditambah agar praktikan dapat mengetahui perbandin gan laju reaksi dari larutan lainnya.

Daftar pustaka
Chang, Ir. (2004), kimia dasar . jakarta: Erlangga
Brady, E. James. (1094), Kimia universitas asas dan struktur, binapura aksara : jakarta
S,syukri.(1999). Kimia dasar 1.jakarta:erlangga
Respati, Ir.(1981) ilmu kimia. Yogjakarta: UGM
Sunarya, yayan. (2010). Kimmia dasar 1. Bandung: ITB

 

laporan kimia tentang termokimia

16 November 2017 20:55:41 Dibaca : 49934

JUDUL:
Termokimia
TUJUAN
Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi.
Perubahan kalor dapat diukur atau dipelajari dengan percobaan yang sederhana.
DASAR TEORI
Termokimia merupakan ilmu yang mempelajari perubahan energi, khususnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia.Secara operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran dan penafsiran perubahan kalor.Perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.Jumlah perubahan kalor reaksi sebagai hasil kimia dapat diukur dengan alat yang bernama kalorimeter. Alat ini mengukur perubahan temperatur yang terjadi selama reaksi kimia berlangsung (Basri, 2002 : 52).
Energi yang menyertai reaksi kimia lebih lazim dinyatakan dalam bentuk entalpi, sebab banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan pada tekanan tetap, bukan pada volume tetap. Suatu besaran yang sangat berguna dalam reaksi kimia adalah perubahan entalpi molar standar, dilambangkan dengan ΔH⁰, yang menyatakan perubahan entalpi, jika satu mol pereaksi diubah menjadi produk pada keadaan standar (Sunarya, 2010 : 136).
Dalam termokimia ada dua yang perlu diperhatikan menyangkut perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan.Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi.Sedangkan lingkungan adalah hal-hal diluar sistem yang membatasi sistem dan dapat mempengaruhi sistem (Hasanudin, 2015).
Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Berdasarkan adanya perpindahan energi dari sistem kelingkungan atau sebaliknya, rekasi termokimia dikelompokkan menjadi reaksi eksoterm dan endoterm.

Reaksi Eksoterm
Rekasi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor.Pada reaksi eksoterm, kalor mengalir dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi semakin berkurang, artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil dari entalpi reaksi (Hr).Oleh karena itu perubahan entalpinya (ΔH) bertanda negatif.
Contoh : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ΔH = - 26,78 Kkal
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu serta mengeluarkan panas pada proses reaksinya.
Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor.Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah, artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpinya (ΔH) bertanda positif.
Contoh : 2NH3 (g) N2 (g) + 3H2 (g) ΔH = + 26,78 Kkal
Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu serta memerlukan panas pada proses reaksinya (Purwanti, 2012).
Entalpi
Kebanyakan percobaan kimia lebih sering dilakukan pada kondisi tekanan konstan dan bukan pada volume tetap, sehingga disukai untuk menghubungkan kalor yang dipindahkan pada tekanan tetap (Oxtoby,2001:201).
Perubahan entalpi standar suatu reaksi dapat digolongkan menurut jenis reaksinya, seperti entalpi pmbentukan standar (ΔHf⁰), entalpi penguraian standar (ΔHd⁰), dan entalpi pembakaran standar (ΔHc⁰).Tapi pada dasarnya.Semua jenis perubahan entalpi standar, kadang-kadang digolongkan sebagai entalpi reaksi (ΔHf⁰). Sebab reaksi pembentukan, penguraian, maupun pembakaran, semua tergolong reaksi kimia (Sunarya,2010:149).

Jenis-jenis perubahan entalpi:
Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔHf⁰)
Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔHf⁰) menyatakan perubahan energy entalpi pada pembentukan satu mol zat dari unsur-unsurnya pada keadaan standar (Purwanti, 2012).
Perubahan entalpi penguraian standar (ΔHd⁰)
Entalpi penguraian standar menyatakan perubahan entalpi pada satu mol zat atau senyawa menjadi unsure-unsurnya pada keadaan standar (Purwanti,2012).
Perubahan entalpi pembakaran standar (ΔHc⁰)
Entalpi pembakaran standar menyatakan reaksi suatu zat atau suatu senyawa dengan oksigen (Purwanti,2012).

Kalorimeter dan Kapasitas kalor
Alat yang digunakan untuk mengukur kalor yang diserap atau yang dilepaskan dalam reaksi kimia disebut calorimeter. Perubahan kalor yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Qâ‚Œ m x c x ΔT atau Qâ‚Œ C x ΔT
Keterangan:
Q: kalor (J)
m : massa larutan (g)
c : kalor jenis pelarut ( gr/ml )
C: kapasitas kalor
ΔT: T2-T1 perubahan suhu (Suparmin,2014:51).
Termokimia membahas tentang perubahan energy yang menyertai suatu reaksi kimia yang dimanifestasikan sebagi kalor reaksi (Sunarya,2010:127).
Kajian kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut termokimia.Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi kita dapat mengukur (secara tak langsung, dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperature). Energy yang dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor dan bergantung pada kondisinya apakah dengan perubahan energy dalam atau perubahan entalpi. Sebaliknya, jika kita tahu ΔV atau ΔH suatu reaksi, kita dapat memperkirakan jumlah energy yang dihasilkannya sebagai kalor (P.W.Afkins,1996:47).
Persamaan termokimia
Persamaan termokiia adalah persamaan kimia yang sudah setara.Dalam persamaan termokimia harus melibatkan fasa zat-zat yang bereaksi, sebab perubahan entalpi bergantung pada fasa zat.Sebagai contoh, reaksi antara gas hydrogen dengan gas oksigen membentuk air. Jika air yang dihasilkan membentuk/berwujud zat cair akan dilpeaskan sebesar 483,7 kJ, tetapi jika air yang diproduksi berupa uap, kaloryang dilepaskan sebesar 571,1 kJ. Persamaan termokimianya adalah:
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l) ΔH= -571,1 kJ
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l) ΔH= -483,7 kJ
Perbedaan alor menunjukkan bahwa ketika uap air mengembun menjadi cair melepaskan kalor sebesar selisih ΔH kedua reaksi di atas (Sunarya,2010:137).
Kalor adalah cara perpindahan energi panas dari suatu sistem ke sistem lain atau kelingkungan. Jika tidak ada aliran panas, tidak dapat dikatakan memiliki kalor. Perubahan energi yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energi yang hilang selama reaksi berlangsung melainkan berubah benuk dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Adanya kekekalan energi ini ditunjukkan oleh selisih penyerapan dan pelepasan energi yang disebut energi internal (Sunarya,2010:127-130).
Kalor reaksi dapat ditentukan dengan percobaan laboratorium atau dengan perhitungan. Dengan perhitungan ada tiga cara, yaitu berdasarkan Hess, data kalor pembentukan standar dan data energi ikatan (Syukri,1999:85).
Penentuan kalor reaksi
Hukum Hess
Hukum Hess menyatakan “kalor yang menyertai suatu reaksi tidak tergantung pada jalan yang ditempuh, tetapi hanya pada kaedaan awal dan akhir (Syukri,1999:86).
Perubahan entalp dan reaksi-reaksi kimia dapat ditentuka secara laboratorium menggunakan alat calorimeter.Namun demikian, banyak reaksi kimia yang ukar, bahkan tidak mungkin diukur secara laboratorium.Contohnya reaksi pembentukan etanol dari unsure-unsurnya. Persamaan kimianya:
C(s) + 2H2(g) + 1/2 O2(g) CH3OH(l)
Berdasarkan sejumlah percobaan yang dilakukan dan sifat-sifat entalpi, Hess mengajukan temuannya yaitu, oleh karena entalpi adalah suatu fungsi keadaan, maka perubahan entalpi yang berlangsung dari keadaan awal ke keadaan akhir tidak bergantung pada jalannya reaksi. Dengan kata lain, perubahan kalor dalam suatu reaksi hanya bergantung pada keadaan awal (pereaksi) dan keadaan akhir (hasil reaksi). Besarnya perubahan kalor selalu tetap walaupun reaksi itu dilangsungkan dalam satu tahap atau sederet tahap.Prinsip ini dikenal sebagai Hukum Hess.
Kalor pembentukan standar
Suatu senyawa dapat dibuat langsung dari unsure-unsurnya.Kalornya disebut kalor pembentukan standar dan dapat ditentukan dengan percobaan.Kalor ini merupakan entalpi senyawa dan unsur-unsur pembentuknya. Jika kita misalkan kalor pembentukan unsure tersebut nol, maka kita dapat mengetahui kalor pembentukan relativ senyawa yang terbentuk (Sunarya,2010:138).

Energi ikatan
Kalor reaksi juga dapat diperkirakan dari data energy ikatan pereaksi dan hail reaksi. Energi ikatan adalah energi rata-rata yang diperlukan untuk menentukan ikatan antara dua atom dalam senyawa.Oleh sebab itu, kalor reaksi (ΔH) adalah perubahan energi yang dibutuhkan dengan yang dilepaskan.ΔHâ‚Œ Energi pengatoman pereaksi-Energi pengatoman produk.
Energi pengatoman unsur adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan antara atom-atom dalam unsur sehingga menjadi atom-atom bebas (Syukri,1999:93).
Menurut Hukum termodinamika perubahan energy yang menyertai wujud dinyatakan dalam rumus: ΔE: Q-W. dengan Qâ‚Œ kalor yang diserap oleh sistem, Wâ‚Œ kerja yang dilakukan oleh sistem, kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap kerja dirumuskan dengan persamaan: Wâ‚ŒP X ΔV dengan Pâ‚Œ tekanan gas, ΔVâ‚Œ perubahan volume untuk sistem gas oleh karena pada tekanan tetap. ΔEâ‚Œ Q-P x ΔV. Bila ΔVâ‚Œ0, maka ΔEâ‚Œ Q kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut entalpi (Epinur,dkk,2011:36).

Alat dan Bahan
Alat
No Nama alat Kategori Gambar Fungsi
1 Kalorimeter
1
Untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam reaksi kimia
2 Gelas Ukur 1
Untuk mengukur volume suatu larutan yang berwarna maupun tidak.
3 Termometer 1
Untuk mengukur suhu.
4 Penangas 2
Berfungsi untuk memanaskan air
5 Pipet Tetes 1
Untuk mengambil larutan atau cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas.
6 Gelas Kimia 1
Sebagai tempat atau wadah menampung atau menyimpan larutan

Bahan
No Nama bahan Kategori Sifat fisik Sifat kimia
1 H2O Umum Titik didih 100⁰C
Titik beku 0⁰C
Tidak berwarna dan tidak berbau. Pelarut yang baik untuk berbgai macam zat
Tidak terbakar
Tidak beracun
2 Etanol Khusus titik didih 102⁰C
titik lebur 169⁰C
tidak berwarna dapat digunakan sebagai bahan bakar
dapat menjadi minuman beracun
larut dalam air


Prosedur Kerja
Menentukan tetapan kalorimeter

memasukkan ke dalam memanaskan ke dalam
kalorimeter gelas kimia ±10⁰ diatas
mencatat temperatur suhu kamar.
mencatattemperatur

mencampur air panas ke dalam kalorimeter
mengaduk/mengocok
mengamati temperaturnya selama 10 menit dalam selang waktu 1 menit

Menentukan kalor pelarutan Etanol dalam Air

memasukkan ke dalam memasukkan ke dalam
kalorimeter kalorimeter
mengukur temperatur air
selama 2 menit dengan
selang waktu ½menit

mengocok campuran dalam kalorimeter
mengamati temperaturnya selama 4 menit
dalam selang waktu ½ menit

memasukkan ke dalam memasukkan ke dalam
kalorimeter kaloimeter
mencatattemperatur
selama 2 menit dengan
selang waktu ½ menit

mengocok campuran dalam kalorimeter
mengamati temperaturnya selama 4 menit
dalam selang waktu ½ menit

memasukkan ke dalam memasukkan ke dalam
kalorimeter kaloimeter
mencatat temperatur
selama 2 menit dengan
selang waktu ½ menit

mengocok campuran dalam kalorimeter
mengamati temperaturnya selama 4 menit
dalam selang waktu ½ menit

Hasil Pengamatan
Penentuan tetapan kalorimeter
Dik : Va1 = volume air dingin = 20 ml ρ air = 1 gr/ml
Va2 = volume air panas = 20 ml S air = 4,2 J/gr. K
T air panas = 39⁰C = 312 K
Tair dingin = 29⁰C K
Tabel suhu campuran air
t (menit) T (K)
t1 306
t2 307
t3 307
t4 306
t5 305
t6 304
t7 304
t8 304
t9 305
t10 305

Penentuan kalor pelarutan etanol dalam air
Dik : Vair = 18 ml
Vetanol = 29 ml
Tetanol = 29⁰C = 302 K
Tabel suhu air
t (menit) T (K)
½ 303
1 303
1½ 303
2 303

Tabel suhu campuran
t (menit) T (K)
1 305
2 305
3 304
4 304
5 304
6 305
7 305
8 305

Dik : Vair = 27 ml
Vetanol = 19,3 ml
Tetanol = 29⁰C = 302 K
Tabel suhu air
t (menit) T (K)
½ 302
1 303
1½ 303
2 303
Tabel suhu campuran
t (menit) T (K)
1 306
2 307
3 307
4 306
5 306
6 306
7 306
8 306
Dik : Vair = 36 ml
Vetanol = 14,5 ml
Tetanol = 29⁰C = 302 K
Tabel suhu air
t (menit) T (K)
½ 302
1 302
1½ 302
2 302

Tabel suhu campuran
t (menit) T (K)
1 304
2 304
3 304
4 305
5 305
6 306
7 305
8 304


Perhitungan
Penentuan tetapan kalorimeter
Dik : V1 = Vair dingin = 20 mL
V2 = Vair panas = 20 mL
T1 = Tair dingin = 29⁰C = 29 + 273 = 302⁰K
T2 = Tair panas = 39⁰C = 39 + 273 = 312⁰K
ρair= massa jenis air = 1 gr/mL
Sair = kalor jenis = 4.2 J/gr.k
Tabel suhu campuran air
t (menit) T (K)
t1 306
t2 307
t3 307
t4 306
t5 305
t6 304
t7 304
t8 304
t9 305
t10 305

Menghitung massa air dingin
Ma1 = Va1 x ρair
= 20 mL x 1 gr/mL
= 20 gr
Menghitung massa air panas
Ma2 = Va2 x ρair
= 20 mL x 1 gr/mL
= 20 gr

Menghitung suhu campuran
Tcamp = ΣT = (306+307+307+306+305+304+304+304+305+305)/10
=3053/10
= 305,3K
Menghitung perubahan suhu air dingin
ΔT1 = Tcamp - Tair
= 305,3– 302
= 3,3 K
Menghitung perubahan suhu air panas
ΔT2 = Tair2 - Tcamp
= 312 – 305,3
= 6,7 K
Menghitung kalor yang diserap air dingin (Q1)
Q1 = Ma1 x S x ΔT1
= 20 gr x 4.2 J/gr.k x 3,3 K
= 277,2 J
Menghitung kalor yang diserap airpanas (Q2)
Q2= Ma2 x S x ΔT2
= 20 gr x 4.2 J/gr.k x 6,2 K
= 562,8 J
Menghitung kalor yang diterima calorimeter (Q3)
Q3 = Q2 - Q1
= 562,8 J – 277,2 J
= 285,6 J
Menghitung tetapan kalor
K=Q3/ΔT
= Q3/( ∆T2-∆T1)= (285,6 J)/(6,7-3,3) = (285,6 J)/3,4 = 84 J/K

Penentuan kalor penetralan etanol dan air
Untuk campuran air 18 mL dengan etanol 29 mL
Dik : Vair = 18 mL Tair = 303 K
Vetanol = 29 mL Tetanol = 302 K
ρair = 1 gr/mL
ρetanol = 0.789 gr/mL
Setanol = 1.92 J/gr.k
Dit : Entalpi Pelarutan (ΔH1)
Penye :
Menghitung massa air
Mair = Vair x ρair
= 18 mL x 1 gr/mL
= 18 gr
Menghitung massa etanol
Metanol = Vetanolx ρetanol
= 29 mL x0.789 gr/mL
= 22,881 gr
Menghitung suhu campuran
t (menit) T (K)
1 305
2 305
3 304
4 304
5 304
6 305
7 305
8 305

Tcamp = ΣT = ( 305+305+304+304+304+305+305+058)/8
= ( 2437)/8
= 304 K
Kalor yang diserap air (Qa)
ΔT1 = Tcamp - Tair
= 304 K – 303 K
= 1 K
Qa = Ma1 x S x ΔT1
= 18 gr x 4.2 J/gr.k x 1 K
= 75,6 J
Kalor yang diserap etanol (Qc)
ΔT2= Tcamp - Tair
= 304 K – 302 K
= 2 K
Qc= Metanolx S x ΔT2
= 22,8 gr x 1.92 J/gr.k x 2 K
= 87,552 J
Kalor yang diserap kalorimeter (Qk)
Qk = K x ΔT2 → k : 84 J/K
= 84 J/K x 2 K
= 168 J
Kalor yang dihasilkan pada larutan (Ql)
Ql = Qair + Qetanol + Qk
= 75,6 J + 87,552 J + 168 J
= 331 J
Entalpi pelarut (ΔH1)
ΔH1 = ( Q1)/(29/58)
= ( 331)/0,5
= 662 Joule
Untuk campuran air 27 ml dengan etanol 19,3 ml
Dik : Vair= 27 mL Setanol = 1.92 J/gr.k
Vetanol = 19,3 mL Sair = 4,2 J/gr.k
ρair = 1 gr/mL Tair = 303 k
ρetanol = 0.789 gr/mL Tetanol = 302 k
Dit : Entalpi perubahan (ΔH) ?
Penye :
Menghitung massa air
Mair = Vair x ρetanol
= 27 mL x 1 gr/mL
= 27 gr
Menghitung massa etanol
Metanol = Vetanol x ρetanol
= 19,3 mL x 0,789 gr/mL
= 15,23 gr
Menghitung suhu campuran
t (menit) T (k)
1 306
2 307
3 307
4 306
5 306
6 306
7 306
8 306

Tcamp = ΣT = (306 +307+307+306+306+306+306+306)/8
= 2450/8
= 306 K
Kalor yang diserap air (Qa)
ΔT1 = Tcamp - Tair
= 306 – 303
= 3 K
Qa = Mair x Sair x ΔT1
= 27 mL x 4,2 J/gr.K x 3
= 340 J
Kalor yang diserap etanol (Qc)
ΔT2 = Tcamp - Tair
= 306 – 302
= 4 K
Qc = Metanol x S x ΔT2
= 15,23 gr x 1,92 J/gr.K x 4
= 116 J
Kalor yang diserap calorimeter (Qk)
Qk = K x ΔT2
= 84 x 4
= 336 J
Kalor yang diserap pada larutan tugas (QL)
QL = Qair + Qmetanol + Qk
= 340 + 116 + 336
= 792 J
Entalpi pelarutan tugas (ΔH2)
ΔH2 =Ql/(29/58)=792/0,5= 1584 J/mol

Untuk campuran air 36 mL dengan etanol 14,5 mL
Dik : Vair = 36 mL
Vetanol = 14,5 mL
Tair = 302 K
Tetanol = 302 K
ρair = 1 gr/mL
ρetanol = 0,789 gr/mL
Sair = 4,2 J/gr.K
Setanol = 1,92 J/gr.K
Dit : Entalpi perubahan (ΔH2)
Penye :
Menghitung massa air
Mair = Vair x ρair
= 36 mL x 1 gr/mL
= 36 gr
Menghitung massa etanol
Metanol = Vetanol x ρetanol
= 14,5 mL x 0,789 gr/mL
= 11,44 gr
Menghitung suhu campuran
t(menit) T (k)
1 304
2 304
3 304
4 305
5 305
6 306
7 305
8 304

Tcamp = ΣT = (304 +304+304+305+305+306+305+304)/8
= 2441/8
= 306 K
Kalor yang diserap air (Qa)
ΔT1 = Tcamp – Tair
= 306 – 302
= 4 K
Qa = Mair x Sair x ΔT1
= 36 mL x 4,2 J/gr.K x 4
= 604,8 J
Kalor yang diserap etanol (Qc)
ΔT2 = Tcamp - Tair
= 306 – 302
= 4 K
Qc = Metanol x Setanol x ΔT2
= 11,44 gr x 1,92 J/gr.K x 4
= 87,85 J
Kalor yang diserap kalorimeter (Qk)
Qk = K x ΔT2
= 84 x 4
= 336 J
Kalor yang diserap pada larutan tugas (QL)
QL = Qair + Qetanol + Qk
= 604,8 + 87,85 + 336
= 1028,65 J
Entalpi pelarutan (ΔH3)
ΔH3 = Ql/(29/58) =1028,65/0,5 = 2057,3 J/mol
Untuk mencari perbandingan mol air dan mol etanol dalam setiap campuran :
Untuk campuran air 18 mL dengan etanol 29 mL
Perubahan suhu mula – mula (ΔTm1)
ΔTm1=((T air + T etanol))/2= ((302+303))/2= 302,5 K
Perubahan suhu akhir
ΔTa1 = Tcamp – ΔTm1
= 304 – 302,5
= 1,5 K
Mol air =(gr air)/(Mr air)= (ρ air x V air)/(Mr air)= (1 x 18)/18= 1 mol
Mol etanol =(gr etanol)/(Mr etanol)= (ρ etanol x V etanol)/(Mr etanol)= (0,789 x 29)/46= 0,5 mol
Perbandingan mol air dengan mol etanol
Mol air : Mol etanol
1 : 0,5
2
Untuk campuran air 27 mL dengan etanol 19,3 mL
Perubahan suhu mula – mula (ΔTm2)
ΔTm2=((T air + T etanol))/2= ((302+303))/2= 302,5 K
Perubahan suhu akhir (ΔTa2)
ΔTa2 = Tcamp – ΔTm2
= 306 – 302,5
= 3,5 K
Mol air =(gr air)/(Mr air)= (ρ air x V air)/(Mr air)= (1 x 27)/18= 1,5 mol
Mol etanol =(gr etanol)/(Mr etanol)= (ρ etanol x V etanol)/(Mr etanol)= (0,789 x 19,3)/46= 0,33 mol
Perbandingan mol air dengan mol etanol
Mol air : Mol etanol
1 : 0,33
4,5
Untuk campuran air 36 mL dengan etanol 14,5 mL
Perubahan suhu mula – mula (ΔTm3)
ΔTm3=((T air + T etanol))/2= ((302+302))/2= 302 K
Perubahan suhu akhir (ΔTa3)
ΔTa3 = Tcamp – ΔTm3
= 306 – 302
= 4 K
Mol air =(gr air)/(Mr air)= (ρ air x V air)/(Mr air)= (1 x 36)/18= 2 mol
Mol etanol =(gr etanol)/(Mr etanol)= (ρ etanol x V etanol)/(Mr etanol)= (0,789 x 14,5)/46= 0,25 mol
Perbandingan mol air dengan mol etanol
Mol air : Mol etanol
2 : 0,25
8
No Volume (mL) Massa (gr) ΔTm ΔTa ΔT ΔTï‚°/mol (mol air)/(mol etanol)
air etanol air etanol
1 18 29 18 22,8 302,5 1,5 -301 662 2
2 27 19,3 27 15,2 302,5 3,5 -299 1584 4,5
3 36 14,5 36 11,4 302 4 -298 2057,3 8

Kurva hubungan ΔH dengan mol air/mol etanol

Pembahasan
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diperoleh dari reaksi-reaksi. Termokimia adalah ilmu yang mengkaji tentang efek panas yang terjadi baik pada proses fisika maupun dalam dalam reaksi kimia. Jumlah perubahan kalor sebagai hasil reaksi kimia dapat diukur dalam satu kalorimeter (yang di ukur temperatur).Termokimia yang diamati pada praktikum ini yaitu penentuan tetapan calorimeter dan penentuan kalor pelarutan etanol dalam air.
Penentuan tetapan kalorimeter
Tetapan kalorimeter adalah jumlah yang diserap kalorimeter untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat.Percobaan ini bertujuan untuk menentukan harga tetapan kalorimeter.Perlakuan yang diberikan yaitu mencampurkan air dingin sebanyak 20 ml yang memiliki suhu 29⁰C dengan air panas sebanyak 20 ml yang bersuhu 39⁰C ke dalam kalorimeter, kemudian mengaduk dan mengamati perubahan suhunya selama 10 menit dengan selang waktu 1 menit.
Setelah dilakukan pencampuran, dpaat diamati dengan termometer, terjadi perubahan suhu karena suhu campuran tidak konstn.Perubahan suhu terjadi karena adanya pelepasan dan penyerapan kalor.Air panas melepaskan sebagian kalornya dan air dingin menyerap kalor. Pada proses ini tdak terjadi reaksi kimia tetapi proses fisik, yaitu perubahan suhu. Kalor yang diserap air dingin dan air panas dapat dihitung apabila diketahui perubahan suhu air dingin dan air pana. Kenaikan temperatur air dingin dapat dihitung dengan mengurangkan suhu campuran dan suhu awal air dingin sehingga diperoleh 3,3 K. Sedangkan penurunan suhu air panas dapat dihitung dengan mengurangkan suhu awal air panas dengan suhu campuran sehingga menghasilkan 6,7 K.
Jika kalorimeter tidak menyerap kalor dari campuran air, maka kalor yang diberikan oleh air panas sama dengan kalor yang diserap air dingin. Tetapi, karena kalorimeter juga ikut menyerap kalor, maka kalor yang diserap oleh kalorimeter adalah selisih antara kalor yang diberikan oleh air panas dengan kalor yang diserap air dingin. (Q3 = Q2-Q1). Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan cara membagi jumlah kalor yang diserap kalorimeter (Q3) dengan penghantaran perubahan suhu pada kalorimeter. Sehingga, diperoleh tetapan kalorimeter sebesar 84 J/K.
Penentuan kalor pelarutan etanol dalam air
Pada percobaan ini, tujuannya yaitu menentukan kalor pelarutan etanol dalam air. Jika dilarutkan dalam air, maka akan dilepaskan sejumlah kalor. Besarnya perubahan kalor yang dilepaskan bergantung pada konsentrasi awal dan konsentrasi akhir larutan yang dibentuk. Secara teoritis, perubahan kalor terbesar maksimum terjadi jika etanol dilarutkan dalam volume air yang terhingga. Kalor ini disebut kalor pelarutan atau entalpi pelarutan.
Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan volume air dan volume etanol yang berbeda-beda, tetapi diberikan perlakuan yang sama. Percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan air sebanyak 18 ml dan etanol sebanyak 29 ml. Mula-mula air sebanyak 18 ml dimasukkan kedalam kalorimeter dan mengukur temperaturnya selama dua menit dengan selang waktu ½ menit.Setelah itu mengamati perubahan suhu yang terjadi selama 4 menit dengan selang waktu ½ menit.
Untuk percobaan kedua (menggunakan air 27 ml dan etanol 19,3 ml) dan ketiga (menggunakan air 36 ml dan etanol 14,5 ml), mengulangi langkah seperti pada percobaan pertama. Hasil yang diperoleh yaitu suhu campuran pada percobaan pertama sebesar 304 K, pada percobaan kedua sebesar 306 K, dan pada percobaan ketiga sebesar 306 K. Setelah mengetahui suhu campuran, maka kita dapat mengetahui ΔH pelarutannya. Dari grafik dapat dilihat bahwa jika perbandingan mol air dengan mol etanol semakin besar, maka ΔH pelarutannya semakin besar.Jadi, perubahan kalor terjadi saat etanol dilarutkan dalam volume air yang tertinggi.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
Setiap reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi yang ditandai dengan perubahan suhu. Perubahan energi yang terjadi dapat berupa melepas kalor ataupun menyerap kalor. Berdasarkan pengamatan, benda yang memiliki suhu lebih tinggi akan melepas kalor sedangkan benda yang memiliki suhu lebih rendah akan menyerap kalor.
Perubahan kalor dapat diukur dan diamati melalui percobaan yang sederhana, salah satunya dengan meggunakan kalorimeter. Berdasarkan percobaan sederhana dengan menggunakan kalorimeter, dapat ditentukan bahwa perubahan kalor pelartan etanol dalam air menjadi semakin besar apabila perbandingan antara mol air dengan mol etanol lebih besar.

 

sejarah perkembangan atom

16 November 2017 20:06:28 Dibaca : 3780


Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur (SPU) Dan Penjelasannya
AMALHANAJA 4 MARET 2014 22 KOMENTAR

Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur (SPU) Dan Penjelasannya

Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur yang dikemas secara berkala dalam bentuk periode dan golongan berdasarkan kemiripan sifat-sifat unsurnya.

Robert Boyle adalah orang pertama yang memberikan tentang definisi bahwa unsur adalah suatu zat yang tidak dapat lagi dibagi-bagi menjadi dua zat atau lebih dengan cara kimia. Sejak itu orang dapat menyimpulkan bahwa unsur-unsur mempunyai sifat yang jelas dan ada kemiripan diantara sifat-sifat unsur itu.
1. Pengelompokkan Unsur Menurut Antoine Lavoisier

Setelah Boyle memberi penjelasan tentang konsep unsur, Lavoiser pada tahun 1769 menerbitkan suatu daftar unsur-unsur. Lavoiser membagi unsur-unsur dalam unsur logam dan non logam. Pada waktu itu baru dikenal kurang lebih 33 unsur. Pengelompokan ini merupakan metode paling sederhana , dilakukan. Pengelompokan ini masih sangat sederhana karena antara unsur – unsur logam sendiri masih banyak perbedaan.
Perbedaan Logam dan Non Logam
Logam Non Logam
1. Berwujud padat pada suhu kamar (250), kecuali raksa (Hg)
2. Mengkilap jika digosok
3. Merupakan konduktor yang baik
4. Dapat ditempa atau direnggangkan
5. Penghantar panas yang baik 1. Ada yang berupa zat padat, cair, atau gas pada suhu kamar
2. Tidak mengkilap jika digosok, kecuali intan (karbon)
3. Bukan konduktor yang baik
4. Umumnya rapuh, terutama yang berwujud padat
5. Bukan penghantar panas yang baik
Ternyata, selain unsur logam dan non-logam, masih ditemukan beberapa unsur yang memiliki sifat logam dan non-logam (unsur metaloid), misalnya unsur silikon, antimon, dan arsen. Jadi, penggolongan unsur menjadi unsur logam dan non-logam masih memiliki kelemahan.
KELEBIHAN & KEKURANGAN Unsur Menurut Antoine Lavoisier
(+) KELEBIHAN :
• Sudah Mengelompokkan 33 unsur berdasarkan sifat kima, sehingga bisa dijadikan referensi bagi ilmuwan setelahnya
(-) KELEMAHAN :
• Pengelompokannya masih terlalu umum
2. Pengelompokkan Unsur Menurut Johann Wolfgang Dobereiner

Dobereiner adalah orang pertama menemukan hubungan antara sifat unsur dengan massa atom relatifnya. Unsu-unsur dikelompokkan berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya. Setiap kelompok terdiri atas tiga unsur, sehingga disebut triade. Di dalam triade, unsur ke-2 mempunyai sifat-sifat yang berada di antara unsur ke-1 dan ke-3 dan memiliki massa atom sama dengan massa rata-rata unsur ke-1 dan ke-3.
Jenis Triade :
• Triade Litium(Li), Natrium(Na), Kalium(k)
• Triade Kalsium(Ca), Stronsium(Sr), Barium(Br)
• Triade Klor(Cl), Brom(Br), Iodium(I)
Tabel pengelompokan unsur-unsur menurut Triade Dobereiner

KELEBIHAN & KEKURANGAN Pengelompokkan Unsur Menurut Johann Wolfgang Dobereiner
(+) KELEBIHAN :
+ Keteraturan setiap unsur yang sifatnya mirip massa atom (Ar) unsur yang kedua (Tengah) merupakan massa atom rata -rata di massa atom unsur pertama dan ketiga
(-) KEKURANGAN
– Kurang efisien karena ada beberapa unsur lain yang tidak termasuk dalam kelompok Triade padahal sifatnya sama dengan unsur di dalam kelompok triade tersebut.
3. Pengelompokan Unsur Menurut John Newlands

Triade Debereiner mendorong John Alexander Reina Newlands untuk melanjutkan upaya pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom dan keterkaitannya dengan sifat unsur.
Menurut Newlands, jika unsur-unsur diurutkan letaknya sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat unsur akan terulang pada tiap unsur kedelapan. Keteraturan ini sesuai dengan pengulangan not lagu (oktaf) sehingga disebut Hukum Oktaf (law of octaves). Tabel berikut menunjukkan pengelompokan unsur berdasarkan hukum Oktaf Newlands.

(-)KELEMAHAN :
– dalam kenyataanya mesih di ketemukan beberapa oktaf yang isinya lebih dari delapan unsur. Dan penggolonganya ini tidak cocok untuk unsur yang massa atomnya sangat besar.
4. Pengelompokan Unsur Menurut Dmitri Mendeleev

Dmitri Ivanovich Mendeleev pada tahun 1869 melakukan pengamatan 63 unsur yang sudah dikenal dan mendapatkan hasil bahwa sifat unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya. Sifat tertentu akan berulang secara periodik apabila unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Mendeleev selanjutnya menempatkan unsur-unsur dengan kemiripan sifat pada satu lajur vertikal yang disebut golongan. Unsur-unsur juga disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya dan ditempatkan dalam satu lajur yang disebut periode.
Tabel pengelompokan menurut Mendeleev

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN:
(+) KELEBIHAN :
+ Sistem Periodik Mendeleev menyediakan beberapa tempat kosong untuk unsur-
unsur yang belum ditemukan.
+ meramalkan sifat-sifat unsur yang belum diketahui.
Pada perkembangan selanjutnya, beberapa unsur yang ditemukan ternyata cocok
dengan prediksi Mendeleev.
(-) KELEMAHAN :
– Masih terdapat unsur – unsur yang massanya lebih besar letaknya di depan unsur yang massanya lebih kecil.
– Adanya unsur-unsur yang tidak mempunyai kesamaan sifat dimasukkan dalam satu
golongan, misalnya Cu dan Ag ditempatkan dengan unsur Li, Na, K, Rb dan Cs.
– Adanya penempatan unsur-unsur yang tidak sesuai dengan kenaikan massa atom.
5. Pengelompokkan Unsur Menurut Henry Moseley

Tabel periodik Mendeleev dikemukakan sebelum penemuan struktur atom, yaitu partikel-partikel penyusun atom. Partikel penyusun inti atom yaitu proton dan neutron, sedangkan elektron mengitari inti atom. Setelah partikel-partikel penyusun atom ditemukan, ternyata ada beberapa unsur yang mempunyai jumlah partikel proton atau elektron sama, tetapi jumlah neutron berbeda. Unsur tersebut dikenal sebagai isotop. Jadi, terdapat atom yang mempunyai jumlah proton dan sifat kimia sama, tetapi massanya berbeda karena massa proton dan neutron menentukan massa atom.
Dengan demikian, sifat kimia tidak ditentukan oleh massa atom, tetapi ditentukan oleh jumlah proton dalam atom tersebut. Jumlah proton menyatakan nomor atom. Dengan demikian sifat-sifat unsur ditentukan oleh nomor atom. Keperiodikan sifat fisika dan kimia unsur disusun berdasarkan nomor atomnya. Pernyataan tersebut disimpulkan berdasarkan hasil percobaan Henry Moseley pada tahun 1913. Menurut Moseley, sifat-sifat kimia unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya. Artinya, jika unsur-unsur diurutkan berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat unsur akan berulang secara periodik.

Susunan periodik yang disusun oleh Moseley akhirnya berkembang lebih baik sampai didapatkan bentuk yang sekarang ini dengan mengikuti hukum periodik bahwabila unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atom, maka sifat unsur akan berulang secara periodik.
Sistem periodik modern dikenal juga sebagai sistem periodik bentuk panjang, terdapat lajur mendatar yang disebut periode dan lajur tegak yang disebut golongan.
Dalam sistem periodik modern terdapat 7 pediode, yaitu:
• Periode 1 : terdiri atas 2 unsur
• Periode 2 : terdiri atas 8 unsur
• Periode 3 : terdiri atas 8 unsur
• Periode 4 : terdiri atas 18 unsur
• Periode 5 : terdiri atas 18 unsur
• Periode 6 : terdiri atas 32 unsur, yaitu 18 unsur seperti periode 4 atau 5, dan 14 unsur lagi merupakan deret lantanida
• Periode 7 : merupakan periode unsur yang belum lengkap. Pada periode ini terdapat deret aktinida
Penamaan khusus untuk beberapa golongan adalah :

Golongan I A disebut golongan Alkali, kecuali H
Golongan II A disebut golongan Alkali tanah
Golongan VII A disebut golongan Halogen
Golongan VIII A disebut golongan Gas Mulia
Golongan I B sampai Golongan VIII B disebut Golongan Transisi
Golongan III A sampai dengan golongan VI A diberi nama sesuai unsur yang ada pada golongan tersebut
Contoh :

Golongan III A diberi nama golongan Aluminium.
Golongan IV A diberi nama golongan Karbon Silikon.
Golongan V A diberi nama golongan Nitrogen Fosfor.
Golongan VI A diber nama golongan Oksigen Belerang.
Demikian artikel Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur (SPU) Dan Penjelasannya, jika ada pertanyaan silahkan berkomentar
Perubahan sifat Sistem Periodik Unsur

Beberapa perubahan sifat unsur secara teratur tersebut yaitu :

Logam dan non logam

Unsur secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 yaitu unsur logam dan unsur non logam. Unsur logam umumnya memiliki sifat yang bisa menghantarkan listrik dengan baik, warna mengkilap , keras. Unsur non logam umumnya memiliki sifat tidak bisa menghantarkan listrik, serta titik didih dan lelehnya rendah. Umumnya, di alam unsur logam Lebih banyak kelimpahannya daripada unsur non logam.

Pada sistem periodik, unsur logam terletak pada sebelah kiri dan unsur non logam terletak pada sebelah kanan. Dalam satu periode dari kiri ke kanan sifat kelogamannya berkurang atau makin bersifat non logam. Sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah sifat kelogamannya semakin besar. Diantara unsur logam dan non logam terdapat unsur semi logam atau disebu juga metaloid, yakni unsur non logam yang memiliki sifat kelogaman namun secara terbatas.

Titik leleh dan titik didih

(baca juga artikel suhu air mendidih ternyata tergantung tempat yaa )

Titik didih dan leleh termasuk sifat fisik yang memilikii sifat keperiodikkan. Kecendrungan atau tren perubahan titik didih dan leleh pada sistem periodik ialah sebagai berikut:

Unsur logam pada suatu golongan dari atas menuju bawah, titik didih dan leleh akan semakin rendah, sedangkan untuk unsur non logam akan semakin tinggi.
Unsur pada satu periode dari kiri menuju kanan, titik leleh naik hingga maksimum pada golongan IVA lalu turun secara teratur, sedangkan titik didih naik terus hingga maksimum pada golongan IIIA lalu turun dengan teratur.
Jari-jari atom

Jari-jari atom ialah jarak dari pusat atom (inti atom) hingga kulit luar yang ditempati elektron. Panjang atau pendeknya jari-jari atom bisa diketahui oleh 2 faktor yaitu jumlah kulit elektron dan muatan inti atom.

Ada kecendrungan jari-jari atom pada satu periode dari kiri ke kanan akan semakin pendek sedangkan jari-jari atom unsur segolongan dari atas ke bawah akan semakin panjang. Kecendrungan tersebut disebabkan oleh adanya garik tarik inti atom terhadap elektron serta jumlah kulit elektron.Pada suatu periode dari kiri ke kanan muatan inti akan bertambah sedangkan jumlah kulit elektron tetap. Oleh karena itu gaya tarik inti tehadap elektron terluar semakin kuat hingga menyebabkan jarak elektron yang terluar dengan inti makin dekat.Pada golongan, semakin ke bawah jumlah kulit makin banyak. Meski dalam hal ini jumlah muatan inti makin banyak, tapi pengaruh bertambahnya jumlah kulit lebih besar daripada pengaruh muatan inti. Oleh karena itu, jarak elektron kulit terluar terhadap inti akan semakin jauh.
Kesimpulan Kecenderungan
1. Jari Jari Atom

2. Potensi Ionisasi

3. Afinitas Elektron

4. Keasaman

5. Kereaktifan

6. Kelogaman

7. Keelektronegatifan

 

hak dan kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua

12 November 2017 22:11:20 Dibaca : 1278

15 Kewajiban Anak Laki-Laki Terhadap Ibunya Setelah Menikah
Segala hal dalam islam telah diatur dengan jelas. Baik itu tentang kewajiban orang tua terhadap anak yang sudah menikah, hak anak terhadap orang tua, dan perintah agar anak berbakti kepada orang tua hingga akhir hayatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24 yang artinya:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” (QS.Al-Isra : 23)
Ayat diatas menjelaskan bahwa kita sebagai anak wajib berbuat baik kepada orang tua, seperti layaknya orang tua yang menyayangi dan memenuhi hak-hak anaknya selagi masih kecil. Namun demikian, bagi anak perempuan setelah menikah maka haknya akan beralih kepada suaminya. Berbeda dengan anak laki-laki. Kewajiban anak laki-laki terhadap orang tuanya (khususnya ibu) akan terus berlanjut walau dia telah memiliki istri. Anak laki-laki masih harus mengabdi kepada ibunya. Nah, dibawah ini beberapa kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya setelah menikah.
1. Berbakti pada ibunya
“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”. (Q.S Maryam:14)

Seorang laki-laki yang telah menikah seringkali mengesampingkan bahkan melupakan ibunya hanya karena ia sudah memiliki istri cantik. Naudzubillah. Janganlah berbuat seperti demikian. Sebab kewajiban anak laki-laki untuk berbakti kepada ibunya tetap berjalan meskipun ia telah menikah. Anak laki-laki harus memperhatikan ibunya, memenuhi kebutuhannya dan tentu saja menjalankan apa yang disuruh ibunya (selama itu sesuai syariat agama dan tidak menyimpang).

2. Menyayangi dengan sepenuh hati
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’:24)

Perjuangan seorang ibu untuk membesarkan anaknya tidaklah mudah. Maka itu, anak wajib membalas kebaikan-kebaikan ibunya ketika ia telah dewasa. Salah satunya dengan cara menyayangi. Bahkan walau sudah menikah, anak laki-laki tetap berkewajiban mencintai ibunya melebihi cinta kepada istrinya. Apabila hal ini memicu rasa iri di hati istri, cobalah berikan pengertian kepadanya bahwa ibu adalah hal yang utama dalam islam. Sebisa mungkin, berusahalah menciptakan kedamaian diantara istri dan ibumu.
3. Menghormati dan sopan
Menghormati juga merupakan kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya setelah menikah. Anak diperintahkan untuk bertutuk kata yang sopan kepada orang tua. Apabila orang tua melakukan kesalahan, seorang anak tidak boleh membentaknya. Ingatkan mereka dengan ucapan yang lembut. Dan sebagai suami, bimbinglah istrimu untuk turut menghormati ibumu. Sebab bagi seorang istri, mertua adalah ibunya. Jadi harus dihormati dan disayangi layaknya ibu sendiri.
4. Bersikap adil terhadap nafkah ibu dan istri
Perihal masalah menafkahi, hal ini seringkali menjadi pemicu konflik dalam keluarga. Siapakah yang harus didahulukan oleh suami? Kebutuhan istri dan anak-anak atau kebutuhan ibunya? Islam memang mewajibkan seorang suami untuk menafkahi istri secara lahir dan batin. Dan jika kebutuhan pokok istri telah tercukupi, suami harus memenuhi kebutuhan ibunya. Ingatlah bahwa seorang anak tidak boleh menelantarkan ibunya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist:

Diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah Saw, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila

hak dan kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua

12 November 2017 22:11:14 Dibaca : 5790

15 Kewajiban Anak Laki-Laki Terhadap Ibunya Setelah Menikah
Segala hal dalam islam telah diatur dengan jelas. Baik itu tentang kewajiban orang tua terhadap anak yang sudah menikah, hak anak terhadap orang tua, dan perintah agar anak berbakti kepada orang tua hingga akhir hayatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24 yang artinya:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” (QS.Al-Isra : 23)
Ayat diatas menjelaskan bahwa kita sebagai anak wajib berbuat baik kepada orang tua, seperti layaknya orang tua yang menyayangi dan memenuhi hak-hak anaknya selagi masih kecil. Namun demikian, bagi anak perempuan setelah menikah maka haknya akan beralih kepada suaminya. Berbeda dengan anak laki-laki. Kewajiban anak laki-laki terhadap orang tuanya (khususnya ibu) akan terus berlanjut walau dia telah memiliki istri. Anak laki-laki masih harus mengabdi kepada ibunya. Nah, dibawah ini beberapa kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya setelah menikah.
1. Berbakti pada ibunya
“Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”. (Q.S Maryam:14)

Seorang laki-laki yang telah menikah seringkali mengesampingkan bahkan melupakan ibunya hanya karena ia sudah memiliki istri cantik. Naudzubillah. Janganlah berbuat seperti demikian. Sebab kewajiban anak laki-laki untuk berbakti kepada ibunya tetap berjalan meskipun ia telah menikah. Anak laki-laki harus memperhatikan ibunya, memenuhi kebutuhannya dan tentu saja menjalankan apa yang disuruh ibunya (selama itu sesuai syariat agama dan tidak menyimpang).

2. Menyayangi dengan sepenuh hati
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al Israa’:24)

Perjuangan seorang ibu untuk membesarkan anaknya tidaklah mudah. Maka itu, anak wajib membalas kebaikan-kebaikan ibunya ketika ia telah dewasa. Salah satunya dengan cara menyayangi. Bahkan walau sudah menikah, anak laki-laki tetap berkewajiban mencintai ibunya melebihi cinta kepada istrinya. Apabila hal ini memicu rasa iri di hati istri, cobalah berikan pengertian kepadanya bahwa ibu adalah hal yang utama dalam islam. Sebisa mungkin, berusahalah menciptakan kedamaian diantara istri dan ibumu.
3. Menghormati dan sopan
Menghormati juga merupakan kewajiban anak laki-laki terhadap ibunya setelah menikah. Anak diperintahkan untuk bertutuk kata yang sopan kepada orang tua. Apabila orang tua melakukan kesalahan, seorang anak tidak boleh membentaknya. Ingatkan mereka dengan ucapan yang lembut. Dan sebagai suami, bimbinglah istrimu untuk turut menghormati ibumu. Sebab bagi seorang istri, mertua adalah ibunya. Jadi harus dihormati dan disayangi layaknya ibu sendiri.
4. Bersikap adil terhadap nafkah ibu dan istri
Perihal masalah menafkahi, hal ini seringkali menjadi pemicu konflik dalam keluarga. Siapakah yang harus didahulukan oleh suami? Kebutuhan istri dan anak-anak atau kebutuhan ibunya? Islam memang mewajibkan seorang suami untuk menafkahi istri secara lahir dan batin. Dan jika kebutuhan pokok istri telah tercukupi, suami harus memenuhi kebutuhan ibunya. Ingatlah bahwa seorang anak tidak boleh menelantarkan ibunya. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist:

Diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah Saw, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” (HR. Muslim)

Seorang istri yang melarang suaminya memberikan nafkah kepada mertua, maka perbuatan itu bisa jadi memicu dosa. Namun apabila ia turut merelakannya insyaAllah rezeki suaminya bertambah dan ia memperoleh pahala.
5. Merawat dengan baik
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Q.S Luqman:14)

Perintah untuk berbuat baik dan merawat orang tua telah dituliskan secara jelas dalam Al-Quran. Sebagai seorang anak, kita wajib merawat orang tua yang telah lanjut usia. Jangan malah mengirimkannya ke panti jompo. perlakukan orang tua dengan baik, sayangi mereka, berikan tempat tinggal yang layak. Apabila kondisi mereka sudah lemah dan tidak ada yang merawatnya, cobalah berbicara dengan istri untuk mengajak orang tua tinggal bersama-sama dalam satu rumah.
6. Mematuhi nasehat ibunya, asalkan tidak merugikan
Anak laki-laki yang telah menikah masih wajib mematuhi perintah ibunya. Selama si ibu tidak menyuruh melakukan hal-hal yang dilarang islam (seperti berbuat maksiat) atau perbuatan jahat lainnya maka anak harus mentaati perintah tersebut. Namun apabila istri tidak menyetujuinya, cobalah bertanya alasan mengapa ia tak setuju. Diskusikan baik-baik dengan istri. Dan cobalah berikan pengetian kepada istri tentang ajaran-ajaran islam yang menjelaskan tata cara berperilaku terhadap orang tua.
7. Memperhatikan kondisi ibunya
Perhatian seorang laki-laki setelah menikah tidak hanya diberikan kepada istri dan anak-anaknya saja, tapi ibunya juga wajib menerima perhatian tersebut. Jangan sampai kebersamaan dengan istri melupakan akan keberadaan seorang ibu. Jenguklah ibu sesering mungkin. Berikan apa yang dibutuhkan walaupun seorang ibu mungkin tidak memintanya karena “tidak enak” dan takut merepotkan. Menjadi anak laki-laki haruslah bisa berbuat adil antara ibu dan istri. Jangan menyakiti hati keduanya dan berusahalah untuk membahagiakan mereka.
8. Mengajak istri untuk menjaga ibunya
Semakin bertambah usia, kekuatan orang tua akan semakin menurun. Bahkan diantara mereka ada yang bersikap layaknya anak kecil dan menjadi pikun. Di saat seperti itu, anak laki-laki tidak boleh meninggalkan orang tuanya sendirian. Ia wajib menjaga dan merawat mereka. Apabila anak laki-laki tersebut sibuk dan memiliki banyak pekerjaan, maka ia harus menyuruh istri untuk menjaga orang tuanya. Tentunya istri juga harus bersabar. Sebab ketika ia memutuskan menikah secara tak langsung berarti orang tua si laki-laki akan menjadi orang tuanya. Maka wajib bagi dirinya untuk menjaga mertua.
9. Menjaga nama baik ibunya
Ibu adalah orang yang paling berjasa dalam hidup anaknya. Sejelek apapun sikap ibu, mungkin ia pernah khilaf atau melakukan perbuatan yang memalukan, seorang anak tidak boleh mengumbar aib ibunya dihadapan orang lain termasuk istrinya. Anak laki-laki yang sholeh harus bisa melindungi nama baik keluarganya. Apabila ada masalah dan pertikaian, sebaiknya diselesaikan secara pribadi dengan pikiran tenang dan memperbanyak berdoa meminta petunjuk Allah SWT.

10. Mendoakan ibunya
Sebagai umat muslim, kita diperintahkan untuk selalu mendoakan orang tua baik di masa hidupnya ataupun ketika mereka telah meninggal. Meskipun seorang anak telah menikah dan menemukan kebahagiaanya, mereka tidak boleh lupa mendoakannya orang tuanya. Sebab orang tua yang telah mengasuh sejak kecil. Maka itu sebisa mungkin doakanlah mereka setiap selesai sholat dan diantara waktu adzan-iqomah. Dengan doa yang telah diajarkan rasulullah Saw, yaitu:

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”
11. Menasehati dengan baik apabila ibunya berbuat salah
Ada kalanya dimana orang tua bersikap egois, entah karena faktor usia atau keadaan. Namun apapun alasannya, sebagai seorang anak sangat dilarang membentak orang tua. Apabila orang tua melakukan sesuatu yang salah, mungkin menyakiti hati menantunya maka tugas anak laki-laki adalah menasehati orang tua cara halus. Jangan mengatakan ucapan kasar kepada orang tua karena hal itu dimurkai Allah SWT. Sebagaimana firmannya dalam surat Al-israa’ ayat 23 yang artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Q.S Al Israa’:23)

12. Meringankan beban ibunya
Seorang ibu berhak mendapatkan perlindungan dari anak laki-lakinya, sekalipun anak tersebut telah menikah. Siapa lagi yang mau melindungi orang tua kalau bukan anaknya? Toh, seorang anak menjadi tumbuh dewasa dan sukses juga berkat orang tuanya. Jadi mereka wajib meringankan beban ibunya, yang berarti memenuhi kebutuhannya, menjaganya dari orang-orang jahat, memastikan ia tinggal di tempat yang aman, segera datang apabila ia membutuhkan bantuan dan sebagainya.
13. Senantiasa mengingatkan perihal ibadah
Tugas seorang anak kepada orang tua tidak sekedar memberikan kebahagiaan, uang dan kasih sayang. Tapi juga menjaga mereka agar tetap di jalan Allah SWT agar kelak bisa berkumpul bersama di surga. Apabila orang tua sempat belok jalannya, melakukan maksiat atau mungkin lupa beribadah, anak wajib memperingatkannya dengan cara yang baik. Dengan memberikannya nasehat tentang ilmu-ilmu agama berarti kita telah menyelamatkannya dari api neraka. Namun sekali lagi, lakukan itu dengan cara yang sangat lembut dan sopan. Allah SWT berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang artinya:

”Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu”. (QS. At Tahrim: 6)
14. Memuliakan dan membahagiakan ibunya
Anak perempuan yang telah menikah maka kebahagiaanya menjadi tugas suaminya. Sedangkan kebahagiaan ibu menjadi tanggung jawab anak-anaknya, khusunya anak laki-laki. Jangan sampai menelantarkan ibu! Anak laki-laki wajib memuliakan ibunya, memberikan perhatian, menyayangi dan memenuhi segala kebutuhannya.

15. Menjaga perasaan ibu
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”

Ridha Allah SWT berada di tangan orang tua. Maka itu, sebagai anak wajib menghormati orang tuanya. Menjaga perasaan orang tua juga perlu dilakukan. Anak tidak boleh menyakiti hati orang tuanya. Sebisa mungkin tunjukanlah senyum terindah saat bertemu orang tua. Berucap dengan kata-kata sopan dan selalu mententramkan hatiny