Hukum Charles

21 September 2018 14:57:53 Dibaca : 9038 Kategori : laporan fisdas 1

Bismillahirrohmanirrohiim

 

Dandi Saputra Halidi

442417041

 

LAPORAN
PERCOBAAN FISIKA 9 (PF 9) HUKUM CHARLES


JUDUL
TEKANAN GAS DAN SUHU


RUMUSAN MASALAH
Bagaimana volume gas pada posisi-posisi piston yang berbeda-beda ?
Bagaimana grafik hubungan antara volume dan temperatur ?
Bagaimana kemiringan dan ketidakpastian grafik ?
Bagaimana kuantitas gas yang diperoleh lewat grafik dengan kuantitas gas yang diperoleh secara teoritis ?


TUJUAN
Agar mahasiswa mengetahui volume gas pada posisi-posisi piston yang berbeda-beda.
Agar mahasiswa mengetahui grafik hubungan antara volume dan temperatur.
Agar mahasiswa mengetahui kemiringan dan ketidakpastian grafik.
Agar mahasiswa mengetahui kuantitas gas yang diperoleh lewat grafik dengan kuantitas gas yang diperoleh secara teoritis.

 


DASAR TEORI
Pengaruh tekanan sampel gas diselidiki oleh Jacques Charles. Beliau mendapati gas akan mengembang apabila dipanaskan pada tekanan tetap.

SUHU T (K)
Tekanan tetap
Gambar 9.1
Garisan lurus dalam gambar 9.1 menunjukan terdapat perkadaran terus antara tekanan gas dan suhunya. Semua gas nyata akan terkondensasi jika disejukan pada suhu yang cukup rendah dan didapati garisan tersebut akan bertemu pada titik yang sama yaitu bersamaan dengan isi padu sifat dan suhu 273,15oC atau 0 K. Suhuh ini adalah suhu terendah yang boleh dicapai dan disebut suhu mutlak. Untuk kegunaan umum seperti dalam perkiraan, kita hanya akan menggunakan tiga angka berarti yaitu 273 K. Dalam gambar 9.1 setiap peringkat ujikaji dijalankan pada tekanan malar atau disebut isobar.
Perhubungan diatas dapat disimpulkan sebagai Hukum Charles yang menyatakan, pada tekanan tetap, volume dari massa tertentu atau kuantitas gas bervariasi secara langsung dengan temperatur.
V = cT
Hukum charles yaitu volume gas dengan jumlah tertentu berbanding lurus dengan temperature mutlak ketika tekanan dijaga konstan. Hukum Charles dapat dituliskan :
PV ∝ T
Hubungan ini menunjukkan bagaimana besaran P.V atau T akan berubah ketika yang kalinya diubah. Hubungan ini mengecil menjadi hukum boyle, Charles, dan gay-lussac ketika temperature tekanan dan volume berturut-turut tetap dijaga konstan. Temperature dan tekanan konstan, volume V dari sebuah gas ditempat tertutup bertambah dengan perbandingan lurus dengan massa m dari gas yang ada dengan demikian dituliskan :
PV ∝ mT
Dalam termodinamika dan kimia fisik, hukum Charles adalah hukum gas ideal pada tekanan tetap yang menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin). Secara matematis, hukum Charles dapat ditulis sebagai:

dengan
V = Volume gas (m3),
T = Temperatur gas (K), dan
K = Konstanta.
Hukum ini pertama kali dipublikasikan oleh joseph Louis Gay Lussac pada tahun 1802, namun dalam publikasi tersebut Gay-Lussac mengutip karya Jacques Charles dari sekitar tahun 1787, yang tidak dipublikasikan. Hal ini membuat hukum tersebut dinamai hukum Charles. Hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay-Lussac merupakan hukum gas gabungan. Ketiga hukum gas tersebut bersama dengan hukum Avogadro dapat digeneralisasikan oleh hukum gas ideal Hukum Boyle dan Charles. Ada banyak sekali penerapan hukum Boyle dan Charles. Hukum Boyle dan Charles digunakan dalam gas. Secara umum, keduanya mengandung pengertian yang hampir sama. Pembahasan hukum Boyle dan Charles adalah sebagai berikut.
Hukum ini menyangkut hubungan antara suhu, volume, dan tekanan. Dinyatakan bahwa bila tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding lurus dengan suhu absolut. Hukum ini sangat erat hubungannya dengan sifat kompresi dan dekompresi dari gas-gas yang juga berkaitan dengan gas-gas dalam aliran darah berwujud cair di tubuh manusia yang dapat menjadi lewat jenuh saat menyelam dengan udara tekan (tabung).
Suhu air di sekitar tubuh kita akan menentukan kenyamanan penyelaman dan durasi. Semua perairan bersuhu lebih dingin dari pada suhu tubuh normal (37'C atau 98'F) dan karenanya seorang penyelam akan kehilangan panas tubuhnya ke air karena faktor konduksi. Lapisanlapisan isolasi dan lemak atau baju selam dapat mengurangi pengaruh ini. Pada penyelaman satu-rasi, pemeliharaan suhu badan seorang penyelam menjadi suatu kebutuhan utama. Suhu air makin berkurang secara nyata bersamaan dengan bertambahnya kedalaman. Perubahan suhu muali terjadi setelah 10 meter pertama disebabkan oleh karena hilangnya sebagian besar panas matahari di kedalaman. Air dingin dapat menyebabkan gangguan-gangguan fisiologi yang bisa menjadi kritis seperti gangguan irama pernafasan, vertigo (pusing) dan sakit kepala berdenyut-denyut.
Hukum Charles, menyatakan “pada tekanan tetap, volume gas dengan massa tertentu berbanding lurus dengan temperatur (Kelvin)”. Dinyatakan menggunakan persamaan berikut.
Hukum Boyle menyatakan volume sejumlah tertentu gas berbanding terbalik dengan tekanan, asalkan suhu tetap konstan.
Secara matematis hukum Boyle dapat dinyatakan sebagai P1 V1 = P2 V2. Misalkan gas dengan 45,0 ml volume dan memiliki tekanan 760.mm. Jika tekanan meningkat menjadi 800mm dan suhu tetap konstan, maka menurut Hukum Boyle volume baru adalah 42,8 ml. (760mm)(45,0ml)=(800mm)(V2)
V2 = 42,8ml.
Hukum Charles dapat dinyatakan sebagai jika wadah ditempati oleh sampel gas pada tekanan konstan maka volume berbanding lurus dengan suhu.
V / T = konstan
V adalah volume
T adalah temperatur (diukur dalam Kelvin)
Pengaruh tekanan gas diselidiki oleh Jacques Charles. Beliau mendapati gas akan mengembang apabila di panaskan pada tekanan tetap yang menunjukkan adanya perkadaran terus antara tekanan gas dan suhunya.Semua gas nyata akan terkondensasi jika disejukkan pada suhu yang cukup rendah dan akan bertemu pada titik yang sama yaitu bersamaan dengan isi padu sifat dan suhu 273,15 0C atau 0 K. Suhu ini adalah suhu terendah yang boleh dicapai dan disebut suhu mutlak.Perhubungan ini disimpulkan sebagai Hukum Charles yang menyatakan “Pada tekanan tetap,volume dari massa tertentu atau kuantitas gas bervariasi secara langsung dengan temperature absolute”.
Secara kualitatif, temperatur dari sebuah objek (benda) dapat diketahui dengan merasakan sensasii panas atau dinginnya benda tersebut pada saat disentuh. Dengan demikian, temperatur merupakan ukuran panas-dingin suatu benda. Panas-dingin suatu benda berkaitan dengan energi kinetik (kecepatan atom-atom/molekul-molekul bergerak) yang terkandung dalam benda tersebut. Makin besar energi kinetiknya, makin besar temperaturnya. Temperatur merupakan sifat kasar dari suatu sistem yang dapat ditangkap secara inderawi (bisa diamati di laboratorium), oleh karenanya dikatakan sebagai besaran makroskopik. Selain temperatur, kuantitas makroskopik yang lain diantaranya adalah volume dan tekanan. Kuantitas-kuantitas makroskopik tersebut membentuk dasar bagi pengembangan ilmu termodinamika. Sedangkan energi kinetik sistem (termasuk di dalamnya adalah laju, massa, momentum, sifat tumbukan atom/molekul-molekul di dalam suatu sistem) merupakan kuantitas mikroskopik yang tidak dapat langsung diobservasi. Kuantitas-kuantitas ini, atau perumusan matematis yang didasarkan pada kuantitas-kuantitas tersebut, membentuk dasar bagi pengembangan ilmu mekanika statistika.
Jika sebuah volume gas dipanasi, sehingga volumenya berubah dari V1 ke V2 dan temperatur berubah dari T1 ke T2, maka
V1/V2 = T1/T2
Asalkan tekanan gas adalah konstant.
Secara sistematis hukum charles / Gay-lussac dapat dinyatakan
P α T atau P/T=K
Hukum ini dapat dibuktikan melalui teori kinetik gas. Karena temperatur adalah ukuran rata-rata energi kinetik, dimana jika energi kinetik gas meningkat, maka partikel gas akan bertumbukan dengan dinding / wadah lebih cepat, sehingga meningkatkan tekanan.
Hukum Gay-lussac dapat dituliskan sebagai perbandingan dua gas:
( P1)/T1 = (P2 )/T2 atau P1T2 = P2T1
Dalam termodinamika “ Hukum Charles” adalah hukum (pada gas ideal) pada tekanan tetap yang menyatakan bahwa “pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam kelvin)”. Pernyataan Hukum Charles yaitu “volume gas dengan jumlah tertentu berbanding lurus dengan temperatur mutlak ketika tekanan dibaca konstan”. Hukum Charles dituliskan : V α T [ P konstan ]. Hukum Charles didapat dengan bantuan teknik yang sangat berguna di sains yaitu menjaga satu atau lebih variabel tetap konstan untuk melihat akibat dari perubahan variabel saja. Hukum Charles disebut juga hukum Gay-lussac, yakni pada tekanan tetap, semua gas mulia kira-kira dengan 1/273 dari volumenya pada suhu 0C dengan persamaan:
V1 = V0 =⦋1+t/273,16⦌ dapat juga pada tekanan tetap, permulaan gas sebanding dengan suhu mutlaknya, dengan persamaan 1/T tetap.
Untuk suatu tekanan tertentu terrdapat suatu suhu saturasi yang sesuai, sehingga dalam daerah kubah uap, suatu proses tekanan konstan adalah juga proses isotermis. Akibat pemanasan, uap menjadi semakin kering dan kalor yang di serap q adalah sebagai berikut:
q = x2 hfg1 – x1 hfg1
= hfg1 (x2 – x1)
Jika uap dipanaslanjutkan, kalor yang diserap adalah perbedaan antara kalor total panas lanjut dengan kalor total uap jenuh.
q = hsup1 – hg1
Pada daerah super panas, suhu uap akan meningkat dan tidak lagi berekspansi dengan suatu suhu konstan atau isotermis.

Referensi :
Buku penuntun.2017.Penuntun Fisika Dasar 1.Gorontalo:UNG
Halliday, dkk. 2010. FISIKA DASAR Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Giancoli, Douglas C. 2001. FISIKA Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
http://rumus-fisika.PDF.com/2010/06/teori-kinetik-gas-part-1-fisika.html. Diakses pada tanggal 24 November 2017.

VARIABEL-VARIABEL
Variabel Bebas : air panas dan es, diameter piston
Variabel Terikat : temperature, waktu
Variabel Kontrol : waktu dan volume gas

ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum :
Heat engine gas law apparatus
Termometer
Kontainer air panas
es

PROSEDUR KERJA
Berikut adalah langkah - langkah kerja praktikum :
Menyusun peralatan praktikum.
Menggunakan one hole stopper dan plain pipa, sambungkan ke base apparatus dan tangki udara.
Membaringkan slinder(pada posisi ini gaya yang berkerja pada apparatus adalah tekanan atmosfir dan sama sepanjang jangkauan operasi piston)
Meletakan tangki udara dalam kontainer yang telah diisi air panas. Setelah tangki mencapai keadaan setimbang. Mencatat temperatur dan jangkauan piston
Menambahkan es ke dalam kontainer dan catat temperatur pada interval waktu 30 dan 60 detik
Menhitung volume gas pada posisi-posisi piston yang berbeda-beda yang telah diukur(diameter piston 32,5 mm).


HASIL PENGAMATAN
PF-9

Waktu : 30 detik
t0 = 90o C h0= 17 mm

t h
70 11,5
58 7

NST heat engine gas law apparatus : 1 mm
NST thermometer : 10C
Stopwatch : 0,01 s

t0 = 90o C h0= 17 mm
waktu : 60 detik

t h
69 9
42 5


PENGOLAHAN DATA PF 9
HUKUM CHARLES
Menghitung kesalahan relatif untuk interval waktu 30 detik dan 60 detik
Menghitung kesalahan relatif tekanan (h)
Untuk interval waktu 30 detik
h1 = 17 mm = 0,017 m
∆h_1 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
KR = (∆h_1 )/h_1 x 100 %
= 0,0005/0,017 x 100 %
= 2,94 % (3 AP)
(h1 ± Δh1) = (1,70 ± 0,05) 10-2 m
h2 = 15 mm = 0,0115 m
∆h_2 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
KR = (〖∆h〗_2 )/h_2 x 100 %
= 0,0005/0,0115 x 100 %
= 4,37 % (3 AP)
(h2 ± Δh2) = (1,10 ± 0,05 ) 10-2 m
h3 = 7 mm = 0,007 m
∆h_3 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
KR = (〖∆h〗_3 )/h_3 x 100 %
= 0,0005/0,007 x 100 %
= 7,1 % (2 AP)
(h3 ± Δh3) = (1,30 ± 0,05) 10-2 m
Untuk interval waktu 60 detik
h1 = 17 mm = 0,017 m
∆h_1 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
KR = (∆h_1 )/h_1 x 100 %
= 0,0005/0,017 x 100 %
= 2,94 % (3 AP)
(h1 ± Δh1) = (1,70 ± 0,05) 10-2 m
h2 = 9 mm = 0,009 m
∆h_2 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
KR = (〖∆h〗_2 )/h_2 x 100 %
= 0,0005/0,009 x 100 %
= 5,55 % (2 AP)
(h2 ± Δh2) = (9,0 ± 0,5 ) 10-2 m
h3 = 5 mm = 0,005 m
∆h_3 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
KR = (〖∆h〗_3 )/h_3 x 100 %
= 0,0005/0,005 x 100 %
= 10 % (2 AP)
(h3 ± Δh3) = (5,0 ± 0,5) 10-2 m

Menghitung kesalahan relatif temperatur (T)
Untuk interval waktu 30 detik
T1 = 90 ℃
ΔT1 = ½ x nst termometer
= ½ x 1 ℃
= 0,5 ℃
KR = 〖∆T〗_1/T_1 x 100 %
= 0,5/90 x 100 %
= 0,55 % (3 AP)
(T1 ± ΔT1) = (9,00 ± 0,05) 10 ℃
T2 = 70 ℃
ΔT2 = ½ x nst termometer
= ½ x 1 ℃
= 0,5 ℃
KR = 〖∆T〗_2/T_2 x 100 %
= 0,5/70 x 100 %
= 0,71 % (3 AP)
(T2 ± ΔT2) = (7,00 ± 0,05) 10 ℃
T3 = 58 ℃
ΔT3 = ½ x nst termometer
= ½ x 1 ℃
= 0,5 ℃
KR = 〖∆T〗_3/T_3 x 100 %
= 0,5/58 x 100 %
= 8, 62 % (2 AP)
(T3 ± ΔT3) = (5,8 ± 0,5) 10 ℃
Untuk interval waktu 60 detik
T1 = 90 ℃
ΔT1 = ½ x nst termometer
= ½ x 1 ℃
= 0,5 ℃
KR = 〖∆T〗_1/T_1 x 100 %
= 0,5/90 x 100 %
= 0,55 % (3 AP)
(T1 ± ΔT1) = (9,00 ± 0,05) 10 ℃
T2 = 69 ℃
ΔT2 = ½ x nst termometer
= ½ x 1 ℃
= 0,5 ℃
KR = 〖∆T〗_2/T_2 x 100 %
= 0,5/69 x 100 %
= 0,72 % (3 AP)
(T2 ± ΔT2) = (6,90 ± 0,05) 10 ℃
T3 = 42 ℃
ΔT3 = ½ x nst termometer
= ½ x 1 ℃
= 0,5 ℃
KR = 〖∆T〗_3/T_3 x 100 %
= 0,5/42 x 100 %
= 1,19 % (2 AP)
(T3 ± ΔT3) = (4,2 ± 0,5) 10 ℃

Tabel untuk interval waktu 30 detik
( h ± ∆h ) m ( T ± ∆T ) 0C
(1,7 ± 0,5) 10-2 m
(1,10 ± 0,05 ) 10-2 m
(7,0 ± 0,5) 10-2 m
(9,00 ± 0,05). 10 ℃
(7,00 ± 0,05) 10 ℃
(5,8 ± 0,5) 10 ℃

Menentukan volume gas pada posisi yang berbeda-beda
Untuk interval waktu 30 detik
h1 = 115 mm = 0,0115 m
∆h_1 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
V1 = 1/4 π D2 h1
= 1/4 π (0,0005)2 . 0,0115
= 1/4 3,14 . 0,00000025. 0,0115
= 0,000001963 x 0,0115
= 0,000000023
〖∆V〗_1 = (∆h_1 )/h_1 x V1
= 0,0005/0,0115 x 0,00000023
= 0,0000001
KR = 〖∆V〗_1/V_1 x 100 %
= 0,0000001/0,000000023 x 100 %
= 4,34 % (3 AP)
(V1 ± ΔV1) = (2,30 ±0,03 ) 10-5 m3

h2 = 9 mm = 0,009 m
∆h_2 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
V2 = 1/4 π D2 h2
= 1/4 π (0,0005)2 . 0,007
= 1/4 3,14 . 0,00000025 . 0,009
= 0,00000019 x 0,009
= 0,0000000017
〖∆V〗_2 = (∆h_2 )/h_2 x V2
= 0,0005/0,009 x 0,0000000017
= 0,00000000094
KR = 〖∆V〗_2/V_2 x 100 %
= 0,00000000094/0,0000000017 x 100 %
= 5,55 % (2 AP)
(V2 ± ΔV2) = (1,7 ±0,9 ) 10-8 m3
h3 = 5 mm = 0,005 m
∆h_3 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
V3 = 1/4 π D2 h1
= 1/4 π (0,0005)2 . 0,005
= 1/4 3,14 . 0,00000025. 0,005
= 0,0000019 x 0,005
= 0,00000001
〖∆V〗_1 = (∆h_1 )/h_1 x V1
= 0,0005/0,0005 x 0,0000001
= 0,0000001
KR = 〖∆V〗_1/V_1 x 100 %
= 0,0000001/0,00000001 x 100 %
= 10 % (2 AP)
(V1 ± ΔV1) = (1,0 ±0,1 ) 10-8 m3

Tabel hasil pengamatan pada interval waktu 30 detik
( h ± ∆h ) m ( T ± ∆T ) 0C (V ± ∆V) m3
(1,7 ± 0,5) 10-2 m
(9,0 ± 0,5 ) 10-2 m
(5,0 ± 0,5) 10-2 m
(9,00 ± 0,05) 10 ℃
(6,90 ± 0,05) 10 ℃
(4,2 ± 0,5) 10 ℃ (3,20 ±0,09 ) 10-8 m3
(1,7 ±0,9 ) 10-8 m3
(1,0 ±0,1 ) 10-8 m3

Grafik hubungan antara temperature (T) Dan Volume (V)

Interpretasi grafik :
Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan temperatur dan volume berbanding lurus dimana semakin naik temperatur atau suhunya maka semakin bertambah pula volumenya.

Tabel untuk interval waktu 60 detik
( h ± ∆h ) m ( T ± ∆T ) 0C
(1,7 ± 0,5) 10-2 m
(9,0 ± 0,5 ) 10-2 m
(5,0 ± 0,5) 10-2 m
(9,00 ± 0,05). 10 ℃
(6,90 ± 0,05) 10 ℃
(4,2 ± 0,5) 10 ℃

Menentukan volume gas pada posisi yang berbeda-beda
Untuk interval waktu 60 detik
h1 = 17 mm = 0,017 m
∆h_1 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
V1 = 1/4 π D2 h1
= 1/4 π (0,0005)2 . 0,017
= 1/4 3,14 . 0,00000025. 0,017
= 0,0000019 x 0,017
= 0,000000032
〖∆V〗_1 = (∆h_1 )/h_1 x V1
= 0,0005/0,017 x 0,00000032
= 0,00000094
KR = 〖∆V〗_1/V_1 x 100 %
= 0,00000094/0,000000032 x 100 %
= 2,93 % (3 AP)
(V1 ± ΔV1) = (3,20 ±0,09 ) 10-8 m3
h1 = 17 mm = 0,017 m
∆h_1 = ½ x nst piston
= ½ x 1
= 0,5 mm = 0,0005 m
V1 = 1/4 π D2 h1
= 1/4 π (0,0005)2 . 0,017
= 1/4 3,14 . 0,00000025. 0,017
= 0,0000019 x 0,017
= 0,000000032
〖∆V〗_1 = (∆h_1 )/h_1 x V1
= 0,0005/0,017 x 0,00000032
= 0,00000094
KR = 〖∆V〗_1/V_1 x 100 %
= 0,00000094/0,000000032 x 100 %
= 2,93 % (3 AP)
(V1 ± ΔV1) = (3,20 ±0,09 ) 10-8 m3

Kemiringan grafik pada interval waktu 30 detik
M = (V_2-V_1)/(T_2-T_1 ) = ((0,000000014) – (0,00000000023))/(58-70)
= 1,25 kg
∂(∆V) = 1/2 . nst grafik
= 1/2 . 0,1 mm = 0,00005 m
∂(∆T) = 1/2 . nst grafik
= 1/2 . 0,1 mm = 0,00005 m
(∆M )/M= |(∂(∆V))/V|+ |(∂(∆T))/T|
= |0,00005/0,0000000009|+ |0,00005/12|
= 55,5 + 0,000041667
= 55,5000014607 x 1,25 kg
KR = ΔM/M x 100 %
= 69,37500/1,25 x 100 %
= 5,55 % (2 AP)
(M ± ΔM) = (1,2 ± 0,6 ) 10 kg

B. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa semakin banyak es yang ditambahkan pada kontainer maka semakin tinggi volume yang dimiliki dan temperaturnya pun berubah menjadi turun karena air menjadi dingin. Piston adalah sumbat geser yang terpasang di dalam sebuah silinder mesin pembakaran dalam silinder hidraulik, pneumatik, dan silinder pompa. Tujuan piston dalam silinder adalah mengubah volume dari isi silinder dan perubahan volume ini diakibatkan karena piston mendapat tekanan dari isi silinder atau piston menekan isi silinder. Piston yang menerima tekanan dari fluida dan akan mengubah tekanan tersebut menjadi gaya (linear). Bunyi Hukum Charles sendiri yaitu : Volume gas dengan jumlah tertentu berbanding lurus dengan temperatur mutlak ketika tekanan dijaga konstan.

C. Kemungkinan kesalahan
Kurangnya keterampilan praktikan dalam menggunakan alat ukur
Kurangnya keterampilan praktikan dalam melihat waktu untuk mengukur suhu dan voluime dari suatu zat cair.
Kurangnya ketelitian praktikan dalam meletakkan es batu untuk melakukan percobaan dalam interval waktu 30 detik sehingga harus dilakukan berulang.