yodometri dan yodimetri
A. JUDUL
yodometri dan yodimetri
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu menguasai konsep oksidator dan reduktor
C. Dasar Teori
Dasar : I2 + 2e à 2I-
Yodometri : bila I- sebagai reduktor
Yodimetri : bila I- sebagai oksidator
Yodometri I- (+) oksidator
Sebagai I- biasa dipakai KI. Reaksi dapat berlangsung dalam lingkungan asam atau netral. Contoh :
BrO3 + 6 H+ + 6I- à 3 H2O + 3 I2 + Br-
IO3 + 6H++5I- à 3 H2O + 3 I2
Dalam yodometri I- dioksidis suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidak apa-apa, tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat lambat dan mungkin tidak sempurna, ini harus dihindari. Cara menghindari yaitu : (1) Mempebesar [H+] ; Jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau menurunkan pH, (2) Memperbesar [I-] ; Misalnya oksidasi dengan Fe3+
Fe3+ + I- à Fe2+ + ½ I2
(3) Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi ; misalnya dikocok dengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka I2 akan masuk dalam pelarut organis ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam senyawa solven organic daripada dalam air. Cara menentukan titik akhir titrasi yaitu : (1) Tanpa indicator ; Dapat dilakukan karena I2 dalam KI warna kuning, titrasi akhir kalau warna kuning hilang, (2) Dengan indikator amilum; Sebab I2 + amilum menghasilkan warna biru. Makin sensitive bila berisi I- dan kurang sensitive bila larutan panas[1]
Cara langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secaa kuantitatif pada titik ekivalennya). Namun,metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisi kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat standar atau asam arsenit). Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak.
Iodometri adalah titrasi terhadap iodium (I2) yang terdapat dalam larutan, sedangkan iodimetri adalah titrasi dengan larutan I2 standar. Untuk iodometri, dasar penentuan kadar ionnya adalah I2 yang terbentuk jika ion iodida I- teroksidasi menjadi I2. Titrasi yang dilakukan pada iodometri, ion-ion yang dapat ditentukan kadarnya adalah ion-ion yang mempunyai potensial elektroda lebih tinggi dari 0,535 volt, dan larutan baku/standar yang digunakan adalah larutan natrium tiosulfat[2].
Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri), dan ion iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat. Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat.
Iodometri yaitu titrasi yang menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukan kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks. Titik akhir titrasi ditetapakan dengan bantuan indikator kanji, yang ditambahkan sesaat sebelum titik akhit tercapai. Larutan Na2S2O3 standar sekunder karena sifatnya tidak stabil terhadap oksidasi dari udara, asam dan adanya bakteri pemakan belerang yang terdapat dalam dalam pelarut. Titrasi iodimetri adalah titrasi redoks yang menggunakan larutan standar iodium sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Larutan I2 dibuat dengan cara menimbang I2 murni kemudian dilarutkan, selanjutnya di standarisasi dengan As2O3[3].
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik. Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adlaah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium yang berwarna khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi pengamatan titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji sebagai indikator, karena amilum akan membentuk kompleks dengan I2 yang berwarna biru sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus I2 yang menyebabkan sukar lepas kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru sukar hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam[4].
Pemberian amilum terlalu awal. Penambahan amilum harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi, maksudnya agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sukar lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir. Banyak reaksi analat dengan KI yang berjalan lambat. Karena itu seringkali harus ditunggu sebelum titrasi, sebaliknya menunggu terlalu lama tidak baik karena kemungkinan iod menguap. I2 merupakan zat padat yang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam KI, membentuk ion I3- yang merupakan suatu kompleks lemah.
Sejumlah substansi yang dapat dipergunakan sebagai standard-standard primer untuk larutan-larutan tiosulfat. Iodin murni adalah standard yang paling jelas namun jarang dipergunakan karena kesulitannya dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering dipergunakan adalah standard yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodin dari iodida, sebab merupakan proses iodometrik. Pada proses iodometri banyak zat pengoksid kuat yang dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebihan dan menititrasi iod yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran.Beberapa tindakan pencegahan diperlukan dalam menangani larutan kalium iodida untuk menghindari galat[5].
DAFTAR PUSTAKA
1. Kopkhar., 2002, kimia analitik, Erlangga, Jakarta.
2. Day, Anderwood, 1986, Analisa kimia kuntitatif, Erlangga, Jakarta.
3. Guniswara, S., 1981, Kimia farmasi analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
4. Djanis, L Ratnawati dan Hanafi, penentuan kadar vitamin C, Warta Akab, No 19, Juli 2008.
5. Sukran, 2010, Praktek Iodometri dan Iodimetri, http://fidz91.blogspot.com /2010 /08/laporan-praktek-iodo-iodimetri.html, Diakses pada tanggal 10 November, Pukul 20.00 WIB.
Gravimetri, Penentuan Kalsium dari Batu Kapur
A. Judul Percobaan : Gravimetri, Penentuan Kalsium dari Batu Kapur
B. Tujuan Percobaan : 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar dari gravimetric
2. Mahasiswa mampu menentukan kadar kalsium dari batu kapur
C. Dasar Teori
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur atau senyawa yang dikandung. Pada prakteknya metode pengendapan dan metode penguapan adalah yang terpenting. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor pengoreksi dapat digunakan[1].
Kandungan unsur atom ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisis dengan cara gravimetri dengan merubah unsur atau ion tersebut ke dalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan penamba han suatu pereaksi pengendapan. Beberapa kation dan anion dalam analisis atau dapat dianalisis de- ngan cara ini. Tetapi tiap kation maupun anion mempunyai cara-cara khusus yang terkandung pada sifat endapan yang diperoleh. Untuk analisis gravimetri reaksinya harus stoikiometri dan mudah dipisahkan dari pelarutnya. Rumus kimianya diketahui dengan pasti dan cukup stabil dalam penyimpanan[2].
Analisis gravimetri dapat berlangsung baik, jika persyaratan berikut dapat terpenuhi yaitu, komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut. Selanjutnya, endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan (dengan penyaringan). Kemudian, endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut[3].
Alat utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian yang baik. Umumnya reaksi kimia tidak dalam ukuran besar seperti kilogram, namun dalam satuan yang lebih kecil seperti gram dan miligram. Timbangan yang dipergunakan memiliki ketelitian yang tinggi atau kepekaan yang tinggi dan disebut dengan neraca analitik atau analytical balance. Dalam melakukan analisis dengan teknik gravimetrik, kemudahan atau kesukaran dari suatu zat untuk membentuk endapan dapat diketahui dengan melihat kelarutannya atau melihat harga dari hasil kali kelarutan yaitu Ksp. Jika harga Ksp suatu zat kecil maka kita dapat mengetahui bahwa zat tersebut sangat mudah membentuk endapan. Ingat definisi kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut adalah jumlah zat tersebut sebanyak-banyaknya yang dapat larut dalam pelarut pada suhu tertentu sehingga larutan tepat jenuh[4].
Dalam prosedur gravimetri yang biasa suatu endapan ditimbang dan dari hasil ini berat analit dalam contoh dihitung. Presentase analit A adalah:
Untuk menghitung berat analit dari berat endapan sering diperlukan suatu faktor gravimetri. Faktor ini didefinisikan sebagai jumlah gram analit dalam g (atau ekivalen dari 1 g) dari endapan. Perkalian berat endapan P dengan faktor gravimetri memberikan jumlah gram analit dalam contoh: Berat A = berat P x faktor gravimetri, maka:
Faktor gravimetri memang timbul jika cara mol digunakan untuk memecahkan soal stoikiomeri[5].
D. Alat dan Bahan
1. Alat
NoNama AlatKategoriGambarFungsi1.Gelas kimia1 Untuk wadah melarutkan zat kimia2.Corong1 Untuk mempermudah mengisi larutan pada saat melakukan percobaan.
3.Penangas2 Untuk memanaskan larutan4. Gelas ukur1 Untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan5.Pengaduk1
pengenalan alat labolatorium
Bismillahir Rahmanir Rohiim
PERCOBAAN I
JUDUL
Pengenalan Dan Penerapan Peralatan Analisis
TUJUAN
Mahasiswa dapat mengenali peralatan yang digunakan saat melakukan analisis.
Mahasiswa dapat menggunakan peralatan analisis sesuai fungsinya.
DASAR TEORI
Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerjaatau pemakainya yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakit atau gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam laboratoriumyang aman, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan dan keracunan seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif dan efisien. Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan dapat dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti thermometer, hygrometer, dan spektrofotometer. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya diberi tambahan “graph”, seperti thermograph, barograph. Dari uraian tersebut, tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan menegnai kegunaan alat atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi. Sedangkan peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan(1).
Ketetapan hasil analisa kimia sangat tergantung pada mutu bahan kimia dan peralatan yang dipergunakan, disamping pengertian pelaksanaan tentang dasar analisa yang sedang dikerjakan serta kecermatan dan ketelitian kerjanya sendiri. Ketelitian dan kecermatan kerja, selain merupakan sifat pribadi seseorang akan dapat pula diperoleh karena bertambahnya pengamatan kerja seseorang sehingga menjadi kebiasaan yang berguna bagi kelancaran kerjanya. Penangan bahan kimia dan peralatan pokok yang banyak dipergunakan merupakan persyaratan penting demi keselamatan dan berhasilnya pekerjaan analisa kimia. (2)
Dalam percobaan yang telah dilakukan, terdapat berbagai macam alat, yang diuraikan menurut pengkategorian dan penanganan alat-alat yang ada di laboratorium berdasarkan kemampuan yang dimiliki alat untuk mendukung berbagai proses yang dilakukan dalam percobaan kimia. Alat-alat pemanasan terdiri atas pembakar gas, pembakar spiritus, pemanas mantel, kompor listrik, kaki tiga, kasa, gelas beker, tabung reaksi, labu didih, penjepit. Untuk alat-alat penimbangan terdiri atas labu ukur, labu erlenmeyer, pipet gondok, gelas beker. Terakhir untuk alat titrasi terdiri atas statip, buret, labu erlenmeyer dan corong. Saat praktikum, baik sebelum atau sesudahnya, semua alat yang digunakan harus dicuci. Ini bertujuan agar alat tetap steril sehingga menunjukkan hasil kerja yang maksimal. Cara mencucinya adalah dicuci dengan sabun, kemudian diguyur dengan air kran hingga bersih, dibilas dengan akuades dan dikeringkan dengan lap dan tisu. (3)
Teknik Dasar di Laboratorium menyatakan tedapat beberapa tekhnik dasar atau cara-cara dasar di dalam laboratorium, seperti :
Cara memanaskan cairan
Harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya cairan akibat peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan batu didih ke dalam gelas kimia.
Pemanasan cairan dalam tabung reaksi
Jangan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan baik diri sendiri maupun orang lain
Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan mulut tabung
Posisi tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan sesekali dikocok
Pengocokan terus dilakukan sesaat setelah pemanasan
Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer
Bagian bawah dapat kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan perlahan, sesekali diangkat bila mendidih.
Cara membaca volume pada gelas ukur
Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas ukur.
Cara menggunakan buret
Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara mengisinya : Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas menggunakan corong gelas. Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita. Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari corong tidak terpercik ke mata. Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah tidak ada gelembung, tutup kran. Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk mengatur cairan agar tepat pada skala nol.
Cara menggunakan neraca analitis
Nolkan terlebih dulu neraca tersebut
Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut. (4)
Kerapian hendaknya mencakup juga pemeliharaan perabot laboratorium yang permanen seperti oven, lemari asam, bak meja. Bahkan korosif yang tumpah harus segera dikeringkan dari peralatan, bangku, ataupun lantai. Penting bahwa saluran pembuangan disterilkan dengan mengguyur asam dan basa dengan banyak air. Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca yang tampaknya bersih, belum tentu bersih dari sudut pandang seorang analis. Permukaan yang tampaknya tak ada kotoran, sering masih tercemari oleh lapisan tipis tak tampak yang berminyak. (5)
ALAT DAN BAHAN
Alat
NO NAMA ALAT KATEGORI GAMBAR FUNGSI ALAT
1. Labu Takar 250 ml 1
Untuk mengukur volume larutan
2. Gelas Piala 250 ml 1
Sebagai wadah untuk melarutkan suatu zat
3. Batang Pengaduk 1 Untuk mengaduk cairan didalam gelas kimia
4. Pipet 25 ml 1 Untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil
5. Pipet 20 ml 1 Untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil
6. Sikat tabung 1 Sebagai alat untuk membersihkan tabung
7. Corong 1 Untuk mempermudah mengisi larutan pada saat melakukan percobaan
8. Etiket-etiket 1 Untuk memberikan identitas suatu bahan
9. Kertas atau lap 1 Untuk membersihkan
10 Kaca Arloji 1 Sebagai wadah untuk menimbang bahan-bahan kimia
Bahan
NO NAMA BAHAN KATEGORI SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
1. Aquadest Umum -Berbentuk cair
-Tidak berbau
-Tidak berasa
-Tidak berwarna - Larutan dengan Ph netral
- Pelarut universal
2. Padatan MgCl2 0,5 M Khusus -Berbentuk padatan
-Massa jenis(sekitar suhu kamar) 1,738 g/cm3
-Massa jenis air pada titik lebur 1,584 g/cm3
- Titik lebur 923 K
-Titik didih 1363 K - Larut dalam air dan alkohol
- Mudah terbakar
- Cukup Mengandung racun
3. FeSO4 0,5 M Khusus -Berbentuk serbuk
- Pada suhu kamar berwujud padat, mengkilap dan berwarna keabu-abuan.
- Titik didih 3134K
- Titik Lebur 1811K
-Logam murni besi sangat reaktif.
-Memiliki bentuk allotroik ferit, yakni alfa, beta, gamma dan omega
-Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam.
- Larut dalam asam- asam mineral encer.
4. NH3 Khusus -Tidak berwarna
-Titik didih -33,34C -Titik lebur -77,73C
-menyengat dengan bau tajam yang khas
Massa molar: 17,031 g / mol
Kepadatan: 0.73 kg / m³ -Amonia termasuk senyawa yang sangat stabil.
-Amonia mudah terbakar di udara.
-Amonia akan teroksidasi ketika direaksikan dengan oksida logam pada suhu tinggi
PROSEDUR KERJA
Mencuci dengan air kran dingin sampai bersih
Membilas dengan air suling
Mencuci alat dengan larutan detergen
Menghilangkan detergen dengan air kran dingin
Menghilangkan detergen dengan air kran dingin
Menghilangkan air kran dengan menggunakan air suling
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Perhitungan
Padatan MgCl2 0,5 M
Dik : V =100 mL
Mr =95 g/mol
Dit : berapa gram MgCl2 dalam 0,5 M?
Penye : Mr = mol/V
0,5 M =n/(0,1 L)
n = 0,05
0,05 = gr/mr
Gram = 0,05 × 95
= 4, 75 gr
Padatan FeSO4 0,5 M
Dik : V =100 mL
Mr =152
Dit : berapa gram FeSO4 dalam 0,5 M?
Penye : Mr = mol/V
0,5 M =n/(0,1 L)
n = 0,05
0,05 = gr/mr
Gram = 0,05 × 152
=7,6 gr
Larutan NH3
M1 = (ρ ×1000)/Mr × (% pelarut)/(100%)
= (0,73 ×1000)/17 × (25%)/(100%)
=10,73
M1V1 = M2V2
V1= (0,5 ×1000)/10,75
= 0,00461 L
= 4,6 mL
PEMBAHASAN
Cara Penentuan Garis Kalibrasi
Garis batas adalah garis yang teratur pada leher labu takar yang menunjukan batas permukaancairan untuk mendapatkan volume cairan tertentu. Untuk mendapatkan pengukuran cermat, dasar maniskus cairan harus menyentuh batas garis ini bila dikaca pada ketinggian mata.Pipet dibuat dengan perhitungan: Volume yang dimaksud tercapai lebih dasar maniskus cairan tepat menyentuh garis batas.Labu takar dibuat denga perhitungan volume: volume yang dimaksud tercapai bila dasar maniskus cairan tepat menyentuh garis batas.
Penggunaan pipet
Pada waktu menyedot larutan dari gelas piala, ibu jari menekan tanda S pada pipet. Keluarkan pipet dari gelas piala. Pegang pipet tegak lurus di atas gelas piala untuk mengembalikan kelebihan larutan dalam pipet gelas piala. Dengan memutar pipetnya, biarkan larutannya perlahan-lahan menetes keluar sampai maniskusnya, dipandang pada ketinggian mata kita tepat menyentuh garis batas kalibrasi.Pindahkan pipet ke dalam labu titrasi (erlenmeyer) dengan ujung menyentuh labu titrasi yang dimiringkan. Tekan tanda E pada pipet dengan ibu jari, biarkan cairan keluar. Bila cairan sudah mencapai ujung lancip, lalu tunggu sampai 15 detik.
Penggunaan Labu Takar
Masukkan zat yang akan diencerkan ke dalam labu takar. Gunakan batang pengaduk yang bersih, untuk menuangkan air suling ke dalam labu, isi sampai tubuh labu penuh.Gunakan sekarang pipet tetes atau botol semprot. Untuk menambahkan air suling setetes demi setetes sampai maniskus larutan tepat menyentuh garis, bila dipandang pada ketinggian mata.
Alat-alat Kimia
Labu takar
Gambar 1. Labu takar
Labu takar ada yang berukuran 10 mL, 50 mL, 250 mL, 500 mL x 100 mL, yangbiasanya digunakan membuat larutan sebanyak volume tertentu dengan konsentrasi tertentu pula. Cara penggunaanya yakni memasukan larutan yang akan diencerkan kedalam labu takar dengan prinsip dasarnya berdasarkan skala miniskus, jika larutan berwarna cekungan dari larutan berada dibawah garis miniskus sedangkan larutan yang bening batas miniskus berada diatas garis miniskus. kemudianMengisikan larutan yang akan diencerkan atau padatan yang akan dilarutkan. Tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok kemudian penuhkan labu sampai tanda batas. Sumbat labu, pegang tutupnya dengan jari, kocok dengan cara membolak-balikkan labu sampai larutan homogen.
Gelas piala
Gambar 3. Gelas piala
Gelas piala berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 oC. Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L,Fungsinya Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, Menampung zat kimia, Memanaskan cairan, Media pemanasan cairan. cara menggunakannya tuangkan larutan kedalam gelas piala dan perhatikan skala yang diidnginkan jika pengukuran yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi.
Batang pengaduk
Gambar 4. Batang pengaduk
Terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.
Pipet
Gambar 5. Pipet
Pipet merupkan alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran bebas.Ada beberapa jenis yakni :Pipet seukuran, digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat, bagian tengahnya menggelembung. Pipet berukuran,berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya. Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.Pipet tetes, berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil. Cara penggunaanya yakni memijit kepala pipet kemudian memasukan ujung pipet kedalam larutan, lepas ujung pipet yang dipijit maka larutan akan tertarik masuk kedalam corong pipet dan pindahkan larutan atau cairan.
Gelas ukur
Gambar 7. Gelas ukur
Gelas ukur ada yang berukuran 5 mL, 10 mL, 50 mL x 100 mL. Gelas ukur ini biasanya digunakan untuk mengukur volume larutan atau cairan, cara menggunakanya yaitu Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas ukur.
Corong biasa
Gambar 9. Corong biasa
Digunakan untuk mempermudah mengisi larutan pada saat melakukan percobaan.
Neraca analisis
Digunakan untuk menimbang padatan kimia dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Cara menggunakanya langakah awal nolkan terlebih dahulu neraca
Gambar 10. Neraca analisis
tersebut, Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan. Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca. Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut.
Kaca arloji
Terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter. Fungsi,Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel, tempat saat menimbang bahan kimia, tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator.
Gambar 12. Kaca arloji
Spatula
Berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau alumunium. Fungsinya untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan.
Gambar 14. Spatula
Lambang pada botol reagen kimia
Exlosive
Exlosive (bersifat mudah meledak), dilambangkan E. Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya Exlosive dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energy tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law Explosive Substances.
Highly flammable
Highly flammable (sangat mudah terbakar), dilambangkan dengan F. Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya highly flammable adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21o C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelebaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperature kamar tanpa tambahan pasokan energy dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai highly flammable.
Extremely flammable
Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar), dilambangkan dengan F+. Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya Extremely flammable merupakan liquid yang memiliki titik nyala sangat renadah (di bawah 0o C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35 o C). Bahan amat sanagt terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi noramal.
Oxidizing
Oxidizing (pengoksidasi), dilambangkan dengan O, bahan- bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya Oxidizing biasanya tidak medah terbakar, tetapi bila kontak dengan bahanmudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9. Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat pekat.Keamanan : Hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor.
5). Toxic
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya TOXIC dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut: LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan,LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan, LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L,LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L. Frase-R untuk bahan beracun : R23, R24 dan R25.
Very toxic
Huruf kode T+ ( very toxic), bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya VERY TOXIC dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan sangat beracun jika memenuhi kriteria berikut: LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat, LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan, LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L, LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L. Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene dan atripin.
6)Corrosive
Huruf kode C, bahan dan formulasi dengan notasi CORROSIVE adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35.Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineralseperti HCl dan H2SO4maupun basa seperti larutan NaOH (>2%).
Xi
Huruf kode Xi, bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.Frase-R untuk bahan irritant : R36, R37, R38 dan R41. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan basa encer. Keamanan: Hindari kontaminasi pernafasan, kontak dengan kulit dan mata.
Xn
Huruf kode Xn, bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya HARMFUL memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan, LD50 dermal (tikus atau kelinci), 400-2000 mg/kg berat badan, LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L, LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2-20 mg/L. Frase-R untuk bahan berbahaya: R20, R21 dan R22.
N (Dangerous for environment)
Huruf kode N, yaitu bahan dan formulasi dengan notasi DANGEROUS FOR ENVIRONMENT adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi.Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53.Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan praktikum praktikan harus memilih alat yang baik dan memastikan bahwa alat yang digunakan dalam keadaan bersih. Dalam menggunakan alat laboratorium harus mengetahui cara-cara penggunaannya..
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT. Gramedia, Jakarta, Hal 7 (5)
Khasani, 1990. Alat- Alat Kimia Prosedur. Liberty. Yogykarta (1)
Lukum, A., 2014,Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik, Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo, Hal 12 (3)
Mulyono, 2005,Membuat Reagen Kimia Di Laboratorium, Bandung, Bumi Aksara, Hal 6-7 (4)
Underwood & day, 1999,Analisis Kimia Kuantitatif, Bandung, Citra aditya bakti, Hal 10 (2)