ARSIP BULANAN : October 2022

Teori Kepemimpinan : Gaya Kepemimpinan Barack Obama

03 October 2022 07:55:35 Dibaca : 6274

Teori Kepemimpinan dari berbagai ilmuan adalah sebagai berikut :

1. Menurut Wahjosumidjo (1987:11)   

    Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi.

2. Menurut Moejiono (2002)   

    Memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

3. Menurut Fiedler (1967)   

    Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.

 4. Menurut Ott (1996)   

    Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.

Contoh Tokoh Pemimpin: Barack Obama

    Seorang pebisnis memang tidak hanya dituntut memiliki kecerdasan intelektual tapi juga dituntut untuk mempunyai kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional inilah yang kemudian dimiliki oleh seorang tokoh besar bernama Barack Obama. Mantan presiden Amerika Serikat ini memang sangat fenomenal. Tentu besarnya nama Barack Obama tidak muncul dengan sendirinya. Salah satu hal yang sangat mencolok dari pria kelahiran 4 Agustus 1961 ini adalah dari segi kepemimpinannya. Dengan skill kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) yang dimilikinya, Barack Obama pun mampu melakukan hal-hal yang memukau seperti membuat keputusan yang cerdas, berinteraksi dengan rekan-rekannya hingga mengajak orang lain untuk ikut dalam visinya. Kondisi perekonomian Amerika Serikat sangat dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang tidak hanya menggoyahkan perekonomian di Amerika tetapi juga perekonomian dunia. Obama dianggap cukup representatif untuk memperjuangkan nasib rakyatnya. 

   Amerika Serikat menyatakan bahwa selama delapan tahun kepemimpinannya Obama menerapkan tiga jenis gaya kepemimpinan : transformational-charismatic, cross-cultural, dan contingency situasional leadership.

1. Transformational-Charismatic

    Sebelum terpilih, Obama menyedot perhatian rakyat Amerika dan dunia sebagai orang yang memiliki kharisma alamiah. Seorang pemimpin kharismatis umumnya mampu menarik perhatian masyarakat dengan cara aneh yang sulit untuk dijelaskan tetapi ia mampu membawa pendukungnya untuk menyelesaikan suatu misi yang besar. Seorang kharismatis dapat menjadi transformational leader jika dapat melegalisasikan suatu perubahan permanen pada masyarakat yang mengikuti visinya.

    Pada periode pertama kepemimpinannya, Obama meminta dukungan terhadap visinya dengan menunjukkan potensi untuk membuat perubahan besar baik pada urusan dalam negeri maupun luar negeri. Cara paling cepat untuk menilai keberhasilan seorang pemimpin menurut Lisa, adalah ini: getting things done. Mantan presiden Barack Obama telah memperlihatkan kepiawaiannya dalam menghadapi berbagai kontroversi namun berhasil mengatasi masalah-masalah yang ada.

2.  Cross- Cultural-Global Leadership

    Obama memformulasikan (membuat dengan hati-hati) pendekatan lintas-budaya kepada dunia, memikirkan tidak hanya kepentingan AS tapi juga kepentingan bangsa-bangsa lain juga. Enam bulan pertama memegang jabatan, Obama pergi ke luar negeri lebih banyak dibandingkan dengan mantan-mantan presiden AS sebelumnya dan memberi perhatian pada aturan atau budaya di mana dia berada.

    Setelah tahun pertama, upaya Presiden Obama untuk membangun hubungan lebih menyenangkan dengan Timur Tengah, Cina, dan Rusia, disambut dunia dengan pemberian Hadiah Nobel Perdamaian. Dalam lawatan tahun berikutnya, Obama sering menegur pejabat departemen luar negeri yang tidak patuh pada kebijakannya. Namun Obama masih tetap memperlihatkan perhatian pada budaya negara lain, semisal bagaimana ia mengucapkan salam di negara kecil seperti Kamboja, untuk memperlihatkan rasa hormatnya pada kepala negara setempat. Di akhir masa jabatannya, ia berkunjung ke Vietnam di mana ia menyempatkan makan di restaurant di pinggir jalan kecil, untuk memperlihatkan sikap bersahaja.

3.  Contingency Leadership

Selama empat tahun pertama jabatannya, Obama tidak hanya mempertontonkan kepekaan budaya dan kepemimpinan transformasional , ia menanggapi berbagai situasi dengan menggunakan berbagai tipe model kepemimpinan. Pada situasi lain ia mempraktikkan contingency leadership. Ketika berkunjung ke luar negeri ia bersikap ingin memperbaiki hubungan yang pernah memburuk, merendah, dan mau mendengarkan sebelum berbicara.

    Kalau sudah menyangkut nilai-nilai dan prinsip, ia tidak takut pada impeachment (pemecatan) dan menyelesaikan apa yang harus diselesaikan meskipun banyak orang berpikir hal itu salah. Di tengah membaranya masalah ekonomi dan luar negeri, Obama bekerja keras merampungkan apa yang ia janjikan. Ia paham bahwa satu detik saja ia lengah, maka itu akan berarti hilangnya pekerjaan atau bahkan hilangnya rumah bagi sekelompok masyarakat yang tidak mampu. Terlepas apakah seseorang setuju atau tidak yang ia lakukan, Obama tidak malu menghadapi tantangan yang menghadangnya selama menjabat sebagai presiden.

Barack Obama menunjukan empat ciri khas kepemimpinannya. 

1. Clear and consistent policy goals

2. Tartical Intelligence (Kepintaran taktis)

3. Learn from history

4. Political Will (Kemauan politik)