Raih Sukses Setelah Ditempa di Panti Asuhan
Raih Sukses Setelah Ditempa di Panti Asuhan
Ketut Putra
Ketut Putra (sumber: istimewa)
Pemilik sejumlah lembaga pendidikan dan latihan pariwisata serta beberapa hotel berbintang, Ketut Putra Suarthana, memiliki kisah dan pengalaman hidup yang menarik untuk disimak. Anak petani penggarap tanah puri ini sejak kecil dihadapkan pada kehidupan yang sulit. Suarthana kecil harus menggembala itik hingga ikut ibunya bekerja dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter.
Kesulitan hidup terus dihadapi Putra Suarthana dan keluarganya. Orangtuanya tidak mampu membiayai hidup anak-anaknya yang berjumlah 12 orang karena kesulitan ekonomi. Si bungsu Suarthana akhirnya menjadi anak panti asuhan. Ia harus pindah dari kampungnya di Madangan menjadi anak panti asuhan di Melaya, Jembrana.
Di panti asuhan itulah ia dididik untuk disiplin dan hidup teratur. Makan, belajar, bermain, hingga tidur pun waktunya diatur. Selama jadi anak panti asuhan, ia mendapatkan pendidikan formal hingga tamat SMA. Panti asuhan bagai tempat kelahirannya yang kedua. Di panti asuhan ia memulai hidup baru dan kelak menjadi mahasiswa, dosen, hingga menjadi pengusaha sukses di bidang pariwisata. Kehidupan di panti asuhan mengajarkan Putra Suarthana tidak kenal menyerah dan tangguh menghadapi tantangan hidup.
Bagaimana ia memulai hidup di panti asuhan, mendirikan lembaga pendidikan dan latihan pariwisata, hingga meraih sukses ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Berawal dari Panti Asuhan. Demikian juga kisahnya bagaimana ia mampu mendirikan jaringan hotel berbintang di beberapa daerah. Bahkan, sempat menjadi tukang foto dan diminta ikut mendirikan partai politik.
Suarthana juga membangun jaringan perhotelan The Puri Saron Hotel Group. Ia sempat menjadi ketua Partai Damai Sejahtera (PDS) Bali tahun 2003, dan ikut membantu pembentukkan PDS di NTB dan NTT, serta ikut mensponsori pembentukan PDS di Maluku dan Papua. Namun, dia menolak menjadi anggota DPR pusat. Suarthana ingin mendedikasikan pikiran dan tenaganya untuk pendidikan dan pariwisata di Bali, tempat kelahiran, perjuangan, dan pengabdiannya selama ini. Berikut wawancara dengannya.
Bagaimana Anda menjalani pengasuhan dan pendidikan di panti asuhan?
Ketika menjadi anak panti asuhan, kehidupan saya harus berubah total. Dari bangun tidur, makan, sampai tidur lagi ada jadwalnya. Memang tidak mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan baru itu. Apalagi, seperti umumnya pengasuh panti asuh zaman dulu, mendidik anak-anak dengan keras. Tidak jarang pengasuh membawa pecut untuk membuat anak-anak di panti asuhan taat pada perintahnya. Kalau ada anak panti asuhan yang telat bangun tidur langsung disiram air.
Kehidupan di panti asuhan membentuk kita menjadi manusia tahan banting. Pengasuh yang galak dan jadwal tugas yang ketat ternyata berdampak positif. Anak-anak panti asuhan menjadi manusia kuat dan disiplin terhadap waktu. Ini saya rasakan kelak di kemudian hari.
Tempaan lainnya yang dirasakan adalah soal makanan. Selama menghuni Panti Asuhan Kristen Giri Asih Ambiarsari, Melaya, tahun 1964 sampai 1971, tidak jarang kita harus makan gaplek, makanan dari ubi kayu yang dikeringkan, kemudian dimasak. Makanan yang tak biasa itu, lama-lama terasa enak. Memang tak ada pilihan lain, yang penting bisa membuat perut terisi. Hutan di Ambiarsari kita jadikan sebagai tempat memperoleh makanan tambahan, seperti pepaya, nangka, dan jagung.
Berbeda denngan di Panti Asuhan Wisma Harapan Untal-untal, Dalung, tersedia tempat tinggal yang nyaman dan sehat. Panti ini juga menyediakan segala macam perlengkapan sekolah. Selain itu, makanan relatif terjamin gizi dan higienitasnya. Anak-anak juga memperoleh pendidikan rohani, bimbingan psikologis, dan bimbingan kewirausahaan atau entrepreneurship.
Bagaimana kehidupan di SMA, setelah lulus, kemudian berkuliah dan menjadi dosen, serta pengalaman kerja sebagai bell-boy di beberapa hotel?
Di SMA saya sempat menjadi tukang foto dan mulai mendapat penghasilan sendiri. Saya mencetak sendiri hasil foto, ketika teman-teman tertidur lelap, sekitar pukul 1-2 dini hari. Saya belajar memotret dari seorang guru dan mendapat pinjaman sebuah kamera kuno.
Selulus SMA, saya mendapat beasiswa akademi pariwisata di Denpasar, dan mulai bekerja sambilan menjadi pembersih kolam di Sanur Beach Hotel tahun 1974. Kemudian menjadi bell-boy, dan sering mendapat tip dari para tamu, lumayan untuk biaya hidup dan sekolah. Saya sempat bekerja di bagian reservasi, front office, dan reservation manager.
Saya sempat bekerja di Nusa Dua Beach Hotel, kemudian menjadi pengajar di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata (BPLP) di Nusa Dua, juga mengajar di Kerta Wisata. Saat menjadi dosen, saya membeli bemo dan merangkap sebagai sopirnya untuk menambah penghasilan dan mencicil bulanan bemo. Saya mendapat beasiswa belajar di Belanda selama 1,5 tahun, dan bemo dijual diganti L-300 sebagai mobil pribadi.
Uang mukanya diperoleh dari hasil kerja di beberapa tempat. Bemo ini juga berfungsi ganda. Saat tidak bertugas sebagai dosen, saya narik sebagai sopir angkutan rute Denpasar-Sanur untuk menambah penghasilan. Bemo ini juga dipakai ke kampus BPLP di Nusa Dua, dan biasanya teman-teman yang tak punya kendaraan menumpang dan membayar per bulan. Jadi, saya jemput-antar ke kampus, dan pulangnya sama-sama. Lumayan untuk cicilan bulanan bemo.
Apa pengalaman Anda mendirikan lembaga pendidikan pariwisata, dan bagaimana minat masyarakat serta dukungan pihak lain?
Bersama teman-teman gereja di Bali, saya mendirikan Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Dhyana Putra. Mahasiswanya membeludak. Kami mendapat bantuan dari Jerman untuk membangun gedung. Peminatnya sangat banyak. Sebagai daerah wisata, Bali memang sangat membutuhkan ahli dan praktisi pariwisata. Ketika ingin mengembangkan bangunan Universitas Dhyana Pura, kami kesulitan dana, bunga bank sangat tinggi, tapi akhirnya berhasil juga.
Tahun 1992, saya dibantu rekan-rekan tenaga pendidikan profesional dari BPLP Bali mendirikan lembaga yang khusus memberikan pendidikan dan latihan tenaga profesional di bidang perhotelan dan pariwisata, yakni Mapindo (Manajemen Pariwisata Indonesia) yang sangat terkenal di Bali bahkan di Indonesia. Mapindo kemudian dikembangkan di beberapa kota di luar Bali. Lulusan Mapindo juga diserap pasar kerja di luar negeri.
Selain itu, kami mendirikan sekolah taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar, sampai sekolah menengah kejuruan (SMK), bahkan sekolah tinggi ilmu ekonomi dan sekolah tinggi ilmu kesehatan. Kami juga membangun TK untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Tahun 2003, kami mendirikan Spa Academy atau Bali International Spa Institute, yakni lembaga penddikan dan pelatihan yang khusus bergerak dalam pengembangan sumber daya manusia di industri spa.
Sebarkan "Virus" Senam Dahlan Style
Sebarkan "Virus" Senam Dahlan Style
Dahlan Iskan
Dahlan Iskan (sumber: JG Photo)
Sehat dan bugar merupakan harapan bagi setiap orang selama hidup di dunia. Karena itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk berolahraga dengan senam pagi, beristirahat yang cukup, serta mengonsumsi air putih.
Kegiatan menambah nutrisi melalui asupan makanan dan minum vitamin, serta istirahat yang cukup, mungkin sudah banyak orang yang senang dan rela melakukannya. Tapi untuk berolahraga, tidak banyak yang merasa mampu menyisihkan waktunya dan menjalaninya dengan rasa bahagia.
Sejumlah orang biasanya malas berolahraga karena merasa berat, harus berkeringat, dan ngos-ngosan. Padahal, olahraga sebenarnya bisa menjadi lebih ringan jika dilakukan dengan senang hati. Dahlan Iskan menjadi salah satu contoh orang yang bisa melakukan olahraga tanpa beban dan merasa bahagia di dalam hatinya.
Cukup banyak pilihan olahraga yang membuat tubuh segar, tapi tidak terlalu berat untuk dijalani. Salah satunya senam kebugaran jasmani (SKJ). Olahraga ini tidak memandang umur karena semua orang bisa melakoninya, dari orang tua, muda, hingga anak kecil.
Dahlan Iskan merupakan salah penggemar olahraga SKJ. Setiap hari, dari Senin hingga Sabtu, dia selalu senam pagi di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Waktu yang diperlukan untuk melakoninya pun tidak perlu terlalu lama, sekitar satu jam saja. “Momen paling bahagia dalam hidup saya itu ketika senam pagi,” kata Dahlan Iskan, baru-baru ini.
Setiap pagi, asalkan berada di Jakarta, dia selalu meluangkan waktu untuk senam pagi. Saat orang-orang muda lain mungkin masih terlena di tempat tidur, pukul 05.00 WIB, Dahlan sudah ada di Monas bersama sejumlah instruktur untuk menjalani senam pagi.
Salah seorang instrukturnya yang enggan disebutkan namanya, bahkan sampai mengatakan, sesibuk apa pun, sepanjang ada di Jakarta dan tidak ada pekerjaan yang mendesak di pagi hari, Dahlan pasti selalu ikut senam pagi. Dia kelihatan sangat bahagia dan bersemangat menjalaninya.
Dahlan berupaya menyeimbangkan hidupnya dengan senam pagi. Bagi dia, sehat dan bugar itu sangat penting. Senam pagi selalu memberi kesegaran, yang mendukung kebugaran tubuhnya untuk mengurus 140 perusahaan BUMN. BUMN perbankan, tambang, perkebunan, penerbangan, farmasi, kereta api, sampai pelabuhan, merupakan urusan yang menyibukannya sehari-hari.
Tidak hanya berbeda jenis usaha, perusahaan BUMN tersebut juga beda kondisi satu dengan yang lainnya. Sebut saja, ada perusahaan BUMN yang selalu untung setiap tahun, di antaranya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Sementara itu, ada BUMN yang masih merugi, antara lain PT Kertas Leces, PT Pengerukan Indonesia (Rukindo), PT Perikanan Nusantara, Perum Prasarana Perikanan Samudera, PT Boma Bisma Indra, serta PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari.
Kreasi Senam
Tentu saja, hari-hari Dahlan tidak bisa sesantai orang biasa ketika mengurusi semuanya itu. Meski demikian, dia tetap berupaya untuk bisa sehat dan bugar, dengan rajin senam pagi. Bahkan, hobi senam pagi ini pun berupaya ditularkan ke banyak orang, terutama orang-orang terdekatnya.
Ketika melakukan safari ke tujuh daerah di Indonesia, Dahlan masih sempat melakukan senam pagi di lapangan Kantor Wali Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Senam "Dahlan Style" pun dilaksanakan di sana bersama sekitar 800 warga Kupang, Sabtu (24/8) pagi pekan lalu.
Gerakan-gerakan senam Dahlan Style cukup sederhana, sehingga anak kecil dan orang tua sekalipun tidak kesulitan melakukannya. Meski sederhana, senam tersebut tidaklah membosankan. Bahkan, terlihat kocak karena modifikasi lagu-lagu yang mengiringi senam pagi pun sangat bervariasi. Dari lagu Indonesia pop yang diaransemen khusus menjadi musik riang, lagu Mandarin, musik dangdut, bahkan lagu daerah Papua pun turut mengiringi langkah senam Dahlan bersama warga Kupang.
Dahlan memang menteri paling energik dari seluruh anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid II pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada senam pagi tersebut, menteri yang punya slogan hidup "Kerja, kerja, dan kerja" ini terlihat sangat energik, lincah, dan riang melakukan setiap gerakan.
Warga Kupang yang ikut senam pun merasa sangat terhibur. Bahlan, kaum ibu berbondong-bondong ingin berfoto bersama Dahlan. Lagu senam pagi yang sangat kocak untuk mengiringi senam saat itu adalah lagu Warkop DKI, yang berjudul Dongkrak Antik-Chicken Dance.
Pada saat safari kerja ke tujuh daerah di Indonesia mulai dari Purwokerto, Cilacap, Kupang, Atambua (perbatasan Timor Leste), Rote Ndao, Labuan Bajo, Bali, dan Surabaya, pada 23-25 Agustus 2013, Dahlan tak sedikit pun terlihat lelah. Dia malah sangat energik melintasi seluruh wilayah, mengalahkan orang-orang muda yang mengikutinya. Rahasianya, karena suka senam pagi dan minum air putih. Selebihnya, Dahlan tetap memelihara semangat dan menjaga kesehatan, sehingga pengaruh cuaca dan lelah bisa diatasinya dengan baik.
Pemerintah Diminta Serius Atasi Masalah Inflasi
Pemerintah Diminta Serius Atasi Masalah Inflasi
Bawang jadi kontributor utama inflasi Maret 2013.
Bawang jadi kontributor utama inflasi Maret 2013. (sumber: Suara Pembaruan)
Jakarta - Pemerintah diharapkan benar-benar serius melakukan langkah-langkah demi menjaga inflasi sehingga efeknya tak berdampak terlampau parah ke masyarakat.
Arahan-arahan menjaga perekonomian dari efek buruk inflasi harus bisa diimplementasikan dengan baik.
"Kami berharap arahan Presiden untuk menjaga inflasi bisa diimplementasikan para menteri dengan baik," kata Wakil Ketua DPR dari PKS, M.Sohibul Imam, di Jakarta, Rabu (31/7).
"Kalau melihat kenaikan harga sembako yang terjadi saat ini, dan kalau melihat dari tren yang sekarang, patokan inflasi 7,2 persen ini relatif mengawatirkan."
Dia sendiri mengaku sangat mengapresiasi langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menginstruksikan pada para menterinya untuk meningkatkan kinerja di bidang perekonomian. Tentu hal itu terkait juga langkah menjaga inflasi.
Sebab Inflasi akan terkait dengan daya beli masyarakat. Semakin tinggi inflasi, maka semakin rendah daya beli masyarakat.
"Daya beli masyarakat berarti kesejahteraan masyarakat. Jadi menurut saya, memang semestinya Presiden memperhatikan itu," ujar Sohibul.
Sebelumnya, Bank Indonesia menyatakan inflasi pada minggu ketiga Juli mencapai 2,7 persen secara month to month (mtm) sedangkan tingkat inflasi tahunannya (YoY) mencapai 8 persen.
Angka ini merupakan yang tertinggi pada tahun ini, setelah pada bulan sebelumnya inflasi hanya tercapat 1,03 persen sebagai dampak lanjutan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menjelaskan angka inflasi tersebut didapat dari survey perkembangan harga yang dilakukan di 20 kota setiap minggu.
Angka inflasi tersebut dinilai bisa meningkat meningat masih tersisa seminggu lagi hingga berakhirnya periode perhitungan inflasi Juli.