KATEGORI : Makalah

MAKALAH RESUME MATA KULIAH MEDIA PEMBELAJARAN 

OLEH 

SAFRIN LAMUSRI

A. Pendahuluan. 

         Media tentu berasal dari kata Medium Perantara. Dalam hal ini media tentu sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan perantara pesan, pesan yang dimaksudkan adalah materi yang disampaikan kepada peserta didik. Menurut Brigs (1970) mengatakan bahwa media pembelajaran ialah segala perangkat keras dalam bentuk fisik untuk menampilkan materi. Media terdiri dari berbagai jenis macam diantaranya Media Visual, Audio, dan audio Visual. Media memiliki banyak manfaat diantaranya ialah sebagai perantara, Memvisualisasikan materi, merangsang pikiran peserta didik dan lain-lain. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan meresume beberapa materi yang berkenaan dengan media pembelajaran. 

B. Pembahasan. 

B.1 Belajar Dan Media Pembelajaran.

1. Belajar Dan Media Pembelajaran.

  • Belajar yaitu terjadinya proses perubahan tingkah laku. 
  • Terjadi secara kompleks. 
  • Perubahan terjadi ditandai dengan perubahan mulai dari pengetahuan keterampilan afektif. 
  • Tidak semua perubahan dikatakan sebagai belajar. 

2. Sumber Belajar 

  • Bahan. Dalam hal ini bahan dikategorikan menjadi dua kategori diantaranya material dan software sebagai contoh yaitu modul, majalah, poster, Folm Bingkai dan transparansi.
  • Alat, Alat merupakan perangkat keras yang digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh perangkat keras untuk mendukung itu diantaranya Proyektor, dan film. 
  • Teknik. Dalam hal ini adalah kegunaan. Bagaimana seseorang tau cara menggunakan media tersebut, dalam hal ini tehnik terdiri dari alat dan bahan. 
  • Lingkungan, lingkungan jelas menjadi sumber belajar. Contohnya diantaranya Gedung sekolah, perpustakaan, dan museum. 

B.2 Jenis Dan karakteristik media. 

1. Karakteristik media. 

a. Media Visual.

         adalah segala bentuk komunikasi yang disampaikan melalui indera penglihatan. Sederhananya, ini adalah media yang kita lihat, seperti gambar, video, grafik, atau animasi. Media visual ini sangat efektif dalam menyampaikan informasi karena otak manusia memproses informasi visual jauh lebih cepat daripada teks. Contoh media visual diantaranya; gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, kostum, dan poster.

b. Media Audio.

          Media audio adalah media yang menyampaikan pesan melalui suara. Ini melibatkan penggunaan indera pendengaran untuk menerima informasi. Media audio bisa berupa suara manusia, musik, atau efek suara. Contoh media audio diantaranya ada radio dan pita mekanik perekam suara.

c. Media Proyeksi Diam. 

         adalah jenis media visual yang menampilkan gambar atau informasi statis pada layar. Meskipun tidak bergerak seperti video, media ini sangat efektif dalam menyajikan informasi secara visual dan menarik. Contoh media proyeksi diam diantaranya permainan dan simulasi, video, televisi, film Galang, film, dan film bingkai.

 

https://docs.google.com/document/d/1yzwVZiTkJtX5MeYBWCLgN8igFcl8HbkqntsNvgj4SpA/edit?usp=drivesdk

 

 

 

Kegalauan Otonomi Daerah

22 October 2024 12:08:17 Dibaca : 14

Abstrak

         Indonesia menganut sistem otonomi daerah dengan menggunakan 3 asas diantaranya Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang menjadi roda dalam melaksanakan otonomi daerah. Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada masing masing daerah untuk mengurusi rumahtangganya sendiri, akan tetapi otonomi daerah harus dievaluasi dikarenakan beberapa daerah bisa dikatakan salah urus dalam meneglola pembangunan infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam, manusia dan pelayanan. Tujuan penelitian ini yaitu ingin memberikan pengetahuan sebagai sumber bacaan kepada pembaca mengenai otonomi daerah dan ples mines otonomi daerah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode kajian literatur. Kajian Literatur yaitu desain penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan sumber data yang berkaitan dengan suatu topik. Pengumpulan data untuk studi literatur dilakukan dengan alat pencarian database yang sebagai tahapan pencarian sumber literatur.

 Baca Selengkapnya : https://www.academia.edu/124901927/MAKALAH_HUKUM_ADMINISTRASI_NEGARA_ASAS_OTONOMI_DAERAH_MENGURAIKAN_DESENTRALISASI_DEKONSENTRASI_DAN_PEMBANTUAN

Abstrak

         Setiap Negara mempunyai wilayah masing-masing, dan setiap negara mempunyai sumber daya alam yang melimpah untuk dikelola. Setiap negara tersebut jelas mempunya garis teritorial batas antar negara baik yang berbatasan di darat maupun di laut. Fenomena yang sering terjadi saat ini adalah sengketa batas wilayah satu sama lain dan saling mengaku kepemilikan batas-batas wilayah yang mereka punya, ini jelas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya  bisa faktor historis, gejolak politik, persaingan ekonomi dan bahkan sumber daya alam yang melimpah ruah. Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mempelajari dan mengkaji lebih dalam lagi  apa saja faktor-faktor yang menyebabkan sengketa batas wilayah menjadi konflik dan Bagaiamana sengketa batas wilayah dapat memicu konflik internasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode kajian literatur. Kajian Literatur yaitu desain penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan sumber data yang berkaitan dengan suatu topik. Pengumpulan data untuk studi literatur dilakukan dengan alat pencarian database yang sebagai tahapan pencarian sumber literatur.

 

Link Untuk Membaca Sepenuhnya. 

https://www.academia.edu/124759605/TUGAS_UTS_HUKUM_INTERNASIONAL

SISTEM PEMBELAJARAN INKUIRI

18 September 2024 12:22:59 Dibaca : 19

  Latar Belakang       

         Strategi pembelajaran Inkuiri Inkuiri sesuai dengan pendekatan konstruktivis dalam pendidikan. Teori ini menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman langsung dan refleksi. Dengan mendorong siswa untuk mengemukakan pertanyaan, menginvestigasi, dan membangun pemahaman mereka sendiri, inkuiri mencerminkan asas-asas konstruktivisme. Inkuiri menempatkan siswa dalam peran yang aktif sebagai penyelidik. Ini berbeda dari metode pembelajaran tradisional yang lebih bersifat pasif, di mana siswa hanya menerima informasi dari guru. Melalui inkuiri, siswa memiliki tanggung jawab langsung dalam proses pembelajaran mereka.

         Strategi inkuiri bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan ilmiah siswa. Dengan menanamkan semangat penelitian dan eksplorasi, siswa dapat mengasah kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, membuat keputusan informasional, dan mengidentifikasi pola. Inkuiri mendekatkan siswa pada pengalaman yang mirip dengan praktik ilmiah di dunia nyata. Siswa dapat merasakan bagaimana ilmuwan bekerja, mengajukan pertanyaan, dan mencari jawaban dengan mengikuti langkah-langkah metodologis. Hal ini memberikan konteks nyata pada pembelajaran dan memperkuat aplikasi konsep.

         Melalui inkuiri, siswa diberdayakan untuk mengelola dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri. Ini dapat meningkatkan kemandirian siswa dan memberikan motivasi intrinsik, karena mereka merasa memiliki kendali atas proses pembelajaran mereka. Dalam era pendidikan abad ke-21, di mana keterampilan seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan komunikasi sangat dihargai, inkuiri menjadi alat yang efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan ini. Inkuiri menciptakan lingkungan di mana siswa dapat mengasah keterampilan tersebut secara alami.

         Inkuiri dapat diadaptasi untuk memenuhi berbagai gaya pembelajaran siswa. Siswa yang lebih suka belajar melalui tangan-tangan mereka dapat mengeksplorasi konsep melalui eksperimen, sementara siswa yang lebih suka belajar melalui pembacaan dapat melakukan penelitian dan membaca lebih lanjut. Pendidikan modern perlu mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global. Inkuiri membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, keterampilan yang sangat diperlukan dalam menghadapi masalah kompleks di tingkat global.

         Pembelajaran ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan, Dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran nah sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk pelajar. SPI dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif aliran ini pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan.Selanjutnya aliran belajar kognitif melahirkan berbagai teori belajar seperti teori belajar gestalt teori Medan dan teori belajar konstruktivistik. Hakikatnya bukan peristiwa behavioral yang dapat diamati tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri. Teori belajar lain yang mendasari SPI adalah teori belajar konstruktivistik teori belajar ini dikembangkan oleh piaget. Nah iya mengemukakan bahwa pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa sejak kecil nah menurut piaget setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya.

Konsep Dasar SPI (Strategi Pembelajaran Inkuiri)

         strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran ini dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu  heuriskein yang berarti saya menemukan.

        SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuan rasa ingin tahu merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui Indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan Indra Indra lainnya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu.

        Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

        Kedua seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala : 

  • Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
  • Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan Tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
  • Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
  • Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
  • Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
  • Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Prinsip-Prinsip Penggunaan SPI.

         SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak terdapat 4 faktor prinsip-prinsip penggunaan SPI diantaranya :

          Maturation atau bisa disebut kematangan yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis pertumbuhan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh, pembentukan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak. Menurut sigelman dan sahffer (1995) otak terdiri dari 100 miliar miliar sel saraf neuron dan setiap sel saraf itu rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi atau hubungan dengan sel-sel saraf lainnya.

        Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Gerakan-gerakan fisik pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide proses belajar yang murni tanpa adanya pengalaman-pengalaman aksi atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman.

      Social Experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain tetapi menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturan sendiri. ada dua aspek pengalaman sosial diantaranya, pertama, pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kedua melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi egosentrisnya.

        Equilibratition adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.

            Terdapat beberapa jenis prinsip yang harus diperhatikan oleh guru diantaranya :

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual.        Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

2. Prinsip interaksi.        Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi baik interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3.  prinsip bertanya    Peran guru harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya siswa untuk menjawab setiap Pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

4. Prinsip belajar untuk berpikir        Belajar adalah proses berpikir atau disebut learning how to think yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak titik pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang cenderung memanfaatkan otak kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh otak kanan.

5. Prinsip keterbukaan        Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan titik anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

Langkah-Langkah Pelaksanaan SPI

 

Dalam Proses Pembelajaran dengan mengunakan SPI mengunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi         Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif, pada langkah ini guru mengondisikan siswa agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPI guru merangasan dan mengajak siswa untuk berpikir dalam memecahkan masalah Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

Ø  Menjelasakan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh Siswa

Ø  Menjelasakan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelasakan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

Ø  Menjelasakan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah         Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu proses persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang di sajikan adalah proses yang menanti siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin di kaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya dalam mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah yaitu:

Ø  Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.

Ø   Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, artinya guru mendorong siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya suda ada.

Ø  Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa artinya sebelum masalah itu di kaji lebih dalam melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.

3. Merumuskan hipotesis         Hipotensi adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai mana jawaban sementara hipotesis perlu di uji kebenarannya, kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu lahir. Oleh karena itu untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu caranya dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotensi) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu masalah yang dikaji.

4. Mengumpulkan Data         Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotensi yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya oleh sebab itu tugas guru dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

 Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial.

            Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (natural science). Namun demikian, para ahli ilmu pendidikan ilmu sosial mengadopsi strategi inkuiri yang kemudian dinamakan inkuiri sosial. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang dikemukakanoleh Robert A. Wilkins (1990:85) yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus-menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir.

 Sedangkan menurut Bruce Joyce, inkuiri merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial ( social family ) subkelompok konsep masyarakat (concept of society) subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang hidup dan dapat mempertinggi anggota kualitas hidup

masyarakat.

          Selanjutnya ada tiga karakteristik pengembagan strategi inkuiri sosial, pertama. Adanya aspek sosial (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas, kedua. Adanya rumusan hipotensis sebagai faktor untuk inkuiri. Ketiga, pengguna fakta sebagai pengujian hipotesis.

Kesulitan-Kesulitan Implementasi SPI

         SPI merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap Naru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu strategi baru, dan penerapannya terdapat beberapa kesulitan.

 Pertama         SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar.

    Kedua,          sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir

Ketiga,         berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang di- anggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembe- lajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active earning atau yang kita kenal dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif.

Keunggulan dan Kelemahan SPI

Keunggulan

SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

a.     SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b.     SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c.     SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkem- bangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar ada- lah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d.     Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kelemahan

Di samping memiliki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemaHarn, di antaranya:

a.     Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b.     Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c.     Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan Waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d.     Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampu- an siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit di- implementasikan oleh setiap guru.

OTONOMI DAERAH DAN LAHIRNYA RAJA- RAJA KECIL DAERAH

11 September 2024 11:46:13 Dibaca : 44

Latar Belakang. 

         Jika kita berbicara tentang otonomi daerah, mungkin kata otonomi daerah sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kita sering mendengar kata Otonomi Daerah namun ada segelintir orang yang tidak tau apa itu otonomi daerah. Kita bisa melihat pelaksanaan otonomi daerah secara langsung yaitu dimana daerah diberikan hak dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintahan daerah baik dalam hal Keuangan, Administrasi, pelayanan, kebijakan daerah dan pembangunan daerah. Ini tentu kita dapat rasakan. Kita tinggal di suatu daerah yang mempunyai kepala daerah entah itu walikota, bupati ataupun gubernur, dan Tiap-tiap daerah tentunya mempunyai berbagai macam jenis kebijakan dan peraturan.

        Apa itu otonomi daerah ? Otonomi daerah yaitu pelimpahan kekuasaan atau kewenangan dari pemerintah pusat kepemerintah daerah untuk mengurusi urusan pemerintahan daerah. Otonomi Daerah adalah konsep yang memberikan kewenangan kepada daerah atau wilayah tertentu untuk mengatur dan mengelola urusan-urusan pemerintahan di dalam wilayahnya sendiri. Beberapa definisi dari para ahli mengenai Otonomi Daerah

         Dengan adanya otonomi daerah tentunya masyarakat mempunyai partisipasi diantaranya turut serta dalam pengambilan keputusan kebijakan yang diambil oleh oemerintah daerah, bukan hanya itu saja masyarakat tururt serta dalam memilih kepala daerah dengan cara demokrasi ini sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18, 18A. Pasal ini tentunya memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan otonomi seluas-luasnya.

        Akan tetapi lahirnya otonomi menciptakan kesenjangan Sosial di daerah disebabkan oleh daerah tidak mampu mengelola sumber daya alam, kebijakan pemerintah yang tidak prioritas dan ditambah dengan kualitas sumber daya alam yang tidak melimpah ditambah lahirnya Raja-raja kecil didaerah yang berujung pada nepotisme. Maka dalam hal ini penulis menemukan masalah diantaranya yaitu Pilkada dan lahirnya Raja-raja kecil, Kelemahan dan kekurangan otonomi daerah serta otonomi dan kesenjangan Sosial dalam otonomi daerah.

Pilkada Melahirkan Raja-Raja Kecil Di daerah.

         Otonomi daerah telah memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk menjalankan fungsi sesuai tugas dan fungsi yang telah ditentukan berdasarkan undnag-undnag dasar pasal 18. Tak dapat dipungkiri, maka daerah diberikan keleluasaan oleh pemerintah pusat meburusi daerahnya masing-masing. Jika kita melihat latar belakang dibentuknya otonomi daerah yaitu berbagai macam kebutuhan-kebutuhan daerah yang harus segera diakomodasi oleh pemerintah pusat. Nah tentunya otonomi daerah juga mempunyai tujuan yang beragam yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendongkrak penyediaan pembagunan guna penyempurnaan fasilitas pelayanan, daerah tahu dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan daerahnya, nah juga dapat memberikan legitimasi kepada masyarakat untuk mengambil keputusan yang ditawarkan oleh pemerintah daerah.

            Partsispasi masyarakat diantaranya turut serta dalam menentukan kepal daerah yang dipilih secara demokratis dalam lima tahun sekali. Otonomi juga tentu melahirkan raja raja kecil didaerah yang berkuasa sehingga dapat menimbulkan nepotisme kelas daerah. Menurut Murulak Paradede (2018:128) Pemilihan kepala daerah (Pilkada atauPemilukada) dilakukan secara langsung olehpenduduk daerah administratif setempat yangmemenuhi syarat.Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud mencakup: Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi; Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten; Wali kota dan wakil wali kota untuk kota. Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau  disingkat Pilkada.

         Akan tetapi Pilkada juga tentu memberikan beberapa dampak negatif diantaranya Pertama, Membengkaknya anggran untuk biaya pemilukada, Kedua, Sering terjadinya Money Politic Di tingkat daerah yang tentu akan memperburuk jalannya konstitusi, Ketiga, Sering terjadi Konflik harizontal antar masyarakat yang sangat tinggi. Setiawandi Hakim Dalam ( Husein, 2011:185). Pemilihan  kepala  daerah  tentu  hanya  satu  tujuan  akhirnya,  yaitu  dalam  rangka  untuk mencapai  kesejahteraan  masyarakat.  Bukan  menghasilkan kerusakan,  kekacauan,  korupsi  dan korban  jiwa. 

Otonomi Dan Segudang Masalah Daerah. 

         Pemberian otonomi awalnya untuk mebuga keran keran kwenangan dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat yang ada didaerah. Namun seiring berkembangnya Zaman Otonomi daerah tentunya mempunya segudang masalah diantaranya Menurut Akmal Huda Nasution (2016: 209-212) Pertama, Adanya Eksploitasi PAD dimana pemerintah daerah memungut pajak dan hasil retribusi dari masyarakat. Kedua, Pemahaman terhadap Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah yang Belum Mantap Desentralisasi adalah sebuah mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menyangkut pola hubungan antara pemerintah nasional dan pemerintah lokal. Desentralisasi diperlukan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan. Ketiga, Penyedian Pelaksanaan Otonomi Deerah Yang Belum Memadai. Parlemen di daerah tumbuh menjadi kekuatan baru didaerah dimana mereka memilih Calon Gubernur dan walikota melalui Anggota DPRD. Keempat, Kondisi SDM Aparatur Pemerintahan yang Belum Menunjang Sepenuhnya Pelaksanaan Otonomi Daerah. Beberapa daerah sangat kurang akan Sumber Daya manusia yang bisa menunjang pelayanan Kepada masyarakatnya. Kelima, Munculnya Korupsi Di Daerah, begitu banyak kasus korupsi yang menjerat kepala daerah. Menurut ICW terhitung dari tahun 2004 Hingga Januari 2022 tercatat ada 22 Gubernur yang terjerat kasus Korupsi dan ada sekitar 148 Bupati/Walikota. Ditambah dengan kesenjangan Sosial dan kemiskinan yang merajalela didaerah bagi yang tidak mempunyai kemampuan Kualitas sumber daya manusia. Praktik rasuah yang mengemuka di awal tahun, sekali lagi ibarat fenomena gunung es. Sudah menjadi rahasia umum bahwa akar masalah dari maraknya korupsi kepala daerah salah satunya karena tingginya biaya politik. ICW mencatat (2018), mahalnya biaya politik setidaknya disebabkan dua hal yakni, politik uang berbentuk mahar politik (nomination buying) dan jual beli suara (vote buying). Menurut kajian Litbang Kemendagri tahun 2015, untuk mencalonkan diri sebagai bupati/wali kota hingga gubernur membutuhkan biaya Rp 20 – 100 miliar. Sementara, pendapatan rata-rata gaji kepala daerah hanya sekitar Rp 5 miliar selama satu periode.  

Otonomi daerah Dan Kesenjangan Sosial. 

         Otonomi daerah tentunya mempunya kelebihan akan tetapi juga kelemahan, karna sudah menjadi hukum alam ada yabihbdan ada yang kurang, awalnya otonomi daerah diberikan kepada daerah agar daerah mampu membangun daerah agar lebih maju buka hanya itu saja dalam bidang pembangunan dan pelayanan serasatau daerah yang tahu akan kondisi kebutuhan para konstituen. Masyarakat turut andil dalam pengambilan kebijakan sebagai legitimasi adanya otonomi daerah mendorong masyarakat proaktif memberikan saran dan masukan. Akan tetapi Otonomi tentunya mempunya kelemahan yang mendasar yang ditinjau dari beberpa faktor yaitu Pertama, Perbedaan Sumber Daya Alam, Terkadang daerah yang mempunyai kekayaan yang berbeda beda harus mampu mengelola sumber daya alam dengan bijak, dewasa ini pemerintah yang ada didaerah memanfaatkan sumber daya alamn sebagai pembah PAD sehingga terjadinya eksploitasi yang berujung pada rusaknya alam. 

          KeduaKetidaksetaraan Menajerial, Setiap daerah tentu mempunyai manajemen daerah masing-masing bagaiamana keterampilan daerah dalam menata dan mengelola birokrasi yang ada di daerah. Ketiga, Perbedaan Pendapatan dan Investasi, Terkadang ada beberapa daerah yang memiliki beberapa perbedaan dalan segi pendapatan, Pendapatan hdaerah yang kurang akan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan daerah dalam hal ini belanja-belanja daerah yang tidak bisa diakomodir oleh anggaran daerah.

          Keempat, Adanya pengambilan kebijakan lokal yang berbeda-beda. Kebijakan di daerah tentu sangat beragam tentunya, nah ini juga tentu akan menyebabkan beberapa masalah diantaranya kebijakan .

Kesimpulan. 

         Otonomi daerah telah memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk menjalankan fungsi sesuai tugas dan fungsi yang telah ditentukan berdasarkan undnag-undnag dasar pasal 18. Tak dapat dipungkiri, maka daerah diberikan keleluasaan oleh pemerintah pusat meburusi daerahnya masing-masing. Jika kita melihat latar belakang dibentuknya otonomi daerah yaitu berbagai macam kebutuhan-kebutuhan daerah yang harus segera diakomodasi oleh pemerintah pusat. Pemberian otonomi awalnya untuk mebuga keran keran kwenangan dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat yang ada didaerah. Otonomi daerah tentunya mempunya kelebihan akan tetapi juga kelemahan, karna sudah menjadi hukum alam ada yabihbdan ada yang kurang, awalnya otonomi daerah diberikan kepada daerah agar daerah mampu membangun daerah agar lebih maju buka hanya itu saja dalam bidang pembangunan dan pelayanan serasatau daerah yang tahu akan kondisi kebutuhan para konstituen. Masyarakat turut andil dalam pengambilan kebijakan sebagai legitimasi adanya otonomi daerah mendorong masyarakat proaktif memberikan saran dan masukan.

Daftar Pustaka

 

Paradede Marulak (2018). “Legitimasi Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Otonomi Daerah”. Dalam Jurnal Penelitian Hukum. Vol. 18. No. 2. Hlm 127-148. Jakarta.

Hakim Setiawan. (2018). ”Dampak Negatif Pemilihan Kepala Daerah langsung Dan Pemilihan  Melalui DPRD Serta Pemilihan Kepala Daerah Ideal”. Dalam Jurnal SAWALA. Vol. 6. No. 2. Banten.

Indonesia Coruption Watch. (2022). Korupsi Kepala Daerah. Online (https://antikorupsi.org/id/korupsi-kepala-daerah) Diakses pada : 04 Desemper 2023. Pukul 23.28. Jakarta.

Faisal, Nasution Akmal Huda. (2016). “Otonomi Daerah : Masalah Dan Penyelesaiannya Di Indonesia”. Dalam Jurnal Akuntansi. Vol.4. No.2. Hlm. 206-2015.