PERAN KELUARGA DALAM MEMBERIKAN SOSIALISASI POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2024
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran keluarga dalam sosialisasi politik terhadap pemilih pemula pada Pemilu 2024. Fenomena masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah rendahnya partisipasi politik di kalangan pemilih pemula, yang sering kali disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai pentingnya hak suara serta minimnya pengalaman dalam proses pemilihan umum. Dalam konteks ini, keluarga sebagai agen sosialisasi pertama berperan vital dalam memberikan pengetahuan politik awal kepada pemilih pemula. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, yang berfokus pada pengumpulan, analisis, dan evaluasi berbagai sumber informasi yang diterbitkan, seperti buku, artikel ilmiah, jurnal, dan laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam sosialisasi politik kepada pemilih pemula meliputi pemberian informasi dasar mengenai pilihan politik serta pentingnya partisipasi dalam pemilu untuk keberlanjutan demokrasi. Selain itu, keluarga juga memberikan pertimbangan dalam menentukan pilihan politik serta memotivasi pemilih pemula untuk menghindari golput dan berpartisipasi aktif dalam proses politik.
Untuk membaca lebih lanjut kunjungi Link berikut dibawah ini :
https://drive.google.com/file/d/11ukRwOM08hO1CtybFXLb8_t6LCAXrClR/view?usp=drivesdk
Fenomena Perempuan Merokok: Antara Ekspresi Diri dan Tanda Tanya Sosial
Fenomena perempuan merokok kini bukan lagi hal yang langka di ruang publik. Kita bisa menyaksikan perempuan merokok di berbagai tempat seperti kafe, kampus, hingga media sosial. Cara merokok pun bervariasi ada yang menggunakan metode konvensional, ada pula yang memilih vape. Bagi sebagian orang, ini dianggap sebagai bentuk kebebasan dan ekspresi diri.
Namun, muncul pertanyaan mendasar: apakah ini benar-benar simbol kemajuan, atau justru menyimpan tanda tanya besar mengenai arah kesehatan, budaya, dan nilai sosial kita?
Dulu, melihat perempuan merokok adalah sesuatu yang aneh, bahkan dianggap tabu. Banyak perempuan enggan merokok karena norma sosial pada saat itu masih sangat membatasi. Kini, anggapan itu mulai bergeser. Sebagian menganggap perilaku tersebut keren atau "edgy". Tak bisa dipungkiri, media sosial, iklan vape, dan budaya pop turut berperan dalam membentuk dan menormalisasi fenomena ini.
Bagi sebagian perempuan, merokok adalah bentuk pilihan hidup. Setiap orang tentu berhak menentukan jalan hidupnya. Namun, kebebasan ini tidak sepenuhnya lepas dari pengaruh tren sosial dan arus globalisasi yang semakin kuat. Implikasinya jelas baik dari segi kesehatan fisik, mental, maupun sosial baik itu dari rokok konvensional maupun vape.
Jika rokok telah menjadi bagian dari gaya hidup, lalu di mana posisi edukasi kesehatan? Di sinilah pentingnya pendekatan edukatif yang tidak menghakimi, melainkan membuka ruang dialog. Upaya pencegahan seharusnya tidak hanya menyasar laki-laki, tetapi juga perempuan, dengan pendekatan yang lebih relevan secara kultural dan sosial.
Pada akhirnya, tulisan ini bukan soal siapa yang boleh atau tidak merokok. Ini tentang bagaimana budaya membentuk kebiasaan, dan bagaimana perempuan dalam upayanya untuk merdeka dan mandiri, berhak mendapat informasi, ruang diskusi, dan perlindungan dari bahaya terselubung yang kerap dibungkus dalam nama kebebasan.
Merokok bukan hanya soal pilihan personal, tapi juga soal masa depan generasi.
Teori
Teori itu harus di uji, di inggris teori adalah hipotesis, hipotesis ialah sesuatu yang sementara dipagai bersifat dugaan semata, belum nyata keberadaanya. Selagi hipotesis itu masih belum diuji maka dia akan tetap menjadi hipotesis dan bukan teori.
Pendefinisian suatu Definis Menurut Tan Malaka
Dalam hal ini perlu di definisikan apa itu definisi, definisi haruslah punya batasan apa yang harus kita bahas, agar pembahasannya tidak melebar kemana mana atau bisa disebut tidak melebar ke lapangan yang lebih luas. Definisi harus dibatasi agar tidak terjadi kecacatan dalam berfikir atau kepahaman. Tak boleh melewati atau menyesatkan. Maksudnya adalah kita harus menentukan perbedaan kedua benda atau barang tersebut
Oleh karena itu, Tan Malaka menguraikan penjelasan tentang pendefinisian definisi diantaranya :
1. Definisi sedapat dapatnya Padat. maksudnya adalah definisi haruslah bersifatjelas dan pendek, tidak usah terlalu panjang takutnya jika pendefinisian barang terlalu panjang maka butuh penjelasan yang begitu panjang sehingga melebar kemana mana.
2. Definisi tidak boleh berputar-putar, dalam hal ini memberikan definisi tidak bisa berputar putar, hal ini akan membingungkan nantinya, sehingga tidak ada pagar atau batasan.
3. Definisi hendaknya bersifat General (Umum), pengertiannya adalah Definisi harus bersifat umum,
4. Definisi tidak boleh Mengandung Metafora atau kalimat kiasan. Dalam hal ini sebagai contoh : "Anak yang tenggelam dan hidup di air itulah takdirnya" jika kita berfikir sejenak maka ini adalah "ikan" hal ini yang perlu di ingat dalam pembuatan Definisi.