SISTEM PEMBELAJARAN INKUIRI

18 September 2024 12:22:59 Dibaca : 5

  Latar Belakang       

         Strategi pembelajaran Inkuiri Inkuiri sesuai dengan pendekatan konstruktivis dalam pendidikan. Teori ini menekankan bahwa siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman langsung dan refleksi. Dengan mendorong siswa untuk mengemukakan pertanyaan, menginvestigasi, dan membangun pemahaman mereka sendiri, inkuiri mencerminkan asas-asas konstruktivisme. Inkuiri menempatkan siswa dalam peran yang aktif sebagai penyelidik. Ini berbeda dari metode pembelajaran tradisional yang lebih bersifat pasif, di mana siswa hanya menerima informasi dari guru. Melalui inkuiri, siswa memiliki tanggung jawab langsung dalam proses pembelajaran mereka.

         Strategi inkuiri bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan ilmiah siswa. Dengan menanamkan semangat penelitian dan eksplorasi, siswa dapat mengasah kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, membuat keputusan informasional, dan mengidentifikasi pola. Inkuiri mendekatkan siswa pada pengalaman yang mirip dengan praktik ilmiah di dunia nyata. Siswa dapat merasakan bagaimana ilmuwan bekerja, mengajukan pertanyaan, dan mencari jawaban dengan mengikuti langkah-langkah metodologis. Hal ini memberikan konteks nyata pada pembelajaran dan memperkuat aplikasi konsep.

         Melalui inkuiri, siswa diberdayakan untuk mengelola dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri. Ini dapat meningkatkan kemandirian siswa dan memberikan motivasi intrinsik, karena mereka merasa memiliki kendali atas proses pembelajaran mereka. Dalam era pendidikan abad ke-21, di mana keterampilan seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan komunikasi sangat dihargai, inkuiri menjadi alat yang efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan ini. Inkuiri menciptakan lingkungan di mana siswa dapat mengasah keterampilan tersebut secara alami.

         Inkuiri dapat diadaptasi untuk memenuhi berbagai gaya pembelajaran siswa. Siswa yang lebih suka belajar melalui tangan-tangan mereka dapat mengeksplorasi konsep melalui eksperimen, sementara siswa yang lebih suka belajar melalui pembacaan dapat melakukan penelitian dan membaca lebih lanjut. Pendidikan modern perlu mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan global. Inkuiri membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, keterampilan yang sangat diperlukan dalam menghadapi masalah kompleks di tingkat global.

         Pembelajaran ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan, Dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran nah sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk pelajar. SPI dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif aliran ini pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan.Selanjutnya aliran belajar kognitif melahirkan berbagai teori belajar seperti teori belajar gestalt teori Medan dan teori belajar konstruktivistik. Hakikatnya bukan peristiwa behavioral yang dapat diamati tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri. Teori belajar lain yang mendasari SPI adalah teori belajar konstruktivistik teori belajar ini dikembangkan oleh piaget. Nah iya mengemukakan bahwa pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa sejak kecil nah menurut piaget setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya.

Konsep Dasar SPI (Strategi Pembelajaran Inkuiri)

         strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pembelajaran ini dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu  heuriskein yang berarti saya menemukan.

        SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuan rasa ingin tahu merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui Indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan Indra Indra lainnya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu.

        Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

        Kedua seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala : 

  • Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.
  • Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan Tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
  • Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
  • Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
  • Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
  • Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Prinsip-Prinsip Penggunaan SPI.

         SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak terdapat 4 faktor prinsip-prinsip penggunaan SPI diantaranya :

          Maturation atau bisa disebut kematangan yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis pertumbuhan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh, pembentukan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir (intelektual) anak. Menurut sigelman dan sahffer (1995) otak terdiri dari 100 miliar miliar sel saraf neuron dan setiap sel saraf itu rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi atau hubungan dengan sel-sel saraf lainnya.

        Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Gerakan-gerakan fisik pada akhirnya akan bisa ditransfer menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide proses belajar yang murni tanpa adanya pengalaman-pengalaman aksi atau tindakan adalah komponen dasar pengalaman.

      Social Experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain tetapi menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain di samping aturan sendiri. ada dua aspek pengalaman sosial diantaranya, pertama, pengalaman sosial akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa. Kedua melalui pengalaman sosial anak akan mengurangi egosentrisnya.

        Equilibratition adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.

            Terdapat beberapa jenis prinsip yang harus diperhatikan oleh guru diantaranya :

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual.        Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

2. Prinsip interaksi.        Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi baik interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3.  prinsip bertanya    Peran guru harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya siswa untuk menjawab setiap Pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

4. Prinsip belajar untuk berpikir        Belajar adalah proses berpikir atau disebut learning how to think yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak titik pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang cenderung memanfaatkan otak kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh otak kanan.

5. Prinsip keterbukaan        Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan titik anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

Langkah-Langkah Pelaksanaan SPI

Dalam Proses Pembelajaran dengan mengunakan SPI mengunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi         Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif, pada langkah ini guru mengondisikan siswa agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPI guru merangasan dan mengajak siswa untuk berpikir dalam memecahkan masalah Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

Ø  Menjelasakan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh Siswa

Ø  Menjelasakan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelasakan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

Ø  Menjelasakan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah         Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu proses persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang di sajikan adalah proses yang menanti siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin di kaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya dalam mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah yaitu:

Ø  Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.

Ø   Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, artinya guru mendorong siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya suda ada.

Ø  Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa artinya sebelum masalah itu di kaji lebih dalam melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.

3. Merumuskan hipotesis         Hipotensi adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai mana jawaban sementara hipotesis perlu di uji kebenarannya, kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu lahir. Oleh karena itu untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu caranya dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotensi) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu masalah yang dikaji.

4. Mengumpulkan Data         Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotensi yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya oleh sebab itu tugas guru dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

 Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial.

            Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam (natural science). Namun demikian, para ahli ilmu pendidikan ilmu sosial mengadopsi strategi inkuiri yang kemudian dinamakan inkuiri sosial. Hal ini didasarkan pada asumsi pentingnya pembelajaran IPS pada masyarakat yang semakin cepat berubah, seperti yang dikemukakanoleh Robert A. Wilkins (1990:85) yang menyatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang terus-menerus mengalami perubahan, pengajaran IPS harus menekankan kepada pengembangan berpikir.

 Sedangkan menurut Bruce Joyce, inkuiri merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial ( social family ) subkelompok konsep masyarakat (concept of society) subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang hidup dan dapat mempertinggi anggota kualitas hidup

masyarakat.

          Selanjutnya ada tiga karakteristik pengembagan strategi inkuiri sosial, pertama. Adanya aspek sosial (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas, kedua. Adanya rumusan hipotensis sebagai faktor untuk inkuiri. Ketiga, pengguna fakta sebagai pengujian hipotesis.

Kesulitan-Kesulitan Implementasi SPI

         SPI merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dianggap Naru khususnya di Indonesia. Sebagai suatu strategi baru, dan penerapannya terdapat beberapa kesulitan.

 Pertama         SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar.

    Kedua,          sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena budaya belajar semacam itu sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir

Ketiga,         berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang di- anggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembe- lajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active earning atau yang kita kenal dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) berorientasi pada pengembangan aspek kognitif.

Keunggulan dan Kelemahan SPI

Keunggulan

SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

a.     SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b.     SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c.     SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkem- bangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar ada- lah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d.     Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Kelemahan

Di samping memiliki keunggulan, SPI juga mempunyai kelemaHarn, di antaranya:

a.     Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b.     Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c.     Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan Waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d.     Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampu- an siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit di- implementasikan oleh setiap guru.

Berbagai Masalah Yang Berpengaruh Pada Pendidikan.

17 September 2024 09:54:49 Dibaca : 8

Tim Penyusun. 

1. Safrin Lamusrin 

2. Farhan Mamonto. 

         Pendididikan tentu merupakan suatu proses yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia, melalui pendidikan itulah manusia mampu mengembangka sains dan tehnologi. Secara sederhana pendidikan sebagai upaya sadar danterencana untuk meningkatkan potensi diri seseorang yang mencakup berbagai aspek seperti keterampilan, sosial, emosional, dan spritual. Pendidikan Menurut (Sartika, 2022) Pendidikan adalah semua pengetahuan yang dipelajari sepanjang hayat dan dapat terjadi di mana pun dan dalam situasi apa pun yang mempengaruhi pertumbuhan setiap makhluk hidup. 

         Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan menegembangkan potensi dirinya untuk mrmiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.  

          Akan tetapi jauh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur tentang bagaiaman cara sistem pendidikan bekerja, Undang-undang dasar 1945 telah mengatur pendidikan, dimana secara garis besar Negara malalui APBN (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara) setidsknya untuk anggaran pendidikan sebesar 20% baik dari APBN Maupun dari APBD untuk membiayai bidang pendidikan. 

         Hal ini tentu menunjukkan pemerintah memperhatiakan pendidikan, bahkan setiap warga negara mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan yang layak dan negara berkewajiban membiayai dan melayani serta memperbaiki dan melengkapi fasilitas penunjang untuk meningkatn mutu pendidikan. 

         Menurut (Susilo, 2017) Pendidikan memiliki Fungsi diantaranya : 

  1. Pendidikan Sebagai Penegak nilai, Pendidikan merupakan penegak nilai dalam masyarakat (reinforcing social values), dengan artian memelihara serta menjaga tetap lestarinya nilai-nilai dalam masyarakat. 
  2. Pendidikan sebagai Sarana Pengembang Masyarakat, Proses pendidikan selalu terjadi dalam lingkungan masyarakat, dan pendidikan bertujuan untuk mengembangkan masyarakat itu sendiri. Proses tersebut akan berlangsung terus-menerus selama masyarakat itu masih ada. 
  3. Pendidikan sebagai Upaya Pengembangan Potensi Manusia, Pengembangan kemampuan masyarakat akan terkait dengan pengembangan nilai-nilai yang hidup di masyarakat ini. Pengembangan nilai-nilai ini erat terkait dengan pembentukan anggota masyarakat yang mumpuni dan dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang baik.

         Dalam menuju tujuan pendidikan nasional maka dibutuhkan proses pembelajaran dalam kelas. Menurut (Sartika, 2022) Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar juga merupakan hasil dari interaksi antara stimulus dan respons. Perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat disebut belajar. Pada dasarnya, mengajar adalah proses pengalihan pengetahuan, informasi, standar, nilai, dan sebagainya dari seorang pendidik kepada siswanya. Keterlibatan penuh siswa sebagai warga belajar selama proses pembelajaran adalah kunci keberhasilan pendidikan. Di sini, keterlibatan yang dimaksud adalah "pengalaman" yang melibatkan seluruh potensi peserta didik, termasuk mata, telinga, dan aktivitas langsung. Tak dapat dipungkiri Pendidikan tentunya mempunyai masalah yang akan mengurangi mutu pendidikan. 

1. Pengertian Masalah Yang Mempengaruhi Pendidikan. 

       Pendidikan merupakan fondasi utama bagi kemajuan suatu bangsa karena memberi orang kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka sendiri dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup. Namun, pendidikan tidak selalu berjalan lancar. Banyak masalah muncul secara teratur dan dapat memengaruhi kualitas pendidikan. Setiap hal, baik itu faktor internal maupun eksternal, yang dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan yang berkualitas dapat dianggap sebagai masalah yang berpengaruh pada pendidikan. Masalah-masalah ini dapat muncul di berbagai tingkatan, mulai dari keluarga siswa, sekolah, hingga sistem pendidikan secara keseluruhan. 

         Masalah dalam pendidikan dapat diartikan sebagai segala hambatan atau kendala yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Hambatan tersebut dapat berasal dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi masalah yang berasal dari dalam sistem pendidikan itu sendiri, seperti kualitas guru, kurikulum, dan sarana prasarana sekolah. Sementara itu, faktor eksternal mencakup masalah yang berasal dari luar sistem pendidikan, seperti kondisi sosial ekonomi, budaya, dan kebijakan pemerintah.

2. Jenis-Jenis Masalah Yang Berpengaruh terhadap Pendidikan. 

a. Penurunan Kualitas Pendidikan.

         Penurunan kualitas pendidikan ditandai dengan penurunan anggaran, ini disebabkan oleh alokasi anggran di bidang pendidikan menurun. Tentu ini jelas menghambat perbaikan sarana dan prasarana sekolah, pengadaan buku pelajaran, serta peningkatan kesejahteraan guru. Kurangnya jumlah guru juga tentu akan memunculkan masalah dalam pendidikan dimana jumlah pendidik atau guru tidak begitu banyak. Kurangnya pelatihan bagi guru, rendahnya kualifikasi guru, dapat mempengaruhi proses pembelajaran dalam kelas. Kurikulum yang tidak relevana juga menjadi faktor penurunan kualitas pendidikan, kurikulum yang tidak seseuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dunia kerja dapat membuat siswa kesulitas dalam mengaplikasikan ilmu yang dipelajari.

b. Sarana Dan Prasarana. 

         Menurut (Miski, 2015) Sarana dan prasarana sangat penting untuk proses pembelajaran di sekolah. Tanpa mereka, kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih sulit, yang pada gilirannya akan menyebabkan hasil belajar siswa rendah atau tinggi. Sarana dan Prasarana menjadi masalah yang mempengaruhi pendidikan, kurangnya sarana dan prasarana menjadi masalah dalam pendidikan. Tentunya ini akan mempengaruhi mutu pendidikan kedepannya. Sarana dan prasarana pendidikan yang memadai merupakan kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Namun, sayangnya, masalah terkait sarana dan prasarana masih menjadi tantangan besar di berbagai wilayah, terutama di daerah-daerah terpencil.

c. Infrastruktur Yang Kurang Memadai. 

             Infrastruktu berkaitan erat dengan bangunan sekolah, ini jelas menjadi masalah dalam dunia pendidikan, kurangnya infrastruktur yang kurang akan berdampak pada proses pembelajaran yang kurang. Kita bisa membayangkan keadaan kelas yang bocor dan tidak layak digunakan, pertanyaannya apakah proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik? Jelas tidak, ruangan didalam kelas mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. melihat kondisi ini, maka siswa akan kurang termotivasi dalam pembelajaran.     

d. Kurangnya Peran Masyarakat Sekitar.

         Kurangnya peran masyarakat menjadi maslah dalam pendidikan, maksudnya adalah apabila masyarakat sekitar tidak perhatian terhadap kondisi sekolah, siswa dan lain-lain yang berkaitan dengan itu, jelas ini bisa dikatan sebagai Problem Dalam pendidika. Disetiap sekolah pasti mempunyai organisasi paguyuban yang didalamnya di isi oleh orang tua dan wali siswa, organisasi ini tentu mempunyai tugas dan manfaat diantaranya mampu meningkatkan pemahaman pendidikan kepada orang tua wali, Membangun komunikasi dengan guru, meningkatkan partisipasi dalam sekolah, mendapantkan dukungan finansial dari orang tua, dan tentu menjalin kerja sama dengan baik dengan masyarakat sekitar. 

         Pentingnya dukungan orang tua dan masyarakat sekitar mempengruhi pendidikan, semua masyarakat ikut serta dalam menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan. Sebagai contoh, apabila dalam suatu sekolah masyarakat tidak mempunyai keprihatinan terhadap pendidikan maka tentu akan berdampak pada penurunan kualitas dan mutu pendidikan.

e. Menurunnya Motivasi Belajar Siswa. 

         "Motivasi" berasal dari kata Latin Movere, yang berarti dorongan atau kekuatan. Motivasi didefinisikan oleh banyak ahli dengan cara yang berbeda, tetapi intinya adalah sebagai dorongan untuk mengubah energi seseorang ke dalam tindakan untuk mencapai tujuan (Miski, 2015). Menurut (Lepper: 1988) Dalam (Miski, 2015) Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinyas endiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga Siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru. Pada dasarnya motivasi adalah suatu usahay ang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Hamdu & Agustina, 2011)

          prestasi siswa adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah (Hamdu & Agustina, 2011)

          Dengan demikian pendidikan tentu sangatlah penting bagi umat manusia, dengan Pendidikan maka manusia mampu menerima ilmu pengetahuan bahkan mampu mengembangkan tehnologi dan sains, melalui pendidikan maka setiap manusia akan diajarkan bagaiamana menjadi manusia yang baik berlandaskan ahklak yang mulia. Pendidikan tentu terus menyesuaiakan dengan perkembangan saat ini yang jelas-jelas sudah maju dan disitulah pendidikan harus menyesuaiakan.

         Pendidikan memupyai segudang masalah baik dari permasalahan internal maupun eksternal, akan tetapi ini menjadi agenda pemerintah untuk menyelesaiakan yang menjadi masalah pedidikan saat ini agar mutu pendidikan juga meningkat kedepan, sehingganya kita mampu menciptakan manusia-manusia yang unggul yang siap pakai dengan keahlian dan mampu bersaing kedepan.

Daftar Pustaka

Hamdu, G., & Agustina, L. (2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), 25–33.

Miski, R. (2015). Pengaruh Sarana dan Prasarana terhadap Hasil Belajar Siswa. Tadbir Muwahhid, 4(2), 69–73.

Sartika, S. B. (2022). Buku Ajar Belajar Dan Pembelajaran. In Buku Ajar Belajar Dan Pembelajaran. https://doi.org/10.21070/2022/978-623-464-043-4

Susilo, J. (2017). Peran dan Fungsi Bahasa Indonesia dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional. Wordpress.Com, 1(1), 1–11.

Episode Mengagumi Mu Telah Selesai.

14 September 2024 10:23:33 Dibaca : 12

         Dalam tulisan ini, Penulis mencoba untuk menuliskan dan merangkai kata demi kata. Sebelum tulisan ini dimuat dalam Blog ini, Tulisannya sudah jadi bahkan ditulis tangan.

TES DAN EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

12 September 2024 18:50:40 Dibaca : 111

 

A. Pengertian Pembalajaran.

            Pengertian Belajar menurut para ahli menurut (Suardi, 2017) yaitu ;

1. Daryanto (2009:2) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungnnya.

2. Daryanto (2009:2) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungnnya.

3. M. Ngalim Purwanto (2014: 85) belajar merupakan suatu perubahan yang bersifat internal dan relatif mantap dalam tingkah laku melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

4. Sanjaya Wina (2008: 229) belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor.

B. Pengertian Evaluasi.

             Menurut (Suardi, 2017) Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen kegiatan pendidikan yang sangat Evaluasipembelajaran adalah proses penilaian atau pengukuran secara sistematis terhadap tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan penting dan harus ada, karena dengan adanya evaluasi maka akan diketahui kekurangan ataupun kelebihan

            Sedangkan Menurut (Rahman & Nasryah, 2019) Evaluasi dan penilaian adalah metode untuk menentukan nilai sesuatu; namun, keduanya berbeda dari segi pelaksanaan dan ruang lingkup: evaluasi dan penilaian mencakup pengukuran secara keseluruhan, sementara tes hanyalah alat untuk mengukurnya. Metode pengukuran.

C. Fungsi Evaluasi.

            Evaluasi yang sudah menjadi bagian penting dari proses keberlanjutan. Pembelajaran sebaiknya dilakukan setiap hari dengan cara yang sistematis dan terencana. Guru dapat menilai pembelajaran dengan mengimplementasikannya pada satuan materi pembelajaran. Sebagian

Menurut  Sujana Dalam (L, 2019) mengemukakan bahwa fungsi evaluasi dari sisi peserta didik secara individual, dan dari segi program pengajaran meliputi antara lain:

 1. untuk mengetahui apakah tujuan instruksional khusus tercapai. Fungsi ini memungkinkan untuk mengetahui tingkat penguasaan bahan pelajaran siswa. Dengan kata lain, dapat diketahui apakah hasil belajar siswa baik atau buruk.

2. untuk mengetahui seberapa efektif guru melakukan pembelajaran. Hasil belajar yang buruk siswa bukan hanya karena ketidakmampuan siswa itu sendiri. Namun, ini mungkin disebabkan oleh guru yang kurang mampu mengajar.

D. Syarat Dan Petunjuk Dalam Menyusun Tes Dan Tehnik Evaluasi.

            Menurut (L, 2019) Syarat dalam Menyusun tes atau alat evaluasi

a. Validasi.

Validitas sering diartikan dengan kesahihan. Suatu tes dikatakan valid apabila mengukur apa yang seharunya diukur. Meter valid apabilah dipergunakan untuk mengukur jarak, sedangkan timbangan valid apabila dipergunakan untuk mengukur berat.

b. Reliabilitas

            Reliabilitas sering disebut keterandalan dan tarap kepercayaan. Apabila suatu tes digunakan untuk mengukur secara berulang-ulang dan memberikan hasil yang konsisten atau sama, tes tersebut dianggap memiliki reliabilitas.32 Penilaian yang dapat diandalkan (terpercaya) memungkinkan perbandingan yang dapat diandalkan dan memastikan kekonsistenan. Misalnya, guru menilai kemampuan siswa untuk melakukan eksperimen kimia di laboratorium. Tiga puluh siswa melakukan eksperimen dan menulis laporan mereka sendiri. Jika guru dapat membandingkan tingkat penguasaan tiga puluh siswa dengan kompetensi eksperimen yang dibutuhkan dalam kurikulum, penilaian ini dapat dipercaya. Selain itu, jika tiga puluh siswa yang sama melakukan eksperimen yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya sama, penilaian ini dapat dipercaya.

c. Daya Beda Butir.

            Dua kategori beda butir soal adalah kualitatif (beda atau ananisis butir soal) dan kuantitatif (beda atau ananisis butir soal). Analisis butir soal kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empirik. Karakteristik internal yang dimaksud meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

Daftar Pustaka.

L, I. (2019). EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Idrus L 1. Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran, 9(2), 344.

Rahman, A. A., & Nasryah, C. E. (2019). Evaluasi Pembelajaran. In Uwais Inspirasi Indonesia.

Suardi, M. (2017). Belajar Dan Pembelajaran Tujuan Belajar Dan Pembelajaran. Uwais Inspirasi Indonesia, March, 175. https://www.coursehero.com/file/52663366/Belajar-dan-Pembelajaran1-convertedpdf/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

OTONOMI DAERAH DAN LAHIRNYA RAJA- RAJA KECIL DAERAH

11 September 2024 11:46:13 Dibaca : 12

Latar Belakang. 

         Jika kita berbicara tentang otonomi daerah, mungkin kata otonomi daerah sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kita sering mendengar kata Otonomi Daerah namun ada segelintir orang yang tidak tau apa itu otonomi daerah. Kita bisa melihat pelaksanaan otonomi daerah secara langsung yaitu dimana daerah diberikan hak dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintahan daerah baik dalam hal Keuangan, Administrasi, pelayanan, kebijakan daerah dan pembangunan daerah. Ini tentu kita dapat rasakan. Kita tinggal di suatu daerah yang mempunyai kepala daerah entah itu walikota, bupati ataupun gubernur, dan Tiap-tiap daerah tentunya mempunyai berbagai macam jenis kebijakan dan peraturan.

        Apa itu otonomi daerah ? Otonomi daerah yaitu pelimpahan kekuasaan atau kewenangan dari pemerintah pusat kepemerintah daerah untuk mengurusi urusan pemerintahan daerah. Otonomi Daerah adalah konsep yang memberikan kewenangan kepada daerah atau wilayah tertentu untuk mengatur dan mengelola urusan-urusan pemerintahan di dalam wilayahnya sendiri. Beberapa definisi dari para ahli mengenai Otonomi Daerah

         Dengan adanya otonomi daerah tentunya masyarakat mempunyai partisipasi diantaranya turut serta dalam pengambilan keputusan kebijakan yang diambil oleh oemerintah daerah, bukan hanya itu saja masyarakat tururt serta dalam memilih kepala daerah dengan cara demokrasi ini sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18, 18A. Pasal ini tentunya memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan otonomi seluas-luasnya.

        Akan tetapi lahirnya otonomi menciptakan kesenjangan Sosial di daerah disebabkan oleh daerah tidak mampu mengelola sumber daya alam, kebijakan pemerintah yang tidak prioritas dan ditambah dengan kualitas sumber daya alam yang tidak melimpah ditambah lahirnya Raja-raja kecil didaerah yang berujung pada nepotisme. Maka dalam hal ini penulis menemukan masalah diantaranya yaitu Pilkada dan lahirnya Raja-raja kecil, Kelemahan dan kekurangan otonomi daerah serta otonomi dan kesenjangan Sosial dalam otonomi daerah.

Pilkada Melahirkan Raja-Raja Kecil Di daerah.

         Otonomi daerah telah memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk menjalankan fungsi sesuai tugas dan fungsi yang telah ditentukan berdasarkan undnag-undnag dasar pasal 18. Tak dapat dipungkiri, maka daerah diberikan keleluasaan oleh pemerintah pusat meburusi daerahnya masing-masing. Jika kita melihat latar belakang dibentuknya otonomi daerah yaitu berbagai macam kebutuhan-kebutuhan daerah yang harus segera diakomodasi oleh pemerintah pusat. Nah tentunya otonomi daerah juga mempunyai tujuan yang beragam yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendongkrak penyediaan pembagunan guna penyempurnaan fasilitas pelayanan, daerah tahu dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan daerahnya, nah juga dapat memberikan legitimasi kepada masyarakat untuk mengambil keputusan yang ditawarkan oleh pemerintah daerah.

            Partsispasi masyarakat diantaranya turut serta dalam menentukan kepal daerah yang dipilih secara demokratis dalam lima tahun sekali. Otonomi juga tentu melahirkan raja raja kecil didaerah yang berkuasa sehingga dapat menimbulkan nepotisme kelas daerah. Menurut Murulak Paradede (2018:128) Pemilihan kepala daerah (Pilkada atauPemilukada) dilakukan secara langsung olehpenduduk daerah administratif setempat yangmemenuhi syarat.Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud mencakup: Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi; Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten; Wali kota dan wakil wali kota untuk kota. Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau  disingkat Pilkada.

         Akan tetapi Pilkada juga tentu memberikan beberapa dampak negatif diantaranya Pertama, Membengkaknya anggran untuk biaya pemilukada, Kedua, Sering terjadinya Money Politic Di tingkat daerah yang tentu akan memperburuk jalannya konstitusi, Ketiga, Sering terjadi Konflik harizontal antar masyarakat yang sangat tinggi. Setiawandi Hakim Dalam ( Husein, 2011:185). Pemilihan  kepala  daerah  tentu  hanya  satu  tujuan  akhirnya,  yaitu  dalam  rangka  untuk mencapai  kesejahteraan  masyarakat.  Bukan  menghasilkan kerusakan,  kekacauan,  korupsi  dan korban  jiwa. 

Otonomi Dan Segudang Masalah Daerah. 

         Pemberian otonomi awalnya untuk mebuga keran keran kwenangan dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat yang ada didaerah. Namun seiring berkembangnya Zaman Otonomi daerah tentunya mempunya segudang masalah diantaranya Menurut Akmal Huda Nasution (2016: 209-212) Pertama, Adanya Eksploitasi PAD dimana pemerintah daerah memungut pajak dan hasil retribusi dari masyarakat. Kedua, Pemahaman terhadap Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah yang Belum Mantap Desentralisasi adalah sebuah mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menyangkut pola hubungan antara pemerintah nasional dan pemerintah lokal. Desentralisasi diperlukan dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan. Ketiga, Penyedian Pelaksanaan Otonomi Deerah Yang Belum Memadai. Parlemen di daerah tumbuh menjadi kekuatan baru didaerah dimana mereka memilih Calon Gubernur dan walikota melalui Anggota DPRD. Keempat, Kondisi SDM Aparatur Pemerintahan yang Belum Menunjang Sepenuhnya Pelaksanaan Otonomi Daerah. Beberapa daerah sangat kurang akan Sumber Daya manusia yang bisa menunjang pelayanan Kepada masyarakatnya. Kelima, Munculnya Korupsi Di Daerah, begitu banyak kasus korupsi yang menjerat kepala daerah. Menurut ICW terhitung dari tahun 2004 Hingga Januari 2022 tercatat ada 22 Gubernur yang terjerat kasus Korupsi dan ada sekitar 148 Bupati/Walikota. Ditambah dengan kesenjangan Sosial dan kemiskinan yang merajalela didaerah bagi yang tidak mempunyai kemampuan Kualitas sumber daya manusia. Praktik rasuah yang mengemuka di awal tahun, sekali lagi ibarat fenomena gunung es. Sudah menjadi rahasia umum bahwa akar masalah dari maraknya korupsi kepala daerah salah satunya karena tingginya biaya politik. ICW mencatat (2018), mahalnya biaya politik setidaknya disebabkan dua hal yakni, politik uang berbentuk mahar politik (nomination buying) dan jual beli suara (vote buying). Menurut kajian Litbang Kemendagri tahun 2015, untuk mencalonkan diri sebagai bupati/wali kota hingga gubernur membutuhkan biaya Rp 20 – 100 miliar. Sementara, pendapatan rata-rata gaji kepala daerah hanya sekitar Rp 5 miliar selama satu periode.  

Otonomi daerah Dan Kesenjangan Sosial. 

         Otonomi daerah tentunya mempunya kelebihan akan tetapi juga kelemahan, karna sudah menjadi hukum alam ada yabihbdan ada yang kurang, awalnya otonomi daerah diberikan kepada daerah agar daerah mampu membangun daerah agar lebih maju buka hanya itu saja dalam bidang pembangunan dan pelayanan serasatau daerah yang tahu akan kondisi kebutuhan para konstituen. Masyarakat turut andil dalam pengambilan kebijakan sebagai legitimasi adanya otonomi daerah mendorong masyarakat proaktif memberikan saran dan masukan. Akan tetapi Otonomi tentunya mempunya kelemahan yang mendasar yang ditinjau dari beberpa faktor yaitu Pertama, Perbedaan Sumber Daya Alam, Terkadang daerah yang mempunyai kekayaan yang berbeda beda harus mampu mengelola sumber daya alam dengan bijak, dewasa ini pemerintah yang ada didaerah memanfaatkan sumber daya alamn sebagai pembah PAD sehingga terjadinya eksploitasi yang berujung pada rusaknya alam. 

          KeduaKetidaksetaraan Menajerial, Setiap daerah tentu mempunyai manajemen daerah masing-masing bagaiamana keterampilan daerah dalam menata dan mengelola birokrasi yang ada di daerah. Ketiga, Perbedaan Pendapatan dan Investasi, Terkadang ada beberapa daerah yang memiliki beberapa perbedaan dalan segi pendapatan, Pendapatan hdaerah yang kurang akan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan daerah dalam hal ini belanja-belanja daerah yang tidak bisa diakomodir oleh anggaran daerah.

          Keempat, Adanya pengambilan kebijakan lokal yang berbeda-beda. Kebijakan di daerah tentu sangat beragam tentunya, nah ini juga tentu akan menyebabkan beberapa masalah diantaranya kebijakan .

Kesimpulan. 

         Otonomi daerah telah memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk menjalankan fungsi sesuai tugas dan fungsi yang telah ditentukan berdasarkan undnag-undnag dasar pasal 18. Tak dapat dipungkiri, maka daerah diberikan keleluasaan oleh pemerintah pusat meburusi daerahnya masing-masing. Jika kita melihat latar belakang dibentuknya otonomi daerah yaitu berbagai macam kebutuhan-kebutuhan daerah yang harus segera diakomodasi oleh pemerintah pusat. Pemberian otonomi awalnya untuk mebuga keran keran kwenangan dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat yang ada didaerah. Otonomi daerah tentunya mempunya kelebihan akan tetapi juga kelemahan, karna sudah menjadi hukum alam ada yabihbdan ada yang kurang, awalnya otonomi daerah diberikan kepada daerah agar daerah mampu membangun daerah agar lebih maju buka hanya itu saja dalam bidang pembangunan dan pelayanan serasatau daerah yang tahu akan kondisi kebutuhan para konstituen. Masyarakat turut andil dalam pengambilan kebijakan sebagai legitimasi adanya otonomi daerah mendorong masyarakat proaktif memberikan saran dan masukan.

Daftar Pustaka

 

Paradede Marulak (2018). “Legitimasi Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Otonomi Daerah”. Dalam Jurnal Penelitian Hukum. Vol. 18. No. 2. Hlm 127-148. Jakarta.

Hakim Setiawan. (2018). ”Dampak Negatif Pemilihan Kepala Daerah langsung Dan Pemilihan  Melalui DPRD Serta Pemilihan Kepala Daerah Ideal”. Dalam Jurnal SAWALA. Vol. 6. No. 2. Banten.

Indonesia Coruption Watch. (2022). Korupsi Kepala Daerah. Online (https://antikorupsi.org/id/korupsi-kepala-daerah) Diakses pada : 04 Desemper 2023. Pukul 23.28. Jakarta.

Faisal, Nasution Akmal Huda. (2016). “Otonomi Daerah : Masalah Dan Penyelesaiannya Di Indonesia”. Dalam Jurnal Akuntansi. Vol.4. No.2. Hlm. 206-2015.