PENGAMATAN BENTUK SEL DARAH MANUSIA MELALUI METODE PEWARNAAN GIEMSA
A. Judul
Pengamatan Bentuk Sel Darah Manusia Melalui Metode Pewarnaan Giemsa
B. Tujuan
Mahasiswa Terampil Membuat Apusan Darah Yang Dapat Memberi Gambaran Yang Jelas Mengenai Bentuk-Bentuk Sel Darah.
C. Alat Dan Bahan
D. Prosedur Kerja
E. Hasil Pengamatan
F. Pembahasan
Eritrosit memiliki bentuk cakram bikonkaf dan berfungsi untuk membawa oksigen serta zat lainnya. Setiap sel darah merah mengandung hemoglobin yang merupakan molekul biologi yang mampu mengikat oksigen. Hemoglobin mengikat oksigen di paru-paru dan membawa ke seluruh jaringan tubuh (Garini dkk., 2019).
Darah adalah jaringan yang berbentuk cair dan terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan korpuskuli. Terdapat tiga jenis sel darah: eritrosit, leukosit, dan trombosit. Sel darah merah memiliki peran penting dalam membawa oksigen serta zat lainnya ke seluruh tubuh (Aridya et.al, 2023).
Praktikum pengamatan bentuk sel darah manusia menggunakan metode pewarnaan Giemsa bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai jenis sel darah, termasuk eritrosit, limfosit, dan eosinofil. Metode pewarnaan ini efektif karena memberikan kontras yang baik antara inti sel dan sitoplasma, sehingga memudahkan pengamatan morfologi sel.
Dalam praktikum ini, sediaan apusan darah dibuat dengan menyebarkan tetesan darah pada kaca objek, kemudian difiksasi dengan methanol sebelum diwarnai dengan larutan Giemsa.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa eritrosit tampak berwarna merah muda hingga ungu pucat dengan bentuk bikonkaf yang teratur. Limfosit terlihat sebagai sel bulat dengan inti besar dan sitoplasma sempit berwarna biru pucat, sementara eosinofil muncul dalam dua bentuk: eosinofil batang (bilobular) dan eosinofil segmen, yang memiliki granula besar berwarna merah muda.
Keberadaan limfosit dan eosinofil dalam preparat menunjukkan bahwa teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk menilai kesehatan sistem imun individu. Selain itu, metode ini juga memungkinkan deteksi kelainan morfologis pada sel darah yang dapat mengindikasikan kondisi kesehatan tertentu. Secara keseluruhan, praktikum ini berhasil menunjukkan kemampuan pewarnaan Giemsa dalam memberikan gambaran morfologi sel darah yang jelas.
Dokumentasi
PENGAMATAN ORGAN & SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN & HEWAN
A. Judul
Pengamatan Organ & Sistem Organ Pada Tumbuhan & Hewan
B. Tujuan
1.Menjelaskan derivat-derivat organ pokok tumbuhan
2.Menjelaskan bagian-bagian akar pada tumbuhan
3.Menjelaskan bagian-bagian batang pada tumbuhan
4.Menjelaskan bagian-bagian daun pada tumbuhan
5.Menyebutkan bagian-bagian dari alat reproduksi pada tumbuhan
6.Menjelaskan bagian-bagian pada Cyprinus carpio
C. Alat Dan Bahan
D. Prosedur Kerja
E. Hasil pengamatan
F. Pembahasan
Pada praktikum pertama praktikan melakukan pengamatan organ dan sistem organ pada tanaman Amaranthus spinosus, Zea mays, Musa paradisiaca, Caesalpinia pulcherima.
Tanaman merupakan organisme yang bersifat autotrof serta mampu menghasilkan bahan makanan melalui proses fotosintesis. Tanaman yang dibudidaya tumbuh dengan normal merupakan salah satu target yang ideal bagi para petani dalam memproduksi yang tentunya dapat dimanfaatkan bagi dirinya sendiri, pemenuhan kebutuhan industri pada bidang food funtional maupun farmaseutikal. Berbicara mengenai tanaman dalam agronomi terdapat beberapa komoditas yang mudah rusak, tidak tahan simpan bahkan klimaterik salah satunya adalah komoditas hortikultura. Tanaman dengan komoditas hortikultura banyak dimanfaatkan dalam food functional maupun farmaseutikal dari kegiatan hasil pertanian. Tanaman yang berasal dari komoditas hortikultura disisi lain sangat berpotensi terserang hama maupun penyakit baik karena faktor abiotic maupun biotik. Faktor biotik merupakan salah satu faktor yang paling sering terjadi dalam mendistribusikan penyakit tanaman yaitu berasal dari komoditas hortikultura, sehingga berpotensi dalam menurunkan produktivitas tanaman yang menjadi penghambat bagi para petani dalam memenuhi kebutuhan pangan fungsional dan farmaseutikal. Fusarium solani merupakan salah satu faktor biotik yang dominan ditemukan dalam mendistribusikan penyakit dan infeksi pada tanaman yang berasal dari komoditas hortikultura bakteri adalah mikroorganisme prokariotik yang memiliki struktur sederhana namun efektif. Mereka tidak memiliki organel yang terkait membran dan materi genetiknya tidak berada dalam nukleus (Irianto, 2016).
struktur organ pada tumbuhan dan hewan memiliki peran yang khas dalam menjaga kelangsungan hidup. Pada tumbuhan, jaringan xilem dan floem penting dalam distribusi udara dan nutrisi, sedangkan pada hewan, sistem peredaran darah membantu distribusi oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Perbandingan ini menunjukkan adanya perbedaan mendasar dalam cara tumbuhan dan hewan mempertahankan fungsinya, namun tetap memiliki prinsip dasar yang sama, yaitu keberlangsungan hidup (Nuraini & Setiawan, 2020).
Pada pengamatan kedua praktikan mengamati morfologi dan anatomi pada hewan, hewan yang digunakan yaitu Cyprinus carpio dan Oreochrmis niloticus.
Hewan atau binatang atau marga satwa atau satwa saja adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan animalia atau metozoa, adalah satu dari berbagai makhluk hidup yang terdapat dialam semesta (Yohana, Dkk, 2017).
Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah spesies ikan air tawar yang termasuk dalam keluarga Cyprinidae. Ikan ini dikenal luas sebagai ikan hias dan juga sebagai sumber pangan. Ikan mas memiliki tubuh yang robust, warna yang bervariasi, dan dapat tumbuh hingga ukuran besar. Selain itu, ikan mas juga sering dibudidayakan dalam kolam atau akuarium. Ikan mas memiliki beberapa varietas, termasuk ikan mas koi yang sering dipelihara di kolam hias (Suyatno, 2015).
Ikan nila (oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang produksi yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia pertama kali ikan nila didatangkan ke Indonesia dari Taiwan pada tahun 1967 kemudian nilai merah NIFI tahun 1981 dan nilai hitam Chitralada tahun 1984 (Arifin dan Kurniasih, 2017).
SIMULASI PERBEDAAN STRUKTUR MORFOLOGI PADA BAKTERI DAN JAMUR
A. Judul
Simulasi perbedaan struktur morfologi pada bakteri dan jamur
B. Tujuan
1. untuk mempelajari morfologi koloni bakteri
2. untuk mempelajari morfologi koloni jamur (Kapang dan Khamir)
C. Alat Dan Bahan
D. Prosedur Kerja
E. Hasil Pengamatan
F. Pembahasan
Bakteri dan jamur adalah dua kelompok mikroorganisme yang memiliki ciri morfologi yang sangat berbeda, mencerminkan perbedaan dalam struktur dan fungsi biologis mereka. Bakteri, sebagai organisme prokariotik, tidak memiliki inti sel dan organel terikat membran. Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, yang memberikan kekuatan dan bentuk pada sel. Bentuk bakteri bervariasi, termasuk kokus (bulat), bacillus (batang), dan spirillium (spiral). Selain itu, bakteri dapat dibedakan berdasarkan sifat pewarnaan gram; bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih tebal dibandingkan dengan bakteri gram negatif, yang memiliki dinding sel lebih tipis dan dilapisi oleh membran luar (Febriana, Dkk, 2017). Di sisi lain, jamur adalah organisme eukariotik dengan struktur yang lebih kompleks. Jamur memiliki hifa sebagai struktur vegetatifnya, yang tidak memiliki akar, daun, atau jaringan pengangkut sejati. Reproduksi jamur dapat terjadi secara seksual maupun aseksual; reproduksi aseksual melibatkan pembentukan spora aseksual seperti konidiospora atau sporangiospora, sementara reproduksi seksual melibatkan penyatuan dua inti sel dari hifa yang berbeda jenis (Suryani, 2022). Dengan demikian, perbandingan antara bakteri dan jamur menunjukkan bahwa meskipun keduanya merupakan mikroorganisme penting dalam ekosistem, mereka memiliki karakteristik struktural dan fungsional yang sangat berbeda.
Jamur dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual , sedangkan bakteri umumnya bereproduksi secara aseksual melalui pembelahan biner (Abdullah, ZA & Susandini, 2018). Bakteri tumbuh pada media padat membentuk koloni, yang merupakan massa mikroorganisme yang berasal dari satu sel induk, sehingga koloni tersebut merupakan klon dengan kesamaan genetik.
Dalam identifikasi bakteri dan jamur, fokus utamanya adalah pada pertumbuhan organisme di media (Jackie Reynolds, 2015). Bakteri umumnya bersel tunggal dan tidak memiliki klorofil. Meskipun kecil, bakteri memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari; beberapa di antaranya bermanfaat dalam industri pangan, sementara yang lain dapat menyebabkan peradangan makanan dan infeksi pada manusia (Febriza & Adrian, 2021).
Karakterisasi bakteri dilakukan dengan mengamati ciri makroskopis koloni pada cawan petri, seperti bentuk, tepi, elevasi, warna, dan tekstur. Untuk ciri mikroskopis, dilakukan pengujian gram untuk visualisasi bentuk dan tipe gram (positif atau negatif) (Desimaria Panjaitan, dkk 2023).Secara keseluruhan, jamur dan bakteri memiliki perbedaan mendasar namun keduanya sangat penting dalam ekosistem.
Pada tanggal 15 oktober 2024 tepatnya hari selasa kami sebagai perwakilan kelompok melakukan pra-praktikum yang mana kami membuat media sediaan bakteri yang dimulai dengan menimbang Na 3 gr dan bubuk powder 1 gr sesuai dengan perhitungan rumus yang telah ditentukan. Kemudian dicampurkan dengan 150 ml aquadest di dalam labu erlenmeyer dan di masak dengan suhu 60 derajat hingga mendidih selama 10 menit. Ketika sudah mendidih, dinginkan selama beberapa menit kemudian disterilkan menggunakan auto clave dengan tekanan suhu sebesar 121 derajat. Setelah disterilkan, media tersebut dipindahkan pada cawan petri yang telah disterilkan menggunakan laminar air flow yang sudah diletakan sampel bakteri E-Coli dan S. Aureus kemudian disimpan pada inkubator selama 1 x 24 jam.
Pada tanggal 16 oktober tepatnya hari rabu kami mengamati pertumbuhan bakteri yang telah di isolasi dengan menghitung jumlah bakteri menggunakan colony counter yang mana kami memperoleh 653 jumlah seluruh bakteri S. Aureus dan 37 jumlah seluruh bakteri E-Coli.
Pengamatan jamur pada roti berjamur menggunakan mikroskop merupakan metode yang efektif untuk mengidentifikasi jenis jamur yang tumbuh pada makanan tersebut. Proses ini dimulai dengan pengambilan sampel roti yang menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan jamur. Setelah itu, sampel dipersiapkan dengan cara mensterilkan kaca objek menggunakan alkohol dan api Bunsen untuk menghindari kontaminasi. Selanjutnya, larutan Ghiemsa digunakan untuk mewarnai sel jamur, sehingga memudahkan dalam proses identifikasi di bawah mikroskop.Setelah persiapan, jamur yang diambil dari permukaan roti diletakkan di atas kaca objek yang telah diberi Ghiemsa dan ditutup dengan kaca penutup. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x0.65 untuk melihat morfologi jamur secara detail. Dan pada pengamatan dibawah mikroskop kami dapat mengamati adanya spora dan filamen.
G. DOKUMENTASI
SIMULASI PERCOBAAN HUKUM MENDEL DENGAN MENGGUNAKAN KANCING GENETIKA PADA PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
A. Judul
Simulasi Percobaan Hukum Hendel Dengan Menggunakan Kancing Genetika Pada Persilangan Monohibrid Dan Dihibrid
B. Tujuan
1. Mendefinisikan Istilah Gen, Lokus, Genotip, Fenotip, Genon, Dominan Dan Resesif.
2. Menyusun Persilangan Dengan Satu Sifat Beda (Monohibrid).
3. Menyusun Persilangan Dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid).
C. Alat Dan Bahan
1. Kantung jas laboratorium
2. Kancing genetika (model gen)
D. Prosedur Kerja
E. Hasil Pengamatan
1. Monohibrid
2. Dihibrid
F. Pembahasan
1. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan dua individu dengan fokus pada dua sifat beda. Pada percobaan ini, kami melakukan persilangan monohibrid menggunakan kancing genetika (model gen) dengan menyilangkan Tulip merah dan Tulip putih dengan maksud untuk membuktikan hukum Mendel I. Bunga warna merah (MM) bersifat dominan yang disimbolkan dengan kancing genetika warna merah, dan bunga warna putih (mm) bersifat resesif yang disimbolkan dengan kancing genetika warna putih. Persilangan antara kancing merah (MM) dengan kancing putih (mm) diperoleh diperoleh F1 yang berwarna merah (Mm) karena kancing merah bersifat dominan. F1 disilangkan dengan sesamanya, diperoleh tiga macam fenotip yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih. Dengan genotip untuk merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm). menurut hukum perbandingan Mendel, perbandingan fenotip untuk persilangan monohibrid adalah 3 : 1. Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, untuk pengambilan 8x diperoleh data yaitu untuk warna merah sebanyak 3x, warna merah-putih sebanyak 2x, dan untuk warna putih sebanyak 3x. sehingga diperoleh perbandingan 3 : 2 : 3 Hasil tersebut sesuai dengan hasil percobaan hukum Mendel I. Dari hasil perhitungan chis-square yang kami lakukan kami mendapatkan hasil persilangan monohibrid tidak ada perbedaan (Ho) karena Ho dapat diterima, berdasarkan nilai dari tabel hitung nilainya lebih kecil dari chi-square yaitu 0,66 sedangkan dari table chi-square adalah 3,84.
2. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan dua sifat beda. Pada persilangan dihibrid kami mencoba untuk menyilangkan dua sifat beda yaitu warna dan ukuran. Dimana warna adalah warna Merah dan Kuning, sedangkan ukuran adalah besar dan kecil. Pada persilangan dihibrid kancing genetika berwarna merah merupakan warna merah, kancing genetika warna kuning tetap warna kuning, kancing genetika warna hijau adalah besar sedangkan kancing genetika warna hitam merupakan ukuran kecil dengan maksud untuk membuktikan percobaan hukum Mendel II dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pada percobaan ini dihasilkan fenotip setelah persilangan adalah merah-besar, merah-kecil, kuning-besar, dan kuning-kecil. Dengan perbandingan genotipnya adalah 12 : 9 :8 : 4 atau Hasil yang didapatkan sesuai dengan hukum Mendel II. Kemungkinan akan mendapatkan hasil yang sesuai jika melakukan percobaan beberapa kali. Hasil persilangan dihibrid yang kami lakukan mendapatkan hasil persilangan dihibrid, tidak ada perbedaan (H1), Karena H1 dapat diterima, karena berdasarkan dari tabel hitung nilainya 30,06 lebih besar dari chi-square 7,82.
G. Dokumentasi
pengambilan fenotipe kancing genetika pada persilangan Monohibrid
pengambilan fenotipe kancing genetika pada persilangan Dihibrid
Pengamatan Fase Mitosis Dan Letak Kromosom Pada Allium Cepa L.
A. Judul
Pengamatan Fase Mitosis Dan Letak Dan Letak Kromosom Pada Allium Cepa L.
B. Tujuan
Pada Akhir Praktikum Ini Mahasiswa Diharapkan Dapat:
1. Mengenal fase-fase mitosis dengan mengamati letak kromosom.
2. Mengenal tahapan dalam pembuatan preparat metode squash yang digunakan dalam pengamatan mikroskop.
C. Alat Dan Bahan
D. Prosedur Kerja
E. Hasil Pengamatan
F. Pembahasan
Mitosis adalah proses pembelahan sel yang menghasilkan dua sel anak identik, dengan jumlah dan struktur kromosom yang sama dengan sel induknya. Proses ini diikuti oleh sitokinesis, yang membagi sitoplasma dan membran sel, sehingga menghasilkan dua sel anak yang memiliki distribusi organel dan komponen sel yang hampir sama (Masruroh, F., & Nurhatiningrum, 2016).
Pengamatan mitosis pada akar bawang merah (Allium cepa L.) adalah metode yang umum digunakan dalam studi biologi sel. Dalam penelitian ini, Pengamatan mitosis pada akar bawang merah (Allium cepa L.) adalah pada dua fase mitosis yang dapat diamati, yaitu profase dan telofase , sedangkan fase metafase dan anafase tidak dapat diobservasi dengan jelas oleh kelompok kami.
Profase : Pada fase ini, kromosom mulai terlihat jelas sebagai struktur yang tebal dan terorganisir. Kromatin yang sebelumnya longgar mulai mengkondensasi menjadi kromosom yang terdiri dari dua kromatid yang terikat pada sentromer. Ini adalah fase awal di mana inti sel mulai menghilang dan benang spindel mulai terbentuk
Telofase : Setelah proses pembelahan selesai, telofase terjadi di mana kromosom mencapai kutub sel dan mulai mengubah kembali menjadi kromatin. Pada fase ini, membran inti terbentuk kembali di sekitar masing-masing kumpulan kromosom, dan sitoplasma mulai terbagi menjadi dua sel anak yang identik. Telofase menandai akhir dari mitosis
Berdasarkan pengamatan, profase dan telofase dapat dilihat dengan jelas, sedangkan metafase dan anafase sulit untuk diamati. Hal ini mungkin disebabkan oleh teknik pembuatan preparat yang tidak optimal atau sel mengalami kerusakan.
Dokumentasi
Mengamati sampel Dibawah Mikroskop.
Proses pengeringan sampel setelah di rendam selama beberapa menit.
Proses pemotongan akar bawang merah (Allium Cepa L.) untuk dijadikan bahan pengamatan.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong