Cinta Ada Batas dan Rambu-Rambunya

10 September 2013 12:54:21 Dibaca : 990

Pengalaman hidup, terutama dalam berumah-tangga, telah membuktikan bahwa keterbukaan yang berlebih-an antarsesama, terutama antarsuami-istri, merupakan sesuatu yang tidak terpuji. Apalagi bila terjadi benturan perasaan antara suami-istri. Ada anggapan bahwa antar-orang yang saling mencinta tidak akan terjadi saling mencela. Padahal, seorang suami atau istri pasti memiliki kepribadian tersendiri yang dibanggakan. Banyak perselisihan bermula dari perasaan bersalah bila melam- paui batas-batas kesopanan. Tetapi, bila perasaan ini sudah hilang, maka perselisihan akan semakin keras menjurus kasar, sehingga untuk mengembalikan ke kondisi semula memperlukan waktu. Yang terbaik di antara mereka adalah yang memulai meredam kema-rahannya demi kemaslahatan masa depan keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan diam dan tidak memperturut-kan gejolak emosi serta mengalihkannya pada aktivitas lain, misalnya melakukan pekerjaan rumah, membaca Al-Qur'an, membaca buku-buku Sirah, atau berwudhu dan sholat. Wahai muslimah, ketika engkau marah, jangan segera meninggalkan rumah, sebab hal itu pasti akan memperuncing masalah. Memang, banyak keluhan para istri yang disebabkan oleh sikap suaminya. Di antara-nya, suami kalau pulang sudah larut malam sementara anak-anaknya sudah terlelap tidur, padahal sepanjang malam ibunya telah menjanjikan bahwa ayahnya segera datang. Apalagi kalau suaminya semalaman begadang di nightclub, warung kopi, atau tempat-tempat lain. Hal ini pun diketahui oleh istrinya sehingga membuat hati dan perasaannya kesal, tetapi ia takut mengeluarkan kata-kata yang dapat merusak masa depan keluarga. Akhirnya, hidupnya semakin terasa kering dan beku. Hal ini diperparah ketika sang istri menyaksikan seba-gian tetangganya tidak seperti yang ia alami, suami mereka sudah
berada di tengah-tengah keluarga sejak sore. Inilah sesungguhnya kebahagiaan yang didambakan seorang istri. Barangkali ada sebagian istri yang termasuk tipe pertama, menahan amarah dengan menampakkan muka cemberut kepada suami. Sikapnya akan tetap seperti itu setiap kali melihat tingkah suaminya. Sementara suaminya tetap tidak melayani sikap seperti itu ketika pulang ke rumah. Inilah awal kedamaian. Betapa indahnya, bila sang istri menunda keluhan dan masalahnya sampai suami istirahat. Menatap dengan penuh senyum dan lapang dada dalam menghadapi kesedihan. Mengena-kan pakaian yang terbaik dan mempersiapkan anak- anaknya untuk menyambut ayahnya dengan melantun-kan nasyid, "Ayah telah datang... datang pukul enam... naik kendaraan... tidak jalan kaki... naik sepeda..." dan Iain-lain. Seorang istri harus memahami tugasnya dengan baik, sebab ini adalah langkah awal untuk membenahi diri suami dan anak-anaknya. Ia juga harus menatap masa depan dengan penuh optimisme. Ini akan dapat mem-bantunya dalam mengemban beban dengan hati lapang dan jiwa yang tenang. Setiap suami-istri harus mengemban tanggung jawabnya masing-masing, tidak boleh merasa hanya punya hak tetapi tidak punya kewajiban.
Bila tampak kesalahan pada saudaramu Maka ampunilah kesalahannya
Di antara rahmat Allah kepada para istri, menjadikan sebagian acara keluarga yang menyenangkan sebagai sarana untuk menghilangkan ketegangan dan mengha- pus pertengkaran. Seperti juga bila sering terjadi perteng-karan antara suami-istri kerana suatu sebab, kemudian Allah memberi cobaan sakit ringan kepada salah seorang di antara mereka. Maka pada saat itulah perasaan segera tergerak untuk menyelamatkan kondisi ini. Sehingga perasaan marah akan segera padam dalam waktu relatif singkat, sebelum tergoda oleh bisikan-bisikan lain dari setan. Demikianlah, senantiasa dianjurkan untuk mengeta-hui risalah pernikahan agar tidak terjadi benturan-benturan perasaan

Keindahan adalah Bahasa Hati

10 September 2013 12:53:00 Dibaca : 986

Saya sering mengamati dalam berbagai acara penyambutan tamu-tamu besar, panitia selalu menampilkan anak-anak kecil dengan membawa kalungan bunga dan cenderamata. Mereka adalah anak-anak pilihan. Mereka adalah anak-anak yang penampilannya sangat indah dan menarik serta santun. Kejadian ini berulangkali dalam setiap acara penyambutan para pemimpin negara, para menteri, duta besar, gubernur, dan yang lainnya, di seluruh penjuru dunia.
Yang unik, tatacara ini terus berlangsung sampai sekarang tanpa ada satu pun komentar, baik dengan lisan maupun tulisan. Kebiasaan ini tetap saja berlanjut dan berjalan sesuai perasaan. Tidak perlu ungkapan kata-kata kebahagiaan, kerana kebahagiaan hati sulit diung-kapkan dengan kata-kata.
Kenyataannya memang penampilan yang menank itu dapat berpengaruh pada hubungan antarpribadi, bahkan hubungan secara umum. Memang, penampilan yang memukau dengan sentuhan sopan santun dan perasaan yang lembut merupakan faktor penggerak dalam memikat hati dan menyentuh perasaan. Kecan-tikan dan ketampanan seringkali berpengaruh besar dalam memperoleh kesempatan, sehingga menempat-kan seseorang pada posisi yang strategi. (Walaupun terkadang melupakan kekurangan, bahkan tidak peduli terhadap semua kekurangan yang ada, yaitu bagi mereka yang hanya mengandalkan penampilan fisik belaka). Sebenarnya, yang saya maksud adalah kecantikan dan ketampanan alami yang memancarkan cahaya kebersihan dan kesucian.
Semua hal tersebut banyak berpengaruh pada hati, sehingga orang yang memilikinya selalu disukai dan dihormati. Dari sinilah Anda dapat menyaksikan bahawa penampilan anak-anak yang telah dianugerahi kenik-matan oleh Allah ini lebih baik daripada lainnya. Bila anak-anak ini dibina dengan pembinaan dan tarbiyah islamiah yang baik, maka gaung tarbiyah di masa mendatang akan meluas dalam membangkitkan perasaan lewat penampilan ceria dan memukau guna berkhidmah pada dakwah islamiah.
Islam sebagai agama dakwah bagi seluruh manusia, tidak boleh melupakan sentuhan manis ini dalam rangka menggaet hati seseorang. Sirah Nabi saw. sarat dengan peristiwa yang menonjolkan sisi ini dalam kehidupan sebahagian sahabat,
seperti Mush'ab bin Umair, Ja'far bin Abi Thalib, dan Dihyah Al-Kalby, yakni orang- orang yang diutus Rasulullah saw. untuk berdakwah kepada para raja dan ketua negara

Akhlak Lebih Utama daripada Keahlian

10 September 2013 12:52:21 Dibaca : 895

Suatu ketika saya pergi bersama seorang teman untuk mendaftarkan adik perempuannya ke sebuah akademi perawat di Iskandaria. Di sana kami menyerah-kan semua berkas kepada seorang karyawati bahagian pendaftaran. Kami mendapat pelayanan yang baik. Setelah memeriksa berkas-berkas itu ia lalu menunjukkan syarat-syarat yang harus dilengkapi, dengan penuh sopan santun.
Ketika pulang, teman saya ini bertanya tentang keahlian karyawati yang telah melayani dengan baik tadi. Lalu saya katakan kepadanya, "Menurut saya keahlian-nya terletak pada akhlaknya yang lembut!" Inilah keahlian hakiki yang dapat menyelesaikan segala tantangan, dan ini lebih utama daripada ijazah dan keahlian. Demi-kianlah Allah berseru,
"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia"(Al-Baqarah:83)
“Dan katakanlah kepada hamba-bamba-Ku, 'Hendak-lah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)’”.(Al-Isra’:53)
Orang Arab mengatakan, "Kata-kata yang keluar dari mulut hendaknya penuh dengan kemuliaan dan keindahan." Bahkan ada ungkapan populer di kalangan masyarakat, "Ungkapan membawa kebahagiaan.

Setia Semasa Hidup dan Setelah Mati

10 September 2013 12:51:41 Dibaca : 1087

Saya pernah jatuh sakit beberapa hari, kemudian saya pulang kampung. Saya ingin sekali dikunjungi teman-teman yang saya rindukan. Saya menunggu dering telepon atau ketukan pintu dari teman-teman ter-cinta. Saya membayangkan puluhan di antara mereka yang ingin sekali saya melihatnya. Tetapi semua itu sia-sia belaka.
Kiat Memikat Objek Dakwah
www.dakwah.info 106
Saya sempat berpikir tentang penyebabnya seraya bergumam, "Barangkali mereka mengira bahawa doktor melarang mengunjungiku. Atau, barangkali mereka mengira sudah banyak yang mengunjungiku sehingga tidak ingin mengganggu." Semuanya husnuzhan.
Dengan satu kejadian ini menunjukkan baliwa ter-nyata banyak ikhwah yang tidak menunaikan kewajib-annya. Padahal kewajiban itu tidak dapat gugur kerana husnuzhan belaka. Setiap orang punya tanggung jawab pribadi, sehingga tidak menjadi keharusan untuk datang sendiri, bila ada udzur. Barangkali cukup lewat telepon, surat, atau lewat orang lain.
Berapa banyak orang sakit semakin parah sakitnya kerana tidak bertemu teman atau saudaranya. Kalau ber-kunjung dalam kondisi seperti ini maka wajib hukumnya. Rasul saw. bersabda, "Bila ia sakit maka jenguklah!"
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. pernah bersabda bahawa sesungguhnya Allah swt. pada han kiamat nanti akan berfirman.

Hormatilah Tokoh Masyarakat

10 September 2013 12:50:53 Dibaca : 1085

Ada sekelompok pemuda di sebuah kampung ingin mendirikan proyek pelayanan sosial untuk masyarakat setempat. Mereka mcngajak masyarakat mendukung proyek ini, guna membangun masjid, madrasah, panti asuhan, dan perpustakaan. Ternyata, tidak lama kemu-dian sebahagian masyarakat menentang proyek ini. Sehingga terjadi perselisihan yang sengit antara pihak pemuda dengan mereka. Ironisnya, para pemuda tidak menya-dari kalau salah jalan. Seharusnya mereka mengetahui dan memahami tentang hal itu. "Kalau mau masuk rumah hendaknya melewati pintunya."
Seorang tokoh masyarakat akan merasa keberatan memberikan dukungan terhadap rencana semacam ini, bila tanpa sepengetahuannya. Kerana dia adalah tokoh masyarakat kampung tersebut, maka sudah seharusnya para pemuda menghormati dan menghargainya. Dari sisi inilah dia akan memberi dukungan lewat nama, kerja keras, atau posisinya. Sehingga, dalam waktu yang bersa-maan kita dapat menggaet hati yang besar dan seorang tokoh yang memiliki posisi strategi. Sesungguhnya kita ini senang pada kebaikan dari mana saja la datangnya