MEDIA DAN EVALUASI PEMBELAJARAN BIPA

28 November 2023 19:14:00 Dibaca : 493 Kategori : BIPA

MEDIA DAN EVALUASI PEMBELAJARAN BIPA

 

Fungsi media pembelajaran?

Fungsi media pembelajaran secara garis besar dapat disimpulkan sebagai perantara informasi, pencegah terjadinya hambatan dalam proses pembelajaran, penstimulus motivasi siswa dan guru dalam proses pembelajaran, dan memaksimalkan proses pembelajaran (Hasan, et al., 2021, p. 41).

 

Manfaat media pembelajaran?

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien (Kristanto, 2016, p. 12). Secara rinci, manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1.        Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

2.        Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang.

3.        Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil.

4.        Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung.

5.        Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap.

6.        Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati.

7.        Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan.

8.        Dengan mudah membandingkan sesuatu.

9.        Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat.

10.    Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat.

11.    Mengamati gerakan-gerakan sesuatu yang sukar diamati secara langsung.

12.    Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat.

13.    Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama.

14.    Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak.

15.    Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing (Kristanto, 2016, p. 13).

 

Peran media dalam pembelajaran BIPA?

Media mempunyai manfaat besar dalam pembelajaran BIPA agar pembelajaran dapat menarik dan memotivasi pembelajar. Motivasi akan menjadikan pembelajar bersemangat dan senang belajar. Motivasi akan menjadikan hidupnya interaksi karena pembelajar terangsang untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Media juga bermanfaat untuk mempermudah pembelajar dalam memahami materi. Media dapat berupa gambar, realia, suara, atau stimulus lainnya yang dapat memudahkan pemahaman materi bagi pembelajarnya. Media dapat dimanfaatkan sebagai jembatan pemahaman lintas budaya juga. Melalui media pembelajaran akan budaya yang berbeda dapat diberikan dan pembelajar dapat lebih mengerti akan hal itu. Pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan sesuai dengan sasarannya.

Pengajaran BIPA diselenggarakan dalam iklim pembelajaran multikultural. Oleh karena itu, media pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai penyampai materi kebahasaan namun juga sebagai sarana pengantar pemahaman budaya Indonesia. Dengan demikian, peran media pembelajaran BIPA antara lain: (1) penyampai materi kebahasaan; (2) penstimulus ide bagi pembelajar untuk memproduksi bahasa lisan dan tulis, (3) penumbuh minat dan motivasi belajar, media yang interaktif akan menambah semangat pembelajar untuk terlibat dalam segala proses pembelajaran baik individu maupun kelompok; dan (4) pendukung pemahaman lintas budaya (Kusmiatun, 2018, p. 99).

 

Media dalam Pembelajaran BIPA?

Berbagai media yang dapat digunakan dalam pembelajaran BIPA selama ini berupa gambar, karikatur, foto, teks otentik, rekaman audio, rekaman audiovisual, media berbasis HP, media berbasis komputer, sosial media (facebook, twitter, skype, dan lainnya), lingkungan, permainan tradisional, lagu, dan sebagainya. Pengajar juga merupakan media langsung yang potensial. Pengajar merupakan media yang berupa visual dan verbal. Pengajar menjadi model dalam berbahasa. Apa yang diucapkan dan bagaimana cara mengucapkan bahasa Indonesia oleh guru dapat menjadi model bagi pembelajar. Pengajar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia juga mempunyai gaya berbicara yang sesuai daerahnya. Logat dan gaya berbahasa para pengajar ini menjadi cerminan budaya yang menjadi bagian dalam pembelajaran BIPA. Pembelajaran BIPA yang diselenggarakan di Indonesia akan lebih mudah menemukan media belajar daripada BIPA yang diselenggarakan di luar negeri. Ada banyak pilihan dalam memilih media yang sesuai materi yang diberikan. Lingkungan penutur asli bahasa Indonesia menjadi sebuah media, terutama dengan adanya interaksi langsung dengan para penutur asli bahasa Indonesia. Media dalam pembelajaran BIPA digunakan pengajar untuk membantu terlaksananya pembelajaran yang menarik dan tepat guna. Namun demikian, tiap media memiliki kelemahan dan kelebihan dalam praktik (Kusmiatun, 2018, p. 101).

Contoh media pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran BIPA, tergambar dalam beberapa jurnal penelitian berikut:

1.      Pengembangan Media Pembelajaran BIPA Tingkat Menengah Melalui E-Book Interaktif di Program in country Universitas Negeri Malang Tahun 2014 (Megawati, 2014).

2.      Media Wayang Mini dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bagi Pemelajar BIPA A1 Universitas Ezzitouna Tunisia (Widianto, 2017).

3.      Pengembangan Film Seri Animasi 3D “Cerita Made” sebagai Media Pembelajaran BIPA di Universitas Pendidikan Ganesha (Widiatmika, Darmawiguna, & Putrama, 2019).

4.      Pengembangan Media Pembelajaran Dadu Bergambar untuk Keterampilan Berbicara Mahasiswa BIPA Tingkat Menengah (Violensia, 2020).

5.      Pengembangan Kamus Bergambar Berwawasan Cinta Indonesia Berbasis Aplikasi Android Sebagai Media Pembelajaran Bagi Mahasiswa Penutur Asing (Putri & Yuniawan, 2017).

6.      Pemanfaatan Lagu Daerah Nusantara sebagai Media Pembelajaran BIPA Berbasis Local Indigenous (Wulandari, Zamzani, & Nurhadi, 2022).

7.      Pemanfaatan Media Digital G Suite For Education dalam Pembelajaran BIPA Jarak Jauh di University of Vienna (Septriani, 2022).

 

Evaluasi Pembelajaran BIPA?

Tujuan pengajaran BIPA sebagaimana tujuan pengajaran lainnya meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh sebab itu, model evaluasi yang diterapkan dalam BIPA juga harus mengacu pada ketiga ranah tersebut. Bila tidak demikian, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dari pebelajar tidak dapat diketahui dengan pasti. Padahal, kepastian hasil evaluasi inilah yang dijadikan titik tolak untuk menentukan kebijakan selanjutnya. Bentuk alat ukur evaluasi dapat berupa tes dan nontes. Bentuk alat ukur yang berupa tes dapat digunakan untuk menguji kompetensi (1) struktur dan ekspresi tulis, (2) kosakata dan membaca, serta (3) menyimak. Nontes digunakan untuk menguji kompetensi (1) berbicara dan (2) menulis dengan bentuk penugasan. Melalui pengamatan, pengukuran kompetensi berbicara dan menulis dilakukan. Untuk melakukan penskoran digunakan lembar pengamatan yang dilengkapi skala berjenjang. Semua bentuk evaluasi tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pembelajaran BIPA (Muliastuti, 2010, p. 2).

Tes dalam pengajaran BIPA juga dapat dikelompokkan atas tes kebahasaan dan tes keterampilan berbahasa. Bidang kebahasaan terdiri dari sub-bidang ucapan/ejaan, kosakata, dan struktur. Bidang kecakapan berbahasa meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pemisahan tersebut dalam praktiknya tidak mutlak sebab di dalam keempat kecakapan berbahasa itu diterapkan ucapan, kosakata, dan struktur (Muliastuti, 2010, p. 3).

1.    Evaluasi Kebahasaan

a)    Tes Ucapan dan Ejaan

Untuk siswa BIPA, tes ucapan dan ejaan merupakan bagian tes penting mengingat tanpa penguasaan dua hal tersebut komunikasi akan terhambat. Kendala yang dialami para siswa BIPA pada kedua aspek ini biasanya adalah kebiasaan dalam B1 yang akan terbawa ke dalam bahasa Indonesia yang sering kita sebut dengan istilah interferensi. Namun demikian, pengajar BIPA hendaknya tetap melakukan tes tersebut untuk dapat mengetahui kompetensi siswa dalam ucapan dan ejaan (Muliastuti, 2010, p. 4).

b)   Tes Kosakata

Dalam pengajaran BIPA, tes kosakata tentu harus disesuaikan dengan tematema yang telah dikuasai siswa. Setiap kosakata terkait dengan tema-tema tertentu. Tes kosakata yang tidak relevan dengan tema yang telah dikuasai siswa akan menimbulkan frustasi pada siswa. Jika siswa telah menguasai tema hukum, maka kosakata yang terkait dengan bidang hukum dapat diujikan. Namun, untuk siswa BIPA tingkat dasar yang tentunya masih berhubungan dengan tema-tema yang dekat dengan kehidupannya (tema konkret) akan sulit mengerjakan tes kosakata tersebut (Muliastuti, 2010, p. 5).

c)    Tes Struktur (Tata Bahasa)

Bagi siswa BIPA, keterkaitan konteks dengan tes akan memudahkan siswa berpikir untuk memilih kosakata atau kalimat yang tepat. Tanpa hal tersebut, siswa akan sangat sulit mengerjakan tes tersebut. Di samping itu, terintegrasinya tes bahasa dengan keterampilan berbahasa akan sangat membantu siswa dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan, mengingat tujuan siswa BIPA adalah belajar berbahasa bukan bertata bahasa (Muliastuti, 2010, p. 5).

2.    Evaluasi Keberbahasaan

a)    Tes Menyimak/ Mendengarkan

Pada umumnya, tes menyimak selalu dilakukan dengan media audio atau audiovisual. Yang harus diingat oleh para pengajar BIPA adalah pembicara yang terekam pada media tersebut harus jelas baik suara, lafal, dan intonasinya. Rekaman yang buruk akan menyebabkan hasil tes tidak valid. Sebelum tes, pengajar harus terlebih dahulu menyiapkan perangkat tes dengan baik sehingga tes dapat berjalan lancar (Muliastuti, 2010, p. 6).

b)   Tes Berbicara

Tes berbicara dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya : tes jawaban terbatas, teknik terbimbing, dan wawancara.Tentu saja semua itu dilaksanakan secara lisan dan individual. Namun, dapat juga tes berbicara dilaksanakan secara tertulis dengan bentuk objektif yang dapat menunjukkan bukti-bukti tidak langsung mengenai kemampuan berbicara seseorang (Muliastuti, 2010, p. 7).

c)    Tes Membaca

Bentuk soal tes dapat berupa soal tes objektif dengan jawaban benar-salah, jawaban singkat, dan pilihan ganda dengan berbagai variasinya. Karena tes ini berlaku untuk membaca pemahaman, secara umum teknik mengetesnya adalah memberikan kutipan yang berisi masalah kepada peserta dan mengetes ketepatan pemahaman mereka. Semua tes tentu saja dilaksanakan secara tertulis; dengan demikian, ketepatan ucapan, intonasi, dan kelancaran tidak diperhitungkan (Muliastuti, 2010, p. 8).

d)   Tes Menulis

Bagi pengajar BIPA, kedua bentuk tes hendaknya digunakan untuk dapat mengukur kemampuan menulis siswa. Tes essai maupun tes objektif dapat digunakan baik untuk siswa BIPA tingkat dasar, menengah, maupun mahir. Yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya adalah tes harus mengukur sesuai tujuan. Jika pengajar akan mengukur kemampuan menulis narasi siswa, tentunya tes bentu essai yang lebih tepat digunakan. Sedangkan tes objektif akan sulit mengukur ranah psikomotor untuk kemampuan menulis (Muliastuti, 2010, p. 9).

 

Kriteria tes BIPA?

Untuk dapat menyusun tes BIPA yang baik, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan pengajar. Dalam ilmu pendidikan,kriteria tersebut disebut dengan istilah validitas dan reliabilitas. Dalam tes BIPA, hal tersebut pun wajib menjadi perhatian pengajar. Sebagai alat ukur, tes harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya validitas, reliabilitas, dan kepraktisan. Validitas menunjukkan apakah suatu alat ukur benar-benar mengukur sesuatu yang harus diukur dengan hasil yang tepat. Reliabilitas adalah ketetapan sampel. Reliabilitas dapat diuji dengan berbagai cara; salah satu di antaranya yang paling mudah adalah tes-ulang (retest); cara yang lain adalah tes bentuk lain (alternate form) dan belah-dua (split-half). Kepraktisan menyangkut segi ekonomi, kemudian administrasi, penyekoran, dan interpretasi (Muliastuti, 2010, pp. 9-10).

 

Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk penyusunan tes BIPA?

1.    Analisis tujuan siswa belajar BIPA;

2.    Persiapkan silabus, materi, dan media sesuai tujuan belajar

3.    Susun kisi-kisi tes sesuai tujuan pokok bahasa yang telah ada pada silabus

4.    Siapkan tes dengan jenis yang sesuai dengan aspek yang akan diukur

5.    Menulis soal sesuai dengan kisi-kisi tes;

6.    Uji coba soal agar valid dan reliabel (Muliastuti, 2010, p. 10).

 

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, M., Milawati, Darodjat, Harahap, T. K., Tahrim, T., Anwari, A. M., et al. (2021). Media Pembelajaran. Klaten: Tahta Media Group.

Kristanto, A. (2016). Media Pembelajaran. Surabaya: Penerbit Bintang Surabaya.

Kusmiatun, A. (2018). Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Penerbit K-Media.

Megawati, C. (2014). Pengembangan Media Pembelajaran BIPA Tingkat Menengah Melalui E-Book Interaktif di Program in country Universitas Negeri Malang Tahun 2014. NOSI, 2(1) , 62-70.

Muliastuti, L. (2010). Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing. Semiloka Nasional Pengujian Bahasa Pusat Bahasa (pp. 1-13). Jakarta: Pusat Bahasa Kemendiknas.

Putri, N. A., & Yuniawan, T. (2017). Pengembangan Kamus Bergambar Berwawasan Cinta Indonesia Berbasis Aplikasi Android Sebagai Media Pembelajaran Bagi Mahasiswa Penutur Asing. Lingua, 13(1) , 60-67.

Septriani, H. (2022). Pemanfaatan Media Digital G Suite For Education dalam Pembelajaran BIPA Jarak Jauh di University of Vienna. Jurnal Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (JBIPA), 3(2) , 70-77.

Violensia, I. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Dadu Bergambar untuk Keterampilan Berbicara Mahasiswa BIPA Tingkat Menengah. BASINDO: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya, 4(1) , 87-93.

Widianto, E. (2017). Media Wayang Mini dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bagi Pemelajar Bipa A1 Universitas Ezzitouna Tunisia. Kredo: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 1(1) , 120-143.

Widiatmika, M., Darmawiguna, I., & Putrama, I. (2019). 3. Pengembangan Film Seri Animasi 3D “Cerita Made” sebagai Media Pembelajaran BIPA di Universitas Pendidikan Ganesha . KARMAPATI (Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika), 8(1) , 22-32.

Wulandari, A., Zamzani, & Nurhadi. (2022). Pemanfaatan Lagu Daerah Nusantara sebagai Media Pembelajaran BIPA Berbasis Local Indigenous. Jurnal Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (JBIPA), 4(2) , 156-167.