ULASAN TERHADAP VIDEO PEMBELAJARAN

28 November 2023 19:53:29 Dibaca : 11 Kategori : PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

IDENTITAS VIDEO PEMBELAJARAN

Judul Konten Video Pembelajaran Berdiferensiasi Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lamongan
Media Unggahan Video Youtube
Tautan Unggahan Video https://youtu.be/IbkNDByigqg
Pengunggah Konten Video Melati Ayesha
Tanggal Unggahan Video 20 Oktober 2022
Durasi Video 9 menit 52 detik
Pengulas Udin Prasetia
Tanggal Ulasan 31 Mei 2023

 

ULASAN TERHADAP VIDEO PEMBELAJARAN: PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI BAHASA INDONESIA SMP NEGERI 1 LAMONGAN

Video ini merupakan video rekaman pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi (diferensiasi proses dan produk) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia jenjang kelas 7 di SMP Negeri 1 Lamongan. Menurut pengulas, video ini terdiri atas bagian: (1) kegiatan pra pembelajaran yang berisi pemaparan perencanaan pembelajaran; (2) kegiatan awal pembelajaran; (3) kegiatan inti pembelajaran; (4) kegiatan akhir pembelajaran. Guru yang bernama Rinita Melati, M.Pd dalam video tersebut berujar di awal video bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodasi atau memfasilitasi segala kebutuhan belajar siswa. Hal ini tentunya sesuai yang disampaikan Marlina, Efrina, & Kusumastuti (2020, p. 18)  bahwa ‘pembelajaran yang dilakukan dengan prinsip berdiferensiasi berupaya  mengakomodir  siswa  yang  beragam dari kebutuhan  belajar,  bakat  dan   minat  yang dimiliki’. Sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi, guru mesti memahami karakteristik siswa dengan melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa. Pada kelas 7 tersebut, terdapat karakteristik siswa yang berbeda-beda. Pada pembelajaran bertema ‘Menilai Pamflet Wisata’,dari segi kesiapan belajar, ada 5 siswa yang harus memahami ulang tentang ‘Menilai Pamflet Wisata’. Hal ini terlihat dari hasil belajar dan latihan siswa sehari-hari di pertemuan-pertemuan sebelumnya. Untuk mengatasi hal tersebut, guru melakukan diferensiasi proses dengan cara siswa yang dikategorikan mampu secara kognitif pada materi tersebut dijadikan tutor sebaya. Dari segi profil belajar, ada 2 siswa bertipe kinestetik dalam belajar, sisanya memiliki belajar visual. Untuk mengatasi gaya belajar kinestetik, siswa dipersilahkan dengan memahami pamflet di mading kelas dan pojok perpustakaan. Untuk visual, hanya mengamati dalam media presentasi guru maupun pamflet yang disediakan dalam setiap kelompok. ‘Proses diferensiasi dilaksanakan dengan penggunaan kegiatan   berjenjang,   pengembangan   kegiatan   yang   beragam,   dan   klasifikasi   siswa berdasarkan kesiapan, kemampuan, dan minat. Diferensiasi  produk  dapat  dilakukan  melalui  pemberian pilihan  bagaimana  siswa  mengekspresikan  pembelajaran  yang  diinginkan’ (Yani, Muhanal, & Mashfufah, 2023, p. 243).

Kegiatan pembukaan atau awal pembelajaran yang dilakukan guru tersebut yaitu: (1) guru mengucap salam; (2) guru menyapa siswa dengan menanyakan kabar (3) guru melakukan ice breaking untuk pemusatan perhatian dan konsentrasi; (4) guru mengajak dan mengarahkan siswa berdoa yang dipimpin siswa; (5) guru dan siswa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya; (6) guru menyampaikan materi pembelajaran tentang menilai sebuah pamflet wisata; (7) guru menstimulasi siswa dengan beberapa pertanyaan terkait materi pembelajaran pertemuan sebelumnya yaitu teks deskripsi khususnya ragam bahasa yang digunakan; (8) guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Secara umum, guru melakukan tugasnya dengan baik melalui kegiatan apersepsi yang matang di kegiatan awal pembelajaran. Menurut Chatib (2011) dalam Wijaya (2015, p. 49) menyatakan bahwa menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu yang terpenting untuk satu jam pembelajaran selanjutnya. Pada menit-menit pertama itulah apersepsi bisa dilaksanakan. Wulandari, Fitria & Alifa menjelaskan (2021, pp. 74-75) bahwa ‘pentingnya penanaman pendidikan karakter salah satunya sikap spiritual lewat berdoa sebelum belajar agar menjadi kebiasaan siswa’. Mengenai guru dan siswa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di kegiatan awal pembelajaran, hal ini tentunya terkait penanaman karakter kepada siswa untuk menumbuhkan nasionalisme sebagai bagian dari wujud profil Pelajar Pancasila.

Kegiatan inti pembelajaran dilakukan guru tersebut melalui tahapan kegiatan: (1) guru menyajikan video kemudian merelevansikan gambar video dengan gambar di pamflet; (2) guru mengarahkan siswa mencari referensi tentang wisata Papandayan yang ada di buku paket pelajaran halaman 14-16; (3) siswa mendiskusikan secara berkelompok mengenai analisis pamflet tentang wisata Papandayan yang ada di buku paket; (4) guru berkeliling ke semua kelompok untuk mengamati jalannnya diskusi kelompok siswa dan membuka peluang tanya jawab antara guru dan siswa terkait materi diskusi kelompok; (5) siswa mempresentasikan hasil diskusi; (6) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengomentari hasil sajian kelompok atau memberikan pendapat yang berbeda; (7) guru menugaskan siswa membuat pamflet. Kegiatan penutupan atau akhir pembelajaran dilakukan guru melalui tahapan kegiatan: (1) guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran; (2) guru menginformasikan materi pembelajaran selanjutnya dan mengingatkan siswa untuk mennelusuri referensi di rumah; (3) guru menutup pembelajaran.

Kelebihan pembelajaran yang dilakukan guru tersebut dalam video yaitu: (1) presentasi kelompok yang dilakukan siswa melibatkan keaktifan semua anggota kelompok dalam berbicara dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok; (2) guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab maupun menyampaikan argumen terkait materi; (3) guru memberikan apresiasi dalam pujian dan tepuk tangan terhadap performa belajar siswa di kelas; (4) guru mengimplementasikan dengan baik model pembelajaran discovery learning yang diintegrasikan dengan pembelajaran berdiferensiasi (khususnya diferensiasi proses dan produk); (5) guru mengelola dengan baik pembelajaran di kelas dengan paradigma belajar yang berorientasi pada siswa sebagai pusat subjek pelaku pembelajaran. Menurut Ballew (1967) dalam Pratiwi dan Rasmawan (2014, p. 4) bahwa tujuan pembelajaran discovery learning adalah agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis. Hal ini disebabkan siswa melakukan aktivitas mental sebelum materi yang dipelajari dapat dipahami. Aktivitas mental tersebut misalnya menganalisis, mengklasifikasi, membuat dugaan, menarik kesimpulan, menggeneralisasi dan memanipulasi informasi.

Kekurangan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam video yaitu: (1) pembagian kelompok siswa tidak jelas padahal di pra pembelajaran guru telah melakukan asesmen diagnostik; (2) siswa hanya membacakan hasil presentasi hasil diskusi kelompok dikarenakan guru tidak menginformasikan indikator pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam pencapaian kemampuan berbahasa yang diharapkan dalam pembelajaran; (3) guru melakukan perintah yang berulang dan tidak perlu yakni menyuruh membuka buku paket halaman 14-16, padahal sudah dilakukan di awal; (4) ditemui kesalahan guru dalam penggunaan kosakata yakni menyebut kata ‘praktek’ seharusnya ‘praktik’; (5) atas dasar diferensiasi proses, guru memberikan keleluasaan kepada siswa untuk ke luar kelas ke tempat-tempat lain di dalam kawasan sekolah untuk mencari inspirasi dalam tugas membuat pamflet, namun hal ini menimbulkan peluang siswa tidak terkontrol oleh guru karena berada di tempat yang berbeda-beda; (6) sumber belajar yang digunakan terbatas pada buku paket pelajaran dan media presentasi bahan ajar guru, kurang memberikan varian sumber belajar dan media interaktif lainnya sesuai tujuan dan materi pembelajaran; (7) guru tidak membahas tentang cara pembuatan pamflet yang baik lantas menyuruh siswa membuat pamflet, hal ini juga mengindikasikan kerancuan tahapan membuat pamflet ini padahal tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru berkaitan tentang ‘Menilai Pamflet Wisata’; (8) guru tidak mengaitkan materi pembelajaran tentang ‘Menilai Pamflet Wisata’ dikaitkan dengan manfaat dan konteks kehidupan sehari-hari.

Penting bagi guru untuk memahami perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sebagai satu rangkaian yang saling terkait satu sama lain. Begitupun dengan dengan komponen-kompenen penting dalam pembelajaran yang mesti relevan dan saling menunjang seperti tujuan, indikator, materi ajar, strategi, metode, teknik, media dan sumber belajar demi ketercapaian pembelajaran bermakna bagi siswa. Pada akhirnya pengulas menyampaikan bahwa secara umum video pembelajaran ini dapat menjadi referensi dalam usaha guru dalam mengidentifikasi, merefleksi, dan memformulasikan pembelajaran seperti niatan baik berupa praktik baik yang telah dilakukan oleh Ibu Rinita Melati dalam video pembelajaran tersebut.

 

 

 

 

REFERENSI

Marlina, Efrina, E., & Kusumastuti, G. (2020). Model Asesmen Pembelajaran Berdiferensiasi Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusif. Jurnal Orthopedagogik, 1(3) , 17-36.

Pratiwi, F. A., & Rasmawan, R. (2014). Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 3(7) , 1-16.

Wijaya, A. (2015). Penerapan Variasi Kegiatan Apersepsi dan Pembelajaran Interaktif Learning untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran dan Kemampuan Pronunciation Mahasiswa dalam Mata Kuliah Pronunciation Practice. Didaktis, 15(3) , 46-54.

Wulandari, D., Fitria, M. D., & Alifa, S. M. (2021). Praktik Gerakan Sekolah Menyenangkan. Yogyakarta: UAD Press.

Yani, D., Muhanal, S., & Mashfufah, A. (2023). Implementasi Asesmen Diagnostik untuk Menentukan Profil Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran Diferensiasi di Sekolah Dasar. Jurnal Inovasi dan Teknologi Pendidikan (JURINOTEP), 1(3) , 241-250.