KATEGORI : ASESMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PEMBELAJARAN MULTILITERASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ABAD 21

28 November 2023 19:11:58 Dibaca : 926

A.  PEMBELAJARAN MULTILITERASI

Multiliterasi adalah konsep pendidikan dan pembelajaran yang bersifat multibudaya, multikonteks, dan multimedia yang dapat digunakan dalam kurikulum apapun yang berlaku di Indonesia. Melalui implementasi pembelajaran multiliterasi, siswa diajarkan sehingga mereka akan beroleh multikompetensi. Hal ini ditunjang pula oleh kenyataan bahwa pembelajran multiliterasi bukan sekedar bertemali dengan pembelajran literasi bahasa melainkan dengan pembelajaran literasi bidang ilmu lainnya, seperti literasi sains, literasi matematis, literasi seni, literasi teknologi, dan literasi-literasi lainnya (Abidin, 2015, p. 1).

Model pembelajaran multiliterasi adalah model pembelajaran yang dikaitkan dengan penggunaan berbagai macam sumber pembelajaran serta menempatkan keempat keterampilan berbahasa seefisien mungkin dan diintegrasikan dengan ilmu pengetahuannya (Rahman & Damaianti, 2019, p. 29).

Model multiliterasi merupakan pembelajaran yang menempatkan kemampuan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara seefisien mungkin untuk meningkatkan kemampuan berpikir meliputi kemampuan mengkritisi, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber dalam berbagai ragam disiplin ilmu dan kemampuan mengkomunikasikan informasi tersebut. keterampilan yang harus dikuasai agar tercipta pembelajaran multiliterasi adalah kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, kemampuan menulis yang baik, keterampilan berbicara, dan keterampilan menguasai berbagai media digital. Keterampilan-keterampilan tersebut tidak akan terlepas dari penguasaan literasi dan integrasi bahasa (Abidin, 2015, p. 247).

Morocco dalam Yunus Abidin (2015:182) menyatakan bahwa dalam abad ke dua puluh satu ini kemampuan terpenting yang harus dimiliki oleh manusia adalah kompetensi abad ke-21. Kompetensi belajar dan berkehidupan dalam abad ke-21 ini ditandai dengan empat hal penting yakni:

1.    Kompetensi pemahaman yang tinggi

Merupakan kompetensi yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memiliki pemahaman tentang berbagai ilmu pengetahuan.

2.    Kompetensi berpikir kritis

Merupakan kemampuan mendayagunakan daya pikir dan daya nalar seseorang sehingga mampu mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi disekitarnya.

3.    Kompetensi berkolaborasi dan berkomunikasi

Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kesanggupan seseorang untuk berkerja sama dan berinteraksi dengan orang lain.

4.    Kompetensi berpikir kreatif

Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kesanggupan seseorang untuk menghasilkan gagasan, proses maupun produk yang bernilai lebih, unik dan memiliki sifat kebaruan.

Berdasarkan paparan diatas, terdapat keterhubungan keempat kompetensi abad ke-21 tersebut. Dan multilitersi merupakan daerah inti kompetensi yang mendukung pengembangan dan penggunaan empat kompetensi lainnya. Berkenaan dengan hal tersebut, agar mampu terlibat dalam berbagai kegiatan inkuiri kritis dan pengembangan keempat kompetensi abad ke-21 yang lain diperlukan keterampilan multiliterasi.

Secara lebih lanjut Marocco dalam Yunus Abidin (2015:184) menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan multiliterasi yang harus dikuasai agar mampu mendukung dan mengembangkan keempat kompetensi abad ke-21 meliputi empat keterampilan yang menunjukkan bahwa penguasaan literasi apapun tidak bisa lepas dari konsep literasi dalam bidang ilmu keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut yaitu sebagai berikut:

1.    Keterampilan membaca pemahaman yang tinggi

Sejalan dengan esensi keterampilan membaca yang berfungsi sebagai salah satu jalan dalam meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan. Sehingga lebih lanjut, keterampilan ini berhubungan erat dengan kemampuan menyerap berbagai informasi dri berbagai sumber sehingga seseorang yang memiliki keterampilan ini akan secara tepat memahami informasi tersebut dan akan berujung pada berkembangnya khazanah keilmuan yang dimilikinya.

2.    Keterampilan menulis yang baik untuk membangun dan mengekspresikan makna

Keterampilan ini bertujuan untuk menghasilkan gagasan kritis kreatif atas pengetahuan yang sudah dimiliki. Kegiatan menulis tidak hanya berfungsi sebagai sarana menyalurkan ide orang lain melainkan sarana untuk menyalurkan ide siswa sendiri sehingga pemahamannya atas sesuatu hal akan semakin meningkat.

3.    Keterampilan berbicara secara akuntabel

Keterampilan ini merupakan kemampuan memproduksi ide secara lisan dengan isi yang berbobot dan saluran penyampaian yang tepat. Sangat berguna untuk berbagai kepentingan baik dalam hal menyampaikan ide, memengaruhi dan meyakinkan orang lain, maupun menghibur orang lain.

4.    Keterampilan menguasai berbagai media digital

Keterampilan ini berhubungan dengan kesanggupan menguasai berbagai teknologi digitl yang berkembang pesat dan telah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam kehidupan. Melalui media digital ini, informasi dapat secara cepat dan akurat disajikan. Selain itu, media digital ini memberikan berbagai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Sehingga melalui penguasaan keterampilan ini diharapkan berbagai pengaruh buruk dapat diantisipasi dan pengaruh positifnya dapat dimanfaatkan secara tepat guna dan tepat sasaran.

Keempat keterampilan yang mendukung kompetensi multiliterasi diatas merupakan keterampilan berbahasa yang difungsikan sebagai sarana menguasai berbagai disiplin ilmu dan bukan semata-mata untuk menguasai disiplin ilmu bahasa saja. Hal ini harus disadari bahwa apapun yang dipahami melalui membaca, yang dimaknai dan diekspresikan melalui menulis, dan dikomunikasikan melalui berbicara bisa berupa pengetahuan apa saja di luar pengetahuan tentang bahasa. Oleh karena itu, kemampuan multiliterasi ini dikenal dengan istilah kemampuan literasi lintas bidang ilmu atau kemampuan literasi interdisiplin ilmu.

Bertemali dengan kenyataan bahwa kompetensi multiliterasi merupakan inti kompetensi yang dapat digunakan untuk mendukung dan mengembangkan keempat kompetensi lainnya, konsep literasi bahasa dapat digunakan sebagai kerangka kerja pembelajaran berbagai bidang ilmu. Sejalan dengan hal ini, muncullah istilah dukungan literasi yang dapat disejajarkan dengan istilah pembelajaran multiliterasi.

B.  KONSEP PEMBELAJARAN ABAD 21

Peserta didik yang hidup pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu berpikir kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan (Greenstein, 2012).

Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan ceramah sedangkan peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal.

Konsep Pembelajaran Abad 21 adalah membuat lulusan memiliki kompetensi dalam menguasai keterampilan berpikir, komunikasi yang kompleks dan menyelesaikan masalah yang sangat penting sesuai dengan kebutuhan dinamika global saat ini. Selain itu keterampilan kolaborasi dan kreatifitas juga dibutuhkan anak-anak muda untuk menghadapi kompleksnya perkembangan dunia yang pesat. Pendidikan abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penguasaan terhadap teknologi informasi dan komunikasi (Chairunnisak, 2019).

Perbedaan pembelajaran abad 21 dengan pembelajaran sebelumnya:

PEMBELAJARAN SEBELUMNYA PEMBELAJARAN ABAD 21

v  Berpusat pada guru

v  Pembelajaran langsung

v  Menekankan Pengetahuan

v  Berorientasi pada Isi/materi

v  Berkaitan dengan Ketrampilan dasar

v  Penekanan  pada Teori

v  Akademik

v  Individual

v  Berlangsung di Ruang kelas

v  Penilaian sumatif

v  Belajar demi sekolah

v  Berpusat pada siswa

v  Pembelajaran kolaboratif

v  Menekankan ketrampilan

v  Berorientasi pada proses

v  Berpikir tingkat tinggi

v  Menekankan Praktik

v  Life Skills

v  Kelompok

v  Berlangsung dalam komunitas

v  Penilaian formatif

v  Belajar demi hidup

Adapun keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa:

1.      Kualitas karakter

2.      Kompetensi

3.      Keterampilan literasi dasar

C.  PEMBELAJARAN MULTILITERASI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN ABAD 21

Model pembelajaran multiliterasi merupakan model pembelajaran yang mengoptimalkan keterampilan-keterampilan multiliterasi dalam mewujudkan situasi pembelajaran saintifik proses. Keterampilan-keterampilan multiliterasi yang digunakan yakni keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbicara dan keterampilan penguasaan media informasi dan komunikasi. Bertemali dengan definisi ini, perlu diketahui dimensi apa yang terkandung dalam keempat keterampilan tersebut yang bisa difungsikan untuk mengembangkan kemampuan belajar siswa. Berdasarkan aspek tersebut barulah akan terbentuk kerangka dasar multiliterasi.

Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan multiliterasi menuntut pembelajaran hendaknya dilakukan dengan berdasarkan pada pengembangan kemampuan untuk berpikir tingkat tinggi. Upaya ini bermaksudkan agar keterampilan membaca yang dikembangkan dapat sesuai dengan isi materi pelajaran lain yang memang dikemas secara lebih terpola dan sistematis. Guna mencapai kondisi ini, ada beberapa sub keterampilan membaca yang harus diperhatikan agar keterampilan membaca berfungsi bagi penguasaan materi berbagai mata pelajaran. Beberapa subketerampilan membaca tersebut sebagai berikut:

1.    Keterampilan memilih strategi membaca yang tepat

Subketerampilan membaca ini menyatakan siswa agar menggunakan berbagai strategi pembelajaran membaca yang sesuai dengan is materi yang akan dibacakan. Penggunaan berbagai strategi ini agar mendorong siswa memiliki kemampuan metakognisi sehingga nantinya siswa mampu menemukan strategi membaca yang paling tepat sesuai dengan isi materi pelajaran yang dibacanya.

2.    Keterampilan memahami organisasi teks

Subketerampilan membaca ini menuntut siswa agar terampil memahami struktur berbagai jenis tulisan yang dibacanya. Subketerampilan membaca ini dapat dikembangkan melalui pelibatan siswa secaralangsung dalam dalam membangdingkan pola-pola organisasi berbagai jenis wacana sehingga mereka mengetahui bagaimana teks sains dikemas, teks ilmu sosial diorganisasikan, dan teks matematika disajikan.

3.    Keterampilan mengkritisi teks

Subketerampilan membaca ini menuntut siswa agar terbiasa menguji dan mengkritisi kebenaran sebuah teks, akurasi sumber bacaan, dan kelengkapan teks dalam mata pelajaran sains, subketerampilan dapat terbentuk jika siswa secara langsung melakukan penelitian atau eksperimen sehingga berdasarkan eksperimen tersebut siswa mengetahui kebenaran, keakuratan, dan kelengkapan tersebut.

4.    Keterampilan membangun makna kata.

Subketerampilan membaca ini menuntut pemahaman siswa atas makna kata-kata tertentu yang biasanya digunakan dalam mata pelajaran tertentu. Berdasarkan konsep ini, siswa harus dibiasakan menggali makna kata dan istilah sebelum mereka melakukan kegiatan membaca.

Keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan multiliterasi menghendaki siswa mengekspresikan ide dan gagasannya dalam bentuk tertulis. Isi tulisan yang dibuat siswa tentu saja akan sangat beragam sesuai dengan isi materi yang dipelajarinya. Berdasarkan kondisi ini siswa harus memahami organisasi teks sehingga mampu menulis dengan menggunakan pola pengembangan tulisan yang benar untuk setiap materi yang berbeda.

Bertemali dengan penggunaan keterampilan menulis untuk mengembangkan empat kompetensi abad ke-21, keterampilan ini akan bermanfaat jika diterapkan dengan memerhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1.    Kegiatan menulis harus digunakan sebagai sarana memahami teks.

2.    Keterampilan menulis harus digunakan untuk mengkritisi isi bacaan.

3.    Tulisan yang dihasilkan hendaknya jelas sesuai dengan jenis, tujuan dan sasarannya.

Penggunaan keterampilan berbicara untuk mendukung kompetensi abad ke-21 harus dilakukan melalui penggunaan berbicara sebagai sarana berpikir kritis dan rasional dalam mengungkapkan berbagai ide dan gagasan yang dimilikinya. Dalam konteks ini jenis-jenis keterampilan berbicara yang dapat digunakan antara lain debat, diskusi, presentasi, dan jenis percakapan lain yang relevan.

Berdasarkan konsep diatas, penerapan keterampilan berbicara dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1.    Berbicara hendaknya digunakan sebagai sarana memaknai teks.

2.    Berbicara hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan giliran peran sehingga terjalin komunikasi efektif.

3.    Berbicara hendaknya digunakan sebagai sarana berpikir kritis melalui kegiatan berdiskusi, berdebat, dan atau kegiatan berbicara lainnya.

4.    Berbicara hendaknya tetap dilaksanakan dalam koridor etika berbicara sehingga akan terjalin komunkasi efektif.

5.    Berbicara hendaknya disertai kesempatan pascaberbicara yang bersifat terbuka, kritis, dan juga etis.

Penguasaan media dan media digital sebagai alat pendukung penguasaan kompetensi abad ke-21 dapat memainkan peran pentingnya jika berbagai media ini dijadikan alat berpikir kritis dan digunakan dalam berbagai kegiatan inkuiri yang dilakukan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2015). Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan Pendidikan Abad ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama.

Chairunnisak. (2019). Implementasi Pembelajaran Abad 21 di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED (pp. 351-359). Medan: Unimed.

Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery and authentic learning. London: Sage Publications Ltd.

Rahman, F. A., & Damaianti, V. S. (2019). Model Multiliterasi Kritis dalam Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar. Jurnal pendidikan dasar, 10(1), 27-34.