LABEL : BLENDED

MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

28 November 2023 20:43:52 Dibaca : 439

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan situasi wabah pandemi Covid-19 menjadi dua pemicu utama model pembelajaran blended learning menjadi semakin ramai diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Tanpa menafikan diagnosa  perkembangan siswa dan tujuan pembelajaran, maka sudah seharusnya seorang guru mendesain model pembelajaran yang efisien dan efektif dengan memanfaatkan keberagaman sumber dan media pembelajaran, variasi metode pembelajaran, dan paradigma strategi dan pendekatan pembelajaran yang berupaya senantiasa mengutamakan pembelajaran berpusat pada siswa. Blended learning hadir untuk menjawab hal tersebut.

Blended learning sebagai sebuah model pembelajaran dipandang tidak sekadar mengkombinasikan pembelajaran moda daring dan luring, tetapi lebih jauh daripada pengertian itu bahwa blended learning mengkonvergensi keberagaman metpde, strategi, pendekatan, sumber belajar dan media pembelajaran demi terciptanya kondisi pembelajaran yang bermakna untuk ketercapaian kualitas pembelajaran.

Guru harus memahami blended learning berdasarkan filosofi hakikatnya, mengetahui keberagaman jenisnya, memahami langkah prosedural pelaksanaannya, serta mengurai kelebihan dan kekurangannya untuk keefektifan blended learning dalam rangka penerapannya dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Atas asumsi tersebut, penulis menyajikan makalah ini.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka terlahir beberapa rumusan masalah yang dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut:

Bagaimanakah hakikat model pembelajaran blended learning?Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran blended learning?Bagaimanakah jenis-jenis model pembelajaran blended learning?Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran blended learning?Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan model pembelajaran blended learning?Bagaimanakah penerapan model pembelajaran blended learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia?1.3  Tujuan Penulisan

Dari beberapa rumusan masalah maka dapat diekstraksi tujuan penulisan yakni sebagai berikut:

Untuk memahami hakikat model pembelajaran blended learningUntuk memahami karakteristik model pembelajaran blended learningUntuk memahami jenis-jenis model pembelajaran blended learningUntuk memahami langkah-langkah model pembelajaran blended learningUntuk memahami kelebihan dan kekurangan model pembelajaran blended learningUntuk memahami penerapan model pembelajaran blended learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

2.1.1 Hakikat Model Pembelajaran Blended Learning

Beragam pendefenisian yang dipaparkan para ahli terhadap model pembelajaran blended learning. Hal itu dikarenakan blended learning memliki varian bentuk dan pengaplikasian yang beragam dalam pembelajaran. Blended learning juga biasa diistilahkan sebagai hybrid learning. Lin (2009) menyatakan bahwa hybrid adalah penggabungan pembelajaran online dan tatap muka. Menurut artikel yang dimuat di ppmschool.ac.id pada 30 Agustus 2022, blended learning adalah sebuah metode pembelajaran yang menggabungkan antara pembelajaran langsung (synchronous) dengan pembelajaran tidak langsung atau mandiri yang bisa dilakukan kapan pun (asynchronous). 

Blended learning berasal dari kata blended dan learning. blend artinya campuran dan learning artinya belajar. Blended learning menggabungkan pembelajaran tatap muka (face to face) di kelas dan pembelajaran daring (online) untuk meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh siswa dan mengurangi jumlah waktu tatap muka (face to face) di kelas (Nasution et al, 2019:40).

Menurut Ghirardini (2011) dalam Dewi, et al. (2019:15) menyatakan bahwa pada konsep blended learning, pembelajaran yang secara konvensional biasa dilakukan di dalam ruangan kelas dikombinasikan dengan pembelajaran yang dilakukan secara online baik yang dilaksanakan secara independen maupun  secara kolaborasi, dengan menggunakan sarana prasarana teknologi informasi dan komunikasi. Blended learning menggabungkan media pembelajaran yang berbeda (teknologi, aktivitas) untuk menciptakan program pembelajaran yang optimal untuk siswa tertentu. Kata “blended” memiliki arti pembelajaran konvensional (tatap muka di kelas) didukung oleh format pembelajaran elektronik.

Driscoll (2002) menyatakan bahwa Blended learning merupakan kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan pembelajaran elektronik atau E-Learning. Menurut Bersin (2004) Blended learning dapat disimpulkan sebagai kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan lingkungan pembelajaran elektronik atau blended learning. Menggabungkan aspek blended learning (format elektronik) seperti pembelajaran berbasis web, streaming video, komunikasi audio synchronous dan asynchronous dengan pembelajaran tradisional “tatap muka”. Senada dengan Graham (2005) mendefinisikan model blended learning sebagai kegiatan pembelajaran yang menggabungkan kegiatan belajar tatap muka dengan kegiatan belajar online dari aspek teori belajar, pendekatan, serta model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Rusman (2013) memberikan pengertian Blended learning dikatakan kombinasi atau penggabungan dari berbagai aspek antara lain pembelajaran berbasis web, video streaming, audio, dan komunikasi dengan sistem pembelajaran yang tradisional dan termasuk juga metode, teori belajar, dan dimensi pedagogik (Nasution et.al., 2019:31-33).

Kardipah dan Wibawa (2022) secara gamblang mengulas pendefenisian blended learning oleh beberapa ahli. Horn dan Staker (2015) menyatakan blended learning merupakan program pendidikan formal dimana siswa belajar secara online dan secara tatap muka langsung di dalam kelas. Pada pembelajaran secara online, mahasiswa memiliki kontrol terhadap waktu, tempat, dan/atau kecepatan mereka sendiri. Definisi senada diberikan Garrison dan Vaughan (2008) yang menyatakan blended learning sebagai sebuah pendekatan yang mengintegrasikan kekuatan dari pertemuan tatap-muka dan pembelajaran secara online untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh MacDonald (2008) kemudian menggambarkan blended learning sebagai pengapdopsian prinsip-prinsip dari strategi-strategis dan media untuk mendukung tujuan pembelajaran dan meningkatkan respon terhadap kebutuhan siswa. Sedangkan Klocke dan Hedegard (2015) menyatakan bahwa blended learning merupakan perubahan paradigma yang dimaksudkan untuk memberdayakan mahasiswa dan mengembangkan proyek-proyek kreatif berdasarkan pengetahuan dari disiplin ilmu terkait, metode, dan cara berfikir disiplin ilmu tersebut serta nilai-nilai di dalamnya. Blended learning, menurut Thorne (2003), mengintegrasikan kemajuan inovatif dan teknologi yang ditawarkan oleh pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan dalam pembelajaran tradisional.

Dari beragam pendefinisian dari para ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran blended learning adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan  berbagai metode, pendekatan, dan media pembelajaran melalui moda daring dan luring dalam satu rangkaian kegiatan pembelajaran.

 

2.1.2 Karakteristik Model Pembelajaran Blended Learning

Bothell dari The University of Washington, mendefinisikan pembelajaran blended sebagai pembelajaran yang 25% - 50% dari waktu tatap muka di dalam kelas digantikan dengan pembelajaran online atau penugasan di luar kelas (out-of-class work). Hal ini berbeda dengan Sloan Consortium yang menyatakan pembelajaran blended terjadi saat 30% - 70% pembelajaran dilakukan secara online. Namun, Yamagata-Lynch dari University of Tennesse mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan mengenai persentase dari pembelajaran online sehingga suatu pembelajaran bisa dinyatakan sebagai pembelajaran blended dan setiap institusi memiliki definisi sendiri mengenai pembelajaran online, pendidikan jarak jauh dan pembelajaran blended (Kardipah dan Wibawa, 2022).

Menurut Sharpen (tanpa tahun), karakteristik model blended learning adalah: (1) Ketetapan sumber sumplemen untuk program melalui institusional pendukung selama garis tradisional sebagian  besar melalui institusional pendukung lingkungan belajar virtual; (2) Transformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam; (3) Pendangan menyeluruh tentang teknologi untuk mendukung pembelajaran. Berdasarkan penjelasan diatas, karakteristik blended learning elearning adalah  sumber suplemen, dengan pendekatan tradisional juga mendukung lingkungan belajar virtual melalui sebuah lembaga. Adapun menurut Das & Das (2015) menyebutkan bahwa karakteristik blended learning terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) Personalized learning merupakan perancangan kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan preferensi belajar dan keanekaragaman sehingga, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri; (2) Customized based learning merupakan pembelajaran yang dirancang mengaju pada pengalaman sebelumnya untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik; (3) Competency based learning merupakan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan peserta didik yang diukur sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adapun karakteristik pembelajaran blended learning secara spesifik adalah: (1) Kegiatan belajar mengajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran; (2) Selama proses belajar mengajar peserta didik terpisah oleh guru baik secara tempat, jarak geografis, dan waktu atau kombinasi dari ketiganya; (3) Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar dibantu dengan media pembelajaran, baik media cetak maupun media elektronik (Idzni, 2022:10-11).

Menurut artikel yang dimuat di sekolahmuridmerdeka.id pada 25 Nopember 2021, karakteristik model pembelajaran blended learning sebagai berikut:

1.    Pembelajaran menggabungkan berbagai cara penyampaian atau pengajaran

Karakteristik yang pertama adalah menggabungkan berbagai macam model pembelajaran konvensional dengan belajar secara online. Metode ini bukan hal yang baru namun menjadi pelengkap metode belajar atau e-learning. Di metode satu ini fokus utamanya adalah pelajar diharapkan dapat mandiri untuk bisa bertanggung jawab dan menyelesaikan pembelajarannya.

2.    Kombinasi pengajaran langsung

Karakteristik selanjutnya adalah mengkombinasikan pengajaran secara langsung dan belajar mandiri melalui online. Pembelajaran ini juga berbasis komputer artinya adalah pembelajaran menggunakan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar. Media yang digunakan untuk metode pembelajaran ini media komputer, telepon seluler, konferensi video dan lain sebagainya.

3.    Perpaduan cara mengajar dan gaya pembelajaran efektif

Dengan blended learning ini peserta didik akan semakin termotivasi untuk bisa melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Peserta didik juga mudah bertanya di dalam forum diskusi dengan guru maupun dengan peserta didik yang lainnya.

4.    Guru dan orang tua memiliki peran yang sama

Karakteristik yang terakhir adalah guru dan orang tua siswa memiliki peran yang sama. Blended learning ini menjadi pilihan terbaik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam belajar. Selain itu daya tarik untuk berinteraksi di dalam lingkungan belajar yang beragam juga meningkat. Metode satu ini akan memberikan fasilitas belajar yang sensitif terutama terhadap berbagai perbedaan karakter psikologis.

Dalam artikel yang dimuat di wikibook.org, dalam blended learning terdapat enam unsur yang harus ada, yaitu: (1) tatap muka (2) belajar mandiri, (3) aplikasi, (4) tutorial, (5) kerjasama, dan (6) evaluasi.

1.    Tatap Muka

Pembelajaran tatap muka sudah dilakukan sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber belajar utama.

2.    Belajar Mandiri

Dalam pembelajaran berbasis Blended Learning, akan banyak sumber belajar yang harus diakses oleh peserta didik, karena sumbersumber tersebut tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang dimiliki pengajar atau perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia.

3.    Aplikasi

Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis masalah, pelajar akan secara aktif mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan, dan melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

4.    Tutorial

Pada tutorial, peserta didik yang aktif untuk menyampaikan masalah yang dihadapi, seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang membimbing. Meskipun aplikasi teknologi dapat meningkatkan keterlibatan pelajar dalam belajar, peran pengajar masih diperlukan sebagai tutor.

5.    Kerjasama

Keterampilan kolaborasi harus menjadi bagian penting dalam pembelajaran berbasis Blended Learning. Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional yang semua peserta didik belajar di dalam kelas yang sama di bawah kontrol pengajar. Sedangkan dalam pembelajaran berbasis blended, maka peserta didik bekerja secara mandiri dan berkolaborasi

6.    Evaluasi

Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat berbeda dibanding dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi harus didasarkan pada proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui penilaian evaluasi kinerja belajar pelajar berdasarkan portofolio. Demikian pula penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu ada penilaian diri oleh pelajar, maupun penilai pelajar lain.

 

 

 

2.1.3        Jenis-Jenis Model Pembelajaran Blended Learning

Jenis-jenis model pembelajaran blended learning menurut artikel yang dimuat di elearning.unair.ac.id pada 5 Maret 2020, sebagai berikut:

1.    Face-to-Face Driver

Model ini adalah metode blended learning dimana implementasi instruksi daring diberikan secara case by case, dengan kata lain dalam model ini, metode pembelajaran pada umumnya sangat mirip dengan pembelajaran tradisional, dengan opsi untuk memberikan pelajar yang berkemampuan atau berkeperluan khusus instruksi online agar aktifitas pembelajaran dapat berjalan secara efektif.

2.    Rotation

Dalam bentuk blended learning ini, pelajar mengikuti jadwal untuk berotasi diantara mengikuti pelajaran daring atau bertemu dengan pengajar. Terutama dalam pendidikan dasar, model ini sering digunakan untuk memberi pelajar dengan kelemahan di subjek tertentu perhatian lebih dan merotasikan pelajar yang tidak bermasalah dengan suatu subjek ke pembelajaran daring.

3.    Flex

Model ini sering digunakan untuk pelajar non-tradisional atau dalam resiko, dimana kegiatan pembelajaran terutama terjadi dengan cara daring, sementara pengajar berada siap siaga sebagai fasilitator jika diperlukan.

4.    Online Lab School

Bentuk blended learning ini melibatkan pelajar datang ke tempat tertentu untuk melakukan proses pembelajaran secara online didalam laboratorium. Dalam ruangan itu dapat terdapat seorang spesialis untuk mensupervisi pelajar.  Metode ini berguna untuk pelajar yang memerlukan fleksibilitas penjadwalan, memerlukan atau memilih untuk belajar dengan lebih cepat atau lambat, dan untuk sekolah dimana ada kekurangan ruang atau tenaga kerja guru bersertifikasi.

5.    Self-Blend

Model ini memberikan pelajar peluang untuk mendapatkan pembelajaran di luar apa yang diberikan di dalam kelas mereka. Walau pelajar-pelajar tersebut masih mendatangi lingkungan kelas tradisional, mereka juga dapat memilih untuk menambah pembelajaran mereka melewati kursus daring yang ditawarkan di luar tempat pembelajaran. Model ini cocok untuk pelajar yang ingin mendapatkan pelajaran yang lebih tinggi, atau memiliki ketertarikan dalam subjek tertentu yang tidak ditawarkan dalam kelas tradisional.

6.    Online Driver

Model ini adalah kebalikan dari Face-to-Face driver. Dalam model ini, mayoritas dari pembelajaran tidak dilakukan di dalam kelas, seringkali dari rumah pelajar melalui pembelajaran daring. Pertemuan opsional dengan pengajar ditawarkn jika dierlukan. Model ini ideal untuk pelajar dengan penyakit kronis atau difabel yang kesulitan mendatangi kelas, beserta pelajar yang memerlukan fleksibilitas tinggi dalam jadwalnya.

 

2.1.4   Langkah-Langkah Model Pembelajaran Blended Learning

Ramsay (2001) dalam Marlina (2020) menjelaskan sintaks atau langkah-langkah dari model pembelajaran Blended Learning sebagai berikut:

1.    Pencarian informasi secara online maupun offline dengan berdasarkan pada relevansi, validitas, realibilitas konten dan kejelasan akademis;

2.    Menemukan, memahami, dan mengkonfrontasikan ide atau gagasan;

3.    Menginterpretasikan informasi atau pengetahuan dari berbagai sumber yang telah dicari dari berbagai sumber;

4.    Mengkomunikasikan ide atau gagasan hasil interpretasinya menggunakan fasilitas online atau offline;

5.    Mengkontruksikan pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi dari hasil analisis, diskusi, dan penarikan kesimpulan dari informasi yang diperoleh menggunakan fasilitas online atau offline.

Dari sintaks dari model pembelajaran blended learning dapat ditentukan langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1.    Pembelajaran dapat dimulai dengan tatap muka ataupun sepenuhnya online.

2.    Memberikan arahan terhadap peserta didik untuk melakukan pencarian informasi dari berbagai sumber.

3.    Peserta didik memahami dan menginterpretasikan, mengkomunikasikan dan mengkontruksikan pengetahuan serta menarik kesimpulan dari ide atau gagasan dari sumber yang telah ditemukan menggunakan fasilitas online atau offline.

 

2.1.5   Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Blended Learning

Berdasarkan perkembangan teknologi saat ini yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran tentunya memberikan kelebihan pada metode pembelajaran blended learning. Beberapa kelebihan blended learning adalah sebagai berikut : 1. Memperluas jangkauan pembelajaran. 2. Kemudahan implementasi. 3. Efisiensi biaya. 4. Efisiensi waktu. 5. Hasil yang optimal. 6. Memberikan daya tarik pembelajaran Namun, blended learning juga memiliki beberapa kekurangan yang dapat dialami baik dari pendidik dan peserta didik. Berikut beberapa kekurangan blended learning adalah sebagai berikut : 1. Peserta didik sulit mendapati fokus dalam pembelajaran. 2. Ketergantungan terhadap internet dan gadget. 3. Tidak mendapati pengawasan langsung oleh guru. 4. Membutuhkan sinyal yang baik. (Idzni, 2022:11).

 

2.1.6   Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Terkait model blended learning dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru dan  peserta  didik  setuju  bahwa  model blended  learning lebih  efektif  digunakan dalam  pembelajaran.  Pemahaman  peserta  didik  terhadap  materi  diakui  lebih  baik ketika blended learning daripada pembelajaran daring secara penuh (Eriyaningsih et al, 2022). Pembelajaran model blended learning dapat meningkatkan  minat belajar siswa. Hal ini dapat  dilihat  dari  aktivitas  belajar  siswa  selama pembelajaran  model blended  learning dapat meningkatkan minat dan motivasi anak dalam belajar (Kurniasari et al., 2021). Sejalan dengan hal tersebut, Abroto et al. (2021) menyimpulkan bahwa terdapat perubahan peningkatan motivasi belajardan hasil belajar peserta didik dalam penggunaan model pembelajaran blended learning.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terjadi peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 14%, dari 63 pada kategori kurang aktif pada siklus I menjadi 77 atau pada kategori aktif pada siklus II, (2) Terdapat peningkatan persentase rata-rata aktivitas guru sebesar 8%, dari 84 pada kategori baik pada siklus I menjadi 92 atau pada kategori sangat baik pada siklus II, (3) Terjadi peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 21% dari 63 pada siklus I menjadi 84 pada siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model dasar blended learning pada masa pandemi covid-19 dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VI MI Hidayatul Mubtadiin Sukorame (Maduretno, 2022)

Penulis memiliki pengalaman tersendiri dalam menerapkan model pembelajaran blended learning dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penerapan tersebut terjewantahkan melalui pembelajaran sinkronous (pembelajaran langsung) melalui luring (tatap muka langsung di kelas) maupun daring(chat dan konferensi video)yang secara terstruktur menyajikan bentuk metode presentasi, demonstrasi, dan tutorial dalam rangka peran guru sebagai fasilitator dikombinasikan dengan diskusi, pemecahan  masalah, dan kerjasama/kooperatif dalam orientasi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam kondisi khusus seperti saat masa pandemi Covid-19, pembelajaran sinkronous diarahkan dalam bentuk konsep belajar dari rumah(mendatangi kelompok belajar siswa secara terbatas). Pembelajaran sinkronous (pembelajaran langsung/tatap muka secara luring dan daring) tersebut dikombinasikan pula dengan pembelajaran asinkronous (pembelajaran tidak langsung) secara kolaboratif antara guru dan siswa dalam bentuk diskusi di grup media sosial/aplikasi, chat melalui jalur pribadi maupun secara mandiri dalam bentuk pengerjaan tugas secara online, memberikan referensi bahan bacaan terkait, dan siswa mempelajari sajian materi pembelajaran dalam berbagai format(video, gambar, audio, dan teks).

Diperlukan  semacam  panduan  (framework)  yang  dapat  menjadikan  acuan dalam  memilih  dan  menentukan  blended  learning  yang  tepat  sesuai  kondisi  dan  tujuan  yang  ingindicapai (Chaeruman, 2013). Secara konkrit, langkah-langkah penerapan model pembelajaran blended learning dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dibagi ke dalam tiga tahapan yakni:

1.    Tahap Perencanaan

Pada tahapan ini, guru menyiapkan bahan ajar presentasi serta mengunggah presentasi bahan ajar di grup Google Clasroom  yang telah mengatur kelas siswa.tak luput guru juga mengunggah lembar kegiatan peserta didik di grup tersebut maupun link terkait ke aplikasi lain(misalnya Canva, Moodle, Quizizz) yang akan digunakan siswa dalam mengerjakan tugas/asesmen. Sebagai tambahan juga guru wajib menginformasikan informasi umum(alokasi waktu, instruksi kegiatan, dan tujuan yang ingin dicapai) terkait materi pembelajaran tersebut.

2.    Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan inti kegiatan pembelajaran yang menerapkan model blended learning. Pada tahapan ini, terjadi pembelajaran sinkronous(pembelajaran langsung) guru melakukan tatap muka secara langsung di kelas seperti biasanya dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai media pembelajaran. Siswa diarahkan mengakses baham materi pembelajaran secara lengkap di Google Clasroom yang telah diunggah guru. Selanjutnya pembelajaran diarahkan berorientasi kepada siswa dalam bentuk diskusi dan pemecahan masalah secara kooperatif. Guru juga mengarahkan siswa memanfaatkan sumber belajar lain melalui internet misalnya Rumah Belajar Kemdikbud sebagai referensi tambahan dan pelengkap terkait materi, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun mempresentasikan hasil temuannya. Pada tahapan ini pula, siswa diarahkan mengerjakan asesmen/tugas pada aplikasi multimedia interaktif yang telah dibagikan tatutannya oleh guru di Google Clasroom secara terintegrasi. Tahap pelaksanaan ini, guru melakukan umpan balik dan refleksi  secara sinkronous di kelas maupun asinkronous melalui chat di grup Whats App kelas. Tak lupa siswa diharapkan meningkatkan elaborasi pemahamannya dengan mengakses berbagai sumber referensi dalam bentuk video, audio, dan teks.

3.    Tahap evaluasi

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam model pembelajaran blended learning. Tahap evaluasi bisa langsung terukur secara langsung setelah siswa mengerjakan asesmen melalui aplikasi karena beberapa aplikasi yang digunakan memudahkan guru dengan adanya sajian statistika hasil tugas siswa secara real time. Tahap evaluas dimaksudkan pula sebagai pemberian umpan balik dan refleksi pembelajaran yang bisa dilakukan guru secara langsung di kelas melalui ceramah, pengamatan langsung, tes lisan dan tertulis, asesmen berbasi aplikasi, serta pengisian kuesioner oleh siswa melalui Google Form.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

Model pembelajaran blended learning adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan  berbagai metode, pendekatan, dan media pembelajaran melalui moda daring dan luring dalam satu rangkaian kegiatan pembelajaran. Karakteristik model pembelajaran blended learning sebagai berikut: 1) Pembelajaran menggabungkan berbagai cara penyampaian atau pengajaran; 2) Kombinasi pengajaran langsung; 3) Perpaduan cara mengajar dan gaya pembelajaran efektif; 4) Guru dan orang tua memiliki peran yang sama Langkah-langkah dari model pembelajaran blended learning sebagai berikut: 1) Pencarian informasi secara online maupun offline dengan berdasarkan pada relevansi, validitas, realibilitas konten dan kejelasan akademis; 2) Menemukan, memahami, dan mengkonfrontasikan ide atau gagasan; 3) Menginterpretasikan informasi atau pengetahuan dari berbagai sumber yang telah dicari dari berbagai sumber; 4) Mengkomunikasikan ide atau gagasan hasil interpretasinya menggunakan fasilitas online atau offline; 5) Mengkontruksikan pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi dari hasil analisis, diskusi, dan penarikan kesimpulan dari informasi yang diperoleh menggunakan fasilitas online atau offline.

Beberapa kelebihan blended learning adalah sebagai berikut : 1. Memperluas jangkauan pembelajaran. 2. Kemudahan implementasi. 3. Efisiensi biaya. 4. Efisiensi waktu. 5. Hasil yang optimal. 6. Memberikan daya tarik pembelajaran Namun, blended learning juga memiliki beberapa kekurangan yang dapat dialami baik dari pendidik dan peserta didik. Berikut beberapa kekurangan blended learning adalah sebagai berikut : 1. Peserta didik sulit mendapati fokus dalam pembelajaran. 2. Ketergantungan terhadap internet dan gadget. 3. Tidak mendapati pengawasan langsung oleh guru. 4. Membutuhkan sinyal yang baik

3.2  Saran

Pada makalah ini kita telah diberikan pemahaman mengenai model pembelajaran blended learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sangat besar harapan penyusun agar nantinya makalah ini dapat membantu pembaca untuk lebih memahami baik konsep maupun penerapan model blended learning dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran pembaca agar pada penulisan makalah selanjutnya  hal itu dapat diperbaiki. Tak luput penyusun menitipkan masukan agar memperkaya pengajian dan penelitian model pembelajaran neurosains dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abroto, A., Maemonah, M., & Ayu, N. P. (2021). Pengaruh Metode Blended Learning Dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 1993-2000.

Chaeruman, U. A. (2013). Merancang Model Blended Learning Designing Blended Learning Model. Jurnal Teknodik, 053-063.

Dewi, Kadek Cahya et.al. (2019). Blended Learning: Konsep  dan Implementasi pada Pendidikan Tinggi Vokasi. Denpasar: Swasta Nulus.

Eriyaningsih, F., Hariyadi, H., & Nuryatin, A. (2022). Penggunaan Model Blended Learning dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Era Normal Baru. Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 5(1), 153-162.

Idzni, N. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas III SDN 033 Asmi Bandung pada Mata Pelajaran Matematika Analisis Diagram Gambar Tahun Ajaran 2021/2022) (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).

Kardipah, S., & Wibawa, B. (2022). Motivasi dan Interaksi Pada Pembelajaran Blended Learning. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(17), 669-679.

Kurniasari, W., Murtono, M., & Setiawan, D. (2021). Meningkatkan Minat Belajar Siswa Menggunakan Model Blended Learning Berbasis Pada Google Classroom. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(1), 141-148.

Lin, Q. (2009). “Student Views of Hybrid Learning: A One-Year Exploratory Study. Journal of Computing in Teacher Education, 25(2).

Maduretno, W. A. P. (2022). Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Menggunakan Blended Learning Basic Remote Model Pada Siswa Kelas VI MI Hidayatul Mubtadiin Sukorame. Jurnal Ilmiah Nizamia, 4(1).

Marlina, E. (2020). Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning Berbantuan Aplikasi Sevima Edlink. Jurnal Padegogik, 3(2), 104-110. https://doi.org/10.35974/jpd.v3i2.2339

Nasution, Nurlian et al. (2019). Buku Model Blended Learning. Pekanbaru: Unilak Press.

 

 

Sumber Referensi:

https://www.elearning.unair.ac.id/article-detail.php?page=12/  diakses tanggal 8 Nopember 2022 pukul 20.06

https://ppmschool.ac.id/blended-learning-adalah/ , diakses 8 Nopember 2022

https://sekolahmuridmerdeka.id/blog/index.php/metode-blended-learning/, diakses tanggal 8 Nopember 2022 pukul 20.15

http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning/ , diakses tanggal 8 Nopember 2022 pukul 20.30