RELEVANSI MENYIMAK DAN MEMBACA SEBAGAI KETERAMPILAN RESEPTIF DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMAHAMAN PESERTA DIDIK
Tulisan ini berisi uraian argumentatif penulis berdasarkan pemahaman materi perkuliahan kemahiran berbahasa dan sajian interpretatif terhadap sebuah masalah kemahiran menyimak dan membaca lewat pendekatan fenomenologi.
Pada sebuah pekuliahan tatap muka Kemahiran Berbahasa oleh Profesor Nani Tuloli, beliau mengungkapkan bahwa orang yang mengangguk-anggukkan kepala bukan berarti orang yang benar-benar paham terhadap ujaran pembahasan tentang topik tertentu yang didengarnya. Pernyataan tersebut memang tepat adanya, tak lepas dari konsep dasar penguasaan keterampilan reseptif yang mengutamakan keberterimaan informasi lisan dan tulis tidak sekadar kabar masuk di telinga kiri keluar di telinga kanan, dan tidak sekadar terucap di bibir semata, atau mengangguk-aggukkan kepala. Keterampilan reseptif dapat diketahui efektifitas penyerapannya jika dilakukan konfirmasi penggalian informasi jika dikaitkan dengan keterampilan produktif berbicara dan menulis.
Keterampilan reseptif dalam berbahasa artinya proses yang berlangsung pada diri pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima melalui alat-alat pendengar. Aspek keterampilan reseptif ini meliputi menyimak dan membaca. Jika dilihat dari polanya, kompetensi menyimak dan membaca merupakan kompetensi menerima buah pikir atau hasil karya orang lain. Dengan kata lain, seorang penyimak atau pembaca akan menikmati atau mengapresiasi produk-produk bahasa baik secara visual maupun auditif. Untuk itulah penguasaan kedua kompetensi ini dikategorikan sebagai keterampilan reseptif.
Menyimak adalah salah satu keterampilan reseptif dalam berbahasa. Banyak sekali pengguna bahasa yang beranggapan bahwa menyimak sama dengan mendengar dan mendengarkan, padahal arti ketiga hal tersebut berbeda sekalipun maknanya bertalian erat. Mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap suatu suara melalui telinga dengan sungguhsungguh. Sedangkan menyimak berarti mendengarkan dengan baik dan saksama apa yang diucapkan (atau dibacakan) bahkan yang diperlihatkan orang lain untuk dipahami maksud atau tujuannya. Proses menyimak merupakan proses yang cukup kompleks karena merupakan serangkaian proses penerimaan sekaligus penyimpanan informasi yang disampaikan secara lisan baik menggunakan media audio atau audiovisual atau bahkan secara tanpa media. Proses menyimak merupakan proses yang tidak saja melibatkan aspek fisik tetapi juga aspek mental.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berperan penting bagi kehidupan seseorang sebagai sarana komunikasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahuan. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat resepif. Dikatakan reseptif karena membaca merupakan suatu kegiatan berbahasa yang bertujuan memperoleh atau memahami informasi dari bahan bacaan. Oleh karenanya membaca memiliki peran penting dalam pengembangan pengetahuan karena sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui membaca (Iskandarwassid dan Sunendar, 2015: 245). Membaca merupakan proses kognitif yang berupaya untuk menemukan informasi yang terkandung dalam tulisan. Membaca bukan sekadar melihat kumpulan huruf yang berupa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana, tetapi membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang-lambang tertulis yang bermakna sehingga pesan penulis dapat dipahami oleh pembaca (Dalman, 2013:5).
Menyimak maupun membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Perbedaannya hanya pada objek yang menjadi fokus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada mendengarkan fokus perhatian (stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi), sedangkan pada membaca adalah lambang tulisan. Kemudian, baik penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (dalam mendengarkan) maupun berupa tulisan (dalam membaca), yang selanjutnya diikuti dengan proses pengkodean guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide atau informasi sebagaimana yang dimaksudkan oleh si penyampainya.
Apabila ditinjau dari sudut pemerolehan atau belajar bahasa, aktivitas membaca dapat membantu seseorang memperoleh kosakata yang berguna bagi pengembangan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya. Jadi, pengenalan terhadap kosakata baru pada aktivitas membaca akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan pada tahap berikutnya melalui proses pengenalan kembali terhadap kosakata tersebut. Sehubungan dengan proses pembelajaran bahasa, Tarigan (1994:4-5) menyatakan bahwa mendengarkan pun merupakan faktor penting dalam belajar membaca secara efektif. Petunjuk-petunjuk mengenai strategi membaca sering disampaikan guru di kelas dengan menggunakan bahasa lisan. Untuk itu, kemampuan peserta didik dalam mendengarkan dengan pemahaman sangat penting. Dari uraian di atas, kita dapat mengajukan hipotesis bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara kemampuan mendengarkan dan membaca pada kelas-kelas yang relatif tinggi. Apabila terdapat peningkatan pada kemampuan yang satu maka akan diikuti dengan peningkatan pada kemampuan yang lain (Tarigan, 1994:5).
Tujuan meenyimak yakni: a. Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujan agar ia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara. b. Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipagelarkan (teruatama sekali dalam bidang seni) c. Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan maksud agar ia dapat menilai apaapa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepatngawur, logis-tidak logis, dan lain-lain) d. Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat menikmati seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan berita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan pendebatan) e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang menyimak bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. f. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedaskan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker) g. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga. h. Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.
Membaca sebagai sebuah keterampilan reseptif secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi atau pesan melalui bahasa tulis. Pada dasarnya tujuan membaca ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain informasi yang diperlukan oleh pembaca dan jenis bacaan yang dipilih. Nurhadi (2016:3-4) mengemukakan berbagai tujuan membaca yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembaca. Berdasar tujuan pembaca, selanjutnya dikemukakan berbagai tujuan membaca sebagai berikut. 1) Memahami secara detail dan menyeluruh isi bacaan. 2) Menangkap ide pokok/gagasan utama buku secara cepat. 3) Mendapatkan informasi tentang sesuatu. 4) Mengenai makna kata. 5) Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia. 6) Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar. Tujuan membaca juga dikemukakan oleh Anderson melalui Dalman (2013:11) sebagai berikut. 1) Membaca untuk memperoleh fakta dan rincian. 2) Membaca untuk memperolehh ide-ide utama. 3) Membaca untuk mengetahui urutan/susunan struktur karangan. 4) Membaca untuk menyimpulkan. 5) Membaca untuk mengelompokkan. 6) Membaca untuk menilai/mengevaluasi. 7) Membaca untuk memperbandingkan
Menyimak dan membaca sebagai keterampilan reseptif dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk merangsang proses sensorik sel-sel otak sehingga dapat meningkatkan proses kognisi dan mental peserta didik. Kedua kegiatan tersebut juga dapat mengembangkan kreatifitas, daya cipta, penalaran dan proses berpikir kritis peserta didik. Hal tersebut juga berimbas positif terhadap kuantitas dan kualitas perbendaharaan kosakata peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan kepada guru dan peserta didik di SMP Negeri 2 Wanggarasi, Kabupaten Pohuwato ditemukan sejumlah fakta yang diuraikan sebagai berikut:
Menurut informasi dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tersebut, sejumlah faktor penghambat kegiatan menyimak dan membaca peserta didik disebabkan oleh rendahnya minat dan motivasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan menyimak dan membacanya, pengaruh buruk media sosial dan permainan berbasis game online lebih menarik minat peserta didik. Sedangkan informasi dari peserta didik bahwasanya mereka tidak antusias karena disebabkan konten materi lisan yang dijadikan bahan menyimak oleh guru tidak menarik, serta media menyimak yang monoton melalui peragaan guru ataupun lewat audio biasa. Sedangkan teks buku bacaan yang dijadikan konten bacaan oleh guru juga hanya terbatas di buku teks wajib. Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan penulis, ditemukan fakta bahwa minimnya jumlah buku bacaan penunjang di perpustakaan untuk kegiatan membaca siswa.
Dari berbagai kenyataan tersebut, penulis mengajukan solusi terkait efektifitas pemahaman peserta didik dalam kegiatan menyimak dan membaca sebagai keterampilan reseptif, yakni sebagai berikut:
1. Guru perlu merevitalisasi tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran terkait penguatan keterampilan reseptif peserta didik;
2. Konten buku bacaan yang perlu ditambah di perpustakaan, baik berupa fiksi dan non fiksi sesuai tingkatan belajar dan karakteristik peserta didik;
3. Konten menyimak bervariasi dapat berupa pidato, lagu, berita, puisi, dongeng dan sebagainya.
4. Guru harus mengemas penayangan bahan menyimak dengan alat bantu media berbasis digital(seperti tiktok, youtube, noice, radio, dan sebagainya) untuk menarik minat dan antusiasme peserta didik;
5. Guru dapat mengundang tokoh atau orang yang berprofesi pada bidang tertentu secara daring untuk dihadirkan secara interaktif sebagai bahan menyimak peserta didik;
6. Guru mesti memberlakukan kegiatan pembiasaan rutin menyimak dan membaca misalnya pada setiap 15 menit awal setiap hari di awal pagi sebelum aktivitas pembelajaran dimulai di kelas;
7. Guru seharusnya membuka ruang diskusi dan masukan dari peserta didik untuk menerima masukan terkait bahan dan media menyimak dan membaca yang diminati peserta didik;
8. Guru harus merancang dan melakukan evaluasi kegiatan menyimak dan membaca peserta didik dalam bentuk jurnal perkembangan;
9. Guru harus mengatur pembelajaran keterampilan reseptif tersebut tidak hanya di kelas, namun dapat juga dilaksanakan di perpustakaan, taman sekolah, di bawah pohon yang rindang, kunjungan ke tempat wisata dan sebagainya.
10. Guru dapat memberikan apresiasi atas usaha pengembangan keterampilan menyimak dan membaca peserta didik melalui atensi pujian umum maupun hadah berupa buku bacaan.
Kategori
- ASESMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
- BIPA
- FILSAFAT ILMU
- ISU MUTAKHIR PENDIDIKAN
- KEMAHIRAN BERBAHASA
- METODOLOGI PENELITIAN
- MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
- PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA INDONESIA
- PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
- PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
- PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
- PSIKOLINGUISTIK LANJUT
- SOSIOLINGUISTIK LANJUT
- STATISTIKA
- STUDI WACANA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
- TEKNOLOGI INFORMASI
- UMUM
Blogroll
- Masih Kosong