RINDU YANG TERBAWA RINTIK (CERPEN)

24 August 2024 02:47:39 Dibaca : 25

Selamat siang, para pembaca yang selalu setia menantikan kisah-kisah dari saya, tentang seorang insan cantik yang keindahannya tak mungkin diingkari.Hari ini, di tanah Gorontalo, hujan turun perlahan, rintik demi rintik, membangkitkan kenangan tentang saat-saat yang pernah saya habiskan bersama Rani. 

Kala itu, kami duduk berdua di teras rumahnya, menikmati tiap detik kebersamaan, sembari menunggu hujan yang tak kunjung reda. Kami berbincang dengan riang, bercanda ytawa yang seolah tiada akhirnya. Waktu berlalu begitu cepat, hingga jarum jam akhirnya memaksa kami untuk berpisah. 

Malam ini, Rani bercerita tentang kesibukannya yang membuatnya jarang membalas pesan-pesan saya. Bagi saya, itu bukanlah masalah besar. Yang penting, dia masih ada di dunia ini, masih menjadi bagian dari hidup saya, meski kata-kata favoritnya yang dulu kerap ia ucapkan kini jarang terdengar.

Kata favorit itu adalah "mang eak", sebuah ungkapan sederhana namun sangat dirindukan. Rani sering mengucapkannya setiap kali saya memuji kecantikannya—dan itu wajar, karena bagiku, kecantikannya memang tiada tandingan. Namun, kesibukan yang menumpuk di kampus membuat kata-kata itu semakin jarang terdengar, dan malam ini terasa hampa tanpa suara manisnya yang biasanya menemani tidurku.

Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, sunyi tanpa suaranya yang memikat. Katanya, dia lelah setelah seharian beraktivitas di kampus, dan malam ini biarlah purnama yang menjadi teman setiaku. Mungkin suatu hari nanti, aku akan berada di sisinya lagi, menikmati kebersamaan hingga waktu lagi-lagi memaksa kami untuk berpisah.

Sebelum saya akhiri cerita ini, hanya satu doa yang bisa saya panjatkan untuk Rani: semoga kesibukannya segera usai, dan kami bisa bertemu kembali. Jaga dirimu baik-baik, Rani. Aku di sini, selalu menantimu, menunggu saat kita bisa bersama lagi.