PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL BAGI MAHASISWA YANG PUTUS CINTA.
Tim Penyusun:
- Mohamad Riadi Muslim
- Mohamad Fikri Baid
- Jibran Husain
- Adrian Yahya
- Alfianto Mahmud Dako
- Yanwar Dwiyanto
Mahasiswa adalah orang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mereka berada pada tahap penting dalam kehidupan mereka, di mana mereka sedang belajar dan berkembang untuk menjadi lebih dewasa dan siap menghadapi peran yang sebenarnya di masyarakat. Sebagai contoh, seorang mahasiswa mungkin sedang belajar untuk menjadi seorang dokter, sehingga mereka perlu fokus dan serius dalam menuntut ilmu agar kelak bisa membantu orang-orang yang sakit. Dalam kalimat tersebut, mahasiswa dianggap sebagai tahap di mana seseorang mulai berpikir lebih serius dan tinggi tentang perannya di masa depan. Ini adalah proses penting dalam perkembangan seseorang dan merupakan langkah awal menuju keberhasilan di masa depan. Jadi, mahasiswa bukan hanya tentang belajar di kelas, tetapi juga tentang mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik (Nasari, F., & Darma, S. 2013).
Namun terkadang mahasiswa sering kali mengalami masalah dalam kehidupannya sehari hari, termasuk masalah kesehatan mental salah satu penyebabnya yakni putus dari pasangannya. Kesehatan mental atau kesehatan jiwa sangat penting untuk mencapai kesehatan secara keseluruhan. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan adalah kondisi dimana seseorang merasa baik secara fisik, mental, dan sosial, bukan hanya ketiadaan penyakit. Kesehatan mental adalah bagian penting dari definisi kesehatan tersebut. Kesehatan mental yang baik memungkinkan seseorang untuk mengenali potensi mereka, mengatasi tekanan hidup, bekerja dengan produktif, dan memberikan kontribusi pada masyarakat. Gangguan kesehatan mental tidak boleh diabaikan karena jumlah kasusnya masih cukup tinggi. Sekitar 450 juta orang di seluruh dunia menderita gangguan mental dan perilaku. Diperkirakan satu dari empat orang akan mengalami gangguan mental sepanjang hidup mereka. Menurut WHO regional Asia Pasifik, India memiliki jumlah kasus depresi tertinggi (56.675.969 kasus atau 4,5% dari populasi), sedangkan Maladewa memiliki jumlah kasus terendah (12.739 kasus atau 3,7% dari populasi). Di Indonesia sendiri, terdapat sekitar 9.162.886 kasus gangguan mental atau 3,7% dari populasi.Jadi, penting bagi kita untuk memperhatikan kesehatan mental kita dan tidak mengabaikan gangguan kesehatan mental yang mungkin kita alami. Kesehatan mental yang baik akan membantu kita dalam menjalani kehidupan dengan lebih baik dan memberikan kontribusi positif pada masyarakat (Ayuningtyas, D., & Rayhani, M. 2018).
Lalu dampak apa yang akan dialami mahasiswa yang mengalami kesehatan mental atau kesehatan jiwa ketika mengalami ketika mengalami masalah putus cinta berikut penjelasannya:
1. Dampak Psikologis
Salah satu risiko dari hubungan romantis adalah ketika hubungan itu berakhir atau ketika kita kehilangan pasangan kita. Menurut penelitian, kehilangan seperti ini merupakan peristiwa besar dalam kehidupan seseorang. Misalnya, ketika seseorang putus dengan pasangannya, itu bisa menjadi momen yang sulit dan menyakitkan bagi mereka. Ketika hubungan romantis berakhir, banyak orang merasakan berbagai emosi seperti sedih, kecewa, dan bahkan marah. Ini adalah hal yang wajar dan merupakan bagian dari proses penyembuhan setelah kehilangan. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun kehilangan pasangan bisa sangat menyakitkan, kita juga bisa belajar dari pengalaman tersebut dan menjadi lebih kuat. Ada istilah yang disebut sebagai "resilience" yang artinya kemampuan seseorang untuk pulih dan bangkit setelah mengalami kesulitan atau kegagalan. Jadi, meskipun kehilangan pasangan dalam hubungan romantis bisa menjadi pengalaman yang sulit, kita juga bisa tumbuh dan belajar dari pengalaman tersebut. Kita bisa menjadi lebih kuat lebih tangguh setelah mengalami perpisahan seperti itu (Kurniawati, M. 2015).
2. Dampak Akademis
Ketika putus cinta masalah akademis yang akan dialami remaja ataupun mahasiswa sangat beragam yang pertama penurunan konsentrasi dan fokus, Saat mengalami putus cinta, seseorang sering merasa emosional dan terganggu. Pikiran tentang mantan pasangan, kenangan bersama, dan rasa sakit hati dapat menghabiskan banyak ruang dalam pikiran, yang mengurangi kemampuan untuk fokus pada studi. Misalnya, saat belajar atau mengikuti kuliah, pikiran bisa terus-menerus teralihkan ke peristiwa putus cinta sehingga materi pelajaran tidak terserap dengan baik. Yang kedua penurunan prestasi akademis Akibat dari kurangnya konsentrasi dan fokus, performa akademis bisa mengalami penurunan. Mahasiswa atau pelajar mungkin akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu atau mendapatkan nilai yang baik pada ujian. Studi menunjukkan bahwa stres emosional seperti putus cinta dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, termasuk memori dan pemecahan masalah, yang semuanya penting untuk keberhasilan akademis. Dan yang terakhir ketidakhadiran atau keterlambtan, Seseorang yang sedang mengalami putus cinta mungkin merasa malas atau enggan untuk menghadiri kelas atau kuliah. Rasa malas dan kehilangan motivasi ini bisa membuat mereka sering absen atau datang terlambat, yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan prestasi akademis.
Lalu seberapa penting untuk menjaga keseimbangan kesehatan mental akibat putus cinta terutama dikalangan mahasiswa? Putus cinta dapat memicu berbagai reaksi emosional yang beragam, mulai dari kesedihan yang mendalam, kecemasan yang terus-menerus menghantui, kemarahan yang mungkin sulit dikendalikan, hingga perasaan kehilangan yang begitu mendalam dan rasa tidak berharga yang menyakitkan. Kondisi emosional ini sering kali sangat berat untuk ditangani sendiri, dan jika tidak ditangani dengan baik, dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius. Misalnya, seseorang yang tidak mampu mengatasi kesedihan dan kecemasannya mungkin akan mengalami depresi yang berkepanjangan atau bahkan gangguan kecemasan yang lebih parah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan sosial dan intervensi profesional dalam proses penyembuhan dari patah hati.
Kesimpulan
Mahasiswa adalah individu yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, berada dalam fase penting untuk belajar dan berkembang guna mempersiapkan diri menghadapi peran mereka di masyarakat. Selain belajar akademis, mereka juga mengalami perkembangan pribadi yang signifikan. Namun, mereka sering menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kesehatan mental yang bisa dipengaruhi oleh peristiwa emosional seperti putus cinta. Kesehatan mental sangat penting untuk kesejahteraan secara keseluruhan, karena memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatasi tekanan hidup dan berfungsi secara produktif. Putus cinta dapat berdampak psikologis, seperti munculnya emosi negatif dan rasa kehilangan yang mendalam, serta dampak akademis, seperti penurunan konsentrasi, prestasi akademis, dan kehadiran di kelas. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk menjaga keseimbangan kesehatan mental mereka dan mencari dukungan sosial maupun profesional saat menghadapi masalah emosional. Kesehatan mental yang baik akan membantu mereka menjalani kehidupan dengan lebih baik dan berkontribusi positif pada masyarakat.
Daftar Pustaka
Ayuningtyas, D., & Rayhani, M. (2018). Analisis situasi kesehatan mental pada masyarakat di Indonesia dan strategi penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1-10.
Kurniawati, M. (2015). Resiliensi pada perempuan remaja dan dewasa awal yang mengalami putus cinta (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Nasari, F., & Darma, S. (2013). Penerapan k-means clustering pada data penerimaan mahasiswa baru (studi kasus: universitas potensi utama). Semnasteknomedia Online, 3(1), 2-1.