Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Karakter Religius dan Sikap Kepemimpinan Siswa
Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Pengembangan Karakter Religius
Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa asing religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia. Sedangkan religius berasal dari kata religious yang berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religius sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan oleh Suparlan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama (Safitri & Novirizka Hasan, 2018)
Adapun strategi layanan bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan dalam mengembangkan karakter religius siswa adalah sebagai berikut:
1. Strategi Layanan Dasar Dalam strategi pengembangan nilai karakter melalui layanan dasar dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Pengumpulan need assessment (kebutuhan siswa) guna penyusunan program layanan bimbingan dan konseling dengan menyebarkan assessment baik berupa ITP (Inventori Tugas Perkembangan) dan DCM (Daftar Cek Masalah). Pada kedua instrument tersebut, selain aspek yang lain terdapat pertanyaan/pernyataan yang mengungkapkan kebutuhan siswa terkait aspek kehidupan beragama/religius. Dengan demikian, guru bimbingan dan konseling dapat mengetahui kebutuhan peserta didik dalam aspek religius dari kelima dimensinya yaitu keyakinan, peribadatan, penghayatan, pengetahuan dan pengalaman. Hal tersebut kemudian menjadi dasar dalam menentukan pemberian layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
b) Layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok Pada dasarnya layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang sama, perbedaannya terletak pada jumlah sasaran peserta didik yang menerima layanan. Layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok diberikan setelah mengetahui kebutuhan siswa melalui pengumpulan need assesment. Pengembangan nilai karakter religius melalui layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berdoa setiap awal kegiatan sebagai implikasi dari dimensi keyakinan, peribadatan dan penghayatan.
c) Pengelolaan media informasi Media informasi layanan bimbingan dan konseling dapat berupa papan bimbingan, leaflet, poster, buku saku dan media laiinya. Implementasi pengembangan nilai religius melalui media informasi dapat dilakukan dengan memuat nilai-nilai religius ke dalam media. Misalnya perintah tentang beribadah melalui poster dan materi religius melalui papan bimbingan.Strategi Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual.
2.Strategi Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual Layanan perencanaan individual dan peminatan sebagai layanan untuk merencanakan dan mempersiapkan masa depan peserta didik dengan memperhatikan potensi yang ada pada dirinya termasuk memperhatikan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Strategi penguatan nilai karakter religius melalui layanan ini dengan menguatkan dimensi pengalaman agama. Dengan demikian, hal tersebut mendorong peserta didik untuk mengaplikasikan ajaran agama yang dianutnya dalam perencanaan masa depan dan peminatannya.
3.Strategi Layanan Responsif Layanan responsif merupakan layanan segera yang diberikan kepada peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengembangan nilai karakter religius dapat diterapkan ke dalam strategi layanan responsif. Misalnya penekanan dimensi keyakinan agama dalam layanan konseling individu bagi peserta didik/konseli, atau dengan berdoa sebelum kegiatan layanan konseling kelompok dimulai sebagai implementasi dari aspek keyakinan, peribadatan dan penghayatan.
4.Strategi Dukungan Sistem Internalisasi nilai karakter religius dalam dukungan sistem misalnya penelitian guru BK tentang penerapan nilai religius siswa di sekolah atau melalui kegiatan parenting dengan tema “Cara Rasulullah Mendidik Anak”. Kemudian bentuk dukungan sistem yang lainnya adalah adanya kolaborasi antara guru BK dengan guru agama dan tokoh agama di lingkungan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan pemahaman karakter religius kepada siswa (Safitri & Novirizka Hasan, 2018).
Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Pengembangan Sikap Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi aktivitas orang lain atau sekelompok orang untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Pada hakikatnya, kepemimpinan memiliki unsur-unsur dalam menggerakkan, mempengaruhi, mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kemampuan aktif dalam membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan Bersama sama. (Safitri & Novirizka Hasan, 2018)
Strategi layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan sikap kepemimpinan bertujuan membantu individu memahami dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang efektif. Langkah awal dalam strategi ini adalah mengidentifikasi kebutuhan individu melalui asesmen seperti observasi, wawancara, atau angket. Dengan cara ini, konselor dapat memahami area mana yang memerlukan pengembangan, baik dalam hal kemampuan komunikasi, pengambilan keputusan, maupun kerja sama tim. Selanjutnya, konselor memberikan edukasi terkait konsep dasar kepemimpinan dan pentingnya sikap kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, konselor merancang program latihan yang melibatkan pengembangan keterampilan kepemimpinan, seperti simulasi pengambilan keputusan, manajemen konflik, kerja kelompok, dan cara memotivasi orang lain. Di samping itu, konselor memberikan dukungan emosional dan motivasi yang berkelanjutan, karena pengembangan sikap kepemimpinan sering kali membutuhkan keberanian dan rasa percaya diri yang kuat. Layanan konseling diberikan baik secara individu maupun kelompok, sesuai kebutuhan, di mana konseling kelompok memungkinkan individu belajar dari pengalaman orang lain, sedangkan konseling individu lebih fokus pada permasalahan personal.
Setelah program selesai, konselor melakukan evaluasi untuk mengetahui efektivitas pengembangan sikap kepemimpinan. Evaluasi ini juga diikuti oleh tindak lanjut secara berkala untuk memantau perkembangan lebih lanjut dan memberikan dukungan tambahan jika diperlukan. Strategi ini diharapkan dapat membantu individu mengembangkan sikap kepemimpinan secara menyeluruh, baik di lingkungan sekolah, komunitas, maupun organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, A. (2017). Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling Untuk Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa. Prosiding Seminar Nasional, 2, 59–60. http://www.seminar.uad.ac.id/index.php/snbkuad/article/view/60/65
Safitri, N. E., & Novirizka Hasan, S. U. (2018). Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pengembangan Nilai Karakter Religius. JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa, 2(1), 19. https://doi.org/10.31100/jurkam.v2i1.64